You are on page 1of 23

Kinerja Rantai Pasok Tandan Buah Segar

Kelapa Sawit dalam Meningkatkan Laba dan


Mencapai Tujuan Perusahaan pada PT.
Cahaya Cemerlang Lestari

Rumbiati1)
Dosen STIE Rahmaniyah Sekayu

Abstract

Supply chain management of agro-industry places the management


of crop and distribution becoming the key factor. The management
system need to observe the cost and quality aspect. Supply chain
management of palm oil need to consider the cost and quality as part
of decision making. Both of the factors are important to analyze
because the operational supply chain faces the action of quality
assurance to gain the economic scale. Supply chain performance
depends on the decisions related to stock, production, and
transportation.

The delivery process of stem raw material in the supply chain at PT.
CCL (Cahaya Cemerlang Lestari) was descriptively analyzed using
the model of POA (Performance of Activity), including seven
dimension of measurements.

It is noticeable that the performance of fresh fruit stem (TBS) from


the plantation is not satisfying where it is only two from 12 received
months achieve the target of settled budget. However, the
performance of sortation and extraction activities is concluded
satisfying where the achievement was more than the average of 95%
in 2013. Following this, the performance of CPO production is
concluded quite satisfying as it can be seen from the achievement of
target is more than 80%. Additionally, the performance of CPO
production quality is concluded very satisfying as it can be seen from
the aspect of extraction rates, total losses/FFB, and the percentage
of FFA, which can achieve the monthly target properly. Nevertheless,
the performance of machine utility and production cost are concluded
less satisfying because those items have not matched yet with the
settled company target, where the number of machine utility do not
reach 80% from January to July.

Keywords: performance of supply chain, performance of activity

1)
Koresponden Penulis : rumbiatikamaludin@gmail.com
75
Jurnal Ilmu Manajemen Vol. 5 No. 1 Desember 2015

PENDAHULUAN
Perkembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia sangat pesat
dikarenakan beberapa hal. Pertama adalah kebutuhan minyak nabati dunia
cukup besar dan terus meningkat sebagai akibat penambahan jumlah
penduduk maupun tingkat konsumsi per kapita. Kedua, diantara berbagai jenis
tanaman penghasil minyak nabati, kelapa sawit merupakan tanaman dengan
potensi produksi minyak tertinggi. Ketiga, semakin berkembangnya jenis-jenis
industri berbasis kelapa sawit baik oleokimia dan biodiesel

Berkembangnya jenis industri berbasis kelapa sawit sangat berdampak


bagi pesatnya investasi di industri hulu sebagai penyedia bahan baku tandan
buah segar kelapa sawit. Hal ini memberikan dampak sosial dan ekonomi pada
masyarakat di daerah, investasi dari perusahaan yang membangun perkebunan
kelapa sawit berskala besar memberikan lapangan pekerjaan dan dibentuknya
sistem inti plasma kebun kelapa sawit dirasakan mampu meningkatkan
kesejahteraan masyarakat di daerah. Untuk itu dituntut peran manajemen
perusahaan untuk dapat memberikan kinerja yang lebih baik. Salah satu peran
manajemen yang dimaksud adalah peran manajemen rantai pasok sebagai
penyedia bahan baku industri hilir.

Beragam industri hilir membutuhkan minyak sawit kasar (crude palm oil,
CPO) sebagai bahan baku. Mutu produk menjadi sangat penting terlebih bagi
industri bahan pangan yang menggunakannya sebagai bahan baku utama.
Selain itu, karakteristik produk pertanian yang mudah rusak, ditambah lagi sangat
dipengaruhi musim menjadi kendala tersendiri yang membutuhkan perhatian dan
penanganan yang tepat. Tentunya setiap industri selalu menginginkan proses
bisnisnya mampu memenuhi elemen- elemen kepuasan pelanggan, yaitu mutu
sesuai pasar, biaya yang minimum dan pengiriman sesuai jadwal. Masalah
pasokan dan ketersediaan menjadi isu penting dalam peningkatan produktivitas.
Dalam kaitan ini, penjaminan pasokan bahan baku dari kebun ke pabrik dan
pasokan produk dari pabrik ke pelabuhan menjadi aspek penting yang patut
diperhatikan.

Manajemen rantai pasok agroindustri menempatkan sistem manajemen


panen-angkut-olah menjadi faktor kunci. Pengelolaannya perlu memperhatikan
aspek biaya dan mutu. Manajemen rantai pasok agroindustri minyak sawit kasar
perlu mempertimbangkan biaya dan mutu sebagai satu kesatuan dalam
proses pengambilan keputusan. Kedua faktor ini penting dianalisis karena
operasional rantai pasok dihadapkan pada tindakan penjaminan mutu dan
mencapai skala ekonomis. Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam model
adalah pengelolaan risiko mutu, kebijakan persediaan minyak sawit kasar,
panen-angkut-olah dan transportasi tandan buah segar.

Kinerja rantai pasok ditentukan oleh keputusan-keputusan yang terkait


dengan persediaan, produksi, dan transportasi. Hal inilah yang mendorong
peneliti untuk melakukan analisis tentang bagaimana proses rantai pasokan
tandan buah segar muali dari petani kelapa sawit sampai kepada pabrik
pengolahan CPO (Crude Palm Oil). Dengan melihat permasalahan tersebut perlu
dikaji kinerja rantai pasok tandan buah segar kelapa sawit dalam meningkatkan
laba dan mencapai tujuan perusahaan pada PT. Cahaya Cemerlang Lestari

76
KINERJA RANTAI PASOK TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT DALAM MENINGKATKAN LABA DAN
MENCAPAI TUJUAN PERUSAHAAN PADA PT. CAHAYA CEMERLANG LESTARI.. .........................RUMBIATI

KAJIAN PUSTAKA

1. Kinerja Rantai Pasok dan Pengukurannya


Istilah kinerja atau performance mengacu pada hasil output dan sesuatu
yang dihasilkan dari proses produk dan jasa yang bisa dievaluasi dan
dibandingkan secara relatif dengan tujuan, standar, hasil-hasil yang lalu, dan
organisasi lain (Hertz, 2007:127). Yuwono dkk. (2002:98), mendefinisikan
penilaian kinerja sebagai tindakan pengukuran yang dilakukan terhadap berbagai
aktivitas dalam rantai nilai yang ada dalam perusahaan. Hasil pengukuran
digunakan sebagai umpan balik yang akan memberikan informasi tentang
prestasi pelaksanaan suatu rencana dan titik dimana perusahaan memerlukan
penyesuaian-penyesuaian atas aktivitas, perencanaan dan pengendalian.
Penilaian kinerja berada pada tahap implementasi, sedangkan hasil
pengukurannya berada pada tahap pemantauan yang kemudian
dikomunikasikan untuk memberikan umpan balik dalam pengambilan keputusan
(Mulyadi, 2001:57).

Kinerja rantai pasok, menurut Irawan (2008:72) dapat diukur dengan


menggunakan dua model pengukuran. Model pertama adalah POA
(Performance Of Activity) dan yang kedua metode SCOR (Supply Chain
Operations Reference). Kinerja aktivitas diukur dalam berbagai dimensi yaitu
ongkos dan waktu yang terlibat dalam aktivitas. Kapasitas, kapabilitas,
produktivitas, utilisasi, dan outcome

Model SCOR adalah suatu model acuan dari operasi supply chain
(Bolstorff & Rosenbaum, 2003). SCOR mampu memetakan bagian-bagian supply
chain. Menurut Punjawan (2005:75), pada dasarnya SCOR merupakan model
yang berdasarkan proses. Model ini mengintegrasikan tiga elemen utama
dengan fungsi berikut:

a. Business process reengineering pada hakekatnya menangkap proses


kompleks yang terjadi saat ini (as is) dan mendefinisikan proses yang
diinginkan (to be).
b. Benchmarking adalah kegiatan untuk mendapatkan data kinerja
operasional dari perusahaan sejenis. Target internal kemudian
ditentukan berdasarkan kinerja “best in class” yang diperoleh.
c. Process measurement berfungsi untuk mengukur, mengendalikan, dan
memperbaiki proses-proses supply chain.

2. Pertumbuhan Laba sebagai Tujuan Perusahaan


Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan laba. Pengertian laba
secara operasional merupakan perbedaan antara pendapatan yang direalisasi
yang timbul dari transaksi selama satu periode dengan biaya yang berkaitan
dengan pendapatan tersebut. Pengertian laba menurut Harahap (2008:113)
“kelebihan penghasilan diatas biaya selama satu periode akuntansi”.

Sementara pengertian laba yang dianut oleh struktur akuntansi sekarang


ini adalah selisih pengukuran pendapatan dan biaya. Besar kecilnya laba

77
Jurnal Ilmu Manajemen Vol. 5 No. 1 Desember 2015

sebagai pengukur kenaikan sangat bergantung pada ketepatan pengukuran


pendapatan dan biaya.

Menurut Harahap (2008:263) laba merupakan angka yang penting dalam


laporan keuangan karena berbagai alasan antara lain: laba merupakan dasar
dalam perhitungan pajak, pedoman dalam menentukan kebijakan investasi dan
pengambilan keputusan, dasar dalam peramalan laba maupun kejadian ekonomi
perusahaan lainnya di masa yang akan datang, dasar dalam perhitungan dan
penilaian efisiensi dalam menjalankan perusahaan, serta sebagai dasar dalam
penilaian prestasi atau kinerja perusahaan.

Pertumbuhan menurut Harahap (2008: 215) laba dihitung dengan cara


mengurangkan laba periode sekarang dengan laba periode sebelumnya
kemudian dibagi dengan laba pada periode sebelumnya.

3. Prinsip-prinsip SCM (Supply Chain Management)


Supply chain adalah logistics network (Hanna & Newman, 2001). Dalam
hubungan ini, Indrajit (2002: 99) mengidentifikasi beberapa pelaku utama supply
chain yang merupakan perusahaan-perusahaan yang mempunyai kepentingan
yang sama, yaitu suppliers, manufacturer, distribution, retail outlets, dan
customers.

Menurut Said (2006:123), prinsip dasar SCM seharusnya meliputi lima


hal, yaitu:

a. Prinsip integrasi. Artinya semua elemen yang terlibat dalam rangkaian


SCM berada dalam satu kesatuan yang kompak dan menyadari adanya
saling ketergantungan.
b. Prinsip jejaring. Artinya semua elemen berada dalam hubungan kerja
yang selaras.
c. Prinsip ujung ke ujung. Artinya proses operasinya mencakup elemen
pemasok yang paling hulu sampai ke konsumen yang paling hilir.
d. Prinsip saling tergantung. Setiap elemen dalam SCM menyadari bahwa
untuk mencapai manfaat bersaing diperlukan kerjasama yang saling
menguntungkan.
e. Prinsip komunikasi. Artinya keakuratan data menjadi darah dalam
jaringan untuk menjadi ketepatan informasi dan material.

Menurut Miranda (2006:132), supply chain management terdiri atas tiga


elemen yang saling terikat satu sama lain, yaitu :

1. Struktur jaringan supply chain, yaitu jaringan kerja anggota dan


hubungan dengan anggota supply chain lainnya.
2. Proses bisnis supply chain, yaitu aktivitas-aktivitas yang menghasilkan
nilai keluaran tertentu bagi pelanggan.
3. Komponen manajemen supply chain berupa variabel-variabel manajerial
dimana proses bisnis disatukan dan disusun sepanjang supply chain.
Menurut Punjawan (2000:75), ada tiga macam aliran yang harus dikelola
dalam suatu supply chain. Pertama, aliran barang yang mengalir dari hulu ke
hilir (downstream). Contohnya adalah bahan baku yang dikirim dari pemasok ke
pabrik untuk diproduksi menjadi produk jadi yang kemudian dikirim ke distributor,
78
KINERJA RANTAI PASOK TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT DALAM MENINGKATKAN LABA DAN
MENCAPAI TUJUAN PERUSAHAAN PADA PT. CAHAYA CEMERLANG LESTARI.. .........................RUMBIATI

lalu ke pengecer atau ritel, kemudian ke pemakai akhir. Kedua, aliran uang dan
sejenisnya yang mengalir dari hilir ke hulu. Ketiga, aliran informasi yang bisa
terjadi dari hulu ke hilir ataupun sebaliknya. Hal ini juga diungkapkan oleh Hau
Lee pada Stanford Supply Chain Forum (1999), SCM berhubungan erat dengan
aliran manajemen material, informasi, dan finansial dalam suatu jaringan yang
terdiri dari pemasok, pabrik, distributor dan pelanggan.

4. Strategi dan Kriteria Sukses SCM


Strategi supply chain mencakup hal yang lebih luas dan keluar dari batas
internal sebuah perusahaan. Di dalamnya akan tercakup keputusan strategis
tentang jaringan pasokan (supply network) yang menyangkut keputusan tentang
pemasok mana yang akan dipilih, pemasok mana yang akan diajak sebagai mitra
jangka panjang, dimana saja lokasi gudang dan pusat distribusi akan didirikan,
apakah akan melakukan sendiri kegiatan logistik, (warehousing, trasportasi, dan
lain-lain) atau menyerahkannya ke pihak ketiga, dan sebagainya.

Menurut Punjawan (2005:220), strategi supply chain didefinisikan sebagai


kumpulan kegiatan dan aksi strategis di sepanjang supply chain yang
menciptakan rekonsiliasi antara apa yang dibutuhkan pelanggan akhir dengan
kemampuan sumber daya yang ada pada supply chain tersebut.

Menurut Cohen dan Roussel dalam Said (2006:135) terdapat empat


kriteria SCM sukses, yaitu: sesuai dengan strategi bisnis, mampu memenuhi
keinginan konsumen, mampu memahami posisinya dalam jaringan, dan adaptif.

5. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan kerangka teori dari tinjauan pustaka digambarkan kerangka
berfikir berikut;

79
Jurnal Ilmu Manajemen Vol. 5 No. 1 Desember 2015

Pengukuran Kinerja Rantai Pasok dengan


Model POA (Performance of Activity):

1. Ongkos dalam suatu aktivitas


2. Waktu yang diperlukan
3. Kapasitas
4. Kapabilitas
5. Produktivitas
6. Utilisasi
7. Outcome

TUJUAN PERSAHAAN :

ANALISIS PERTUMBUHAN LABA


Gambar 1

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian

METODE PENELITIAN
a. Desain Penelitian
Desain penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, dimana menurut Umar
(2005:123) analisis jenis ini merupakan analisis yang menggunakan data yang
telah terlebih dahulu dikuantifikasikan atau diangkakan melalui analisa statistik.
Data kuantitatif yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari arsip
perusahaan yang dihitung per tahun.Data tersebut diantaranya sebagai berikut
ini.
1. Data ongkos dan biaya pengangkutan TBS, pengolahan CPO dan
transportasi
2. Data waktu yang diperlukan untuk pengangkutan pasokan bahan baku TBS
dan pengangkutan CPO ke pelabuhan
3. Data kapasitas pasokan penerimaan TBS dan produksi CPO
4. Data produktivitas produksi TBS dan CPO per tahunnya
5. Data utilisasi (masa pakai) mesin produksi, kendaraan angkut, dan sarana
prasarana lainnya.

b. Jenis dan Sumber Data


Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : data kuantitatif (Umar ,
2005:30), berupa perhitungan ongkos atau biaya, waktu, kapasitas, kapabilitas,
produktivitas, utilisasi dan outcome seluruh aktivitas yang berhubungan dengan
rantai pasokan tandan buah segar dalam setahun. Data kualitatif juga digunakan,
berupa teori atau konsep menyangkut masalah-masalah yang dibahas dengan
melihat literatur-literatur yang ada baik dari buku maupun dari internet.

c. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan data primer maupun sekunder. Data primer


diperoleh melalui pengamatan langsung di lapangan dan wawancara dengan
80
KINERJA RANTAI PASOK TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT DALAM MENINGKATKAN LABA DAN
MENCAPAI TUJUAN PERUSAHAAN PADA PT. CAHAYA CEMERLANG LESTARI.. .........................RUMBIATI

pihak perusahaan yang berkaitan dengan logistik perusahaan.Data sekunder


diperoleh dari literatur yang relevan, dokumen dan laporan yang dimiliki oleh
perusahaan dan instansi terkait.

d. Pengolahan dan Analisis Data


Proses penyampaian bahan baku tandan buah segar pada rantai pasok
PT CCL (Cahaya Cemerlang Lestari) dianalisis secara deskriptif dengan
menggunakan model POA (Performance of Activiy) yang meliputi tujuh dimensi
pengukuran sebagai berikut.

Tabel 1. Matrik Pengukuran Kinerja Rantai Pasok


Dimensi Parameter Ukuran (Satuan)
Ongkos Ongkos yang muncul karena Ongkos bisa diukur dalam
dalam pelaksanaan suatu nilai rupiah per tahun atau
aktivitas ada sumber daya yang diukur relatif terhadap nilai
digunakan (tenaga kerja, penjualan
material peraltan) dalam setahun (Rp/Tahun)
Waktu Waktu yang dibutuhkan oleh Waktu diukur dalam hari
masing-masing aktivitas rantai berdasarkan masing-masing
pasok (pemprosesan pesanan aktivitas rantai pasok (hari)
pelanggan, mendapatkan
bahan baku, set-up kegiatan
produksi)
Kapasitas Ukuran seberapa banyak Kapasitas produksi suatu
volume pekerjaan yang bisa pabrik, kapasitas pengiriman
dilakukan oleh suatu sistem dari sebuah supplier,
atau bagian dari supply chain kapasitas penyimpanan
pada suatu periode tertentu sebuah gudang (Ton)

Kapabilitas 1. Reliabilitas 1. Deviasi waktu pengiriman


2. Ketersediaan (%)
3. Fleksibilitas 2. Penyediaan produk dalam
waktu yang diperlukan (%)
3. Fleksibilitas pengadaan,
produksi, pengiriman (%)
Produktivitas Mengukur sejauh mana sumber Rasio Output dan Input (%)
daya pada supply chain
digunakan secara efektif dalam
mengubah input menjadi output
Utilisasi Mengukur tingkat pemakaian Utilitas mesin, gudang, pabrik,
sumber daya dalam kegiatan dan sebagainya (%)
supply chain
Outcome Merupakan hasil dari suatu Nilai tambah yang diberikan
proses atau aktivitas pada produk-produk yang
dihasilkan (%)

81
Jurnal Ilmu Manajemen Vol. 5 No. 1 Desember 2015

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Analisis terhadap permasalahan dibatasi hanya pada ruang lingkup
kinerja rantai pasokan tandah buah segar dalam pengolahan CPO di PT. Cahaya
Cemerlang Lestari. Proses pengolahan tandan buah segar menjadi CPO yang
diamati dimulai dari penerimaan TBS dari kebun kemudian masuk kepada
sortasi, selanjutnya proses milling, sampai kepada penyimpanan CPO ke dalam
tanki penimbunan di PT. CCL. Bahan baku yang digunakan dalam proses
produksi di PT. Cahaya Cemerlang Lestari adalah kelapa sawit (Elaesis
Quinensis Jacq). Kelapa sawit ini adalah salah satu dari beberapa golongan
Palm yang dapat menghasilkan minyak CPO.Menurut Fauzi dkk (2008:168)
menjelaskan ada beberapa varietas tanaman kelapa sawit yang telah dikenal.
Varietas itu dapat dibedakan berdasarkan tebal tempurung dan daging buah atau
berdasarkan warna kulit buah.

Berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah dikenal beberapa


varietas:

1. Varietas Kelapa Sawit Jenis Dura


Tempurung dura cukup tebal antara 2-8 mm. Daging buah relatif tipis
dengan persentase daging buah terhadap buah bervariasi antara 35-50%. Kernel
biasanya besar dengan kandungan minyak yang rendah. Dalam persilangan
varietas dura dipakai sebagai pohon induk betina.

2. Varietas Kelapa Sawit Jenis Psifera


Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hampirr tidak ada, tetapi
daging buahnya tebal. Persentase daging buah terhadap buah cukup tinggi,
sedangkan daging biji sangat tipis. Jenis psifera tidak dapat diperbanyak tanpa
menyilangkan dengan jenis yang lain. Varietas ini dikenal sebagai tanaman
betina yang steril sebab bungan betina gugur pada fase dini. Oleh sebab itu,
dalam persilangan dipakai sebagai pohon induk jantan. Penyerbukan silang
antara pesifera dengan dura akan menghasilkan varietas tenera.

3. Varietas Kelapa Sawit Jenis Tenera


Varietas ini mempunyai sifat-sifat yang berasal dari kedua induknya, yaitu
dura dan psifera. Varietas ini banyak ditanam di perkebunan-perkebunan pada
saat ini. Tempurung sudah menipis, ketebalannya berkisar antara 0,5-4 mm, dan
terdapat lingkaran serabut disekelilingnya. Persentase daging buah terhadap
buah tinggi, antara 60-96%. Tandan buah yang dihasilkan oleh tenera lebih
banyak dari pada dura, tetapi ukuran tandannya relatif lebih kecil.

Dari ketiga jenis kelapa sawit diatas dikembangkan varian baru yaitu
perkawinan silang antara tenera dan psifera yang menghasilkan varian baru jenis
Costarica. Jenis varian ini memiliki daging buah (mesocrap) yang lebih tebal dan
cangkang yang tipis serta memiliki inti kernel yang kecil sehingga mengandung
minyak CPO yang tinggi.

Berasarkan warna buahnya, kelapa sawit dapat dibedakan menjadi :

1. Nigrescen. Jenis ini memiliki ciri-ciri berwarna ungu kehitam-hitaman saat


mentah (dogan), dan berwarna jingga kehitam-hitaman pada kondisi
masak.

82
KINERJA RANTAI PASOK TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT DALAM MENINGKATKAN LABA DAN
MENCAPAI TUJUAN PERUSAHAAN PADA PT. CAHAYA CEMERLANG LESTARI.. .........................RUMBIATI

2. Virescens. Jenis ini memiliki ciri-ciri berwarna hijau saat mentah (dogan),
dan berwarna jingga kemerahan pada kondisi masak.
3. Albescen. Jenis ini memiliki ciri-ciri berwarna keputih-putihan saat mentah
(dogan), dan berwarna merah kekuning-kuningan pada kondisi masak.

Tabel 2. Varietas Berdasarkan Warna Kulit Buah

Varietas Warna Buah Muda Warna Buah Masak

Ungu Kehitam- Jingga kehitam-


Nigrescens
hitaman hitaman
Jingga kemerahan,
Virescens Hijau tetapi ujung buah
tetap hijau
Kekuning-kuningan
Albescens Keputih-putihan dan ujungnya ungu
kehitaman
Sumber : Technical Support Dev 2013

PT. Cahaya Cemerlang Lestari pada proses produksinya menggunakan


dua jenis buah kelapa sawit yaitu untuk perkebunan inti menggunakan jenis buah
Costarica (perkawinan silang antara Psifera dan Tenera), sedangkan untuk
perkebunan plasma menggunakan buah jenis Marihat (perkawinan silang antara
Psifera dan Dura). Jenis kelapa sawit akan mempengaruhi kuantitas dan
keunggulan pada minyak kelapa sawit (CPO) yang dimaksud adalah jumlah
komposisi kandungan minyak yang terdapat dalam daging buah kelapa sawit
(mesocrap), atau yang lebih dikenal dengan istilah Rendemen atau Yelid.Faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan kadar Asam Lemak Bebas (ALB)
atau Free Fatty Acid (FFA) yang menyebabkan turunnya kualitas minyak CPO
pada buah kelapa sawit antara lain disebabkan oleh proses panen dan proses
pengiriman ke pabrik.

Pelaksanaan Aktivitas Rantai Pasok

a. Proses Panen

Mangoensoekarjo dan Semangun (2008:605) menyatakan bahwa


seminggu sebelum titik tepat panen, kandungan minyak dalam mesokarp baru
mencapai sekitar 73% dari potensinya. Artinya, sisa 27% dari proses konversi
terjadi hanya dalam waktu satu minggu terakhir dari proses pematangan.
Perusahaan akan kehilangan 27% dari potensi produksinya.

Setiap perusahaan biasanya memiliki standar masing-masing dalam


menentukan tingkat kematangan kelapa sawit diperusahaannya. Parameternya
dapat dilihat dari perubahan warna buah dan jumlah berondolan pertandannya.
Tipe nigrescens merupakan tipe buah berwarna ungu sampai hitam pada waktu
matang. Tipe buah virescens memiliki ciri berwarna hijau ketika masih mentah
83
Jurnal Ilmu Manajemen Vol. 5 No. 1 Desember 2015

dan berubah menjadi jingga kemerahan, tetapi ujungnya tetap berwarna kehijau-
hijauan ketika matang.

Dilapangan terkadang terdapat buah sakit yang ditandai dengan buah


yang membusuk dibagian pangkalnya. Buah sakit tersebut diakibatkan oleh
infeksi jamur sehingga mudah terlepas dari tandan. Buah abnormal lain yang
kadang ditemukan adalah buah batu akan sulit untuk membrondol sehingga
butuh kecermatan agar tidak dikira buah mentah.Pengawasan proses
pemanenan harus berjalan secara optimal agar tidak ada pemanen yang curang
memotong buah mentah untuk menaikkan berat basis yang diperolehnya.

Tingkat kematangan tandan buah segar kelapa sawit akan


mempengaruhi kualitas minyak yang dihasilkan. Komponen kualitas minyak
kelapa sawit diukur berdasarkan tingkat asam lemak bebas. Menurut
Setyamidjaja (2006:127) kualitas minyak kelapa sawit dapat dipengaruhi oleh
lamanya penyimpanan, suhu, benturan dan pelukaan buah dan tingkat
kematangan. Selain merugikan dari segi kualitas, kadar asam lemak bebas yang
terkandung dalam minyak juga akan menambah biaya untuk memurnikan minyak
melalui proses netralisasi dengan proses penyulingan. Secara kualitas, produksi
dianggap optimal apabila mencapai rendemen minyak yang tinggi. Hal tersebut
dapat diperoleh dari kematangan TBS yang optimal dan proses ektraksi minyak
di pabrik kelapa sawit.

Tabel 3. Rendemen dan FFA hasil ekstraksi sampel buah

Laboratorium PT. Cahaya Cemerlang Lestari

Kondisi Buah Rendemen FFA

Mentah 14 – 17 1.90%

Mengkal 17 – 22 2.50%

Masak 22 – 30 3.30%

Lewat Masak 23 – 26 4.00%

Restan/Inap 19 – 22 >8.00%

Busuk 17 – 20 >12.0%
Sumber : Laboratorium PT. CCL 2013

Panen merupakan kegiatan pemotongan tandan buah segar dari pohon


hingga diangkut ke pabrik. Kegiatan ini merupakan sumber pendapatan
perusahaan melalui penjualan minyak kelapa sawit dan inti kelapa sawit.
Penentuan kriteria matang panen sangat penting dilakukan, agar pemanen
memotong tandan buah segar yang tepat. Secara teori, tandan yang ideal untuk
84
KINERJA RANTAI PASOK TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT DALAM MENINGKATKAN LABA DAN
MENCAPAI TUJUAN PERUSAHAAN PADA PT. CAHAYA CEMERLANG LESTARI.. .........................RUMBIATI

dipanen ialah pada saat kandungan minyak maksimal dalam daging buah dan
kandungan asam lemak bebas yang serendah mungkin.

Guna memastikan diperolehnya produksi maksimum dengan mutu


minyak yang baik, maka aturan panen yang harus dipatuhi dengan ketat oleh
petani plasma binaan PT. Cahaya Cemerlang Lestari sebagai berikut :

a. Buah mentah dilarang keras dipanen, selain kandungan minyak yan


rendah, memanen buah mentah akan merusak pohon kelapa sawit itu
sendiri.
b. Semua tandan buah segar harus tuntas dipanen. Apabila terdapat tandan
matang yang tidak dipanen, maka dirotasi selanjutnya tandan akan habis
membrondol dipohon dan menyebabkan naiknya kandungan FFA.
c. Rotasi panen harus kurang dari 12 hari.
d. Brondolan wajib dikutip dari piringan pokok pohon.
e. Tangkai panjang harus dipangkas pendek hingga <2,5 cm.
f. Sampah dan pasir harus dibersihkan sebelum dikirim kepabrik.
g. Tandan buah matang harus mempunyai sedikitnya dua brondolan
dipiringan sebagai buah tersebut siap dipanen.
h. Tandan buah segar dibrondolan disusun rapi di TPH (tempat pemungutan
hasil) untuk pengangkutan kepabrik.
i. Kecepatan angkut kepabrik harus kurang dari 24 jam sejak panen.
j. Pelepah yang ditunas dipotong dan disusun rapi pada gawang.

Tabel 4. Kategori Tandan Buah Segar Direktur Jenderal


Perkebunan

Dan direvisi untuk internal PT. Cahaya Cemerlang Lestari

Kategori Deskripsi

Tandan hitam dan atau tidak


Fraksi (00) mentah
memberondol
Buah yang memberondol dari tandan 5
Fraksi (0) mengkal
berondol saat diinspeksi dipiringan
Buah yang memberondol dari tandan 5
Fraksi 1 masak
berondol saat diinspeksi dipiringan
Fraksi gagang Panjang tangkai tandan tidak lebih dari 2.5
panjang cm diukur dari sisi tertinggi tandan
Tandan kosong lebih dari 95%
Kategori 6
memberondol dari buah terluar.
Sumber : PT. Cahaya Cemerlang Lestari

Aturan pada tabel 4 diperuntukkan aturan panen diareal, karena jumlah


berondolan lepas yang dimaksud adalah jumlah berondolan yang lepas dipohon,
berbeda dengan perlakuan penerimaan tandan buah segar di pabrik.

85
Jurnal Ilmu Manajemen Vol. 5 No. 1 Desember 2015

b. Proses Penerimaan TBS

Pengangkutan tandan buah segar bertujuan mengirim tandan buah segar


dan berondolan ke pabrik dalam keadaan baik melalui penanganan secara hati-
hati dan menjaga jadwal pengiriman tandan buah segar secara tepat, sehingga
minyak yang dihasilkan berkualitas baik dan pabrik kelapa sawit bekerja secara
optimal. Ketiga faktor tersebut merupakan faktor terpenting dan saling
mempengaruhi. Efesiensi pengangkutan tandan buah segar akan tercapai
apabila unit angkutan memuat tandan buah segar secara maksimal dengan
waktu seefisiien mungkin. Kondisi jalan yang rusak akan menyulitkan
pengangkutan. Fauzi dkk (2008: 168) menyatakan bahwa curah hujan yang
terlalu tinggi dapat menjadi masalah, terutama jalan untuk transfortasi. Pada
musim hujan, jalan areal kebun mengalami kerusakan karena jalan terbuat dari
tanah, sehingga menyebabkan banyak truk pengangkut terpuruk yang
mngakibatkan buah restan.

Selain tersedianya fasilitas jalan yang memadai, tentunya faktor armada


angkutan menjadi begitu penting juga. Jumlah armada angkutan yang memadai
begitu penting agar tidak ada tandan buah segar yang tidak terangkut.
Komunikasi antara manager kebun/estate dengan manager pabrik sangat
penting untuk kelancaran operasional kebun maupun pabrik. Manajemen harus
mengantisipasi dan merencanakan :

a. Periode panen puncak (misalnya selama periode lembab dan hangat)


b. Areal yang baru mencapai TN (bahan tanaman baru umumnya mulai
berproduksi lebih awal dengan jumlah buah yang lebih tinggi dibanding
bahan tanaman yang lama)
c. Kemungkinan penundaan panen (misalnya akibat hujan yang berlebihan
atau jalan yang berlumpur)
d. Penundaan pengolahan di pabrik, misalnya selama pemeliharaan rutin
pabrik yang telah direncanakan
e. Penurunan harga jual kelapa sawit yan signifikan
Menurut Fauzi (2008: 78) setelah proses panen dilaksanakan sesuai
prosedur, tandan buah segar harus segera diangkut ke pabrik untuk diolah, yaitu
maksimal 24 jam setelah panen. Buah yang tidak segera diolah akan mengalami
kerusakan. Oleh karena itu adanya buah restan akan merugikan perusahaan
berdasarkan biaya dan kualitas minyak yang dihasilkan. Di pabrik tandan buah
segar yang dikirim akan disortir/grading sesuai Standar Operasional Prosedur,
dan langsung dibongkar ke dalam ramp/hopper untuk menghindari
pembongkaran di lantai karena akan menyebabkan buah luka sehingga dapat
menimbulkan tingginya losses dan FFA.

Beberapa penyebab terjadinya penumpukkan/penimbunan buah di


loading ramp antara lain :

1. Panen puncak, sehingga volume buah melebihi dari biasanya menyebabkan


tidak terolah.
2. Kondisi ramp/hopper telah penuh terisi buah, lorry penuh.
3. Pabrik mengalami kerusakan (emergency down time)
4. Faktor manusia (operator), Humam Error, malas dalam melaksanakan tugas
yang diberikan.

86
KINERJA RANTAI PASOK TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT DALAM MENINGKATKAN LABA DAN
MENCAPAI TUJUAN PERUSAHAAN PADA PT. CAHAYA CEMERLANG LESTARI.. .........................RUMBIATI

Jika terjadi penumpukan buah, maka harus diatur manajemen


pengolahannya. Metode FIFO (First In First Out) harus diterapkan, sehingga
bahan baku tandan buah segar yang pertama masuk harus diolah terlebih dahulu
dan bahan baku yang masuk terakhir akan diolah terakhir pula. Kualitas bahan
baku tandan buah segar akan sangat mempengaruhi hasil akhir CPO yang
diproduksi. Bahan baku yang berkualitas tentunya akan menghasilkan produk
yang berkualitas pula.

TBS yang di terima PT. CCL didapatkan dari dua saluran pasokan, yaitu
kebun sendiri dan supplier diluar kebun, biasanya hasil panen kebun warga
disekitar pabrik. Jumlah pasokan buah segar kelapa sawit sebagian besar
merupakan hasil panen petani di sekitar wilayah Sungai Lilin yang menyumbang
lebih dari 90% pasokan TBS di PT. CCL. Berikut ini jumlah pasokan TBS
berdasarkan kondisi aktual dan perencanaan budget

26.00

24.01

25.01

25.01

25.01
24.00 24.23
23.35 24.37
20.01

20.01

22.00 22.32
19.01
19.01

20.00 17.86 20.37

18.00 17.91
19.01

17.85 17.60 18.60


18.01

18.01

18.01

16.00
14.00 15.10
14.03
12.00
10.00
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGUS SEP OKT NOV DES
AKTUAL BUDGET
Sumber : PT. Cahaya Cemerlang Lestari

Gambar 2

Pasokan TBS PT. CCL Tahun 2013 (Dalam Ribu Ton)

Gambar diatas memperlihatkan bahwa kinerja penerimaan rantai pasokan


TBS di PT. CCL dapat dinilai kurang baik, dimana penerimaan aktual TBS masih
banyak yang belum mencapai target sesuai budget anggaran yang
direncanakan.Terlihat pada grafik pada bulan April sampai Desember grafik
actual penerimaan TBS dibawah garis budget anggaran yang direncanakan.
Kondisi terparah terjadi pada bulan Juni dimana pencapaian penerimaan hanya
sebesar 14.030 ton TBS sedangkan direncanakan menerima sebanyak 20.010
ton TBS pada bulan tersebut, jadi terjadi penyimpangan sebanyak 5.980 ton atau
sebesar 29,88 %.

87
Jurnal Ilmu Manajemen Vol. 5 No. 1 Desember 2015

c. Proses Sortasi dan Perebusan Buah

Kualitas buah yang diterima ari estate tidak selalu mempunyai kualitas
buah yang baik, kadang buah yang diterima buah pasir, buah mentah dan bahka
buah busuk. Dengan demikian diperlukan sistem perbusan yang sesuai dengan
kondisi buah yang diterima guna mendapatkan hasil perebusan yang baik.
Operator sterilizer harus selalu mengecek kondii kualitas buah sehingga operator
dapat menentukan sistem perebusan yang tepat.

Sistem perebusan di PT. Cahaya Cemerlang Lestari dibagi menjadi tiga


sistem perebusan, yaitu :

a. Sistem perebusan satu puncak (single peak), digunakan untuk merebus


buah dengan kualitas buah yang busuk. Dengan sistem ini diharapkan
losses minyak di condensate tidak tinggi dan hasil perebusan tidak terlalu
masak.
b. Sistem perebusan dua puncak (double peak), digunakan untuk merebus
buah dengan kualitas buah yang terlalu masak (over ripe).
c. Sisten perebusan tiga puncak (triple peak), digunakan untuk merebu buah
dengan kualitas buah normal.
Penggunaan sistem peak/perebusan yang salah atau waktu perebusan
tidak cukup, bisa menyebabkan ; produk tidak berkualitas, efisiensi proses tidak
tercapai, hilangnya waktu operasi (Emergency Down Time), dan tersumbatnya di
Tipe Depericarper. Fungsi utama rebusan yaitu melepaskan brondolan dari
janjangnya (bunchstalk) dengan manfaat yaitu :

a. Me-non-aktifkan enzim-enzim lifase yang dapat menyebabkan kenaikan


FFA.
b. Melunakkan brondolan untuk memudahkan pelepasan/pemisahan daging
buah dari Nut di digester.
c. Memudahkan proses pemisahan molekul-molekul minyak dari daging
buah dan mempercepat proses pemurnian minyak.
d. Mengurangi kadar air biji sawit (Nut) sampai <20% sehingga
meningkatkan efisiensi pemecahan biji sawit (Nut).
Berikut grafik hasil pengamatan yang menunjukkan jumlah penerimaan
TBS kotor sampai yang bersih setelah tahapan sortasi dan perebusan
25.22

28.00
25.49
24.56

26.00
23.40
21.34

24.00
18.75

19.47

22.00
24.37
18.33
18.64

18.70

24.45
23.15

16.00

20.00
22.28
17.53
14.56

18.00
20.37
17.85

16.00
17.91

18.60
17.86

14.00
15.31

12.00
14.01

10.00
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGUS SEP OKT NOV DES

GROSS 88 NETTO
KINERJA RANTAI PASOK TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT DALAM MENINGKATKAN LABA DAN
MENCAPAI TUJUAN PERUSAHAAN PADA PT. CAHAYA CEMERLANG LESTARI.. .........................RUMBIATI

Gambar 3

Jumlah Gross dan Netto TBS setelah Tahap Sortasi dan Perebusan Tahun
2013 (Dalam Ribu Ton)

Dari grafik dapat digambarkan terjadinya penurunun berat buah pada saat
penerimaan TBS dan setelah tahapan sortasi dan perebusan, sehingga buah
siap untuk diproses pada tahapan selanjutnya.

d. Proses Produksi CPO

Setelah proses sortasi dan perebusan dilakukan selanjutnya buah yang


ada akan dimasukkan ke tahapan selanjutnya yaitu milling processing atau
pengolahan buah menjadi minyak sawit kasar atau yang lebih dikenal dengan
sebutan CPO (Crude Palm Oil). Hasil pengamatan terhadap produksi CPO yang
dihasilkan dapat ditampilkan seperti pada grafik berikut ini;
5.25

5.25
5.50
5.04

5.25
5.00 4.94 4.94
4.20

4.20

4.41
3.99

3.99

4.50 4.92
3.72
4.00 4.24
3.50 3.59
3.99

3.78

3.78

3.71
3.78

3.32
3.00
3.65
2.50 2.79 2.84
2.00
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGUS SEP OKT NOV DES

Aktual Target

Gambar 4

Produksi CPO Aktual dan Target Tahun 2013 (Dalam Ribu Ton)

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa produksi CPO perusahaan masih


sebagian besar dibawah target, dimana pada bulan April-Desember 2013
produksi CPO yang dicapai masih dibawah target produksi yang ditetapkan.
Sedangkan hanya pada bulan Januari dan Maret 2013 perusahan mampu
melebihi target produksi bulanan.

Analisis Kinerja Rantai Pasok TBS

a. Kinerja Aktivitas Penerimaan TBS dari Kebun


Kinerja rantai pasok penerimaan TBS ditunjukkan dalam gambar berikut
ini

89
Jurnal Ilmu Manajemen Vol. 5 No. 1 Desember 2015

140.0%
122.9%
120.0%
113.1% 92.6% 97.4%
100.0% 99.2% 96.9%
94.2%
80.0% 99.1% 93.0%
75.4% 74.4%
60.0%
70.1%
40.0%
20.0%
0.0%
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGUS SEP OKT NOV DES

Gambar 5

Kinerja Rantai Pasokan Penerimaan TBS PT. CCL Tahun 2013

Dari grafik dapat dilihat bahwa pencapaian target penerimaan TBS, atau
kinerja penerimaan sesuai dengan apa yang telah direncanakan hanya terjadi
pada bulan Januari dan Maret 2013. Dalam hal ini kinerja rantai pasokan
penerimaan TBS dikatakan memenuhi target ketika nilai pencapaian melebihi
100%, yaitu terjadi pada bulan Januari sebesar 122,9% dan Maret sebesar
113,1%. Sedangkan untuk 10 bulan yang lain di tahun 2013 tidak ada yang
melebihi target budget yang ditetapkan perusahaan. Kondisi kinerja penerimaan
TBS terburuk terjadi pada bulan Juni, dimana nilai kinerja hanya mencapai nilai
70,1%.

Kondisi rendahnya kinerja penerimaan TBS pada bulan Juni dan Juli
2013 disebabkan penerimaan TBS dari luar kebun perusahaan yang menurun
drastis disebabkan panen yang kurang memadai di tingkat petani kelapa sawit
sekitar pabrik.

b. Kinerja Aktivitas Sortasi dan Perebusan


Kinerja proses sortasi dan perebusan secara jelas dapat digambarkan
sebagai berikut
97.00% 96.64%
96.50% 96.21%
96.00% 95.76% 95.72% 95.93%
95.62%
95.50% 95.44% 95.79%
95.00% 95.53%
95.26% 95.21%
94.50%
94.25%
94.00%
93.50%
93.00%
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGUS SEP OKT NOV DES

Gambar 6

Kinerja Tahap Sortasi dan Perebusan Tahun 2013

90
KINERJA RANTAI PASOK TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT DALAM MENINGKATKAN LABA DAN
MENCAPAI TUJUAN PERUSAHAAN PADA PT. CAHAYA CEMERLANG LESTARI.. .........................RUMBIATI

Dari grafik kinerja tahapan sortasi dan perebusan di PT. CCL tahun 2013
dapat diniai cukup baik dimana jumlah netto buah siap olah mencapai lebih dari
90%, artinya kehilangan bobot buah hanya terjadi tidak lebih dari 10%. Hal ini
sesuai dengan target budget anggaran yang ditetapkan pada saat penerimaan
TBS dari supplier, dimana berat timbangan yang diterima perusahaan akan
dikurangi taksiran kehilangan bobot buah sebesar 10%. Kehilangan bobot buah
biasanya terjadi karena banyak hal, seperti hilangnya kadar air akibat penguapan
atau pun akibat proses sortasi karena ukuran buah tidak lolos standar
perusahaan.

c. Kinerja Aktivitas Produksi CPO


Secara jelas kinerja produksi CPO akan ditunjukkan melalui gambar
berikut ini.
140.00%
120.00% 123.82%
116.59% 93.68%
100.00% 96.44% 83.14%
89.95% 94.05%
80.00% 98.42%
84.12%
67.57%
60.00% 70.56%
66.37%
40.00%
20.00%
0.00%
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGUS SEP OKT NOV DES
Gambar 7

Kinerja Produksi CPO Tahun 2013

Perusahaan mampu memberikan kinerja produksi yang melebihi target


perencanaan pada bulan Januari dan Maret 2013 dengan menghasilkan produksi
per target sebesar 123,82% dan 116,59%. Pencapaian target produksi CPO
terendah terjadi pada bulan Juni yang hanya mencapai 66,37%.
c. Kinerja Extration Rates Produksi CPO

Proses pengolahan buah menjadi minyak sawit kasar atau CPO tentunya
meneybabkan tejadinya penurunan bobot hasil produksi, hal ini dikenal dengan
istilah extraction rates. PT. Cahaya Cemerlang Lestari mentargetkan jumlah
extraction rates hanya boleh mencapai 21%, atau tidak boleh melebihi angka
tersebut. Hasil pengamatan akan ditunjukkan melalu gambar berikut ini.
22.00 21.35
21.21
21.00
21.09 20.36 20.22 20.20
20.00 20.43 19.91
19.92
19.00 18.94
19.04
18.00 18.54

17.00
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGUS SEP OKT NOV DES

91
Jurnal Ilmu Manajemen Vol. 5 No. 1 Desember 2015

Gambar 8

Kinerja Extration Rates Produksi CPO Tahun 2013

Dari grafik ditunjukkan bahwa tiga bulan pertama tahun 2013 yaitu
Januari- Maret kinerja extraction rates produksi CPO kurang baik karena melebihi
ambang batas yang ditetapkan perusahaan yaitu sebesar 21%. Kinerja extraction
rates terbaik terjadi pada bulan Juli 2013 dimana extraction rate mencapai nilai
terendah sebesar 18,54%.

d. Kinerja Total Losses/FFB (Fresh Fruit Bunches)


Penilaian kinerja rantai pasokan berikutnya adalah melakukan identifikasi
jumlah kehilangan bobot minyak sawit kasar yang dihasilan untuk setiap Kg buah
yang diolah. Dalam hal ini PT. CCL menetapkan target total Losses/FFB sebesar
1,35%. Hasil pengamatan dapat dilihat pada gambar berikut ini.
1.60 1.54

1.40 1.31 1.31 1.31 1.45 1.45


1.26 1.28
1.20 1.29 1.27
1.19 1.14
1.00

0.80
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGUS SEP OKT NOV DES
Gambar 9

Kinerja Total Losses/FFB Produksi CPO Tahun 2013

Hasil pengamatan pada grafik diatas menunjukkan bahwa kinerja total


losses/FFB produksi CPO di PT. CCL dapat disimpulkan cukup baik, tercatat nilai
ambang kehilangan bobot minyak sawit kasar per Kg buah sawit selalu dibawah
ambang batas yang ditetapkan perusahaan, yaitu 1,35. Namun, pada bulan
Oktober sampai Desember 2013 terjadi kenaikan nilai ambang diatas nilai yang
ditetapkan oleh perusahaan, yaitu mencapai 1,45-1,54.

e. Kinerja Mill Utilisation (Utilitas Mesin)


Proses pengolahan TBS menjadi CPO atau minyak sawit kasar membeutuhkan
peran dari mesi-mesin produksi. Biaya investasi mesin produksi dapat dikatakan sangat
besar, oleh sebab itu utilitas atau kegunaan mesin akan sangat menjadi penentu dalam
mendapatkan manfaat produksi yang akhirnya berpengaruh kepada laba sebuah
perusahaan. Hasil pengamatan tentang bagaimana utilitas mesin produksi di PT. Cahaya
Cemerlang Lestari adalah sebagai berikut
100
90
90 86 86.12
79.76
78.17 87.28
80 76.03 83.62
78.24 77.72 73.89
70

60 60.85

50
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGUS SEP OKT NOV DES
92
KINERJA RANTAI PASOK TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT DALAM MENINGKATKAN LABA DAN
MENCAPAI TUJUAN PERUSAHAAN PADA PT. CAHAYA CEMERLANG LESTARI.. .........................RUMBIATI

Gambar 10

Kinerja Mill Utilisation Produksi CPO Tahun 2013 (%)

Grafik kinerja utilitas mesin produksi menunjukkan adanya peningkatan


kinerja, dimana pada awal tahun 2013 yaitu pada bulan Januari- Mei nilai utilitas
mesin berkisar antara 76,03-79,76%. Selanjutnya terjadi peningkatan utilitas
mesin produksi memasuki bulan Agustus sampai Desember dengan nilai utilitas
mesin sebesar 86-90%. Namun terjadi penurunan cukup signifikan pada bulan
Mei ke Juni antara 76,03% turun menjadi 60,85%.

f. Kinerja Kualitas Produksi CPO


Kualitas hasil produksi CPO menjadi salah satu penilaian yang di amati
dalam penelitian kinerja rantai pasok ini. Kualitas hasil produksi merupakan
ukuran keberhasilan suatu pabrik dalam memproduksi barang yang mampu
memiliki daya saing kompetitif.Kualitas CPO dalam hal ini kana dilihat
berdasarkan persentase kandungan FFA (Free Fatty Acid).FFA atau Free Fatty
Acid adalah group dari asam organik yang terdapat dalam minyak sawit.FFA di
dalam minyak sawit, sebagian besar palmitat, stearat dan oleat.Kandungan
palmitat lebih banyak didalam minyak sawit sehingga Berat molekulnya
digunakan dalam perhitungan. FFA terbentuk akibat adanya air dan katalis
melalui reaksi hidrolisa.
Minyak (Trigliserida) + Air ——> FFA + Gloserol

Ada 2 dasar hidrolisis katalis didalam minyak sawit. Pertama hidrolisis


enzimatik.Lemak aktif memecahkan enzim, sebagian besar lipoid yang ada
didalam buah sawit.Aktifitasnya menghasilkan formasi FFA dipercepat bila
mesocarp buah sawit pecah atau memar.Kedua hidrolisis katalis secara
spontan.Reaksi ini dipengaruhi oleh kandungan FFA yang ada didalam buah
sawit dan telah berkembang yang berhubungan dengan suhu dan waktu. Free
fatty scid (asam lemak bebas) dalam minyak produksi adalah untuk menilai kadar
asam lemak bebas dalam minyak dengan melarutkan lemak tersebut dalam
pelarut organik yang sesuai dan menetralisasi larutan tersebut dengan alkali
dengan menggunakan indikator phenolpthalein.

Nilai FFA dalam CPO tidak lebih dari 5%. Faktor-faktor yang
mempengaruhi FFA adalah

1. Tingkat kematangan buah sawit


2. Memperpanjang penanganan buah dari waktu panen hingga waktu proses
3. Keterlambatan atau penundaan antara panen dan proses
Berikut hasil pengamatan persentase FFA di PT. CCL
5.50 5.02
5.00
4.50
4.07
4.08
4.06 4.00 4.194.44
4.00
3.86 3.99
3.89 3.91
3.50 3.74
3.00
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGUS SEP OKT NOV DES
93
Aktual Batas
Jurnal Ilmu Manajemen Vol. 5 No. 1 Desember 2015

Gambar 11

Kinerja Persentase FFA Produksi CPO Tahun 2013

Hasil pengamatan yang ditampilkan melalui grafik menunjukkan bahwa


kinerja persentase FFA CPO hasil produksi PT. Cahaya Cemerlang Lestari
sangatlah baik.Nilai %FFA tercatat selalu dibawah ambang batas yang
ditentukan oleh perusahaan yaitu dibawah 5%. Namun pada bulan Februari nilai
%FFA mengalami peningkatan melebihi ambang batas yaitu mencapai 5,02%.

g. Kinerja Ongkos Produksi


Ongkos produksi merupakan salah satu factor penting dalam pengukuran
kinerja rantai pasok TBS menjadi CPO di PT. Cahaya Cemerlang Lestari.
Keberhasilan suatu perusahaan dalam menekan biaya produksi akan sangat
berpengaruh kepada laba yanga akan didapatkan. Perhitungan ongkos yang
akan ditampilkan dalam hasil penelitian ini adalah ongkos produksi per Kg TBS
menjadi CPO yang akan diperlihatkan pada Gambar berikut ini

30.00
25.13 27.39
25.00
20.00
15.00 15.92
9.54 10.53 10.11 9.89
8.55 8.39 9.39 7.22
10.00 9.64
6.54 6.21
7.77 8.02
5.00 8.40 7.51 7.50 7.89 6.00
7.20 6.25 6.00
0.00
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGUS SEP OKT NOV DES

AKTUAL TARGET

Gambar 12

OngkosProduksi CPO Tahun 2013

Dari grafik dapat dilihat bahwa ongkos produksi CPO dari TBS di PT. CCL
masih banyak yang melebihi target yang ditetapkan perusahaan. Tercatat pada
bulan Februari, Juni, Juli, Agustus, September, Oktober, Nopember dan
Desember nilai ongkos produksi per Kg buat lebih besar dari target yang
ditetapkan perusahaan pada setiap bulannya. Namun pada bulan Januari, Maret,
April dan Mei perusahaan mampu memproduksi CPO dengan biaya dibawah
biaya produksi yang ditetapkan. Secara jelas kinerja ongkos produksi CPO dapat
dilihat pada Grafik berikut ini
200.00%
150.00% 157.39% 123.35%
113.67% 118.97% 120.34%
89.47% 91.76%
100.00%
104.61% 103.50%
50.00% 84.19% 80.63% 47.11%
0.00% 94
KINERJA RANTAI PASOK TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT DALAM MENINGKATKAN LABA DAN
MENCAPAI TUJUAN PERUSAHAAN PADA PT. CAHAYA CEMERLANG LESTARI.. .........................RUMBIATI

Gambar 3

Kinerja OngkosProduksi CPO Tahun 2013

Nilai kinerja dibawah 100% menunjukkan bahwa ongkos produksi yang


dikeluarkan pada bulan tersebut dibawah ambang batas yang ditetapkan
perusahaan, sedangkan nilai diatas 100% menunjukkan kinerja yang kurang baik
dimana ongkos produksi lebih mahal dibandingkan ambang batas yang
ditetapkan perusahaan. Dilihat dari grafik dapat disimpulkan bahwa kinerja
ongkos produksi CPO di PT CCL sangat buruk karena hampir disetiap bulan
melewati target budget yang ditetapkan, dimana pada bulan Februari dan Juli
sampai Desember ongkos produksi lebih besar dari 100% budget.

SIMPULAN DAN SARAN


1. Simpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, maka hasil penelitian
dapat disimpulkan sebagai berikut ini

1. Kinerja aktivitas penerimaan Tandan Buah Segar dari kebun kurang baik,
dimana dari 12 bulan penerimaan TBS, hanya dua bulan yang mampu
mencapai target budget yang ditetapkan yaitu pada bulan Januari dan Maret
2013, sedangkan kinerja terburuk terjadi pada bulan Juni, Juli dan Desember
2013 dimana kinerja aktivitas penerimaan TBS dibawah 80%.
2. Kinerja aktivitas sortasi dan perebusan TBS disimpulkan sangat baik,
dimana capaian kinerja mencapai rat-rata diatas 95% selama tahun 2013,
hal ini menunjukkan bahwa bobot TBS yang terbuang hanya mencapai 5%
jauh dibawah yang ditargetkan perusahaan yanitu sebesar 10%.
3. Kinerja aktivitas produksi CPO disimpulkan cukup baik dilihat dari capaian
target yang rata-rata diatas 80%, namun masih terdapat catatan untuk
produksi dibulan Juni, Juli dan Desember 2013 yang capaian kinerja
produksi masih dibawah 70%.
4. Kinerja kualitas produksi CPO yang dihasilkan dapat disimpulkan sangat
baik dilihat dari aspek Extraction Rates, Total Losses/FFB dan persentase
FFA yang mampu mencapai target bulanan dengan baik.
5. Kinerja utilitas mesin dan ongkos produksi disimpulkan masih kurang baik
karena belum sesuai dengan target yang ditetapkan oleh perusahaan,
dimana utilisasi mesin pada bulan Januari sampai Juli belum mencapai
kinerja 80%, sedangkan untuk ongkos produksi hampir disetiap bulan
melewati target budget yang ditetapkan, dimana pada bulan Februari dan
Juli sampai Desember ongkos produksi lebih besar dari 100% budget.

2. Saran
Berdasarkan kesimpulan disarankan kepada perusahaan sebagai berikut

1. Melihat rendahnya pencapaian target penerimaan tandan buah segar (TBS)


dari kebun rakyat atau dari petani sekitar, dirasakan perlu bagi perusahaan
untuk mulai melakukan diversifikasi usaha di bidang budidaya kelapa sawit
agar mampu mencapai target yang ditetapkan oleh pabrik

95
Jurnal Ilmu Manajemen Vol. 5 No. 1 Desember 2015

2. Kinerja sortasi dan kualitas produksi CPO yang baik menunjukkan kualitas
TBS yang diterima juga baik, namun tidak ada salahnya bagi perusahaan
untuk meningkatkan target sortasi agar pencapaian kualitas TBS menjadi
lebih baik dan hasil produksi juga akan meningkat kualitasnya.
3. Pemeliharaan mesin produksi dirasakan perlu untuk ditingkatkan mengingat
utilisasi mesin produksi yang masih belum mencapai target, dan hal ini
tentunya akan menyebabkan pembengkakan biaya produksi jika mesin
produksi tidak dimanfaatkan secara maksimal.
4. Disarankan agar dilakukan penelitian lebih lanjut tentang manajemen rantai
pasokan TBS, pengolahan CPO dan pengangkutannya sampai menjadi
produk jadi untuk konsumsi, sehingga dapat melihat bagaimana kinerja
rantai pasokan dilihat dari aspek berbagai usaha dari hulu sampai hilir dan
bagaimana jalinan kerjasama antara perusahaan yang terlibat.

DAFTAR PUSTAKA

Bolstorff, P. and R. Rosenbaum. 2003. Supply Chain Excellence: A Handbook


for Dramatic Improvement Using The SCOR Model. AMACOM, New York.

Bolstorff, P. 2003. “Measuring the Impact of Supply Chain Performance”. Chief


Logistics Officer Ed.12/2003. http://www.logisticstoday.com.

Fauzi, Y. 2008. Kelapa Sawit: Budi Daya, Pemanfaatan Hasil dan Limbah,
Analisis Usaha dan Pemasaran. Jakarta: Penerbit Swadaya

Hanna, M.D. and W. R. Newman. 2001. Operations Management: An Integrated


Approach. Prentice Hall, Inc., New Jersey.

Harahap, Sofyan Syafri . 2008. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Jakarta


: PT. Raja Grafindo Persada.

Heizer, J. dan B. Render. 2005. Manajemen Operasi (Terjemahan Edisi Tujuh).


Salemba Empat, Jakarta.

Hertz, Harry S. 2007. Malcolm Baldrige Criteria for Performance Excellence


2007. IQAF: Jakarta.

Indrajit, R.E. dan R. Djokopranoto. 2002. Konsep Manajemen Supply Chain. PT


Grasindo, Jakarta.

Irawan, Agustinus. 2008. Manajemen Rantai Pasokan. Untar Press. Jakarta

Mangoensoekarjo, S dan H. Semangun. 2003. Manajemen Agrobisnis Kelapa


Sawit. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press

Miranda dan Amin W.T. 2006. Manajemen Logistik dan Supply Chain
Management. Harvarindo, Jakarta.

Mulyadi. 2001. Balance Scorecard: Alat Manajemen Kontemporer untuk


Pelipatganda Kinerja Keuangan Perusahaan. Jakarta: Penerbit Salemba

96
KINERJA RANTAI PASOK TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT DALAM MENINGKATKAN LABA DAN
MENCAPAI TUJUAN PERUSAHAAN PADA PT. CAHAYA CEMERLANG LESTARI.. .........................RUMBIATI

Nahmias, S. 2005. Production and Operations Analysis (Fifth Edition). McGraw


Hill, New York.

Pujawan, I. N. 2005. Supply Chain Management. Gunawidya, Surabaya.

Setyamidjaja, D. 2006. Kelapa Sawit. Yogyakarta: Kanisius

Said, A.I., dkk. 2006. Produktivitas dan Efisiensi dengan Supply Chain
Management. Penerbit PPM, Jakarta.

Umar, Husein. 2005. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta :
Raja Grafindo Persada

Yuwono, dkk. 2005. Psikologi Industri dan Organisasi. Surabaya: Universitas


Erlangga

97

You might also like