Professional Documents
Culture Documents
KJ Bahagia
KJ Bahagia
KHUTBAH PERTAMA
ضنل لدهه دودممن من ييهإدهإ ال فدلد م إ،ِت أدمعماِلإدنا إنن املمدد لإلنإه دمنمهده وندستدعإيِينهه وندستديمغإفره ونيدعوُذه إباِلإ إمن هشروإر أدنميهفإسدناِ وإمن سيِيئاِ إ
د م دد
د د م دم ه ه م هم د ه د م م ه د م هم د ه دم
إ إ ي مإ
س أهموصميِهكمم يداِ أدييدهاِ الناِ ه.ك لدهه دوأدمشدههد أدنن همدنمددا دعمبهدهه دودرهسموُلههه دوأدمشدههد أدمن لد إلدهد إلن اله دومحددهه لد دشإريم د.ي لدهه ضلملهه فدلد دهاِد د ه
ِ يدا:. يداِ أدييهاِد النإذيمدن دءادمنهوُا اتنيهقوُا الد دحنق تيهدقاِتإإه دولد دتهموُتهنن إلن دودأنتهمم يممسلإهمموُدن:لد تديدعاِدل إ وإيناِ إ
دقاِل ا ه.ي بتديمقدوُىَ ال فديدقمد دفاِدز المهمتنيهقموُدن د د
إ إ إ
ث ممنيههدماِ إردجاِلد دكثميِيدرا دوندسآَءد دواتنيهقوُا الد النذمي إ إ س إ إ
س اتنيهقموُا دربنهكهم النذمي دخلددقهكمم يممن نيدمف س
س دواحددة دودخلددق ممنيدهاِ دزمودجدهاِ دوبد ن أدييدهاِ الناِ ه
صلإمح لدهكمم أدمعدماِلدهكمم دوييدمغإفمر إ إ إ إ
يه م. يداِ أد ييدهاِ النذيمدن دءادمنهوُا اتنيهقوُا الد دوقهيموُلهموُا قديموُلد دسديمددا.ِتددسآَءدلهموُدن بإه دواملدمردحاِدم إنن الد دكاِدن دعلدميِهكمم درقميِدبا
.ِلدهكمم ذهنيهموُبدهكمم دودممن يهإطإع الد دودرهسموُلدهه فديدقمد دفاِدز فديموُدزا دعإظميِدما
صنلىَّ ال دعلدميِإه دودسلندم دونشدر الههموُإر هممدددثاِتيهدهاِ دوهكنل هممددثدسة س إ إ إ
ي همدنمد د دودخميِيدر املدمدإي دهمد ه،ل با د صدددق املدديث كدتاِ ه أدنماِ بيدمعهد؛ُ فدإنن أد م
صمحبإإه دودممن تدبإدعههمم بإإمحدساِسن إدل ييدموُإم إإ س
صيل دودسليمم دعدلىَّ ندبإيِييدناِ همدنمد دودعدلىَّ آله دو د داللنههنم د.ضلدلدة إف النناِإر
س
ضلدلد ة دوهكنل د
س
بإمددع ة دوهكنل بإمددعة د
.المإقديِاِدمإة
Meskipun ada sebagian orang merasa gembira dan suka cita saat hidup di dunia, akan tetapi kecemasan,
kegalauan dan penyesalan itu merusak suka ria yang dirasakan. Sehingga sebagian orang selalu
merasakan kekhawatiran mengenai masa depan mereka. Terlebih lagi ketakutan terhadap kematian.
Alloh berfirman,
“Katakanlah: Dengan karunia Alloh dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Alloh dan
rahmat-Nya iti dari apa yang mereka kumpulkan.” (QS. Yunus: 58)
Jika mayoritas manusia kebingungan mengenai jalan yang harus ditempuh menuju bahagia maka hal ini
tidak pernah dialami oleh seorang mukmin. Bagi seorang mukmin jalan kebahagiaan sudah terpampang
jelas di hadapannya. Cita-cita agar mendapatkan kebahagiaan terbesar mendorongnya untuk
menghadapi beragam kesulitan.
"Dan bahwa (yang kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu
mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalannya. yang demikian itu
diperintahkan Allah agar kamu bertakwa." (QS. Al An’aam: 153)
Jika di antara kita yang bertanya bagaimanakah yang dirasakan bagi orang-orang yang bahagia dan
orang-orang yang celaka maka Alloh sudah memberikan jawaban dengan firman-Nya:
"Adapun orang-orang yang celaka, Maka (tempatnya) di dalam neraka, di dalamnya mereka mengeluarkan dan
menarik nafas (dengan merintih), Mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu
menghendaki (yang lain). Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang dia kehendaki. Adapun
orang-orang yang berbahagia, maka tempatnya di dalam surga, mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan
bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain); sebagai karunia yang tiada putus-putusnya." (QS. Hud:
106-108)
Jika di antara kita yang bertanya-tanya bagaimanakah cara untuk menjadi orang yang berbahagia, maka
Alloh sudah memberikan jawabannya dengan firman-Nya,
"Barang siapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. Dan barangsiapa berpaling
dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan kami akan menghimpunkannya
pada hari kiamat dalam keadaan buta." (QS. Thoha: 123-124)
Dan juga dalam firman-Nya,
“Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka
sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada
mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl: 97)
Kebahagiaan seorang mukmin semakin bertambah ketika dia semakin dekat dengan Tuhannya, semakin
ikhlas dan mengikuti petunjuk-Nya. Kebahagiaan seorang mukmin semakin berkurang jika hal-hal di
atas makin berkurang dari dirinya. Seorang mukmin sejati itu selalu merasakan ketenangan hati dan
kenyamanan jiwa. Dia menyadari bahwasanya dia memiliki Tuhan yang mengatur segala sesuatu dengan
kehendak-Nya.
"Sungguh menakjubkan keadaan orang-orang yang beriman. Sesungguhnya seluruh keadaan orang yang beriman
hanya akan mendatangkan kebaikan untuk dirinya. Demikian itu tidak pernah terjadi kecuali untuk orang-orang
yang beriman. Jika dia mendapatkan kesenangan maka dia akan bersyukur dan hal tersebut merupakan kebaikan
untuknya. Namun jika dia merasakan kesusahan maka dia akan bersabar dan hal tersebut merupakan kebaikan
untuk dirinya." (HR. Muslim dari Abu Hurairah)
Inilah yang merupakan puncak dari kebahagiaan. Kebahagiaan adalah suatu hal yang abstrak, tidak bisa
dilihat dengan mata, tidak bisa diukur dengan angka-angka tertentu dan tidak bisa dibeli dengan rupiah
maupun dolar. Kebahagiaan adalah sesuatu yang dirasakan oleh seorang manusia dalam dirinya. Hati
yang tenang, dada yang lapang dan jiwa yang tidak dirundung malang, itulah kebahagiaan. Bahagia itu
muncul dari dalam diri seseorang dan tidak bisa didatangkan dari luar.
Tanda Kebahagiaan
Hakikat syukur adalah mengakui di dalam hati bahwa nikmat yang diperolehnya berasal dari Allah,
kemudian menampakkan rasa syukurnya itu dengan memuji Allah serta menggunakan nikmat yang
diberikan itu dalam rangka melakukan ketaatan. Allah ta'ala telah memerintahkan kita untuk bersyukur
di dalam firman-Nya:
"Dan bersyukurlah kalian kepada-Ku dan janganlah kalian kufur." (QS. Al-Baqarah: 152).
Di dalam ayat lain Allah telah menjanjikan bagi orang yang bersyukur bahwa dia akan mendapatkan
tambahan nikmat. Allah ta'ala berfirman:
"Sungguh jika kalian bersyukur niscaya Aku benar-benar akan menambahkan (nikmat) kepada kalian, dan apabila
kalian justru ingkar maka sesungguhnya siksa-Ku amatlah pedih." (QS. Ibrahim: 7).
Walaupun demikian ternyata hanya sebagian kecil hamba Allah yang pandai bersyukur. Allah ta'ala
berfirman:
"Dan amat sedikit di antara hamba-hamba-Ku yang pandai bersyukur." (QS. Saba': 13).
Padahal tidakkah kita sadar bahwa sekian banyak nikmat yang ada pada diri kita ini semuanya berasal
dari Allah saja. Allah ta'ala berfirman:
Apabila kita ingin menghitung seluruh nikmat itu, pasti tidak ada seorang manusia pun yang sanggup
menghitungnya. Sebagaimana telah difirmankan oleh Allah ta'ala:
"Dan jika kalian berusaha menghitung nikmat Allah maka kalian tidak akan mampu menghingganya." (QS.
Ibrahim: 34).
Seorang manusia selalu berada dalam nikmat-nikmat Alloh. Meskipun demikian, ternyata hanya orang
berimanlah yang menyadari adanya nikmat-nikmat tersebut dan merasa bahagia dengannya. Karena
hanya merekalah yang mensyukuri nikmat, mengakui adanya nikmat dan menyanjung Zat yang
menganugerahkannya. Oleh sebab itulah, mereka akan merasakan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Cobaan adalah satu hal yang pasti dialami setiap insan. Oleh karena itu, Allah ta'ala berfirman di dalam
Al-Qur'an:
"Dzat yang menciptakan kematian dan kehidupan untuk menguji kalian siapakah di antara kalian yang paling baik
amalnya." (QS. Al Mulk: 2).
Sabar tatkala mendapatkan cobaan artinya menahan diri untuk tidak menyimpan kemarahan di dalam
hati kepada keputusan Allah, menahan diri dari mengucapkan kata-kata laknat atau meratap atau caci
maki, dan juga menahan anggota badan dari melakukan tindakan-tindakan yang merupakan
pelampiasan kemarahan dan tidak menerima takdir seperti menampar-nampar pipi, merobek-robek kain
atau bahkan menjerit-jerit. Kenapa hal-hal itu tidak diperbolehkan?, Alasannya adalah karena sikap-sikap
tersebut mencerminkan ketidakpuasan terhadap takdir yang sudah ditetapkan oleh Allah. Padahal Allah
itu Maha bijaksana dan Maha adil. Allah tidak pernah menganiaya hamba-Nya. Allah ta'ala berfirman:
"Dan Rabbmu tidak pernah menganiaya siapapun." (QS. Al Kahfi: 49).
Pada hakikatnya musibah yang menimpa kita adalah akibat kesalahan kita sendiri. Allah ta'ala berfirman:
"Dan musibah apapun yang menimpa kalian maka itu terjadi karena ulah perbuatan tangan-tangan kalian, dan
Allah memaafkan banyak kesalahan orang." (QS. Asy Syura: 30)
Maka sebenarnya kalau kita menyadarinya maka sudah semestinya kita bersabar dalam menghadapinya.
Karena dengan kesabaran itu kita akan meraih pertolongan dari Allah. Bukankah Allah berfirman:
"Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar." (QS. Al Anfaal: 46).
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam juga sudah menjanjikan: "Sesungguhnya pertolongan itu datang bersama
dengan kesabaran." (HR. Abdu bin Humaid dengan sanad dha'if)
Hadirin, jama’ah Jum’at rahimakumullah …
3. Bertaubat ketika melakukan kesalahan.
"Semua anak Adam pasti berbuat dosa. Dan sebaik-baik orang yang berdosa adalah yang gemar bertaubat." (Hasan,
HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad Hakim)
Oleh sebab itu orang yang terjerumus dalam perbuatan dosa wajib bertaubat kepada Allah ta'ala. Allah
ta'ala memerintahkan semua orang yang beriman untuk bertaubat kepada-Nya. Allah berfirman:
Taubat itu akan diterima jika dilakukan dengan ikhlas dan penuh penyesalan. Selain itu seorang yang
bertaubat dari suatu dosa harus meninggalkan perbuatan dosanya itu serta bertekad kuat di dalam hati
untuk tidak melakukannya lagi. Apabila dosa itu menyangkut dengan hak orang lain maka harus
mengembalikan hak orang tersebut atau minta maaf kepadanya. Dan taubat akan diterima jika dilakukan
sebelum nyawa berada di tenggorokan dan sebelum matahari terbit dari sebelah barat.
Ayat ini berlaku bagi orang yang bertaubat. Maka dosa apapun yang pernah kita perbuat maka kewajiban
kita adalah segera bertaubat darinya. Karena menunda-nunda taubat adalah dosa. Duhai, tahukah kita
kapan kita akan mati sehingga demikian lancangnya kita menunda-nunda taubat? Sampai kapankah
kelalaian ini akan kita teruskan? Apakah yang akan kita dapatkan dengan sekian banyak dosa yang
pernah kita lakukan? Kesenangankah ataukah justru sebaliknya? Lalu mengapa kita menunda-nunda
taubat? Apakah kita akan mengikuti rayuan iblis yang akan menyeret kita ke dalam neraka? Wahai
saudara-saudaraku, siapakah kita apabila dibandingkan dengan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa
sallam? Padahal beliau saja dalam sehari bertaubat seratus kali. Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda:
"Wahai manusia bertaubatlah kalian kepada Allah. karena sesungguhnya aku bertaubat kepada-Nya sebanyak
seratus kali dalam sehari." (HR. Muslim).
Jika Alloh menghendaki seorang hamba untuk mendapatkan kebahagiaan dan keberuntungan di dunia
dan akhirat, maka Alloh akan memberikan taufik kepada dirinya untuk bertaubat, merendahkan diri di
hadapan-Nya dan mendekatkan diri kepada Alloh dengan berbagai kebaikan yang mampu untuk
dilaksanakan. Oleh karena itu, ada seorang ulama salaf mengatakan: “Ada seorang yang berbuat maksiat
tetapi malah menjadi sebab orang tersebut masuk surga. Ada juga orang yang berbuat kebaikan namun menjadi
sebab masuk neraka.” Banyak orang bertanya kepada beliau, bagaimana mungkin hal tersebut bisa terjadi?, lantas
beliau menjelaskan: “Ada seorang yang berbuat dosa, lalu dosa tersebut selalu terbayang dalam benaknya. Dia
selalu menangis, menyesal dan malu kepada Alloh subhanahu wa ta'ala. Hatinya selalu sedih karena memikirkan
dosa-dosa tersebut. Dosa seperti inilah yang menyebabkan seseorang mendapatkan kebahagiaan dan keberuntungan.
Dosa seperti itu lebih bermanfaat dari berbagai bentuk ketaatan, Karena dosa tersebut menimbulkan berbagai hal
yang menjadi sebab kebahagiaan dan keberuntungan seorang hamba. Sebaliknya ada juga yang berbuat kebaikan,
akan tetapi kebaikan ini selalu dia sebut-sebut di hadapan Alloh. Orang tersebut akhirnya menjadi sombong dan
mengagumi dirinya sendiri disebabkan kebaikan yang dia lakukan. Orang tersebut selalu mengatakan ’saya sudah
berbuat demikian dan demikian’. Ternyata kebaikan yang dia kerjakan menyebabkan timbulnya 'ujub, sombong,
membanggakan diri dan merendahkan orang lain. Hal-hal ini merupakan sebab kesengsaraan seorang hamba. Jika
Alloh masih menginginkan kebaikan orang tersebut, maka Alloh akan memberikan cobaan kepada orang tersebut
untuk menghilangkan kesombongan yang ada pada dirinya. Sebaliknya, jika Alloh tidak menghendaki kebaikan pada
orang tersebut, maka Alloh biarkan orang tersebut terus menerus pada kesombongan dan 'ujub. Jika ini terjadi,
maka kehancuran sudah berada di hadapan mata."
Semoga Allah menjadikan kita orang yang pandai bersyukur atas segala nikmat, bersabar terhadap
musibah yang menimpa dan segera bertaubat manakala melakukan kesalahan dan dosa, karena itulah
hakikat kebahagiaan sebenarnya.
ن يالكيا ل
ت م ك
ما فلي يهل ل ي وكإ ليياك ه ي
م بل ك فعكن ل ي وكن ك ك،م قيرآ ل ي
ن ال كعكظ لي ي ل م لفي ال ي ه ي وكل كك ه ي
ه لل ي ك الل ه كباكر ك
.م ي وكل كك ه ي
م لل يه ال يعكظ لي ي كفهر الل ك ست كغي ل ي هك ك
ذا وكأ ي أ كقهوي ه.حك لي يم ل
ل قكويل ل ي كوالذ ذك يرل ال ي ك
KHUTBAH KEDUA
دمششمن،ِت أدمعدماِلإندششا إإنن املدحممدد إنلإ ندمحدمهدهه دوندمستدإعمينههه دوندمستدمغفإهرمه دوندهعوُهذ إباِلإ إممن هشششهرموإر أدمنفهإسششدناِ دوإمششمن دسششييدئاِ إ
ك لدششهه دوأدمشششهدهد أدمشهدهد أدمن لد إإلدهد إإلن اه دومحششددهه لد دشششإرمي د.ي لدهه ضلإمل فدلد دهاِإد د ضنل لدهه دودممن يه م يدمهإدإه اه فدلد هم إ
قدششاِدل.صدحاِبإإه دودسششلندم تدمسششلإميدماِ دكثإميششدرا صنلىَّ اه دعدلىَّ ندبإييدناِ همدحنمدد دودعدلىَّ آلإإه دوأد م أدنن همدحنمددا دعمبهدهه دودرهسموُلههه د
}دودمششن:َّ قدششاِدل تددعششاِدلى.ق تهدقاِتإإه دولد تدهمموُتهنن إإلن دودأنتهششمم يَممسششلإهمموُدن دياِ أديَيهاِ د النإذميدن دءادمهنوُا اتنهقوُا اد دح ن:َّتددعاِدلى
ثهنم امعلدهمموُا فدإ إنن.{ق اد يهدكفيمر دعمنهه دسييدئاِتإإه دويهمعإظمم لدهه أدمجدرا }دودمن يدتن إ:ق اد يدمجدعل لنهه دممخدردجاِ{ دودقاِدل يدتن إ
دياِ أديَيهاِ د النإذميدن،صليَموُدن دعدلىَّ الننبإيي }إإنن اد دودملدئإدكتدهه يه د:صلدإة دوالنسلدإم دعدلىَّ درهسموُلإإه فددقاِدل اد أددمدرهكمم إباِل ن
.{ِصيَلموُا دعلدميإه دودسليهمموُا تدمسلإميدما
دءادمنهموُا د
ك دحإمميششدد إإننشش د،ت دعلدششىَّ إإمبدراإهميششدم دودعلدششىَّ آإل إإمبدراإهميششدم صششلنمي د
صيل دعدلىَّ همدحنمدد دودعدلىَّ آإل همدحنمدد دكدمششاِ د داللنههنم د
ك دحإمميششدد إإننشش د،ت دعدلىَّ إإمبدراإهميدم دودعدلىَّ آإل إإمبدراإهميششدم دودباِإرمك دعدلىَّ همدحنمدد دودعدلىَّ آإل همدحنمدد دكدماِ دباِدرمك د.دمإجميدد
ك إإننشش د،ت ت مالدمحيدششاِإء إممنههششمم دومالدممششدوُا إ دواملهمششمؤإمنإميدن دواملهممؤإمندششاِ إ،ت داللنههنم امغفإمر لإملهممسششلإإمميدن دواملهممسششلإدماِ إ.دمإجميدد
ِ دربنندششاِ آتإندششا. دوأدإردناِ املدباِإطدل باِ دإطلد دوامرهزمقدناِ امجتإندششاِبدهه،ق دح قدقاِ دوامرهزمقدناِ اتيدباِدعهه داللنههنم أدإردناِ املدح ن.بدسإمميدع قدإرمي د
ب لددناِ إممن أدمزدواإجدناِ دوهذيرنياِتإدناِ قهششنرةد أدمعيهششدن دربندناِ هد م.ب النناِإر إفي اليَدمندياِ دحدسندةد دوإفي الإخدرإة دحدسندةد دوقإدناِ دعدذا د
دودسششلددم دعلدششىَّ املهممردسششلإميدن دواملدحممششهد إنلإشش،صششفهموُدن ب املإعنزإة دعنماِ يد إ ك در ي هسمبدحاِدن دربي د.ِدوامجدعملدناِ لإملهمتنإقيدن إإدماِدما
.ب املدعاِلدإمميدن
در ي