Professional Documents
Culture Documents
Abstract
Chronic Kidney Disease (CKD) is secondary disease with irreversible process of progressive
reduction in kidney function, one of the therapy is hemodialysis which can cause psychological
disorders. The most frequently occured is depression that can reduce quality of life of CKD
patients. The aim of this research was to analyze the correlation between level of depression and
quality of life of CKD patients during hemodialysis therapy. This research used Cross Sectional
Design with 30 respondents. The data were collected from hemodialysis policlynic at dr. Soebandi
hospital Jember. The level of depression was measured using HDRS questionnair, and quality of
life was measured using WHOQOLBREF questionnair. The result showed that 50% respondents
had mild depression (23,3% respondents had good quality of life and 26,7% respondents had bad
quality of life), 23,3% respondents were moderate depression (3,3% respondents had good
quality of life and 20% respondents had bad quality of life), while 26,7% respondents were severe
depression who had bad quality of life. The Spearman correlation test showed that the
significance (p) of this test was 0.010 with -0.464 correlation coefficient (r). It can be concluded
that there were correlation between level of depression and quality of life of CKD patients during
hemodialysis therapy at dr. Soebandi regional hospital Jember.
Abstrak
Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan penyakit sekunder dimana terjadi proses ireversibel
dari penurunan fungsi ginjal secara progresif, salah satu terapi untuk menanganinya adalah
hemodialisis yang dapat menyebabkan masalah psikologi. Salah satunya yaitu depresi yang akan
memperburuk kualitas hidup pasien CKD. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis hubungan
antara tingkat depresi dengan kualitas hidup pasien CKD yang menjalani terapi hemodialisis.
Penelitian menggunakan Cross Sectional Design dengan 30 responden. Data responden
diperoleh di Poli Hemodialisis RSD dr. Soebandi Jember. Tingkat depresi responden dinilai
dengan menggunakan kuesioner HDRS, dan kualitas hidup dinilai dengan menggunakan
kuesioner WHOQOLBREF. Hasil penelitian menunjukkan 50% responden mengalami depresi
ringan (23,3% berkualitas hidup baik dan 26,7% berkualitas hidup buruk), 23,3% responden
mengalami depresi sedang (3,3% berkualitas hidup baik dan 20% berkualitas hidup buruk),
sedangkan 26,7% responden mengalami depresi berat serta berkualitas hidup buruk. Uji korelasi
Spearman menunjukkan signifikansi (p) sebesar 0,010 dengan koefisien korelasi (r) -0,464, maka
dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat depresi dengan kualitas hidup pasien
CKD yang menjalani terapi hemodialisis di RSD dr. Soebandi Jember.
Kata kunci: Chronic Kidney Disease (CKD), depresi, kualitas hidup, hemodialisis.
- 19-24 bulan 0 0 6 20 6 20
Pembahasan depresi sedang, dan 26,7% depresi berat.
(Tabel 4).
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat Secara teori, tingkat pendidikan berkaitan
50% responden mengalami depresi ringan, dengan mekanisme coping individu. Wijaya
23,3% responden mengalami depresi sedang, (2010) menyatakan bahwa semakin rendah
26,7% responden mengalami depresi berat tingkat pendidikan pasien, maka semakin tinggi
(Tabel 1). Hasil ini menunjukkan bahwa pada kecenderungan untuk mengalami depresi.
pasien CKD yang menjalani hemodialisis Responden yang mengalami depresi terbanyak
seringkali mengalami depresi. Hal ini sesuai adalah responden dengan tingkat pendidikan
hasil penelitian sebelumnya yang menyatakan rendah (tidak sekolah, SD, dan SMP), yaitu
bahwa komplikasi psikologis paling sering yang sebesar 60% (Tabel 4). Pada penelitian ini
dialami pasien CKD yang menjalani hemodialisis jumlah responden pada tiap tingkat pendidikan
adalah depresi [5]. kurang representatif, sehingga tidak dapat dilihat
Faktor yang diduga berperan dalam perbedaan tingkat stress yang signifikan.
munculnya depresi pada pasien CKD yang Kelompok responden dengan lama terapi
menjalani hemodialisis yaitu faktor biologik hemodialisis 1-3 bulan adalah kelompok
(ketidakseimbangan kadar hormon secara responden yang paling banyak mengalami
kronis, yaitu peningkatan kortisol dan penurunan depresi (30%), yaitu 13,3% mengalami depresi
serotonin) dan psikososial (persepsi kehilangan ringan, 6,7% mengalami depresi sedang, dan
kebebasan, kemandirian, dan pekerjaan) [9,10]. 10% mengalami depresi berat (Tabel 4). Bila
Kekurangan dalam penelitian ini adalah tidak dikaitkan dengan dengan teori Kubler-Ross,
meneliti kedua faktor tersebut, namun depresi pasien yang baru menjalani terapi hemodialisis
yang ditemukan pada responden kemungkinan masih dalam fase penyangkalan atau fase
dapat dipengaruhi oleh kedua faktor tersebut. marah, sehingga keadaan fisik dan
Pada penelitian ini responden perempuan psikologisnya buruk akibat stressor negatif yang
lebih banyak dan hampir seluruhnya mengalami diterimanya [16].
depresi, yaitu sebesar 36,7% mengalami Hasil penelitian ini menunjukkan 73,3%
depresi ringan, 23,3% mengalami depresi responden memiliki kualitas hidup yang buruk
sedang, dan 16,7% mengalami depresi berat (Tabel 1). Kualitas hidup dapat dinilai dari
(Tabel 4). Kekurangan dalam penelitian ini dimensi fisik, psikologi, lingkungan, sosial.
adalah jumlah pasien perempuan lebih banyak Mayoritas responden mengaku kondisi fisiknya
dibandingkan pasien laki-laki, sehingga tidak semakin melemah dan mengalami berbagai
dapat dilihat perbedaan tingkat stress yang keluhan fisik seperti gatal, sesak, edema, serta
signifikan antara laki-laki dan perempuan. nyeri [17]. Rasa sakit yang dirasakan saat
Gangguan depresi lebih mudah dialami oleh insersi jarum hemodialisis, kecemasan akan
wanita karena terdapat perbedaan hormonal terjadinya komplikasi dari hemodialisis, dan
dan mekanisme coping [6]. Dampak stressor masalah biaya menjadi stressor yang
yang terjadi pada perempuan akan lebih berat memperburuk keadaaan psikologinya [18].
daripada laki-laki [11]. Sebagian besar responden hanya beraktifitas di
Responden dengan usia antara 41-50 rumah, merasa perannya dalam lingkungan
tahun yang paling banyak mengalami depresi terbatas, dan keberadaannya tidak diperlukan
(33,3%), terdiri atas 26,7% depresi ringan, 3,3% lagi, sehingga mayoritas responden memiliki
depresi sedang, dan 3,3% depresi berat (Tabel dimensi lingkungan yang buruk [17]. Kurangnya
4). Hal ini sesuai dengan pernyataan Ismail dan dukungan sosial yang diterima dan penurunan
Siste (2013), depresi muncul pada usia 40 aktifitas seksual serta libido menjadi masalah
tahunan [12]. utama yang memperburuk dimensi sosial
Status pekerjaan termasuk salah satu responden [8]. Hasil penilaian peneliti terhadap
faktor psikososial yang mempengaruhi keempat dimensi tersebut sebagian besar
terjadinya depresi. Masalah ekonomi, sesuai dengan persepsi responden mengenai
pengangguran, dan tidak mampu bekerja kualitas hidupnya.
kembali dapat menjadi stressor y a n g Jumlah responden perempuan lebih
menyebabkan depresi [6,13,14]. Responden banyak dibandingkan pasien laki-laki, sehingga
yang tidak memiliki status pekerjaan yang paling tidak dapat dilihat perbedaan kualitas hidup
banyak mengalami depresi, yaitu sebesar yang signifikan antara laki-laki dan perempuan
73,3%, terdiri atas 26,7% depresi ringan, 20% (Tabel 5). Menurut penelitaian Yuwono (2005),
jenis kelamin tidak mempunyai pengaruh kulitas hidup pasien dengan depresi pada
bermakna terhadap kualitas hidup pasien CKD pasien gagal ginjal kronik [7,17].
yang menjalani hemodialisis [19]. Koefisien korelasi untuk hubungan antara
Berdasarkan Tabel 5, Responden yang tingkat depresi dan kualitas hidup pasien CKD
memiliki kualitas hidup buruk paling banyak yang menjalani hemodialisis adalah -0,464,
adalah responden dengan kelompok usia antara yang berarti mempunyai kekuatan korelasi
31-40 tahun (23,3%) dan kelompok usia antara sedang dengan arah korelasi negatif (Tabel 3).
41-50 tahun (23,3%). Di samping itu, responden Semakin tinggi tingkat depresi maka semakin
yang memiliki kualitas hidup baik paling banyak buruk kualitas hidup pasien CKD yang menjalani
adalah responden dengan kelompok usia antara hemodialisis di RSD dr. Soebandi Jember.
41-50 tahun (10%) dan kelompok usia antara Tingkat depresi akan meningkat sejalan dengan
51-60 tahun (10%). Pada penelitian beratnya stressor yang dihadapinya. Stressor
sebelumnya, usia tidak mempunyai pengaruh terbesar bagi pasien CKD yang menjalani
bermakna terhadap kualitas hidup pasien CKD hemodialisis adalah penurunan kualitas hidup
yang menjalani terapi hemodialisis [19]. [18]. Oleh karena itu, praktisi kesehatan perlu
Status pekerjaan berhubungan erat memperhatikan masalah depresi dan
dengan kualitas hidup [8]. Hal tersebut sejalan memperbaiki kualitas hidup pasien CKD
dengan penelitian ini yang menunjukkan bahwa dengan cara mendengarkan dan mengurangi
responden yang tidak bekerja lebih banyak keluhan yang diderita pasien, serta berdiskusi
memiliki kualitas hidup yang buruk (63,3%), baik dengan keluarga pasien untuk meningkatkan
responden yang berstatus ibu rumah tangga dukungan sosial dan peranan pasien terhadap
(IRT) maupun responden yang tidak mampu lingkungannya, sehingga stressor yang diterima
bekerja kembali (Tabel 5). pasien akan menurun dan depresi dapat
Kualitas hidup akan meningkat seiring dicegah.
dengan lebih tingginya tingkat pendidikan yang Bias dalam penelitian ini terjadi akibat
didapatkan oleh individu [8]. Berdasarkan Tabel pelatihan teknik wawancara dan pengisian
5, responden dengan kualitas hidup yang buruk kuesioner yang dilakukan oleh dokter spesialis
didominasi oleh responden yang tidak kedokteran jiwa kepada peneliti dan interviewer
bersekolah, berpendidikan SD, dan SMP. Akan dilakukan dalam waktu singkat sehingga kurang
tetapi, responden dengan kualitas hidup yang dipahami dengan baik. Selain itu, kuesioner
baik didominasi oleh responden dengan yang digunakan mungkin juga kurang dipahami
pendidikan SMA dan Perguruan Tinggi (PT). oleh responden karena sebagian besar
Pada Tabel 5 dapat diketahui responden responden, yaitu sebesar 23,3%, berpendidikan
yang paling banyak memiliki kualitas hidup rendah. Faktor lain yang menyebabkan bias
buruk adalah kelompok responden dengan lama dalam penelitian ini adalah jumlah sampel
terapi hemodialisi 1-3 bulan (23,3%) dan 19-24 inklusi kurang dan distribusi data tidak normal
bulan (20%). Pada penelitian sebelumnya sehingga sampel tidak representatif. Faktor lain
membuktikan bahwa kualitas hidup pasien CKD seperti faktor biologik dan psikososial sebagai
yang menjalani hemodialisis tidak dipengaruhi penyebab depresi pada pasien CKD yang
oleh lamanya pasien menjalani terapi menjalani hemodialisis tidak diekslusi selama
hemodialisis [19]. penelitian, hal ini juga dapat menyebabkan bias.
Data pada Tabel 2 menunjukkan bahwa
73,3% responden yang mengalami depresi Simpulan dan Saran
menunjukkan kualitas hidupnya buruk, yaitu
terdiri atas 26,7% responden yang mengalami Berdasarkan pembahasan diatas, dapat
depresi ringan, 20% responden yang mnegalami diketahui bahwa 50% responden mengalami
depresi sedang, dan 26,7% responden yang depresi ringan, 73,3% memiliki kualitas hidup
mengalami depresi berat. Berdasarkan analisis yang buruk, dan terdapat hubungan antara
data dengan uji korelasi (Tabel 3), dapat tingkat depresi dan kualitas hidup pasien CKD
diketahui bahwa terdapat hubungan tingkat yang menjalani terapi hemodialisis dengan
depresi dengan kualitas hidup pasien CKD yang kekuatan korelasi sedang. Semakin tinggi
menjalani hemodialisis di RSD dr. Soebandi tingkat depresi, maka semakin buruk kualitas
Jember. Hal ini sesuai dengan penelitian hidup pasien CKD yang menjalani terapi
sebelumnya yang mengatakan terdapat hemodialisis di RSD dr. Soebandi Jember.
hubungan erat dan saling mempengaruhi antara Saran dalam penelitian ini adalah perlu
dilakukan penelitian lanjutan dengan
memperhatikan jumlah dan distribusi [9] Andri. Gangguan Psikiatrik pada Pasien
karakteristik sampel, serta teknik pengambilan Penyakit Ginjal Kronik. Jurnal Psikiatri
data sehingga bias penelitian dapat dihindari Kalbemed. Jakarta: Fakultas Kedokteran
dan hasil penelitian dapat representatif. Dalam
Universitas Kristen Krida Wacana; 2013.
penanganan pasien CKD yang menjalani
hemodialisis perlu dilakukan terapi paliatif [10] Alfiyanti NE, Setyawan D, Kusuma MAB.
mencakup terapi psikologis bagi pasien dan Pengaruh Relaksasi Otot Progresif
keluarga pasien untuk memperbaiki kualitas Terhadap Tingkat Depresi Pada Pasien
hidup pasien. Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani
Hemodialisis Di Unit Hemodialisa Rs
Daftar Pustaka Telogorejo Semarang. Jurnal Kesehatan
[1] Suwitra K. Penyakit Ginjal Kronik. Buku Undip. S e m a r a n g : U n i v e r s i t a s
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. (Edisi Diponegoro; 2014.
Kelima). Jakarta: Internal Publishing; [11] Amir N. Luaran (Outcome) Terapi pada
2014. G a n g g u a n D e p r e s i M a y o r. Ti d a k
[2] Indonesian Renal Registry. 4th Annual Diterbitkan. Jurnal Psikiatri. Jakarta:
Report of IRR 2011. Associates: 2011. Fakultas Kedokteran Universitas
[cited 15 Mei 2015]. Available from Indonesia; 2012.
www.pernefri-inasn.org. [12] Ismail RI, Siste K. Buku Ajar Psikiatri :
[3] Rahardjo JP. Hemodialisis. Buku Ajar Gangguan Depresi. Jakarta: Fakultas
Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. (Edisi Kedokteran Universitas Indonesia; 2013 .
Kelima). Jakarta: Internal Publishing; [13] Katona C, Copper C, Robertson M. At
2011. Glance Psikiatri Edisi Keempat. Jakarta :
[4] Purnomo B, Astuti, YD. Hubungan Harga Erlangga Medical Series; 2012.
Diri dengan Tingkat Depresi Pada [14] Zwastica MA. Hubungan Lamanya Anak
Remaja Santri Pondok Pesantren. Tidak Menyandang Tuberkulosis (TB) Terhadap
Diterbitkan. Tugas Akhir. Jogjakarta: Kecenderungan Depresi Orangtua Pasien
Fakultas Psikologi Universitas Islam TB Anak di Kabupaten Jember Bulan
Indonesia; 2010. Mei−September Tahun 2014. Tidak
[5] Vasilios K, Vasilios K. Depression in Diterbitkan. Tugas Akhir. Jember: Fakultas
Patients with CKD: A Person Centered Kedokteran Universitas Jember; 2014.
Approach. Jurnal Psychology & [15] Astuti A. Analisis Faktor-Faktor Yang
P s y c h o t h e r a p y. J o u r n a l P s y c h o l Berhubungan Dengan Depresi Pada
Psychother. Associates: 2012. [cited 15 Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang
Mei 2015]. Available from Menjalani Hemodialisis Di RSUD
www.dx.doi.org. Panembahan Senopati Bantul. Tidak
[6] Kaplan H, Sadock B. Sinopsis Psikiatri Diterbitkan. Tugas Akhir. Yogyakarta:
Ilmu Pengetahuan Psikiatri Klinis. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Jakarta: Binarupa Aksara; 2010. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta;
[7] Wijaya A. Kualitas Hidup Pasien Ginjal 2014.
Kronik Yang Menjalani Hemodialisis Dan [16] Rustina. Gambaran Tingkat Depresi pada
Mengalami Depresi. Tidak Diterbitkan. Pasien Gagal Ginjal Kronik yang
Tesis. Jakarta: Fakultas Kedokteran Menjalani Hemodialisis di RSUD dr.
Universitas Indonesia; 2010. Soedarso Pontianak Tahun 2012. Tidak
[8] Chairani N. Kualitas Hidup Wanita Lansia Diterbitkan. Skripsi. Pontianak: Fakultas
Di Kelurahan Pabatu Kecamatan Padang Kedokteran Universitas Tanjungpura;
Hulu Tebing Tinggi. Tidak Diterbitkan. 2012.
Tu g a s A k h i r. M e d a n : F a k u l t a s [17] Supriyadi, Wagiyo, Widowati. Tingkat
Keperawatan Universitas Sumatera Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal
Utara; 2013. Kronik Terapi Hemodialisis. Tidak
Diterbitkan. Jurnal Kesehatan. Semarang: [19] Yuwono A. Kualitas Hidup Menurut Spitzer
Poltekkes Kemenkes Semarang; 2011. pada Penderita Gagal Ginjal Terminal
[18] Parwanti UP. Hubungan Dukungan yang Menjalani Hemodialisis di Unit
Hemodialisis RSUP dr. Kariadi Semarang.
Keluarga dengan Kualitas Hidup Pasien
Tidak Diterbitkan. Skripsi. Semarang:
Hemodialisa di RS PKU Muhammadiyah Fakultas Kedokteran Universitas
Yogyakarta Unit II. Tidak Diterbitkan. Diponegoro; 2010.
Skripsi. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Aisyiyah; 2015.