You are on page 1of 5

Mencegah Penculikan Bayi di Rumah Sakit dan Puskesmas

Selasa, 12 Januari 2010 | 14:06 WIB

KOMPAS.com - Kasus penculikan bayi kembali terjadi, kali ini di Puskesmas Kembangan,
Jakarta Barat. Hal ini mengejutkan, karena puskesmas ini sudah mendapatkan sertifikat
International Organization for Standardization (ISO). Seharusnya, puskesmas dengan reputasi
yang baik tidak melalaikan tugasnya dalam melindungi pasien.

Namun sebagai orangtua, sudah sewajarnya bila Anda lebih waspada saat menerima layanan
masyarakat, khususnya usai melahirkan. General Secretary Komisi Nasional Perlindungan Anak,
Arist Merdeka Sirait, memberikan langkah-langkah agar Anda tidak terjebak oleh sindikat
penculikan bayi yang sering beroperasi di rumah sakit atau puskesmas.

1. Usahakan tidak menjalani proses melahirkan sendirian. Ajak kerabat, minimal suami, untuk
mengawal dan menemani Anda hingga waktunya pulang ke rumah.

2. Usai melahirkan, kenali perawat yang mengurus keperluan bayi Anda, dan tingkatkan
kewaspadaan.

3. Minta kartu identitas perawat ataupun petugas medis yang akan membantu Anda dan bayi
Anda. Tetap tingkatkan kewaspadaan.

4. Jangan langsung percaya dengan perawat yang mengatakan akan membawa bayi untuk alasan
imunisasi, memandikan, memberikan minum, dan lain sebagainya. Terlebih jika Anda tidak
pernah mengenalnya sebelumnya.

5. Minta tenaga medis yang sudah Anda kenal untuk meyakinkan bahwa perawat yang mengurus
bayi Anda adalah petugas resmi rumah sakit atau puskesmas tempat Anda bersalin.

6. Beritahu juga kerabat yang ikut menjaga atau menemani Anda tentang jam-jam khusus untuk
keperluan bayi (minum, mandi, dan lain-lain) agar terus mengawasi. Minta petugas atau perawat
untuk tidak memberikan informasi apa pun tentang bayi Anda kecuali pada orang yang Anda
percayai.

7. Beri pesan kepada perawat ataupun medis untuk tidak memberikan bayi kepada siapa pun
kecuali Anda atau suami. Cara ini penting untuk mencegah sindikat penculikan bayi yang
umumnya mengaku sebagai kerabat atau sanak saudara.

8. Waspadai jam besuk bayi. Waktu ini amat rawan, karena saat itulah sindikat penculikan
beraksi.

9. Rumah sakit, terutama bangsal bayi dan kamar ibu usai melahirkan, adalah tempat yang steril
dari banyak orang asing. Umumnya hanya perawat atau satu orang pendamping yang boleh
masuk kamar perawatan. Jika Anda merasa terganggu dengan keberadaan orang yang Anda
curigai, segera laporkan pada petugas.
10. Apa yang harus dilakukan jika Anda merasa bayi Anda diculik? Anda memiliki hak
perlindungan konsumen, maka segera laporkan pada pihak berwenang (kepolisian dan Komnas
Perlindungan Anak) jika terjadi hal-hal yang berkaitan dengan hak sebagai konsumen.

11. Pihak rumah sakit dan puskesmas bertanggung jawab penuh untuk keselamatan bayi dan ibu.

Copyright 2016 PT. Kompas Cyber Media


(Kompas Gramedia Digital Group)

 Kenalilah dengan baik perawat dan petugas rumah sakit yang akan merawat Anda selama
masa melahirkan dan khususnya yang akan merawat bayi Anda.
 Jangan mudah percaya dengan orang-orang yang masuk ke ruang perawatan Anda atau
orang asing yang bertanya tentang bayi Anda walaupun mereka menggunakan seragam
khas rumah sakit. Jika hal ini terjadi, segera beritahukan kepada petugas rumah sakit
yang Anda kenal untuk mencegah hal-hal yang tak diinginkan.
 Jangan memberikan kepercayaan kepada siapapun kecuali keluarga dan petugas yang
menggunakan identitas jelas untuk menggendong bayi Anda. Tanyailah kepentingan
siapapun yang mencoba membawa bayi Anda keluar dari ruangan.
 Jika bayi Anda memerlukan beberapa tes kesehatan, cari tahu siapa yang akan melakukan
tes tersebut, di mana tes akan dilakukan dan berapa lama tes dilakukan terhadap bayi
Anda. Jika memungkinkan, Anda atau suami dapat ikut selama proses tes berlangsung.
 Jangan meninggalkan bayi sendirian di dalam ruangan.
 Jika bayi Anda dibawa ke ruangan perawatan bersama Anda, pastikan tempat tidur bayi
berada di sisi tempat tidur Anda dan jauh dari sisi pintu kamar.

MENCEGAH PENCULIKAN BAYI (PENTING UNTUK IBU YANG AKAN MELAHIRKAN DAN
SUAMINYA)

Akhir-akhir ini ada dua kejadian penculikan bayi di rumah sakit yang baru saja dilahirkan, saat
membaca beritanya, sediiiih banget, teriris, miris, ris ris ris, mengingat saya juga seorang ibu,
rasanya saya bisa merasakan bagaimana perasaan mereka. Kasihan bayinya terpisah dari
ibunya...

Satu kasus sudah terbongkar di kota Banjar, bayinya sudah ditemukan dan dikembalikan lagi ke
orangtuanya, alhamdulillah. Sedangkan yang di kota Bekasi masih dalam pencarian, semoga
segera ditemukan ya, semoga, mari kita berdoa, semoga bayinya segera kembali ke pelukan
orangtuanya.

Nah, untuk kedepannya, kita sebagai ibu-ibu harus selalu waspada, khususnya ibu-ibu yang akan
melahirkan di rumah sakit bersalin. Mungkin ini beberapa tips hasil pemikiran saya yang bisa
dijadikan pertimbangan sebelum ibu-ibu semua memilih tempat untuk melahirkan.

1. Pilih rumah sakit yang bonafide, pelayanannya bagus, SOP-nya bagus,


keamanannya siaga, para dokter dan perawatnya berdedikasi dan berstandar
internasional. Pokoknya yang track recordnya bagus deh. Kita bisa membanding-
bandingkan dulu sebelum memilih tempat bersalin, jadi, dua bulan atau satu bulan
sebelum brojol, ibu-ibu tour dulu. Tour kemana? ya, ke rumah bersalin. Tournya bareng
suami. Tanya-tanya informasi selengkap-lengkapnya, bawa buku catatan, bila perlu
rekam dan poto. Tanya dengan jelas prosedurnya bila bumil mau melahirkan: perkara
registrasi, ruangan bersalin, ruangan perawatan untuk ibu dan bayi, jadwal bayi ketika
dibawa perawat (untuk dimandikan atau mendapatkan serangkaian tes) dan juga prosedur
pulang (penandatanganan berita acara penyerahan bayi kepada orang tua). Jadi, ibu-ibu
semua harus gambar tuh peta-nya rumah sakit mulai dari ruangan pra-delivery, kamar
bersalin, toilet, kamar perawatan, kamar bayi, ruangan perawat, ruangan dokter,
semuanya catet. Nah, setelah survey begitu, pilih mana rumah sakit yang paling bagus.
Jangan sayang uang, lebih baik kita keluarkan lebih untuk mendapatkan pelayanan yang
baik. Insya Allah pasti Allah SWT sudah menyiapkan rejeki.
2. Saat melahirkan dampingi oleh keluarga besar: suami, ibu, bapak, mertua, adik,
kakak, tante, ua. Semakin banyak semakin bagus, jangan pernah meninggalkan ibu
dan bayi sendirian!
3. Suami harus tahu kru yang bertugas pada saat sang istri melahirkan. Ada dokter,
perawat, pembantu orang sakit (POS) yang biasanya bertugas memandikan ibu, pengantar
makanan, office boy/girl yang selalu masuk ruangan untuk nyapu/ngepel dan bawa
cucian kotor, semuanya beda-beda seragamnya. Yang mempunyai kewenangan
membawa bayi hanya perawat, jadi waspada dengan mereka yang tidak familiar
wajahnya mengenakan seragam putih. Perawat yang berjaga di rumah bersalin tidak akan
banyak, tidak akan ratusan atau puluhan teuing. Kenali orang per orangnya, kenali wajah
dan nama mereka, setiap shift pasti berbeda, jadi suami harus nekat untuk sok deket
dengan mereka. Bila perlu suami memberikan kue-kue untuk disimpan dikantor perawat
sehingga suami akan segera dengan mudah dikenali oleh mereka. Jadi, bila ada perawat
gadungan, suami dapat mengenalinya, langsung digelandang ke kantor perawat. Bila ada
selain perawat yang mau mengambil bayi dengan alasan ini-itu, langsung tolak. Oia, dan
suami juga harus berkenalan dengan satpam tentunya.
4. Pilih rumah sakit yang menerapkan jam besuk yang teratur (seminimal mungkin
jam besuk) dan sistem satu pintu. Di RS Borromeus tempat saya melahirkan dulu
menerapkan satu pintu, orang yang masuk dan keluar akan ketahuan dengan jelas,
pintunya selalu tertutup dan dijaga dengan ketat oleh satpam. Bayi yang akan dibawa
pulang, keluar dari pintu khusus dan berbeda. Jadi, bila ada yang membawa bayi dari
pintu besuk, dapat segera ditangkap untuk diinterogasi.
5. Pilih rumah sakit yang memiliki CCTV
6. Suami harus mendampingi bayi setelah dilahirkan saat bayi dimandikan, dites
APGAR, dan diidentifikasi. Sang ayah harus mendampingi bayi sampai bayi kembali
lagi ke pelukan sang ibu. Selama ayah dan bayi tidak ada, keluarga yang lain harus
mendampingi sang istri.
7. Ibu dan bayi jangan dipisahkan, tidurnya barengan dikamar perawatan. Di kamar
perawatan mereka harus selalu bersama dan didampingi oleh suami dan minimal oleh
satu orang yang lain. Sehingga bila suami ada perlu, tetap ada keluarga yang
mendampingi.
8. Pada saat bayi dimandikan oleh perawat setiap pagi dan sore, kenali perawatnya,
dan suami ikut serta.
9. Bila ibu mau ke kamar mandi, titipkan bayi kepada suami, atau titipkan kepada
keluarga (anggota keluarga yang sudah berpengalaman dalam mengurus bayi, bukan
anak-anak ya) dan jangan berikan bayi kepada siapa pun.
10. Bila ada perawat yang mau mengambil bayi untuk tes ini-itu atau imunisasi, jangan
serta merta memberikan bayi, suami harus mengajak perawat tersebut ke kantor
perawat dan meminta klarifikasi disana.
11. Sebagai perbekalan persalinan, bekali ibu dan bapak dengan pengetahun sebanyak-
banyaknya mengenai persalinan, treatment pasca persalinan untuk bayi dan ibu,
pokonya banyak baca sehingga tidak DITIPU.
12. Jangan percaya kepada siapapun.
13. Akhirnya berdoa-berdoa dan berdoa, memohon kepada Allah SWT perlindungan
dan keselamatan.

Demikian ibu-ibu dan bapak-bapak, ini yang sementara bisa saya pikirkan, semoga bermanfaat.
Semoga Allah SWT senantiasa melindungi kita dan anak-anak kita ya, mendekatkan mereka
kepada kita selaku orang tuanya.

Dan, mereka -para penculik dan para sindikatnya- itu segera tersadar untuk bertaubat.

You might also like