You are on page 1of 18

LAPORAN PENDAHULUAN

WAHAM

Disusun oleh :

Bramasta

Isro’ Mas Ayu Novitasari

STIKES SATRIA BHAKTI


NGANJUK
TAHUN AKADEMIK 2016/2017

1
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyusun laporan pendahuluan yang berjudul "Waham" ini banyak


mengalami hambatan. Untuk itu, kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing
mata kuliah Sistem Neurobehavior sehingga makalah ini terselesaikan.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami susun ini masih ada kekurangan dan
kelemahan. Kami menyusun makalah ini atas dasar teori yang sudah ada dalam berbagai
sumber .

Untuk itu, kami mengharapkan kritikan dan saran untuk kesempurnannya dimasa
yang akan datang. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Nganjuk, Oktober 2016

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................................1

KATA PENGANTAR..........................................................................................................2

DAFTAR ISI........................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................................................4

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................4

C. Tujuan.............................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Waham..........................................................................................................6

B. Proses Terjadinya Waham ..............................................................................................6

C. Faktor Prediposisi Waham..............................................................................................8

D. Faktor Presipitasi Waham...............................................................................................8

E. Manifestasi Klinis Waham..............................................................................................9

F. Klasifikasi waham...........................................................................................................10

G. Penatalaksanaan Waham.................................................................................................10

H. Pohon Masalah Waham...................................................................................................11

I. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Waham......................................................................12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................................................................17

B. Saran...............................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................18

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Waham merupakan salah satu gangguan orientasi realitas. Gangguan


orientasi realitas adalah ketidakmampuan klien menilai dan berespons pada
realitas. Klien tidak dapat membedakan rangsangan internal dan eksternal,
tidak dapat membedakan lamunan dan kenyataan. Klien tidak mampu memberi
respons secara akurat, sehingga tampak perilaku yang sukar dimengerti dan
mungkin menakutkan.
Gangguan orientasi realitas disebabkan oleh fungsi otak yang terganggu
yaitu fungsi kognitif dan isi fikir; fungsi persepsi, fungsi emosi, fungsi motorik
dan fungsi sosial. Gangguan pada fungsi kognitif dan persepsi mengakibatkan
kemampuan menilai dan menilik terganggu. Gangguan fungsi emosi, motorik
dan sosial mengakibatkan kemampuan berespons terganggu yang tampak dari
perilaku non verbal (ekspresi muka, gerakan tubuh) dan perilaku verbal
(penampilan hubungan sosial). Oleh karena gangguan orientasi realitas terkait
dengan fungsi otak maka gangguan atau respons yang timbul disebut pula
respons neurobiologik.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari waham?

2. Bagaimana Proses Terjadinya Waham ?

3. Apa Faktor Prediposisi Waham?

4. Apa Faktor Presipitasi Waham?

5. Bagaimana Manifestasi Klinis Waham?

6. Bagaimana Klasifikasi waham?

7. Bagaimana Penatalaksanaan Waham?

8. Bagaimana Pohon Masalah Waham?

9. Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Pasien Waham?

4
C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari waham

2. Untuk mengetahui Proses Terjadinya Waham

3. Untuk mengetahui Faktor Prediposisi Waham

4. Untuk mengetahui Faktor Presipitasi Waham

5. Untuk mengetahui Manifestasi Klinis Waham

6. Untuk mengetahui Klasifikasi waham

7. Untuk mengetahui Penatalaksanaan Waham

8. Untuk mengetahui Pohon Masalah Waham

9. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Pada Pasien Waham

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi waham

Waham adalah suatu keyakinan yang dipertahankan secara kuat terus-menerus,


tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. (Budi Anna Keliat, 2006)

Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang


salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang
budaya klien (Aziz R, 2003).

Ramdi (2000) menyatakan bahwa itu merupakan suatu keyakinan tentang isi
pikiran yang tidak sesuai dengan kenyataan atau tidak cocok dengan intelegensia dan
latar belakang kebudayaannya, keyakinan tersebut dipertahankan secara kokoh dan
tidak dapat diubah-ubah.

B. Proses Terjadinya Waham

Proses terjadinya waham dibagi menjadi enam yaitu :


1. Fase Lack of Human need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhn-kebutuhan klien baik secara
fisik maupun psikis. Secar fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-
orang dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya klien sangat
miskin dan menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
mendorongnya untuk melakukan kompensasi yang salah. Ada juga klien yang
secara sosial dan ekonomi terpenuhi tetapi kesenjangan antara Reality dengan
selft ideal sangat tinggi. Misalnya ia seorang sarjana tetapi menginginkan
dipandang sebagai seorang dianggap sangat cerdas, sangat berpengalaman dn
diperhitungkan dalam kelompoknya. Waham terjadi karena sangat pentingnya
pengakuan bahwa ia eksis di dunia ini. Dapat dipengaruhi juga oleh rendahnya
penghargaan saat tumbuh kembang ( life span history ).

2. Fase lack of self esteem


Tidak ada tanda pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara
self ideal dengan self reality (kenyataan dengan harapan) serta dorongan
kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah melampaui

6
kemampuannya. Misalnya, saat lingkungan sudah banyak yang kaya,
menggunakan teknologi komunikasi yang canggih, berpendidikan tinggi serta
memiliki kekuasaan yang luas, seseorang tetap memasang self ideal yang
melebihi lingkungan tersebut. Padahal self reality-nya sangat jauh. Dari aspek
pendidikan klien, materi, pengalaman, pengaruh, support system semuanya sangat
rendah.

3. Fase control internal external


Klien mencoba berfikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang ia
katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan
kenyataan. Tetapi menghadapi kenyataan bagi klien adalah sesuatu yang sangat
berat, karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan
diterima lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut
belum terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar klien mencoba
memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien itu tidak benar, tetapi
hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan
menjaga perasaan. Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau
konfrontatif berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien tidak merugikan
orang lain.

4. Fase environment support


Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya
menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap sesuatu
yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya diulang-ulang.
Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya norma
( Super Ego ) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong.

5. Fase comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta
menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan
mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien menyendiri
dari lingkungannya. Selanjutnya klien lebih sering menyendiri dan menghindar
interaksi sosial ( Isolasi sosial ).
6. Fase improving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu
keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul
sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang

7
tidak terpenuhi ( rantai yang hilang ). Waham bersifat menetap dan sulit untuk
dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain. Penting
sekali untuk mengguncang keyakinan klien dengan cara konfrontatif serta
memperkaya keyakinan relegiusnya bahwa apa-apa yang dilakukan menimbulkan
dosa besar serta ada konsekuensi sosial.

Penyebab
Berbagai kehilangan dapat terjadi pada pasca bencana, baik kehilangan harta benda,
keluarga maupun orang yang bermakna. Kehilangan ini menyebabkan stress bagi
mereka yang mengalaminya. Jika stress ini berkepanjangan dapat memicu masalah
gangguan jiwa dan waham. (Budi Anna Keliat, 2006: 147)

Akibat
Akibat dari waham klien dapat mengalami kerusakan komunikasi verbal yang ditandai
dengan pikiran tidak realistic, flight of ideas, kehilangan asosiasi, pengulangan kata-
kata yang didengar dan kontak mata yang kurang. Akibat yang lain yang
ditimbulkannya adalah beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.

C. Faktor Prediposisi Waham


1. Genetis : diturunkan, adanya abnormalitas perkembangan sistem saraf yang
berhubungan dengan respon biologis yang maladaptif.
2. Neurobiologis : adanya gangguan pada korteks pre frontal dan korteks limbic
3. Neurotransmitter : abnormalitas pada dopamine, serotonin dan glutamat.
4. Virus : paparan virus influensa pada trimester III
5. Psikologis : ibu pencemas, terlalu melindungi, ayah tidak peduli.

D. Faktor Presipitasi Waham


1. Proses pengolahan informasi yang berlebihan
2. Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal.
3. Adanya gejala pemicu

Rentang respon neurobiologi :

8
E. Manifestasi Klinis Waham
a. Gangguan fungsi kognitif (perubahan daya ingat)
Cara berpikir magis dan primitif, perhatian, isi pikir, bentuk dan pengorganisasian
bicara (tangensial, neologisme, sirkumtansial)
b. Fungsi persepsi
Depersonalisasi dan halusinasi
c. Fungsi emosi
Afek tumpul à kurang respon emosional, afek datar, afek tidak sesuai, reaksi
berlebihan, ambivalen
d. Fungsi motorik
Imfulsif à gerakan tiba-tiba dan spontan, manerisme, stereotopik à gerakan yang
diulang-ulang, tidak bertujuan, tidak dipengaruhi stimulus yang jelas, katatonia.
e. Fungsi sosial : kesepian
Isolasi sosial, menarik diri dan harga diri rendah.
f. Dalam tatanan keperawatan jiwa respon neurobiologis yang sering muncul adalah
gangguan isi pikir : waham dan gangguan persepsi sensori : halusinasi.

9
F. Klasifikasi waham
Tanda dan gejala waham berdasarkan jenis waham meliputi

a. Waham kebesaran: individu meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau


kekuasaan khusus dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan.
Misalnya, "saya ini pejabat didepartemen kesehatan lho!" atau "saya punya
tambang emas"

b. Waham curiga: individu meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang
berusaha merugikan/mencederai dirinya dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak
sesuai kenyataan. Contoh, "saya tahu seluruh saudara saya ingin menghancurkan
hidup saya karena mereka iri dengan kesuksesan saya."

c. Waham agama: individu memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara


berlebihan dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh, "
kalu saya mau masuk surga, saya harus menggunakan pakaian putih setiap hari."

d. Waham somatik: individu meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu
atau terserang penyakit dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh, " saya sakit kanker" (kenyataannya diperiksa di laboratorium tidak
ditemukan tanda-tanda kanker, tetapi pasien terus mengatakan bahwa ia sakit
kanker)

e. Waham nihilistik: individu meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada didunia atau
meninggal dean diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan. Misal, "ini
kan alam kubur ya, semua yang ada disini adalah roh-roh."

G. Penatalaksanaan Waham
1. Psikofarmakologi
2. Pasien hiperaktif / agitasi anti psikotik low potensial
3. Penarikan diri high potensial
4. Psikoterapi
5. Perilaku, terapi kelompok, terapi keluarga, terapi supportif

H. Pohon Masalah Waham

10
I. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Waham
Berbagai kehilangan dapat terjadi pada pascabencana, baik kehilangan harta benda,
keluarga maupun orang yang bermakna. Kehilangan dapat menyebabkan stress bagi
yang mengalaminya. Jika stress ini berkepanjangan dapat memicu masalah gangguan
jiwa waham.

Dokumentasi Asuhan Keperawatan

11
Selama pengkajian, perawat harus mendengarkan, memerhatikan, dan
mendokumentasikan semua informasi, baik melalui wawancara maupun
observasiyang diberikan oleh pasien tentang wahamnya. Berikut ini beberapa contoh
pertanyaan yang dapat perawat gunakan sebagai panduan untuk mengkaji pasien
waham.

1. Apakan pasien memiliki pikiran atau isi pikiran yang berulang-ulang yang
diungkapkan dan menetap?

2. Apakah pasien takut terhadap obyek atau situasi tertentu, atau pasien cemas secara
berlebihan tentang tubuh atau kesehatannya?

3. Apakah pasien pernah merasakan bahwa benda-benda disekitarnya aneh dan tidak
nyata?

4. Apakan pasien pernah merasakan bahwa ia berada diluar tubuhnya?

5. Apakah pasien pernah merasa diawasi atau dibicarakan oleh orang lain?

6. Apakah pasien merasakan bahwa pikiran atau tindakannya dikontrol oleh orang
lain atau kekuatan dari luar?

7. Apakah pasien menyatakan bahwa ia memiliki kekuatan fisik atau kekuatan


lainnya atau yakin bahwa orang lain bisa membaca pikirannya?

Berikut ini format dokumentasi pengkajian dari diagnosis keperawatan waham.

Diagnosis Keperawatan

Setelah pengkajian dilakukan dan data subjektif dan objektif ditemukan pada
pasien, diagnosis keperawatan yang dapat ditegakkan adalah gangguan proses pikir:
WAHAM

Tindakan keperawatan

12
Selanjutnya setelah diagnosis ditegakkan, perawat melakukan tindakan keperawatan
bukan hanya pada pasien, tetapi juga keluarga. Tindakan keperwatan pasien waham
dan keluargannya meliputi:

a. Tindakan keperawatan pada pasien

1. Tujuan keperwatan

a) Pasien dapat berorientasi pada realitas secara bertahap

b) Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar

c) Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan

d) Pasien menggunakan obat dengan prisip 5 benar

2. Tindakan keperawatan

a) Membina hubungan saling percaya

Sebelum mulai mengkaji pasien waham, perawat harus membina


hubungan saling percaya terlebih dahulu agar pasien merasa aman dan
nyaman saat berinteraksi dengan perawat. Tindakan yang harus
perawat lakukan dalam rangka membina hubungan saling percaya,
yaitu

1) Mengucapkan salam terapiutik

2) Berjabat tangan

3) Menjelaskan tujuan interaksi

4) Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu


pasien

b) Membantu orientasi realitas

1) Tidak mendukung atau membantah waham pasien

2) Meyakinkan pasien berada dalam keadaan aman

3) Mengobservasi pengaruh waham pada aktivitas sehari-hari

13
4) Jika pasien terus menerus membicarakan wahamnya,
dengarkan tanpa memberikan dukungan atau menyangkal
sampai pasien berhenti membicarakannya

5) Memberikan pujian jika penampilan atau orientasi pasien


sesuai dengan realitas

c) Mendiskusikan kebutuhan psikologis/ emosional yang tidak terpenuhi


sehingga menimbulkan kecemasan, rasa takut dan marah

d) Meningkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan


emosional pasien

e) Mendiskusikan tentang kemampuan positif yang dimiliki

f) Membantu melakukan kemampuan yang dimiliki

g) Mendiskusikan tentang obat yang diminum

h) Melatih minum obat yang benar

SP 1 pasien: membina hubungan saling percaya, mengidentifikasikan kebutuhan yang


tidak terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan, mempraktikan pemenuhan kebutuhan
yang tidak terpenuhi .

Peragakan komunikasi dibawah ini!

Orientasi

"Selamat pagi, perkenalkan nama saya A, saya perawat yang dinas pagi ini
diruang melati. Saya dinas dari jam 7 pagi sampai jam 2 siang nanti, saya yang akan
merawat anda hari ini. Nama anda siapa, senang dipanggil apa?"

"Boleh kita berbincang-bincang tentang apa yang B rasakan sekarang?"

"Berapa lama B mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 30 menit?

"Dimana enaknya kita berbicang-bincang, B?"

14
Kerja

"Saya mengerti B merasa bahwa B adalah seorang nabi, tetapi sulit bagi saya
untuk mempercayainya karena setahu saya semua nabi sudah tidak ada lagi. Bisa kita
lanjutkan pembicaraan yang tadi terputus B?"

"Tampaknya B gelisah sekali, bisa B ceritakan apa yang B rasakan?"

"O... jadi B merasa takut nanti B diatur-atur oleh orang lain dan tidak punya
hak untuk punya hak untuk mengatur diri B sendir?"

”Siapa menurut B yang sering mengatur-atur diri B?"

"Jadi, ibu yang terlalu mengatur-atur ya B, juga kakak dan adik B yang lain?

"Kalau B sendiri, inginnya seperti apa?"

"Bagus, B sudah punya rencana dan jadwal untuk diri sendiri!"

"Coba kita tuliskan rencana dan jadwal tersebut B"

"Wah bagus sekali! Jadi setiap harinya B ingin ada kegiatan di luar rumah
karena bosan kalau dirumah terus ya?"

Terminasi

"Bagaimana perasaan B setelah berbincang-bincang dengan saya?"

"Apa saja yang telah kita bicarakan? Bagus!"

"Bagaimana kalau jadwal ini B coba lakukan, setuju?"

"Bagaimana kalau saya datang kembali dua jam lagi?"

"Kita bercakap-cakap tentang kemampuan yang pernah B miliki?"

"Mau dimana kita bercakap-cakap?"

"Bagaimana kalau disini lagi?"

15
16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Waham adalah suatu keyakinan yang dipertahankan secara kuat terus-menerus, tetapi
tidak sesuai dengan kenyataan. (Budi Anna Keliat, 2006)

Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang salah.
Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya
klien (Aziz R, 2003).

Proses terjadinya waham dibagi menjadi enam yaitu : Fase Lack of Human need, Fase
lack of self esteem, Fase control internal external, Fase environment support, Fase
comforting, Fase improving.

B. Saran

Dengan disusunnya laporan pendahuluan ini mengharapkan kepada semua pembaca


agar dapat menelaah dan memahami apa yang telah terulis dalam makalah ini sehingga
sedikit banyak bisa menambah pengetahuan pembaca. Disamping itu kami juga
mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca sehinga kami bisa berorientasi lebih
baik pada makalah kami selanjutnya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Anna. (2006). Kumpulan Proses Keperawatan Masalah Jiwa.


Jakarta : FIK, Universitas Indonesia

Aziz R, dkk. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang: RSJD Dr. Amino
Gondoutomo. 2003

Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP
Bandung, 2000

Kusumawati dan Hartono . 2010 . Buku Ajar Keperawatan Jiwa . Jakarta : Salemba
Medika

Stuart dan Sundeen . 2005 . Buku Keperawatan Jiwa . Jakarta : EGC .

Wiwing setiono, 23 januari 2014, laporan pendahuluan waham,


http://lpkeperawatan.blogspot.co.id

18

You might also like