Professional Documents
Culture Documents
Lauditta Irianti
Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi Nasional
Jl. PHH Mustofa No 23, Bandung 40124
Email: lauditta.irianti@gmail.com
Abstract
The purpose of this study is to evaluate the effect of shift work on level of fatigue and performance of
railway controller. Seventeen participants are the railway controller of Bandung Station. Fatigue was
measured using subjective questionaire Swedish Occupational Fatigue Inventory (SOFI) and
performance was measured using Psychomotor Vigilance Task based on reaction time. Friedman test
and Bonferonni-Dunn test were used to process data. Statistical analysis indicates there was significant
difference level of fatigue and human performance between shift work. Fatigue occurs at sleepiness,
phsysical discomfort and lack of motivation dimensions, while performance occurs at mean 1/RT, fastest
1/RT and slowest 1/RT (P < 0,10). %. The highest fatigue and the worst performance occurs after night
shift. After night shift, the level of fatigue increased about 37% to 162%, meanwhile performance were
decreased about 3% to 11%. Although there were significant difference of level fatigue, the average
scores are below 1 (score 0-7). This result indicates that the fatigue of controllers are very low. Although
maybe is not really necessary to redesign shift work system, but working hours on each shift still need
to be concerned.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh shift kerja terhadap tingkat kelelahan dan
performansi pengendali kereta api. Partisipan merupakan 17 petugas pengendali kereta api stasiun
besar kelas A Daerah Operasi (DAOP) II Bandung. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner Swedish
Occupational Fatigue Inventory (SOFI) untuk mengukur kelelahan dan Psychomotor Vigilance Task
dengan waktu reaksi untuk mengukur performansi. Pengolahan data dilakukan dengan uji statistika
Friedman dan dilanjutkan dengan uji Post Hoc Bonferonni-Dunn. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
shift kerja signifikan mempengaruhi tingkat kelelahan dan performansi pengendali kereta api. Kelelahan
signifikan terjadi pada tingkat kantuk (sleepiness), ketidaknyamanan fisik (physical discomfort) dan
penurunan motivasi (lack of motivation) sedangkan pada performansi pada parameter mean 1/RT,
fastest 10% 1/RT dan slowest 10% 1/RT (P < 0,10). Tingkat kelelahan tertinggi dan performansi terburuk
terjadi setelah shift malam. Tingkat kelelahan setelah shift malam meningkat sekitar 37%-162%
sedangkan performansi menurun sekitar 3%-11%. Meskipun tingkat kelelahan antar shift berbeda
secara signifikan, namun nilai yang dihasilkan sangat kecil, hal ini menunjukkan bahwa kelelahan yang
dirasa sangat rendah. Berdasarkan hasil penelitian ini, tindakan perbaikan terhadap sistem shift kerja
tidak terlalu diperlukan, namun jam kerja masing-masing shift masih perlu mendapat perhatian.
80
merupakan suatu isu penting dalam namun pada saat penelitian berlangsung, 4
keselamatan kerja (Harma, 2002). orang di rotasi oleh pihak perusahaan ke divisi
Performansi manusia adalah pemenuhan atau kota lain, sehingga total partisipan hingga
tugas yang dilakukan oleh satu orang atau grup akhir adalah 17 orang. Data demografi dapat
kerja (Gawron, 2008). Waktu reaksi merupakan dilihat pada Tabel 1
salah satu parameter dalam mengukur
performansi kerja (Gawron, 2008). Waktu Tabel 1. Data Demografi Partisipan
reaksi adalah kecepatan manusia dalam Rata-rata ±
Demografi
merespon suatu rangsangan (stimulus). Salah St.dev
satu pengujian waktu reaksi adalah dengan uji Umur (tahun) 36 ± 6,69
Psychomotor Vigilance Task (PVT). PVT Lama tidur semalam (Jam) 6,51 ±1,28
adalah uji kewaspadaan untuk jenis pekerjaan Lama perjalanan ke tempat kerja-
50,88 ±53,36
yang membutuhkan perhatian khusus, yang Lancar (menit)
bebas dari efek pembelajaran, dan sensitif Lama perjalanan ke tempat kerja-
62,65 ±36,15
terhadap efek kurang tidur, patologi tidur dan macet (menit)
fase jam biologis (Johns, 2009 ; Dorria dkk., Lama bekerja sebagai
9,06± 8
2006 dalam Gunzelman, Gross, Gluck & PK/PPKA(bulan)
Dinges, 2009).
Performansi kerja paling buruk terjadi saat Seluruh partisipan tidak memiliki sejarah
bekerja terlalu malam hingga pagi dan penyakit fisik maupun mental. Sistem
performansi terbaik terjadi saat bekerja dari perusahaan mewajibkan setiap karyawan untuk
pagi hingga sore (Spencer, 1987 dalam Bridger, mengalami rotasi pekerjaan yang dirasa sesuai
2008). Performansi yang buruk dapat berisiko dengan kapabilitas masing-masing sehingga
dalam terjadinya kecelakaan kerja. Bagi pekerja tidak terlepas kemungkinan bahwa para
saat shift pagi, risiko kecelakaan kerja terjadi karyawan telah bekerja sangat lama di PT.KAI
setelah pukul 13.00. Bagi pekerja shift siang namun baru beberapa saat sebagai pengendali.
risiko kecelakaan kerja terjadi setelah pukul
21.00 dan bagi pekerja shift malam risiko Alat Ukur
kecelakaan kerja terjadi setelah pukul 05.00 Alat ukur yang digunakan dalam mengukur
(Hanecke dkk., 1998 dalam Bridger, 2008). kelelahan adalah kuesioner Swedish
Penelitian mengenai pengendali kereta api Occupational Fatigue Inventory (SOFI) dan
di Indonesia masih dapat dikatakan minim. pengukuran performansi dengan waktu reaksi.
Penelitian mengenai shift kerja untuk pegawai SOFI adalah pengukuran kelelahan secara
kereta api di Indonesia dilakukan terhadap subjektif yang dikembangkan oleh Ashberg
pekerja bagian daily check (Pratiwi, 2016) dan (1998) yang terdiri dari lima dimensi yaitu : (1)
penjaga perlintasan (Muhammad, 2009). Lack of energy (penurunan energi) ; (2)
Penelitian mengenai pengendali kereta api Physical exertion (ketidaknyamanan pada fisik
meliputi pengaruh beban kerja mental dan secara keseluruhan) ; (3) Physical Discomfort
kelelahan terhadap kesalahan operator (ketidaknyamanan pada beberapa bagian fisik
(Nurussakinah, Puspitasari & Rumita, 2014). tubuh tertentu) ; (4) Lack of motivation
Penelitian mengenai shift kerja pada (penurunan motivasi) ; (5) Sleepiness (kantuk).
pengendali telah dilakukan namun melihat Masing-masing dimensi terdiri dari empat
pengaruh terhadap stres kerja (Irianti, Geovania faktor. Kuesioner SOFI terdiri dari tujuh skala
& Iridiastadi, 2015). Tujuan dari penelitian ini dimana skala 0 berarti “tidak merasa sama
adalah untuk mengevaluasi hubungan antara sekali” hingga skala 6 yaitu “merasa sangat
shift kerja terhadap kelelahan dan performansi tinggi” (Ashberg, 1998 ; Ashberg, 2000 ;
pada pengendali kereta api Indonesia. Johansson, Ytterberg, Back, Holmqvist & Koch,
2008) Kuesioner SOFI diterjemahkan ke dalam
Metodologi Penelitian bahasa Indonesia atas bantuan ahli bahasa.
Partisipan SOFI dibuat dalam tiga versi untuk masing-
Partisipan pada penelitian ini adalah seluruh masing shift, perbedaan tersebut hanya dari
petugas pengendali kereta Daerah Operasi 2 urutan pernyataan. Hal ini dilakukan untuk
Stasiun Bandung berjenis kelamin pria. Pada meminimisasi memory effect (efek ingatan)
awal penelitian total partisipan adalah 21 orang, pada responden (Leung, Chan & He,v 2004).
81
Pengukuran waktu reaksi menggunakan alat bahwa jumlah sampel yang digunakan kecil.
ukur software Reaction Times V4.03. Partisipan Derajat kepercayaan (α) yang digunakan
diminat untuk memperhatikan layar komputer adalah 10%. Jika hasil pengujian menunjukkan
dan menekan tombol spasi pada keyboard saat bahwa shift kerja signifikan mempengaruhi
stimulus muncul. Stimulus yang diberikan kelelahan dan waktu reaksi, maka selanjutnya
merupakan stimulus visual berupa persegi dilakukan uji Bonferonni-Dunn Post Hoc
panjang berukuran 5,687 x 3,254 cm berwarna (Demsar 2006 ; Newson 2006) untuk
merah dengan latar belakang berwarna hijau. mengetahui shift mana yang paling
Stimulus dimunculkan dengan posisi random. mempengaruhi waktu reaksi. Derajat
Interval waktu antar stimulus adalah 3-7 detik kepercayaaan untuk uji Bonferonni-Dunn Post
(Blatter, Graw, Munch, Knoblauch, Justice & Hoc menjadi 0,333 (α / k).
Cajochen, 2006 ; Graw, Krauchi, Knoblauch,
Wirz-Justice & Cajochen, 2004). Pengukuran Hasil dan Pembahasan
dilakukan selama 5 menit (Loh, Lamond, Hasil pengukuran SOFI akan dirata-ratakan
Dorrian, Roach, & Dawsn, 2004 ; Graw, untuk seluruh partisipan sedangkan hasil
Krauchi, Knoblauch, Wirz-Justice & Cajochen, pengukuran untuk waktu reaksi sebelum dan
2004). Terdapat empat variabel pengukuran setelah bekerja pada setiap shift akan dirata-
yang diamati (Basner, Mollicone & Dinges, ratakan sehingga satu shift hanya memiliki satu
2011 ; Basner dan Dinges, 2011; Loh, Lamond, nilai SOFI dan waktu reaksi. Hasil pengukuran
Dorrian, Roach, & Dawsn, 2004 ; Stoohs, SOFI dan waktu reaksi dapat dilihat pada Tabel
Phillip, Andries, Finlayson & Guilleminault, 2
2009; Blatter, Graw, Munch, Knoblauch, Justice Tabel 2 menunjukkan bahwa tingkat kantuk
& Cajochen, 2006) yaitu: (1) mean 1/RT; (2) (sleepinees) tertinggi terjadi pada saat shift
slowest 10% 1/RT; (3) fastest 10% 1/RT ; (4) malam. Selain itu, data menunjukkan bahwa
number of lapses. saat shift malam pekerja merasakan
ketidaknyamanan pada beberapa bagian fisik
Prosedur Penelitian tubuh tertentu (physical discomfort) serta
Penelitian dilakukan langsung di lapangan di penurunan energi (lack of energy) tertinggi.
tempat kerja. Setiap partisipan melakukan Berbeda dengan ketiga dimensi tersebut, data
latihan penggunaan alat satu minggu sebelum menunjukkan bahwa pekerja mengalami
eksperimen dilakukan (Kaida, Takahashi, penurunan motivasi (lack of motivation) serta
Akestedt, Nakata, Otsyka, Haratani & ketidaknyamanan pada fisik secara
Fukasawa, 2006) yang bertujuan menghindari keseluruhan (physical exertion) tertinggi pada
hasil pengukuran yang bias yang disebabkan saat shift siang. Berdasarkan Tabel 2 diperoleh
oleh faktor pembelajaran alat. bahwa shift malam menghasilkan nilai terendah
Pengambilan data dilakukan baik pada shift untuk pa rameter mean 1/RT, shortest 10%
pagi, shift siang dan shift malam untuk masing- 1/RT dan longest 10% 1/RT. Semakin kecil
masing partisipan. Dalam mengukur kelelahan parameter 1/RT menunjukkan bahwa waktu
dengan menggunakan kuesioner SOFI reaksi semakin melambat. Tabel 2 pun
dilakukan satu kali pada setiap shift di akhir menunjukkan shift malam menghasilkan
setelah bekerja sedangkan pengukuran waktu number of lapses yang paling tinggi. Pola hasil
reaksi data diambil dua kali pada setiap shift, pengukuran waktu SOFI dan waktu reaksi
yaitu saat sebelum bekerja dan tepat setelah masing-masing partisipan pada setiap shift
bekerja. Setiap partisipan mengalami semua dapat dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2
perlakuan sehingga penelitian ini merupakan Gambar 1 menunjukkan pola hasil
eksperimen within –subject. pengukuran SOFI pada setiap shift untuk
masing-masing partisipan. Gambar 1a,1b dan
Statistika 1c menunjukkan bahwa nilai yang dihasilkan
Pengolahan data dilakukan menggunakan pada dimensi physical discomfort, sleepiness
software SPSS Statistic v20. Uji statistik yang dan lack of motivation sebagian besar berada
digunakan adalah Friedman untuk menguji pada kisaran 0-1. Saat shift pagi hanya sekitar
signifikansi pengaruh shift kerja terhadap 6% dan saat shift malam hanya sekitar 12%
kelelahan dan waktu reaksi. Penggunaan uji yang merasakan physical discomfort di atas
Friedman dilakukan berdasarkan pertimbangan skala 1.
82
Dimensi sleepiness menghasilkan proporsi 12% sedangkan saat shift malam sekitar 41%
yang sedikit berbeda dengan physical yang menghasilkan nilai sleepiness di atas
discomfort. Saat shift pagi dan siang sekitar skala 1.
Tabel 2. Hasil pengukuran waktu reaksi dan SOFI
5 5
4 4
Skala
Skala
3 3
2
2
1
1
0
0 18 36 0
shift pagi shift siang shift malam 0 18 36
shift pagi shift siang shift malam
(a) (b)
LACK OF MOTIVATION LACK OF ENERGY
6 6
5 5
4 4
Skala
Skala
3 3
2 2
1 1
0 0
0 18 36
shift pagi shift siang shift malam shift pagi shift siang shift malam
(c) (d)
PHYSICAL EXERTION
6
4
Skala
0
shift pagi shift siang shift malam
83
(e)
kali/detik
3,00
kali / detik
3,00
2,50
2,50
2,00
2,00
1,50
1,50
1,00
1,00
0,50
0,50
0,00
shift pagi shift siang 0,00
shift malam shift pagi Shift siang
0 18 36 Shift malam
(a) (b)
35
3,00
30
buah
2,50 25
2,00 20
1,50 15
1,00 10
0,50 5
0,00 0
0 shift pagi 18 36 0 18 36
shift siang shift malam shift pagi shift siang shift malam
(c) (d)
Terlihat bahwa pola sleepiness saat shift menunjukkan bahwa pola penyebaran
malam lebih menyebar. Pada dimensi lack of parameter number of lapses pada keseluruhan
motivation, saat shift pagi sekitar 12% shift sebagian besar (sekitar 63%) berada pada
sedangkan saat shift siang dan malam sekitar rentang 0 -10.
18% yang menghasilkan nilai di atas skala 1. Perhitungan statistika Friedman dan
Gambar 1d dan 1e menunjukkan bahwa nilai Bonferonni test dilakukan untuk melihat
dimensi lack of energy dan physical exertion signifikansi pengaruh antara shift kerja
memiliki pola yang sangat bervariasi. terhadap pengukuran yang dapat dilihat pada
Gambar 2.a menunjukkan pola penyebaran Tabel 3. Berdasarkan Tabel 3, Shift kerja
parameter mean 1/RT dimana terlihat bahwa secara signifikan mempengaruhi kelelahan dan
sebagian besar (sekitar 71%) dari keseluruhan performansi manusia. Shift kerja
shift nilai yang dihasilkan berada pada nilai 2-3 mempengaruhi kelelahan pada dimensi SOFI,
1/RT. Gambar 2b menunjukkan pola yaitu sleepiness, physical discomfort dan lack of
penyebaran parameter fastest 10% 1/RT motivation, sedangkan shift kerja
dimana sebagian besar (sekitar 55%) dari mempengaruhi performansi pada parameter
keseluruhan shift menghasilkan nilai di antara waktu reaksi fastest 10% 1/RT, slowest 10%
3-4 1/RT . Gambar 2c menunjukan bahwa 1/RT dan number of lapses. Berdasarkan hasil
sebagian besar (sekitar 63%) dari keseluruhan bonferonni-test terhadap parameter-parameter
shift menghasilkan nilai di antara 1-2 pada yang terbukti signifikan, menunjukkan bahwa
parameter slowest 10% 1/RT. Gambar 2d sebagian besar shift malam yang paling
84
mempengaruhi hasil pengukuran, terutama jika mempengaruhi tingkat kantuk jika dibandingkan
dibandingkan dengan shift pagi. Statistik kedua shift lainnya. Hal ini menunjukkan
menunjukkan bahwa hasil pengukuran antara indikasi yang sama pada penelitian Ashberg
shift malam dan siang tidak terlalu signifikan (2000) bahwa kantuk paling signifikan terjadi
berbeda. Namun, parameter SOFI sleepiness setelah shift malam.
menunjukkan hal yang berbeda, yaitu bahwa
shift malam merupakan yang paling
Keterangan *) Shift tersebut sangat signifikan mempengaruhi jika dibandingkan kedua shift lainnya
86
menunjukkan bahwa performansi terburuk lebih dari 8 jam dapat meningkatkan risiko
terjadi saat shift malam. kesalahan dan kecelakaan kerja. Menurut
Secara keseluruhan, tingkat kelelahan Safety and health Executive (2006) untuk
setelah shift malam meningkat sekitar 37% pekerjaan monoton, membutuhkan konsentrasi
hingga 162% dan tingkat performansi setelah dan ketelitian tinggi, terisolasi dan penuh
shift malam menurun sekitar 3% hingga 11% waspada diharapkan tidak bekerja lebih dari 8
jika dibandingkan shift pagi dan siang. Hal ini jam.
sedikit berbeda dengan hasil penelitian Harma, Menyamakan jam kerja antara shift pagi,
Saliinen, Ranta, Mutanen & Muller (2002) siang dan malam menjadi 7 jam masing-
bahwa kelelahan dan kantuk tidak hanya terjadi masing dapat menjadi pertimbangan bagi
saat shift malam, namun juga shift pagi. perusahaan. Jika shift pagi dan siang lebih
Jika dilihat dari pola shift kerja serta waktu banyak jam kerjanya, meskipun masih dalam
istirahat, sebagian besar perusahaan telah batas yang disarankan, dikhawatirkan akan
menetapkan sistem sesuai yang disarankan berdampak pada shift pagi dan siang yang
pada penelitian sebelumnya (Hesselink, 2010 ; menjadi puncak kelelahan dan performansi
Bridger, 2009; Health and Safety Executive, terburuk. Selain itu, jika jam kerja kedua shift
2006 ; Knauth & Hornberger, 2003). Penelitian tersebut lebih panjang dari 7 jam, terdapat
sebelumnya mendeskripsikan bahwa pola shift kemungkinan shift siang akan selesai lebih dari
sebaiknya tidak permanen, menggunakan pukul 22.00. Knauth dan Hornberger (2003)
sistem fast rotation, mengadaptasi sistem mendeskripsikan bahwa waktu selesai shift
forward. Hindari durasi jam kerja lebih dari 8 kerja akan lebih baik tidak melebihi pukul 22.00,
jam, waktu istirahat antar shift yang berbeda hal tersebut dilakukan untuk meminimisasi
minimal 11 jam, setelah shfit malam sebaiknya tingkat kantuk yang terjadi dan memungkinkan
mendapatkan libur kerja. Selain itu diharapkan agar manusia masih dapat bersosialisasi.
untuk menghindari hari kerja saat weekend Terdapat beberapa faktor lain yang dapat
karena akan menimbulkan stres sosial. Hindari mempengaruhi hasil pengukuran. Faktor lain
menetapkan waktu mulai kerja dibawah jam 7 seperti kepribadian (Bridger, 2008), status
pagi untuk shift pagi. PT.KAI telah menetapkan menikah ataupun jumlah anak (Baker dkk.,
sistem forward dengan fast rotation, yaitu 2-2- 2004 dalam Ryan dkk, 2008) mungkin saja
1-2 (2 hari shift pagi- 2 hari shift siang-1 hari mempengaruhi tingkat kelelahan dan
shift malam-2 hari libur). Shift pagi dimulai pukul performansi para pengendali. Begitu juga
08.00 dan waktu istirahat antar shift yang sama dengan usia. Harma dkk., (2002)
16 jam serta antar shift berbeda hampir 24 jam. mengklasifikasikam usia menjadi dua bagian
Terdapat sedikit permasalahan mengenai yaitu di bawah 43 tahun (muda) dan 43 tahun
jam kerja. Jam kerja masing-masing antar shift ke atas (tua). Pada penelitian in, hampir 82%
berbeda dimana shift pagi 6 jam shift siang 6 usia partisipan di bawah 43 tahun. Harma dkk.,
jam, dan shift malam 12 jam. Narciso, Barela, (2002) mendeskripsikan bahwa pada masinis,
Aguiar, Carvalho & Tufik (2016) golongan muda lebih berisiko mengalami
mendeskrispikan bahwa pekerja malam dengan kantuk dibandingkan yang lebih tua. Rata-rata
durasi kerja 12 jam berdampak pada penurunan pengalaman bekerja para pengendali adalah
performansi. Shift malam mengalami jam kerja 9,06 ± 8 bulan. Pengalaman kerja dapat
terlama disebabkan adanya adanya selang 3 menjadi faktor yang mempengaruhi namun
jam tanpa pekerjaan apapun, yaitu jam 12 faktor-faktor tersebut tidak dibahas lebih dalam
malam hingga 3 subuh, karena tidak ada pada penelitian ini
perjalanan kereta api. Shift pagi dan siang Hasil penelitian ini diperoleh berdasarkan
adalah saat dimana jadwal kereta terpadat. partisipan pria, akan ada kemungkinan hasil
Rata-rata waktu selang antar kereta (baik penelitian berbeda jika diterapkan pada wanita.
datang maupun berangkat) untuk shift pagi Blatter, Graw, Munch, Knoblauch, Justice &
adalah 11 menit, shift siang 12 menit dan shift Cajochen, (2006) mendeskrispikan bahwa
malam 18 menit. Namun , apabila dikurangi wanita menghasilkan waktu reaksi yang lebih
dengan waktu istirahat tersebut, karyawan tetap lambat jika dibandingkan dengan pria. Baldwin,
bekerja selama 9 jam, melebihi waktu kerja Kapur, holberg, Rosen & Nieto (2004)
yang disarankan. Rosa dan Bennert dalam mendeskripsikan bahwa wanita lebih banyak
Bridger (2009) mendeskripsikan bahwa bekerja mengeluhkan kurang tidur, susah tidur, susah
87
bangun pagi atau mengalami tidur yang penelitian selanjutnya sebaiknnya dilihat
berkualitas. Kroenke dan Spitzer (1998) dalam berdasarkan tingkat individu masing-masing.
Baldwin, Kapur, holberg, Rosen & Nieto (2004) Faktor-faktor individu ini layak menjadi
mendeskripsikan bahwa wanita lebiih banyak perhatian pihak PT.KAI . Kepribadian, status
melaporkan perasaan lelah dan insomnia jika menikah, jumlah anak, umur maupun
dibandingkan pria. Tidak menutup pengalaman kerja dapat mempengaruhi hasil
kemungkinan bahwa perbedaan jenis kelamin pengukuran namun pada penelitian ini tidak
menghasilkan perbedaan pada hasil dibahas lebih dalam.
pengukuran (Park, 2007) Kuesioner SOFI merupakan kuesioner yang
telah terbukti valid dalam. Namun validasi ke
Kesimpulan dan Saran dalam bahasa Indonesia pada saat penelitian
Shift kerja mempengaruhi tingkat kelelahan ini dilakukan belum ada. Pada penelitian ini,
dan performansi. Shift kerja mempengaruhi SOFI diterjemahkan dengan bantuan ahli
kelelahan khususnya kantuk, ketidaknyaman bahasa dari Institut Teknologi Bandung.
pada fisik tubuh dan penurunan motivasi Penerjemahan hanya dilakukan satu tahap
manusia. Penelitian ini menunjukkan bahwa yaitu ke dalam bahasa Indonesia, tidak
manusia merasa paling terjaga saat shift pagi dilakukan penerjemahan kembali ke dalam
dan siang. Performansi terbaik terjadi saat shift bahasa Inggris. Pada penelitian selanjutnya
pagi. Tingkat kelelahan dan performansi sebaiknya penerjemahan SOFI dilakukan dua
terburuk terjadi saat shift malam. arah.
Tiga dari empat parameter waktu reaksi Pada hasil uji statistika terdapat dua
menunjukkan bahwa adanya perbedaan parameter dimana uji Friedman menunjukan
signifikan antar shift kerja. Keempat parameter adanya perbedaan yang signifikan antar shift
waktu reaksi menunjukkan bahwa performansi kerja namun saat uji Bonferonni—Dunn Post
terbaik terjadi saat shift pagi dan terburuk terjadi Hoc tidak terbukti signifikan. Hal ini dapat
saat shift malam. Tiga dari lima dimensi SOFI disebabkan karena jumlah sampel yang kecil
menunjukkan adanya perbedaan yang yang menjadi pertimbangan penggunaan non
signifikan antar shift kerja. Hasil uji statistik parametrik. Untuk penelitian selanjutnya
menunjukkan bahwa shift malam yang paling sebaiknya menggunakan jumlah sampel yang
mempengaruhi. Berdasarkan data, umumnya besar serta uji statistika parametrik dan uji Post
kelelahan tertinggi terjadi saat shift malam. Hoc lain untuk lebih menguatkan hasil
Namun, dimensi penurunan motivasi dan penelitian
ketidaknyamana fisik keseluruhan antara shift
siang dan malam tidak terlalu berbeda. Daftar Pustaka
Hal yang menarik pada penelitian ini adalah Amin, M.M. (2006). Influence of Circadian
meskipun ada perbedaan signifikan untuk Rhythm on The Physical and Mental
beberapa dimensi SOFI, namun nilai yang Perfomance. Thesis. Louisiana State
dihasilkan rata-rata skala tertinggi adalah 1 University, Lousiana
(dari skala 0-7). Hal tersebut menunjukkan Ashberg, E. (1998). Perceived Fatigue Related
bahwa meskipun terbukti secara signifikan to Work. ISBN 91-7135-830-5.
bahwa shift kerja mempengaruhi tingkat Ashberg, E. (2000). Dimension Of Fatigue In
kelelahan, namun kelelahan yang dirasakan Different Working Populations.
sangat rendah. Dapat dikatakan bahwa dampak Scandinavian Journal of Psychology, Vol
kelelahan yang dirasa tidak terlalu berarti. (41), 231-241.
Pada penelitian ini, usulan yang diberikan Baldwin, C. M., Kapur, V. K., Holberg, C. J.,
adalah menyamaratakan jam kerja untuk ketiga Rosen, C., dan Nieto, F. J. (2004).
shift, tidak berusaha agar jam kerja shift malam Associations Between Gender and
lebih singkat dari shift lainnya, yaitu 7 jam kerja Measures of Daytime Somnolance in the
masing-masing. Pengolahan data pada Sleep Heart Health Study. Sleep, Vol.27 (2).
penelitian dilakukan dengan menghitung rata- Basner, M., Mollicone, D., dan Dinges, D. F.
rata, sehingga beberapa partisipan yang (2011). Validity And Senstivity Of A Brief
memiliki nilai tinggi pada masing-masing Psychomotor Vigilance Test (Pvt-B) To Total
pengukuran tertutup oleh hasil pengukuran And Partial Sleep Deprivation. Acta
partisipan lain, oleh karena itu akan untuk Austronatica, Vol. (69), 949-959
88
Basner, M.,dan Dinges, D.F. (2011). Goswani, R., Jena. R. K., dan Mohapatra, B. B.
Maximizing Sensitivity Of The Psychomotor (2012). Effect Of Shift Work On Health: A
Vigilance Test (PVT) to Sleep Loss. Review. International Journal Research in
University of Pennsylania School of Management, Vol.3 (2), 2249-5908.
Medicine, Vol. 34 (5) Grandjean, E. P., Wotzka, G., Schaad, R., dan
Blatter, K., Graw, P., Munch, M., Knoblauch, V., Gilgen. A. (2007). Fatigue And Stress In Air
Justice, A.W. dan Cajochen, C. (2006). Traffic Controller. Ergonomics, Vol.14 (1),
Gender And Age Differences In 159-165.
Psychomotor Vigilance Performance Under Graw, P., Krauchi, K., Knoblauch, V., Wirz-
Differential Sleep Pressure Condition. Justice, A., dan Cajochen, C. (2004).
Behaviourial Brain Research, Vol.168, 312- Circadian And Wake-Dependent Modulation
317 Of Fastetst And Slowest Reaction Times
Barbey, A., Reeves, G., Arnulf, I., Holmes, A. During The Psychomotro Vigilance Task.
(2007). Managing Fatigue in the Workplace: Physiology & Behaviour, Vol. 80, 695-701
A Guide For Oil and Gas Industry Gunzelmnaa, G., Gross, J.B., Gluck, K.A., dan
Supervisors and Occupational Health Dinges, D.F. (2009). Sleep Deprivation And
Practitioners. London, UK : IPIECA and Sustained Attention Performance :
OGP. Integrating Mathematical And Cognitive
Bridger, R.S. (2008). Introduction to Modelling. Cognitive Science, Vol.33, 880-
Ergonomics (3rd ed.). London, UK : Taylor 910.
dan Francis Group. Harma,M., Sallinen, M., Ranta, R., Mutanen, P.,
Cotrim, T., Carvalhais, J., Neto, C., Teles, J., dan Muller, K.(2002). The Effect Of An
Noriega P. dan Rebelo, F. (2017). Irregular Shift System On Sleepiness At
Determinants Of Sleepiness At Work Among Work In Train Drivers And Railway Traffic
Raikway Control Workers. Applied Controller. J. Sleep Res, Vol.11, 141-151.
Ergonomics, 293-300 [Wilet Online Library].
Coffey, L.C., Skipper Jr, J.K., Jung R.N, F.D. Health dan Safety Executive. (2006). Managing
(2006). Nurses And Shift Work : Effects On Shiftwork, Health and Safety Guidance.
Job Performance And Job-Related Stress, [Online Book].
Journal of Advanced Nursing, Vol.13 (2), Hesselink, J. K., Leede, J.D., dan Goudswaard,
245-254. A. (2010). Effect Of The New Fast Forward
Demsar, J. (2006). Statistical Comparisons Of Rotating Five-Shift Roster At A Dutch Steel
Classifiers Over Multiple Data Sets. Journal Company.Ergonomics, Vol.53 (6), 727-738.
of Machine Learning Research, Vol.7, 1-30. Irianti, L., Geovania, A., dan Iridiastadi, H.
Dorrian, J., Baulk. S. D., dan Dawson, D. (2015). Pengaruh Shift Kerja Terhadap
(2011). Work Hours, Workload, Sleep And Stres Kerja Pengendali (Controller) Kereta
Fatigue In Australian Rail Industry Api Indonesia. Jurnal Rekayasa Sistem dan
Employees. Applied Ergonomics, Vol.42, Industri, Vol.2(4), 39-45
202-209. Jackson, M.L., Croft, R.J., Kennedy, G.A.,
Elfering,A., Grebner,S., dan Haller, M. (2012). Owens, K., dan Howard, M.E. (2013).
Railway-Controller-Perceived Mental Cognitive Component Of Simulated Driving
Workload, Cognitive Failure And Risky Performance : Sleep Loss Effects And
Commuting, Ergonomics, Vol, 55 (12),. Predictors. Accident Analysis and
1463-1475 Prevention, Vol.50, 438- 444.
Gawron, V.J. (2008). Human Performance, Jay, S. M., Dawson, D., Ferguson, S. A., dan
Workload and Situasional Awareness Lamond, D. (2008). Driver Fatigue Extended
Measures Handbook, 2nd edition. CRC Rail Operations. Applied Ergonomics,
Press, Taylor & Francis Group, Boca Raton. Vol.39, 623-620.
Johansson. S., Ytterberg, C., Back, B.,
Gerber, M., Hartmann, T., Brand, S., Trachsler, Holmqvist, L.W., dan Koch, L. V. (2008). The
E. D., dan Puhse, U. (2010). The relationship Swedish Occupational Fatigue Inventory In
between shift work, perceived stress, sleep People With Multiple Sclerosis. J Rehabil
and health in swiss police officers. Journal of Med, Vol.40, 737-743.
Criminal Justice, 38, 1167-1175.
89
Johns, M. W. (2009). What Is Excessive Kelelahan Kerja Terhadap Kesalaha
Daytime Sleepiness?. In Sleep Deprivation: Operator Pengendali Kereta DAOP IV
Causes, Effects And Treatment. Australia : Semarang. Industrial Engineering Online
Nova Science Publishers, Inc. Jurnal, Vol. 3 (1).
Kaida, K., Takahashi, M., Akestedt, T., Nakata, Ozdemir P.G., Selvi Y., Ozkol H., Aydin A., dan
A., Otsuka, T., Haratani, T., dan Fukasawa, Tuluce Y. (2013). The Influence Of Shift
K. (2006). Validation Of Karolinska Work On Cognitive Fuctions And Oxidative
Sleepness Scale Against Performance And Stress. Psychiatry Research,Vol. 210, 1219-
EEG Variables. Clinical Neurophysiology, 1225.
Vol.117, 1574–1581. Park, J.(2007). Work Stress And Job
Kazemi, R., Haidarimoghadam, R., Performance. [Katalog], 75-001-XIE.
Motamedzadeh, M, Golmohamadi, R., Kanada.
Soltanian, A., dan Zoghipaydar, M.R. Pratiwi, C.F. (2016). Hubungan Shift Kerja
(2016). Effects Of Shift Work On Cognitive dengan Kelelahan Kerja Pada Pekerja
Performance, Sleep Quality, And Sleepiness Bagian Daily Check di PT. Kereta Api
Among Petrochemical Control Room Daerah Operasi VI Yogyakarta DIPO Kereta
Operator. Journal of Circadian Rhythms , Solo Balapan. (Tugas Akhir, Universitas
Vol.14 (1), 1-5 Muhammadiyah Surakarta, 2016). Diakses
Kementerian Perhubungan. Statistik dari
Perhubungan, [Online], Diakses pada 23 http://eprints.ums.ac.id/48792/33/NASKAH
Maret 2017, dari http://dephub.go.id. %20PUBLIKASI.pdf.
Knauth, P.,dan Hornberger, S. (2003). Rameshbabu, A., Reddy, D. M., dan Fleming,
Preventive And Compensatory Measures R.(2012). Correlates Of Negative Physical
For Shift Workers. Occupational Medicine, Health In Call Center Shift Workers. Applied
Vol.l (53), 109-116. Ergonomics, Vol.44, 350-354.
Leung, A.W.S., Chan,C. C. G., dan He, Ryan, B., Wilson, J. R., Sharples, S., Kenvyn,
J.(2004). Structural Stability And Reliability F., dan Clarke, T.(2008). Rail Signallers
Of Swedish Occupational Fatigue Inventory Assessment Of Their Satisfaction With
Among Chinese Vdt Workers. Applied Different Shift Work System.
Ergonomics, Vol. 35, 233-241. Ergonomics,Vol.51 (11), 1656-1671.
Loh, S., Lamond, N., Dorrian, J., Roach, G., dan Stoohs, R.A., Phillip, P., Andries, D., Finlayson,
Dawsn, D. (2004). The Validity Of E.V., dan Guilleminault, C.(2009).Reaction
Physchomotor Vigilance Tasks Of Less Times Performance In Upper Airway
Than 10 Minutes Duration. Behaviour Resistance Syndrome Versus Obstructive
Research Methods, Instruments and Sleep Apnea Syndrome. Sleep Medicine,
Computers, Vol. 36 (2), 339-346. Vol. 10, 1000-1004.
Muhammad, I. (2009). Hubungan Antara Shift, Titova, O.E., Lindberg, E., Elmstahl, S., Lind, L.,
Umur, dan Masa Kerja dengan Stres Kerja Schioth, H.B., dan Benedict, C. (2016).
Pada Penjaga Jalan Perlintasan Kereta Api Association Between Shift Work History And
di Yogyakarta. (Tesis, Universitas Gadjah Performance On The Trail Making Test Ini
Mada, 2009) diakses dari Middle-Aged And Elderly Humans : The
http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?m Epihealth Study. Neurobiology of Aging.
od=penelitian_detail&sub=PenelitianDetail& Tucker, A.M., Whitney, P., Balenky, G., Hinson,
act=view&typ=html&buku_id=42595 J.M., dan Van Dongen H.P. (2010). Effects
Narciso, F.V., Barela, J.A., Aguiar, S.A., of Sleep Deprivation on Dissociated
Carvalho, A.N.A., Tufik, S., dan de Mello, Components of Executive Functioning.
M.T. (2016). Effects Of Shift Work On The Sleep, Vol. 33 (1), 47-57.
Postural And Psychomotor Performance Of Ummul, S.,dan Kameswara, R. K. (2012). Shift
Night Workers.Plos ONE, Vol. 11 (4), Work And Fatigue. IOSR Journal Of
e0151609 Environmental Science, Toxicology and
Newson, J.(2006). Post Hoc Tests. Portland Food Technology(IOSR-JESTFT), Vol.1 (3)
State University. Williamson, A., Lombardi, D. A., Folkard, S.,
Nurussakinah, A., Puspitasari, N.B. & Rumita R. Stutts, J., Courtney, T.K., dan Connor, J.L.
(2014). Pengaruh Beban Kerja Mental dan (2009). The Link Between Fatigue And
90
Safety: Accidents Analysis And Prevention.
Accident Analysis & Prevention, Vol.43 (2),
498-515.
Wilkinson, R., Allison, S., Feeney, M., dan
Zaminska, Z. (2007). Alertness Of Night
Nurses: Two Shift Systems Compared.
Ergonomics, Vol. 32 (3), 281-292.
Yogi, J dan Hirkarni, M. (2016). Effect of Sleep
Deprivation on Audio-Visual Reaction Time
in Resident Doctors- a Measure of Task
Performance. Indian Journal of Basic and
Applied Medical Research, Vol. 5 (2), 29-35
91
Halaman ini sengaja dikosongkan
This page is intentionally left blank
92