You are on page 1of 14

Pengaruh Shift Kerja Terhadap Kelelahan dan Performansi

Pengendali Kereta Api Indonesia

Lauditta Irianti
Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi Nasional
Jl. PHH Mustofa No 23, Bandung 40124
Email: lauditta.irianti@gmail.com

Abstract

The purpose of this study is to evaluate the effect of shift work on level of fatigue and performance of
railway controller. Seventeen participants are the railway controller of Bandung Station. Fatigue was
measured using subjective questionaire Swedish Occupational Fatigue Inventory (SOFI) and
performance was measured using Psychomotor Vigilance Task based on reaction time. Friedman test
and Bonferonni-Dunn test were used to process data. Statistical analysis indicates there was significant
difference level of fatigue and human performance between shift work. Fatigue occurs at sleepiness,
phsysical discomfort and lack of motivation dimensions, while performance occurs at mean 1/RT, fastest
1/RT and slowest 1/RT (P < 0,10). %. The highest fatigue and the worst performance occurs after night
shift. After night shift, the level of fatigue increased about 37% to 162%, meanwhile performance were
decreased about 3% to 11%. Although there were significant difference of level fatigue, the average
scores are below 1 (score 0-7). This result indicates that the fatigue of controllers are very low. Although
maybe is not really necessary to redesign shift work system, but working hours on each shift still need
to be concerned.

Keywords: controller, fatigue, train, control, performance

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh shift kerja terhadap tingkat kelelahan dan
performansi pengendali kereta api. Partisipan merupakan 17 petugas pengendali kereta api stasiun
besar kelas A Daerah Operasi (DAOP) II Bandung. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner Swedish
Occupational Fatigue Inventory (SOFI) untuk mengukur kelelahan dan Psychomotor Vigilance Task
dengan waktu reaksi untuk mengukur performansi. Pengolahan data dilakukan dengan uji statistika
Friedman dan dilanjutkan dengan uji Post Hoc Bonferonni-Dunn. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
shift kerja signifikan mempengaruhi tingkat kelelahan dan performansi pengendali kereta api. Kelelahan
signifikan terjadi pada tingkat kantuk (sleepiness), ketidaknyamanan fisik (physical discomfort) dan
penurunan motivasi (lack of motivation) sedangkan pada performansi pada parameter mean 1/RT,
fastest 10% 1/RT dan slowest 10% 1/RT (P < 0,10). Tingkat kelelahan tertinggi dan performansi terburuk
terjadi setelah shift malam. Tingkat kelelahan setelah shift malam meningkat sekitar 37%-162%
sedangkan performansi menurun sekitar 3%-11%. Meskipun tingkat kelelahan antar shift berbeda
secara signifikan, namun nilai yang dihasilkan sangat kecil, hal ini menunjukkan bahwa kelelahan yang
dirasa sangat rendah. Berdasarkan hasil penelitian ini, tindakan perbaikan terhadap sistem shift kerja
tidak terlalu diperlukan, namun jam kerja masing-masing shift masih perlu mendapat perhatian.

Kata kunci: controller, kelelahan, kereta Api, pengendali, performansi

Pendahuluan tahun 2012, kecelakaan menurun sekitar 44%


Statistik menunjukkan bahwa kecelakaan jika dibandingkan dengan tahun 2011, namun
kereta api sejak tahun 2010 hingga 2015 rata- pada akhirnya terus meningkat hingga tahun
rata mengalami peningkatan sekitar 17% per 2015. Penyebab kecelakaan kereta api terdiri
tahun (Kementerian perhubungan, 2016). Pada dari lima, yaitu sarana, prasarana, sumber daya
79
manusia, eksternal dan alam. Statistik adalah jadwal pekerjaan di luar jam normal
menunjukkan bahwa faktor alam menempati dengan sistem pertukaran atau pergantian
peringkat pertama sebagai penyebab antara satu individu atau grup dengan individu
kecelakaan kereta api, yaitu sekitar 26% atau grup lainnya (Goswani, Jena, &
(Kementerian perhubungan, 2016) dimana Mohapatra, 2012 ; Health and Safety
alam merupakan faktor yang cukup sulit untuk Executiver, 2006).
dikendalikan. Peringkat kedua sebagai faktor Penelitian sebelumnya menunjukkan
penyebab kecelakaan kereta api adalah beberapa dampak shift kerja yaitu
sumber daya manusia (sekitar 24%). mempengaruhi tingkat kantuk (Gerber,
Dalam operasionalnya, PT. Kereta Api Hartmann, Brand, Trachsler dan Puhse, 2010;
Indonesia membutuhkan sumber daya manusia Jay, Dawson, Ferguson & Lamond, 2008 ;
yang sangat banyak. Terdapat tiga divisi utama Wilkinson, Allison, Feeney & Zaminska, 2007 ;
yang berperan penting dalam Operasional Ashberg, 1998 ), tingkat kelelahan ( Dorrian,
perjalanan kereta api dimana salah satunya Baulk & Dawson, 2011; Grandjean, Wotzka,
adalah divisi pengendali kereta api. Pengendali Schaad & Gilgen, 2007; Ashberg, 2000 ),
adalah bagian yang bertugas untuk mengawasi gangguan kognitif (Titova, Lindberg, Elmstahl,
perjalanan kereta api baik dalam satu daerah Lind & Schioth, 2016 ; Ozdemir, Selvi, Ozkol,
operasi maupun dalam satu stasiun. Selain itu Aydin & Tuluce, 2013) , gangguan konsentrasi
pengendali bertugas dalam mengawasi dan dalam bekerja (Gerber, Hartmann, Brand,
menentukan lintasan mana yang akan dilalui Trachsler & Puhse, 2010) dimana pada
oleh kereta, menentukan penambahan atau akhirnya berdampak pada performansi kerja
pengurangan perjalan kereta api serta (Coffey, Skipper & Jung, 2006). Pekerja yang
menentukan pembatalan perjalanan (Irianti, bekerja dengan sistem shift kerja
Geovania & Iridiastadi, 2015). memungkinkan untuk mengalami kurang tidur
Perjalanan kereta api berlangsung selama akibat dari shift malam. Penelitian sebelumnya
21 jam dalam sehari yaitu dari pukul 03.00 - menunjukkan bahwa kurang tidur berdampak
00.00 sehingga petugas pengendali diwajibkan pada menurunnya performansi yang
bekerja dalam sistem shift yang terdiri dari shift membutuhkan perhatian (Tucker, Whitney,
pagi, siang dan malam. Shift pagi berawal dari Balenky, Hinson & Van Dongen, 2010), dan
pukul 08.00 - 14.00, shift siang berawal dari menganggu kecepatan reaksi (Yogi & Hirkarni,
pukul 14.00 - 20.00 dan shift malam berawal 2016 ).
dari pukul 20.00 – 08.00. Pola shift kerja pada Health and Safety Executiver (2006)
pengendali kereta api adalah 2-2-1-2 (2 pagi, 2 menggambarkan hubungan antara desain
siang, 1 malam, 2 libur). Petugas pengendali pekerjaan terhadap performansi kerja dan
dituntut untuk waspada, konsentrasi, dan cepat menjelaskan bahwa salah satu faktor desain
dalam memberikan keputusan. Penelitian pekerjaan adalah shift kerja, dimana hal
sebelumnya mengenai pengendali kereta api tersebut dapat berpengaruh terhadap tingkat
menunjukkan bahwa beban kerja pengendali kelelahan manusia dan pada akhirnya
secara signifikan mempengaruhi tingkat mempengaruhi performansi manusia.
kelelahan (Dorrian, Baulk & Dawson, 2011), Kelelahan adalah perasaan abnormal berupa
tingkat kantuk yang diakibatkan oleh shift letih, lesu, menurunnya kewaspadaan dan
malam (Cotrim, Carvalhais, Neto, Teles & lainnya (Ummul & Kameshwara, 2012) yang
Noriega & Rebelo, 2017) serta mengakibatkan menimbulkan keinginan untuk beristirahat
gangguan kognitif (Elfering, Grebner & Haller, (Williamson, Lombardi, Folkard, Stuuts,
2012). Courtney, 2009). Kelelahan telah
Performansi yang tinggi, khususnya diidentifikasikan sebagai faktor yang
performansi kognitif, merupakan kewajiban berkontribusi pada terjadinya kecelakaan, luka
yang dimiliki oleh para petugas pengendali bahkan kematian dimana implikasinya adalah
karena hal tersebut sangat berkaitan dengan seseorang yang lelah menghasilkan
kelancaran dan keselamatan perjalanan kereta performansi, kinerja dan keselamatan yang
api. Salah satu faktor yang mempengaruhi rendah (Wilkinson, Allison, Feeney & Zaminska,
performansi kerja manusia adalah karateristik 2007; Barbey, Reeves, Arnulf & Holmes, 2007).
pekerjaan (Bridger, 2008) dimana salah satu Kelelahan pada lingkup pekerjaan kereta api
ruang lingkupnya adalah shift kerja. Shift kerja

80
merupakan suatu isu penting dalam namun pada saat penelitian berlangsung, 4
keselamatan kerja (Harma, 2002). orang di rotasi oleh pihak perusahaan ke divisi
Performansi manusia adalah pemenuhan atau kota lain, sehingga total partisipan hingga
tugas yang dilakukan oleh satu orang atau grup akhir adalah 17 orang. Data demografi dapat
kerja (Gawron, 2008). Waktu reaksi merupakan dilihat pada Tabel 1
salah satu parameter dalam mengukur
performansi kerja (Gawron, 2008). Waktu Tabel 1. Data Demografi Partisipan
reaksi adalah kecepatan manusia dalam Rata-rata ±
Demografi
merespon suatu rangsangan (stimulus). Salah St.dev
satu pengujian waktu reaksi adalah dengan uji Umur (tahun) 36 ± 6,69
Psychomotor Vigilance Task (PVT). PVT Lama tidur semalam (Jam) 6,51 ±1,28
adalah uji kewaspadaan untuk jenis pekerjaan Lama perjalanan ke tempat kerja-
50,88 ±53,36
yang membutuhkan perhatian khusus, yang Lancar (menit)
bebas dari efek pembelajaran, dan sensitif Lama perjalanan ke tempat kerja-
62,65 ±36,15
terhadap efek kurang tidur, patologi tidur dan macet (menit)
fase jam biologis (Johns, 2009 ; Dorria dkk., Lama bekerja sebagai
9,06± 8
2006 dalam Gunzelman, Gross, Gluck & PK/PPKA(bulan)
Dinges, 2009).
Performansi kerja paling buruk terjadi saat Seluruh partisipan tidak memiliki sejarah
bekerja terlalu malam hingga pagi dan penyakit fisik maupun mental. Sistem
performansi terbaik terjadi saat bekerja dari perusahaan mewajibkan setiap karyawan untuk
pagi hingga sore (Spencer, 1987 dalam Bridger, mengalami rotasi pekerjaan yang dirasa sesuai
2008). Performansi yang buruk dapat berisiko dengan kapabilitas masing-masing sehingga
dalam terjadinya kecelakaan kerja. Bagi pekerja tidak terlepas kemungkinan bahwa para
saat shift pagi, risiko kecelakaan kerja terjadi karyawan telah bekerja sangat lama di PT.KAI
setelah pukul 13.00. Bagi pekerja shift siang namun baru beberapa saat sebagai pengendali.
risiko kecelakaan kerja terjadi setelah pukul
21.00 dan bagi pekerja shift malam risiko Alat Ukur
kecelakaan kerja terjadi setelah pukul 05.00 Alat ukur yang digunakan dalam mengukur
(Hanecke dkk., 1998 dalam Bridger, 2008). kelelahan adalah kuesioner Swedish
Penelitian mengenai pengendali kereta api Occupational Fatigue Inventory (SOFI) dan
di Indonesia masih dapat dikatakan minim. pengukuran performansi dengan waktu reaksi.
Penelitian mengenai shift kerja untuk pegawai SOFI adalah pengukuran kelelahan secara
kereta api di Indonesia dilakukan terhadap subjektif yang dikembangkan oleh Ashberg
pekerja bagian daily check (Pratiwi, 2016) dan (1998) yang terdiri dari lima dimensi yaitu : (1)
penjaga perlintasan (Muhammad, 2009). Lack of energy (penurunan energi) ; (2)
Penelitian mengenai pengendali kereta api Physical exertion (ketidaknyamanan pada fisik
meliputi pengaruh beban kerja mental dan secara keseluruhan) ; (3) Physical Discomfort
kelelahan terhadap kesalahan operator (ketidaknyamanan pada beberapa bagian fisik
(Nurussakinah, Puspitasari & Rumita, 2014). tubuh tertentu) ; (4) Lack of motivation
Penelitian mengenai shift kerja pada (penurunan motivasi) ; (5) Sleepiness (kantuk).
pengendali telah dilakukan namun melihat Masing-masing dimensi terdiri dari empat
pengaruh terhadap stres kerja (Irianti, Geovania faktor. Kuesioner SOFI terdiri dari tujuh skala
& Iridiastadi, 2015). Tujuan dari penelitian ini dimana skala 0 berarti “tidak merasa sama
adalah untuk mengevaluasi hubungan antara sekali” hingga skala 6 yaitu “merasa sangat
shift kerja terhadap kelelahan dan performansi tinggi” (Ashberg, 1998 ; Ashberg, 2000 ;
pada pengendali kereta api Indonesia. Johansson, Ytterberg, Back, Holmqvist & Koch,
2008) Kuesioner SOFI diterjemahkan ke dalam
Metodologi Penelitian bahasa Indonesia atas bantuan ahli bahasa.
Partisipan SOFI dibuat dalam tiga versi untuk masing-
Partisipan pada penelitian ini adalah seluruh masing shift, perbedaan tersebut hanya dari
petugas pengendali kereta Daerah Operasi 2 urutan pernyataan. Hal ini dilakukan untuk
Stasiun Bandung berjenis kelamin pria. Pada meminimisasi memory effect (efek ingatan)
awal penelitian total partisipan adalah 21 orang, pada responden (Leung, Chan & He,v 2004).

81
Pengukuran waktu reaksi menggunakan alat bahwa jumlah sampel yang digunakan kecil.
ukur software Reaction Times V4.03. Partisipan Derajat kepercayaan (α) yang digunakan
diminat untuk memperhatikan layar komputer adalah 10%. Jika hasil pengujian menunjukkan
dan menekan tombol spasi pada keyboard saat bahwa shift kerja signifikan mempengaruhi
stimulus muncul. Stimulus yang diberikan kelelahan dan waktu reaksi, maka selanjutnya
merupakan stimulus visual berupa persegi dilakukan uji Bonferonni-Dunn Post Hoc
panjang berukuran 5,687 x 3,254 cm berwarna (Demsar 2006 ; Newson 2006) untuk
merah dengan latar belakang berwarna hijau. mengetahui shift mana yang paling
Stimulus dimunculkan dengan posisi random. mempengaruhi waktu reaksi. Derajat
Interval waktu antar stimulus adalah 3-7 detik kepercayaaan untuk uji Bonferonni-Dunn Post
(Blatter, Graw, Munch, Knoblauch, Justice & Hoc menjadi 0,333 (α / k).
Cajochen, 2006 ; Graw, Krauchi, Knoblauch,
Wirz-Justice & Cajochen, 2004). Pengukuran Hasil dan Pembahasan
dilakukan selama 5 menit (Loh, Lamond, Hasil pengukuran SOFI akan dirata-ratakan
Dorrian, Roach, & Dawsn, 2004 ; Graw, untuk seluruh partisipan sedangkan hasil
Krauchi, Knoblauch, Wirz-Justice & Cajochen, pengukuran untuk waktu reaksi sebelum dan
2004). Terdapat empat variabel pengukuran setelah bekerja pada setiap shift akan dirata-
yang diamati (Basner, Mollicone & Dinges, ratakan sehingga satu shift hanya memiliki satu
2011 ; Basner dan Dinges, 2011; Loh, Lamond, nilai SOFI dan waktu reaksi. Hasil pengukuran
Dorrian, Roach, & Dawsn, 2004 ; Stoohs, SOFI dan waktu reaksi dapat dilihat pada Tabel
Phillip, Andries, Finlayson & Guilleminault, 2
2009; Blatter, Graw, Munch, Knoblauch, Justice Tabel 2 menunjukkan bahwa tingkat kantuk
& Cajochen, 2006) yaitu: (1) mean 1/RT; (2) (sleepinees) tertinggi terjadi pada saat shift
slowest 10% 1/RT; (3) fastest 10% 1/RT ; (4) malam. Selain itu, data menunjukkan bahwa
number of lapses. saat shift malam pekerja merasakan
ketidaknyamanan pada beberapa bagian fisik
Prosedur Penelitian tubuh tertentu (physical discomfort) serta
Penelitian dilakukan langsung di lapangan di penurunan energi (lack of energy) tertinggi.
tempat kerja. Setiap partisipan melakukan Berbeda dengan ketiga dimensi tersebut, data
latihan penggunaan alat satu minggu sebelum menunjukkan bahwa pekerja mengalami
eksperimen dilakukan (Kaida, Takahashi, penurunan motivasi (lack of motivation) serta
Akestedt, Nakata, Otsyka, Haratani & ketidaknyamanan pada fisik secara
Fukasawa, 2006) yang bertujuan menghindari keseluruhan (physical exertion) tertinggi pada
hasil pengukuran yang bias yang disebabkan saat shift siang. Berdasarkan Tabel 2 diperoleh
oleh faktor pembelajaran alat. bahwa shift malam menghasilkan nilai terendah
Pengambilan data dilakukan baik pada shift untuk pa rameter mean 1/RT, shortest 10%
pagi, shift siang dan shift malam untuk masing- 1/RT dan longest 10% 1/RT. Semakin kecil
masing partisipan. Dalam mengukur kelelahan parameter 1/RT menunjukkan bahwa waktu
dengan menggunakan kuesioner SOFI reaksi semakin melambat. Tabel 2 pun
dilakukan satu kali pada setiap shift di akhir menunjukkan shift malam menghasilkan
setelah bekerja sedangkan pengukuran waktu number of lapses yang paling tinggi. Pola hasil
reaksi data diambil dua kali pada setiap shift, pengukuran waktu SOFI dan waktu reaksi
yaitu saat sebelum bekerja dan tepat setelah masing-masing partisipan pada setiap shift
bekerja. Setiap partisipan mengalami semua dapat dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2
perlakuan sehingga penelitian ini merupakan Gambar 1 menunjukkan pola hasil
eksperimen within –subject. pengukuran SOFI pada setiap shift untuk
masing-masing partisipan. Gambar 1a,1b dan
Statistika 1c menunjukkan bahwa nilai yang dihasilkan
Pengolahan data dilakukan menggunakan pada dimensi physical discomfort, sleepiness
software SPSS Statistic v20. Uji statistik yang dan lack of motivation sebagian besar berada
digunakan adalah Friedman untuk menguji pada kisaran 0-1. Saat shift pagi hanya sekitar
signifikansi pengaruh shift kerja terhadap 6% dan saat shift malam hanya sekitar 12%
kelelahan dan waktu reaksi. Penggunaan uji yang merasakan physical discomfort di atas
Friedman dilakukan berdasarkan pertimbangan skala 1.

82
Dimensi sleepiness menghasilkan proporsi 12% sedangkan saat shift malam sekitar 41%
yang sedikit berbeda dengan physical yang menghasilkan nilai sleepiness di atas
discomfort. Saat shift pagi dan siang sekitar skala 1.
Tabel 2. Hasil pengukuran waktu reaksi dan SOFI

Shift Pagi Shift Siang Shift Malam


Pengukuran Parameter
rata-rata st.dev max min rata-rata st.dev max min rata-rata st.dev max min
Mean 1/RT (kali/detik) 2,48 0,57 3,37 1,28 2,37 0,57 3,15 1,20 2,25 0,55 2,99 1,38
Fastest 10% 1/RT (kali/detik) 3,45 0,56 4,36 2,36 3,34 0,52 4,43 2,43 3,24 0,55 4,26 2,20
Waktu Reaksi
Slowest 10% 1/RT (kali/detik) 1,66 0,53 2,65 0,75 1,55 0,55 2,53 0,55 1,47 0,57 2,33 0,54
number of lapses (buah) 8,62 7,66 26,50 0,50 11,71 13,07 43,00 0,00 14,65 14,01 48,00 0,50
Sleepiness 0,58 0,62 2,50 0,00 0,38 0,52 1,75 0,00 1,00 0,92 3,00 0,00
Physical Discomfort 0,26 0,53 2,25 0,00 0,22 0,26 0,75 0,00 0,53 0,76 2,50 0,00
SOFI Lack of Motivation 0,34 0,62 2,25 0,00 0,51 0,89 3,00 0,00 0,49 0,65 2,25 0,00
Lack of Energy 0,71 0,74 2,75 0,00 0,76 0,74 2,25 0,00 1,04 1,08 3,75 0,00
Physical Exertion 0,51 0,62 2,50 0,00 0,78 0,70 2,50 0,00 0,76 0,90 2,50 0,00

PHYSICAL DISCOMFORT SLEEPINESS


6 6

5 5

4 4
Skala

Skala

3 3

2
2

1
1

0
0 18 36 0
shift pagi shift siang shift malam 0 18 36
shift pagi shift siang shift malam

(a) (b)
LACK OF MOTIVATION LACK OF ENERGY
6 6

5 5

4 4
Skala
Skala

3 3

2 2

1 1

0 0
0 18 36
shift pagi shift siang shift malam shift pagi shift siang shift malam

(c) (d)
PHYSICAL EXERTION
6

4
Skala

0
shift pagi shift siang shift malam

83
(e)

Gambar 1. Pola pengukuran SOFI pada setiap dimensi

Mean 1/RT Fastest 10% 1/RT


5,00
5,00
4,50
4,50
4,00
4,00
3,50
3,50

kali/detik
3,00
kali / detik

3,00
2,50
2,50
2,00
2,00
1,50
1,50
1,00
1,00
0,50
0,50
0,00
shift pagi shift siang 0,00
shift malam shift pagi Shift siang
0 18 36 Shift malam

(a) (b)

Slowest 10% 1/RT Number of lapses


55
5,00
50
4,50
45
4,00
40
3,50
kali/detik

35
3,00
30
buah

2,50 25
2,00 20
1,50 15
1,00 10
0,50 5
0,00 0
0 shift pagi 18 36 0 18 36
shift siang shift malam shift pagi shift siang shift malam

(c) (d)

Gambar 2. Pola pengukuran waktu reaksi pada setiap parameter

Terlihat bahwa pola sleepiness saat shift menunjukkan bahwa pola penyebaran
malam lebih menyebar. Pada dimensi lack of parameter number of lapses pada keseluruhan
motivation, saat shift pagi sekitar 12% shift sebagian besar (sekitar 63%) berada pada
sedangkan saat shift siang dan malam sekitar rentang 0 -10.
18% yang menghasilkan nilai di atas skala 1. Perhitungan statistika Friedman dan
Gambar 1d dan 1e menunjukkan bahwa nilai Bonferonni test dilakukan untuk melihat
dimensi lack of energy dan physical exertion signifikansi pengaruh antara shift kerja
memiliki pola yang sangat bervariasi. terhadap pengukuran yang dapat dilihat pada
Gambar 2.a menunjukkan pola penyebaran Tabel 3. Berdasarkan Tabel 3, Shift kerja
parameter mean 1/RT dimana terlihat bahwa secara signifikan mempengaruhi kelelahan dan
sebagian besar (sekitar 71%) dari keseluruhan performansi manusia. Shift kerja
shift nilai yang dihasilkan berada pada nilai 2-3 mempengaruhi kelelahan pada dimensi SOFI,
1/RT. Gambar 2b menunjukkan pola yaitu sleepiness, physical discomfort dan lack of
penyebaran parameter fastest 10% 1/RT motivation, sedangkan shift kerja
dimana sebagian besar (sekitar 55%) dari mempengaruhi performansi pada parameter
keseluruhan shift menghasilkan nilai di antara waktu reaksi fastest 10% 1/RT, slowest 10%
3-4 1/RT . Gambar 2c menunjukan bahwa 1/RT dan number of lapses. Berdasarkan hasil
sebagian besar (sekitar 63%) dari keseluruhan bonferonni-test terhadap parameter-parameter
shift menghasilkan nilai di antara 1-2 pada yang terbukti signifikan, menunjukkan bahwa
parameter slowest 10% 1/RT. Gambar 2d sebagian besar shift malam yang paling
84
mempengaruhi hasil pengukuran, terutama jika mempengaruhi tingkat kantuk jika dibandingkan
dibandingkan dengan shift pagi. Statistik kedua shift lainnya. Hal ini menunjukkan
menunjukkan bahwa hasil pengukuran antara indikasi yang sama pada penelitian Ashberg
shift malam dan siang tidak terlalu signifikan (2000) bahwa kantuk paling signifikan terjadi
berbeda. Namun, parameter SOFI sleepiness setelah shift malam.
menunjukkan hal yang berbeda, yaitu bahwa
shift malam merupakan yang paling

Tabel 3. Perhitungan statistika seluruh pengukuran

Pengukuran Parameter Friedman test Bonferroni-Dunn test

Mean 1/RT (kali/detik) P > 0.10 -


Fastest 10% 1/RT (kali/detik) P < 0.10 malam terhadap pagi (P < 0,033)
Waktu Reaksi
Slowest 10% 1/RT (kali/detik) P < 0.10 tidak ada perbedaan yang signifikan
number of lapses (buah) P < 0.10 malam terhadap pagi (P < 0,033)
Sleepiness P < 0.10 malam terhadap pagi (P < 0,033) & malam terhadap siang (P < 0,033). Malam*
Physical Discomfort P < 0.10 malam terhadap pagi (P < 0,033)
SOFI Lack of Motivation P < 0.10 tidak ada perbedaan yang signifikan
Lack of Energy P > 0.10 -
Physical Exertion P > 0.10 -

Keterangan *) Shift tersebut sangat signifikan mempengaruhi jika dibandingkan kedua shift lainnya

dibandingkan shift pagi dan siang, sedangkan


Berdasarkan hasil pengukuran SOFI, Pada parameter slowest 1/RT menunjukkan bahwa
umumnya tingkat kantuk meningkat saat shift saat shift malam lebih lambat sekitar 5%-11%.
malam. Peningkatan tingkat kantuk berkisar Jika dilihat berdasarkan parameter number of
antara 73% hingga 162% jika dibandingkan lapses, saat shift malam mengalami
dengan shift pagi dan siang. Tingkat kantuk peningkatan 25%-70%.
terendah terjadi saat shift siang yang berarti Pengukuran SOFI menunjukkan bahwa shift
dapat dikatakan bahwa saat shift siang lah kerja signifikan mempengaruhi kelelahan dalam
operator merasa sangat terjaga. Tingkat hal kantuk (sleepiness), ketidaknyamanan fisik
ketidaknyamanan fisik (physical discomfort) (physical discomfort) dan penurunan motivasi
tertinggi terjadi saat malam hari. Peningkatan (lack of motivation). Hasil pengukuran sedikit
rasa ketidaknyamanan fisik (physical berbeda dengan hasil penelitian Ashberg
discomfort) berkisar antara 101% - 140%. (1988) yang mendeskripsikan bahwa shift kerja
Penurunan motivasi menunjukkan adanya secara kuat mempengaruhi tingkat kantuk
perbedaan yang signfikan antar shift namun (sleepiness), penurunan motivasi (lack of
saat diuji lebih lanjut dengan uji Bonferonni- motivation) dan penurunan energi (lack of
Dunn Post Hoc hasil tidak menunjukkan shift energy). Pada penelitian ini, petugas
mana yang paling signifikan berbeda. Hal ini pengendali merasakan bahwa energi yang
dapat disebabkan karena jumlah sampel dihabiskan pada setiap shift tidak berbeda.
partisipan yang kecil. Meskipun begitu, hasil uji Dengan kata lain, petugas pengendali
Friedman yang menunjukkan signifikan tetap merasakan bahwa beban pekerjaan setiap shift
valid. Data menunjukkan bahwa adanya tidak berbeda.
penurunan motivasi saat shift siang dan malam Tidak adanya penurunan energi (lack of
sebesar 42%-51% jika dibandingkan shift pagi. energy) yang berbeda dalam setiap shift dapat
Hasil pengukuran waktu reaksi disebabkan kondisi kerja. Saat shift malam,
menunjukkan shift malam menghasilkan waktu waktu kerja dimulai sejak pukul 20.00-08.00,
reaksi terlama. Meskipun parameter mean 1/RT yaitu 12 jam. Jam kerja shift malam lebih
terbukti tidak signifikan berbeda antar shift, panjang dari shift pagi dan siang yang hanya 6
namun shift malam menghasilkan waktu reaksi jam masing-masing. Namun saat shift malam
lebih lambat sekitar 5%-9% jika dibandingkan terdapat waktu kosong dari pukul 00.02-03.12,
dengan shift pagi dan siang. Parameter fastest kurang lebih 3 jam, yang dapat digunakan oleh
10% 1/RT menunjukkan saat shift malam waktu para karyawan untuk beristirahat. Meskipun
reaksi lebih lambat sekitar 3%-6% jika pada kenyataannya, saat penelitian dilakukan,
85
tidak semua petugas pengendali menggunakan terdapat beberapa hasil pengukuran yang
waktu tersebut untuk beristirahat, dengan menghasilkan nilai SOFI paling tinggi jika
alasan menonton acara televisi atau merasa dibandingkan nilai lainnya dimana nilai tertinggi
tanggung untuk tidur hanya 3 jam. Selain itu, di sekitar skala 4, sedangkan sebagian besar
pekerjaan awak darat operasional merupakan hasil pengukuran berada di skala 3 ke bawah.
pekerjaan yang tidak membutuhkan banyak Hal ini menunjukkan bahwa implikasi
aktivitas bergerak, hanya duduk, namun operasional tidak terlalu berdampak kepada
membutuhkan ketelitian dan kewaspadaan tingkat kelelehan, namun faktor individu dalam
yang sangat tinggi, sehingga kemungkinan penelitian ini memungkinkan dalam
timbulnya perasaan lesu, lunglai atau mempengaruhi hasil.
kehabisan energi tidak terlalu tinggi. Situasi dan Hasil pengukuran waktu reaksi sedikit
kondisi lainnya, seperti ketersediaan makanan berbeda dibandingkan hasil pengukuran SOFI.
pun, dapat berpengaruh. Meskipun lokasi divisi Berdasarkan pengukuran SOFI dimensi kantuk
pengendali jauh dari pusat stasiun dan pusat (sleepiness) menunjukkan bahwa saat shift
makanan, namun terdapat petugas khusus, siang pengendali merasa sangat terjaga dan
khususnya pada malam hari, yang paling waspada, sedangkan pengukuran waktu
menyediakan makanan dan minuman bagi para reaksi menunjukkan bahwa pengendali paling
petugas pengendali. waspada saat shift pagi. Hal ini dapat
Ashberg (1998) mendeskripsikan bahwa diakibatkan oleh faktor irama sirkadian
ketidaknyaman fisik (physical discomfort) dapat manusia. Menurut irama sirkadian, mulai pukul
disebabkan karena pekerjaan statis. Petugas 6 pagi suhu tubuh manusia akan meningkat dan
pengendali bekerja dengan tipe pekerjaan puncaknya adalah pukul 7 malam. Hormon
statis, dimana mereka bekerja dengan duduk di melatonin yang berpengaruh pada timbulnya
atas kursi menghadap meja dan panel-panel kantuk pada manusia pun terhenti pada pukul
atau komputer untuk mengontrol perjalanan 07.30 pagi. Kenneth dkk., (2002) dalam Amin
kereta api. Tidak dibutuhkan suatu kondisi yang (2006) mendeskripsikan bahwa adanya
mewajibkan banyaknya pergerakan tubuh. hubungan antara suhu tubuh dengan
Pada penelitian ini ketidaknyaman fisik performansi manusia. Kenaikan suhu tubuh
(physical discomfort) lebih terasa saat shift mempengaruhi fungsi kognitif yang melibatkan
malam. Hal ini sejalan dengan penelitian performansi seperti ingatan, kewaspadaan dan
sebelumnya oleh Basner dkk., (2008) dan perhatian visual.
Costa (1996) dalam Rameshbabu (2012). Berdasarkan data waktu reaksi untuk
Ashberg (1988) mendeskrisikan bahwa keempat parameter menunjukkan bahwa shift
penurunan motivasi (lack of motivation) dapat malam yang menghasilan performansi
disebabkan tuntutan kerja mental. Pekerjaan terendah. Hal ini sesuai dengan penelitian
pengendali membutuhkan konsentrasi, sebelumnya (Kazemi, Haidarimoghadam,
ketelitan dan kewaspadaan yang tinggi dengan Motamedzadeh, Golmohamadi, Soltanian &
risiko jika terjadi kesalahan maka berkaitan Zoghipaydar, 2016) yang mendeskripsikan
dengan keselamatan kereta api. Tipe pekerjaan bahwa performansi, khususnya performansi
tersebut merupakan tipe pekerjaan mental. kognitif, menurun setelah shift malam. Namun,
Kandel dkk., (2000) dalam Leung, Chan & He dari keempat parameter tersebut, perbedaan
(2004) pun mendeskripsikan bahwa kelelahan antar shift yang sangat mencolok adalah
mental dapat mengakibatkan timbulnya rasa number of lapses. Number of lapses
kantuk dan penurunan motivasi. menunjukkan bahwa partisipan merespon
Meskipun dimensi kantuk (sleepiness), stimulus ≥ 500ms, dimana hal tersebut
penurunan motivasi (lack of motivation) dan menunjukkan adanya kesalahan yang
ketidaknyaman fisik (physical discomfort) diakibatkan oleh kelalaian atau penurunan
terbukti signifikan berbeda, namun sebagian kewaspadaan (Basner, Mollicone & Dinges,
besar skala yang dihasilkan dibawah skala 1. 2011). Berdasarkan pengolahan data bahwa
Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ketiga peningkatan number of lapses di pada malam
dimensi tersebut signifikan dipengaruhi oleh hari adalah yang tertinggi dibandingkan
shift kerja, namun dampaknya tidak terlalu parameter lainnya, yaitu mencapai 70% jika
berarti, para pengendali masih dapat bekerja dibandingkan kedua shift lainnya. Hal ini
dengan baik. Jika dilihat pada Gambar 1

86
menunjukkan bahwa performansi terburuk lebih dari 8 jam dapat meningkatkan risiko
terjadi saat shift malam. kesalahan dan kecelakaan kerja. Menurut
Secara keseluruhan, tingkat kelelahan Safety and health Executive (2006) untuk
setelah shift malam meningkat sekitar 37% pekerjaan monoton, membutuhkan konsentrasi
hingga 162% dan tingkat performansi setelah dan ketelitian tinggi, terisolasi dan penuh
shift malam menurun sekitar 3% hingga 11% waspada diharapkan tidak bekerja lebih dari 8
jika dibandingkan shift pagi dan siang. Hal ini jam.
sedikit berbeda dengan hasil penelitian Harma, Menyamakan jam kerja antara shift pagi,
Saliinen, Ranta, Mutanen & Muller (2002) siang dan malam menjadi 7 jam masing-
bahwa kelelahan dan kantuk tidak hanya terjadi masing dapat menjadi pertimbangan bagi
saat shift malam, namun juga shift pagi. perusahaan. Jika shift pagi dan siang lebih
Jika dilihat dari pola shift kerja serta waktu banyak jam kerjanya, meskipun masih dalam
istirahat, sebagian besar perusahaan telah batas yang disarankan, dikhawatirkan akan
menetapkan sistem sesuai yang disarankan berdampak pada shift pagi dan siang yang
pada penelitian sebelumnya (Hesselink, 2010 ; menjadi puncak kelelahan dan performansi
Bridger, 2009; Health and Safety Executive, terburuk. Selain itu, jika jam kerja kedua shift
2006 ; Knauth & Hornberger, 2003). Penelitian tersebut lebih panjang dari 7 jam, terdapat
sebelumnya mendeskripsikan bahwa pola shift kemungkinan shift siang akan selesai lebih dari
sebaiknya tidak permanen, menggunakan pukul 22.00. Knauth dan Hornberger (2003)
sistem fast rotation, mengadaptasi sistem mendeskripsikan bahwa waktu selesai shift
forward. Hindari durasi jam kerja lebih dari 8 kerja akan lebih baik tidak melebihi pukul 22.00,
jam, waktu istirahat antar shift yang berbeda hal tersebut dilakukan untuk meminimisasi
minimal 11 jam, setelah shfit malam sebaiknya tingkat kantuk yang terjadi dan memungkinkan
mendapatkan libur kerja. Selain itu diharapkan agar manusia masih dapat bersosialisasi.
untuk menghindari hari kerja saat weekend Terdapat beberapa faktor lain yang dapat
karena akan menimbulkan stres sosial. Hindari mempengaruhi hasil pengukuran. Faktor lain
menetapkan waktu mulai kerja dibawah jam 7 seperti kepribadian (Bridger, 2008), status
pagi untuk shift pagi. PT.KAI telah menetapkan menikah ataupun jumlah anak (Baker dkk.,
sistem forward dengan fast rotation, yaitu 2-2- 2004 dalam Ryan dkk, 2008) mungkin saja
1-2 (2 hari shift pagi- 2 hari shift siang-1 hari mempengaruhi tingkat kelelahan dan
shift malam-2 hari libur). Shift pagi dimulai pukul performansi para pengendali. Begitu juga
08.00 dan waktu istirahat antar shift yang sama dengan usia. Harma dkk., (2002)
16 jam serta antar shift berbeda hampir 24 jam. mengklasifikasikam usia menjadi dua bagian
Terdapat sedikit permasalahan mengenai yaitu di bawah 43 tahun (muda) dan 43 tahun
jam kerja. Jam kerja masing-masing antar shift ke atas (tua). Pada penelitian in, hampir 82%
berbeda dimana shift pagi 6 jam shift siang 6 usia partisipan di bawah 43 tahun. Harma dkk.,
jam, dan shift malam 12 jam. Narciso, Barela, (2002) mendeskripsikan bahwa pada masinis,
Aguiar, Carvalho & Tufik (2016) golongan muda lebih berisiko mengalami
mendeskrispikan bahwa pekerja malam dengan kantuk dibandingkan yang lebih tua. Rata-rata
durasi kerja 12 jam berdampak pada penurunan pengalaman bekerja para pengendali adalah
performansi. Shift malam mengalami jam kerja 9,06 ± 8 bulan. Pengalaman kerja dapat
terlama disebabkan adanya adanya selang 3 menjadi faktor yang mempengaruhi namun
jam tanpa pekerjaan apapun, yaitu jam 12 faktor-faktor tersebut tidak dibahas lebih dalam
malam hingga 3 subuh, karena tidak ada pada penelitian ini
perjalanan kereta api. Shift pagi dan siang Hasil penelitian ini diperoleh berdasarkan
adalah saat dimana jadwal kereta terpadat. partisipan pria, akan ada kemungkinan hasil
Rata-rata waktu selang antar kereta (baik penelitian berbeda jika diterapkan pada wanita.
datang maupun berangkat) untuk shift pagi Blatter, Graw, Munch, Knoblauch, Justice &
adalah 11 menit, shift siang 12 menit dan shift Cajochen, (2006) mendeskrispikan bahwa
malam 18 menit. Namun , apabila dikurangi wanita menghasilkan waktu reaksi yang lebih
dengan waktu istirahat tersebut, karyawan tetap lambat jika dibandingkan dengan pria. Baldwin,
bekerja selama 9 jam, melebihi waktu kerja Kapur, holberg, Rosen & Nieto (2004)
yang disarankan. Rosa dan Bennert dalam mendeskripsikan bahwa wanita lebih banyak
Bridger (2009) mendeskripsikan bahwa bekerja mengeluhkan kurang tidur, susah tidur, susah

87
bangun pagi atau mengalami tidur yang penelitian selanjutnya sebaiknnya dilihat
berkualitas. Kroenke dan Spitzer (1998) dalam berdasarkan tingkat individu masing-masing.
Baldwin, Kapur, holberg, Rosen & Nieto (2004) Faktor-faktor individu ini layak menjadi
mendeskripsikan bahwa wanita lebiih banyak perhatian pihak PT.KAI . Kepribadian, status
melaporkan perasaan lelah dan insomnia jika menikah, jumlah anak, umur maupun
dibandingkan pria. Tidak menutup pengalaman kerja dapat mempengaruhi hasil
kemungkinan bahwa perbedaan jenis kelamin pengukuran namun pada penelitian ini tidak
menghasilkan perbedaan pada hasil dibahas lebih dalam.
pengukuran (Park, 2007) Kuesioner SOFI merupakan kuesioner yang
telah terbukti valid dalam. Namun validasi ke
Kesimpulan dan Saran dalam bahasa Indonesia pada saat penelitian
Shift kerja mempengaruhi tingkat kelelahan ini dilakukan belum ada. Pada penelitian ini,
dan performansi. Shift kerja mempengaruhi SOFI diterjemahkan dengan bantuan ahli
kelelahan khususnya kantuk, ketidaknyaman bahasa dari Institut Teknologi Bandung.
pada fisik tubuh dan penurunan motivasi Penerjemahan hanya dilakukan satu tahap
manusia. Penelitian ini menunjukkan bahwa yaitu ke dalam bahasa Indonesia, tidak
manusia merasa paling terjaga saat shift pagi dilakukan penerjemahan kembali ke dalam
dan siang. Performansi terbaik terjadi saat shift bahasa Inggris. Pada penelitian selanjutnya
pagi. Tingkat kelelahan dan performansi sebaiknya penerjemahan SOFI dilakukan dua
terburuk terjadi saat shift malam. arah.
Tiga dari empat parameter waktu reaksi Pada hasil uji statistika terdapat dua
menunjukkan bahwa adanya perbedaan parameter dimana uji Friedman menunjukan
signifikan antar shift kerja. Keempat parameter adanya perbedaan yang signifikan antar shift
waktu reaksi menunjukkan bahwa performansi kerja namun saat uji Bonferonni—Dunn Post
terbaik terjadi saat shift pagi dan terburuk terjadi Hoc tidak terbukti signifikan. Hal ini dapat
saat shift malam. Tiga dari lima dimensi SOFI disebabkan karena jumlah sampel yang kecil
menunjukkan adanya perbedaan yang yang menjadi pertimbangan penggunaan non
signifikan antar shift kerja. Hasil uji statistik parametrik. Untuk penelitian selanjutnya
menunjukkan bahwa shift malam yang paling sebaiknya menggunakan jumlah sampel yang
mempengaruhi. Berdasarkan data, umumnya besar serta uji statistika parametrik dan uji Post
kelelahan tertinggi terjadi saat shift malam. Hoc lain untuk lebih menguatkan hasil
Namun, dimensi penurunan motivasi dan penelitian
ketidaknyamana fisik keseluruhan antara shift
siang dan malam tidak terlalu berbeda. Daftar Pustaka
Hal yang menarik pada penelitian ini adalah Amin, M.M. (2006). Influence of Circadian
meskipun ada perbedaan signifikan untuk Rhythm on The Physical and Mental
beberapa dimensi SOFI, namun nilai yang Perfomance. Thesis. Louisiana State
dihasilkan rata-rata skala tertinggi adalah 1 University, Lousiana
(dari skala 0-7). Hal tersebut menunjukkan Ashberg, E. (1998). Perceived Fatigue Related
bahwa meskipun terbukti secara signifikan to Work. ISBN 91-7135-830-5.
bahwa shift kerja mempengaruhi tingkat Ashberg, E. (2000). Dimension Of Fatigue In
kelelahan, namun kelelahan yang dirasakan Different Working Populations.
sangat rendah. Dapat dikatakan bahwa dampak Scandinavian Journal of Psychology, Vol
kelelahan yang dirasa tidak terlalu berarti. (41), 231-241.
Pada penelitian ini, usulan yang diberikan Baldwin, C. M., Kapur, V. K., Holberg, C. J.,
adalah menyamaratakan jam kerja untuk ketiga Rosen, C., dan Nieto, F. J. (2004).
shift, tidak berusaha agar jam kerja shift malam Associations Between Gender and
lebih singkat dari shift lainnya, yaitu 7 jam kerja Measures of Daytime Somnolance in the
masing-masing. Pengolahan data pada Sleep Heart Health Study. Sleep, Vol.27 (2).
penelitian dilakukan dengan menghitung rata- Basner, M., Mollicone, D., dan Dinges, D. F.
rata, sehingga beberapa partisipan yang (2011). Validity And Senstivity Of A Brief
memiliki nilai tinggi pada masing-masing Psychomotor Vigilance Test (Pvt-B) To Total
pengukuran tertutup oleh hasil pengukuran And Partial Sleep Deprivation. Acta
partisipan lain, oleh karena itu akan untuk Austronatica, Vol. (69), 949-959

88
Basner, M.,dan Dinges, D.F. (2011). Goswani, R., Jena. R. K., dan Mohapatra, B. B.
Maximizing Sensitivity Of The Psychomotor (2012). Effect Of Shift Work On Health: A
Vigilance Test (PVT) to Sleep Loss. Review. International Journal Research in
University of Pennsylania School of Management, Vol.3 (2), 2249-5908.
Medicine, Vol. 34 (5) Grandjean, E. P., Wotzka, G., Schaad, R., dan
Blatter, K., Graw, P., Munch, M., Knoblauch, V., Gilgen. A. (2007). Fatigue And Stress In Air
Justice, A.W. dan Cajochen, C. (2006). Traffic Controller. Ergonomics, Vol.14 (1),
Gender And Age Differences In 159-165.
Psychomotor Vigilance Performance Under Graw, P., Krauchi, K., Knoblauch, V., Wirz-
Differential Sleep Pressure Condition. Justice, A., dan Cajochen, C. (2004).
Behaviourial Brain Research, Vol.168, 312- Circadian And Wake-Dependent Modulation
317 Of Fastetst And Slowest Reaction Times
Barbey, A., Reeves, G., Arnulf, I., Holmes, A. During The Psychomotro Vigilance Task.
(2007). Managing Fatigue in the Workplace: Physiology & Behaviour, Vol. 80, 695-701
A Guide For Oil and Gas Industry Gunzelmnaa, G., Gross, J.B., Gluck, K.A., dan
Supervisors and Occupational Health Dinges, D.F. (2009). Sleep Deprivation And
Practitioners. London, UK : IPIECA and Sustained Attention Performance :
OGP. Integrating Mathematical And Cognitive
Bridger, R.S. (2008). Introduction to Modelling. Cognitive Science, Vol.33, 880-
Ergonomics (3rd ed.). London, UK : Taylor 910.
dan Francis Group. Harma,M., Sallinen, M., Ranta, R., Mutanen, P.,
Cotrim, T., Carvalhais, J., Neto, C., Teles, J., dan Muller, K.(2002). The Effect Of An
Noriega P. dan Rebelo, F. (2017). Irregular Shift System On Sleepiness At
Determinants Of Sleepiness At Work Among Work In Train Drivers And Railway Traffic
Raikway Control Workers. Applied Controller. J. Sleep Res, Vol.11, 141-151.
Ergonomics, 293-300 [Wilet Online Library].
Coffey, L.C., Skipper Jr, J.K., Jung R.N, F.D. Health dan Safety Executive. (2006). Managing
(2006). Nurses And Shift Work : Effects On Shiftwork, Health and Safety Guidance.
Job Performance And Job-Related Stress, [Online Book].
Journal of Advanced Nursing, Vol.13 (2), Hesselink, J. K., Leede, J.D., dan Goudswaard,
245-254. A. (2010). Effect Of The New Fast Forward
Demsar, J. (2006). Statistical Comparisons Of Rotating Five-Shift Roster At A Dutch Steel
Classifiers Over Multiple Data Sets. Journal Company.Ergonomics, Vol.53 (6), 727-738.
of Machine Learning Research, Vol.7, 1-30. Irianti, L., Geovania, A., dan Iridiastadi, H.
Dorrian, J., Baulk. S. D., dan Dawson, D. (2015). Pengaruh Shift Kerja Terhadap
(2011). Work Hours, Workload, Sleep And Stres Kerja Pengendali (Controller) Kereta
Fatigue In Australian Rail Industry Api Indonesia. Jurnal Rekayasa Sistem dan
Employees. Applied Ergonomics, Vol.42, Industri, Vol.2(4), 39-45
202-209. Jackson, M.L., Croft, R.J., Kennedy, G.A.,
Elfering,A., Grebner,S., dan Haller, M. (2012). Owens, K., dan Howard, M.E. (2013).
Railway-Controller-Perceived Mental Cognitive Component Of Simulated Driving
Workload, Cognitive Failure And Risky Performance : Sleep Loss Effects And
Commuting, Ergonomics, Vol, 55 (12),. Predictors. Accident Analysis and
1463-1475 Prevention, Vol.50, 438- 444.
Gawron, V.J. (2008). Human Performance, Jay, S. M., Dawson, D., Ferguson, S. A., dan
Workload and Situasional Awareness Lamond, D. (2008). Driver Fatigue Extended
Measures Handbook, 2nd edition. CRC Rail Operations. Applied Ergonomics,
Press, Taylor & Francis Group, Boca Raton. Vol.39, 623-620.
Johansson. S., Ytterberg, C., Back, B.,
Gerber, M., Hartmann, T., Brand, S., Trachsler, Holmqvist, L.W., dan Koch, L. V. (2008). The
E. D., dan Puhse, U. (2010). The relationship Swedish Occupational Fatigue Inventory In
between shift work, perceived stress, sleep People With Multiple Sclerosis. J Rehabil
and health in swiss police officers. Journal of Med, Vol.40, 737-743.
Criminal Justice, 38, 1167-1175.

89
Johns, M. W. (2009). What Is Excessive Kelelahan Kerja Terhadap Kesalaha
Daytime Sleepiness?. In Sleep Deprivation: Operator Pengendali Kereta DAOP IV
Causes, Effects And Treatment. Australia : Semarang. Industrial Engineering Online
Nova Science Publishers, Inc. Jurnal, Vol. 3 (1).
Kaida, K., Takahashi, M., Akestedt, T., Nakata, Ozdemir P.G., Selvi Y., Ozkol H., Aydin A., dan
A., Otsuka, T., Haratani, T., dan Fukasawa, Tuluce Y. (2013). The Influence Of Shift
K. (2006). Validation Of Karolinska Work On Cognitive Fuctions And Oxidative
Sleepness Scale Against Performance And Stress. Psychiatry Research,Vol. 210, 1219-
EEG Variables. Clinical Neurophysiology, 1225.
Vol.117, 1574–1581. Park, J.(2007). Work Stress And Job
Kazemi, R., Haidarimoghadam, R., Performance. [Katalog], 75-001-XIE.
Motamedzadeh, M, Golmohamadi, R., Kanada.
Soltanian, A., dan Zoghipaydar, M.R. Pratiwi, C.F. (2016). Hubungan Shift Kerja
(2016). Effects Of Shift Work On Cognitive dengan Kelelahan Kerja Pada Pekerja
Performance, Sleep Quality, And Sleepiness Bagian Daily Check di PT. Kereta Api
Among Petrochemical Control Room Daerah Operasi VI Yogyakarta DIPO Kereta
Operator. Journal of Circadian Rhythms , Solo Balapan. (Tugas Akhir, Universitas
Vol.14 (1), 1-5 Muhammadiyah Surakarta, 2016). Diakses
Kementerian Perhubungan. Statistik dari
Perhubungan, [Online], Diakses pada 23 http://eprints.ums.ac.id/48792/33/NASKAH
Maret 2017, dari http://dephub.go.id. %20PUBLIKASI.pdf.
Knauth, P.,dan Hornberger, S. (2003). Rameshbabu, A., Reddy, D. M., dan Fleming,
Preventive And Compensatory Measures R.(2012). Correlates Of Negative Physical
For Shift Workers. Occupational Medicine, Health In Call Center Shift Workers. Applied
Vol.l (53), 109-116. Ergonomics, Vol.44, 350-354.
Leung, A.W.S., Chan,C. C. G., dan He, Ryan, B., Wilson, J. R., Sharples, S., Kenvyn,
J.(2004). Structural Stability And Reliability F., dan Clarke, T.(2008). Rail Signallers
Of Swedish Occupational Fatigue Inventory Assessment Of Their Satisfaction With
Among Chinese Vdt Workers. Applied Different Shift Work System.
Ergonomics, Vol. 35, 233-241. Ergonomics,Vol.51 (11), 1656-1671.
Loh, S., Lamond, N., Dorrian, J., Roach, G., dan Stoohs, R.A., Phillip, P., Andries, D., Finlayson,
Dawsn, D. (2004). The Validity Of E.V., dan Guilleminault, C.(2009).Reaction
Physchomotor Vigilance Tasks Of Less Times Performance In Upper Airway
Than 10 Minutes Duration. Behaviour Resistance Syndrome Versus Obstructive
Research Methods, Instruments and Sleep Apnea Syndrome. Sleep Medicine,
Computers, Vol. 36 (2), 339-346. Vol. 10, 1000-1004.
Muhammad, I. (2009). Hubungan Antara Shift, Titova, O.E., Lindberg, E., Elmstahl, S., Lind, L.,
Umur, dan Masa Kerja dengan Stres Kerja Schioth, H.B., dan Benedict, C. (2016).
Pada Penjaga Jalan Perlintasan Kereta Api Association Between Shift Work History And
di Yogyakarta. (Tesis, Universitas Gadjah Performance On The Trail Making Test Ini
Mada, 2009) diakses dari Middle-Aged And Elderly Humans : The
http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?m Epihealth Study. Neurobiology of Aging.
od=penelitian_detail&sub=PenelitianDetail& Tucker, A.M., Whitney, P., Balenky, G., Hinson,
act=view&typ=html&buku_id=42595 J.M., dan Van Dongen H.P. (2010). Effects
Narciso, F.V., Barela, J.A., Aguiar, S.A., of Sleep Deprivation on Dissociated
Carvalho, A.N.A., Tufik, S., dan de Mello, Components of Executive Functioning.
M.T. (2016). Effects Of Shift Work On The Sleep, Vol. 33 (1), 47-57.
Postural And Psychomotor Performance Of Ummul, S.,dan Kameswara, R. K. (2012). Shift
Night Workers.Plos ONE, Vol. 11 (4), Work And Fatigue. IOSR Journal Of
e0151609 Environmental Science, Toxicology and
Newson, J.(2006). Post Hoc Tests. Portland Food Technology(IOSR-JESTFT), Vol.1 (3)
State University. Williamson, A., Lombardi, D. A., Folkard, S.,
Nurussakinah, A., Puspitasari, N.B. & Rumita R. Stutts, J., Courtney, T.K., dan Connor, J.L.
(2014). Pengaruh Beban Kerja Mental dan (2009). The Link Between Fatigue And

90
Safety: Accidents Analysis And Prevention.
Accident Analysis & Prevention, Vol.43 (2),
498-515.
Wilkinson, R., Allison, S., Feeney, M., dan
Zaminska, Z. (2007). Alertness Of Night
Nurses: Two Shift Systems Compared.
Ergonomics, Vol. 32 (3), 281-292.
Yogi, J dan Hirkarni, M. (2016). Effect of Sleep
Deprivation on Audio-Visual Reaction Time
in Resident Doctors- a Measure of Task
Performance. Indian Journal of Basic and
Applied Medical Research, Vol. 5 (2), 29-35

91
Halaman ini sengaja dikosongkan
This page is intentionally left blank

92

You might also like