Professional Documents
Culture Documents
ABORTUS
OLEH:
FIONNA MASITAH
1008260019
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat dan
atas segala limpahan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas grand remedial yang telah direncanakan.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Besar
Muhammad SAW beserta seluruh keluarga dan sahabatnya yang selalu eksis membantu
perjuangan beliau dalam menegakkan Dinullah di muka bumi ini.
Penyusunan tugas makalah adalah merupakan salah satu syarat untuk proses
Grand Remedial di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
Dalam penulisan tugas ini, tentunya banyak pihak yang telah memberikan
bantuan baik moril maupun materil. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan
ucapan terimakasih yang tiada hingganya kepada :
1. Kepada pada Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera
Utara Medan, yang telah membantu dalam grand remedial ini dimana tugas
makalah ini sebagai membantu dalam penilaian grand remedial.
2. Kepada teman-teman yang telah membantu dan memberikan masukan dalam
proses tugas ini
Penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan, maka saran
dan kritik yang konstruktif dari semua pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan
selanjutnya.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita kembalikan semua urusan dan
semoga tugas makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis
dan para pembaca pada umumnya, semoga Allah SWT meridhoi dan dicatat sebagai
ibadah disisi-Nya, amin.
Medan, 02 September 2013
Penulis,
ii
DAFTAR ISI
COVER .......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................v
DAFTAR TABEL ....................................................................................... vi
BAB 1 PENDAHULUAN ..............................................................................1
1.1.Latar Belakang .....................................................................................1
1.2.Tujuan ..................................................................................................3
BAB 2 TELAAH PUSTAKA .........................................................................4
2.1. Fisiologi Fertilisasi dan Kehamilan ......................................................4
2.1.1. Fertilisasi .....................................................................................4
2.1.2. Kehamilan ....................................................................................6
2.2. Definisi Abortus ..................................................................................7
2.3. Dasar Diagnosa Abortus ......................................................................7
2.4. Abortus Spontan .................................................................................8
2.4.1. Patologi ........................................................................................8
2.4.2. Etiologi ........................................................................................9
2.4.2.1. Faktor Janin ............................................................................9
2.4.2.2. Faktor Ibu ............................................................................. 10
2.4.2.3. Faktor Ayah .......................................................................... 10
2.4.3. Kategori dan Terapi Abortus Spontan .........................................10
2.4.3.1. Abortus Iminens .................................................................... 10
2.4.3.2. Abortus tidak Terhindarkan ................................................... 11
2.4.3.3. Missed Abortion .................................................................... 11
2.4.3.4. Abortus Rekuren ...................................................................11
2.4.4. Prognosis ................................................................................... 12
2.5. Abortus Terinduksi ............................................................................ 12
2.5.1. Abortus Elektif ........................................................................... 13
2.5.2. Teknik Aborsi ............................................................................ 13
iii
iv
v
vi
DAFTAR TABEL
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Di dunia angka kematian ibu dan bayi yang tertinggi adalah di Asia Tenggara.
Laporan awal Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SKDI) 2007 menyebtkan Angka
Kematian Ibu (AKI) adalah 248 per 100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi
(AKB) 34 per 1000 kelahiran hidup. Departemen Kesehatan (Depkes) 2009
menargetkan pada tahun 2009 AKI menjadi 226 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB
menjadi 26 per 1000 kelahiran hidup (Panggabean, 2010).
Kita tahu bahwa istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil
konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Sampai saat ini janin yang
terkecil, yang dilaporkan dapat hidup diluar kandungan, mempunyai berat badan 297
gram waktu lahir. Akan tetapi, karena jarangnya janin yang dilahirkan dengan berat
badan dibawah 500 gram dapat hidup terus, maka abortus ditentukan sebagai
pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau kurang dari 20
minggu. Abortus yang berlangsung tanpa tindakan disebut abortus spontan. Abortus
buatan ialah pengakhiran kehamilan sebelum 20 minggu akibat tindakan. Abortus
terapeutik ialah abortus buatan yang dilakukan atas indikasi medik. Frekuensi abortus
sukar ditentukan karena abortus buatan banyak tidak dilaporkan, kecuali apabila terjadi
komplikasi, juga karena sebagian abortus spontan hanya disertai gejala dan tanda
ringan, sehingga pertolongan medik tidak diperlukan dan kejadian ini dianggap sebagai
1
2
dilaporkan. Angka kejadian abortus dilaporkan oleh rumah sakit sebagai rasio dari
jumlah abortus terhadap jumlah kelahiran hidup. Di USA, angka kejadian secara
nasional berkisar antara 10-20%. (Krisnandi, 2004).
Maka berdasarkan latar belakang diatas, maka tugas grand remedial dengan
judul “Abortus”.
1.2.Tujuan
1.2.1. Untuk mengetahui terjadi ferttilisasi dan kehamilan
1.2.2. Untuk mengetahui definisi abortus
1.2.3. Untuk mengetahui dasar diagnosa abortus
1.2.4. Untuk mengetahui dan menjelaskan abortus baik dari mengenai patologi,
etiologi dan kategori dan terapi abortus spontan
1.2.5. Untuk mengetahui dan menjelaskan tentang abortus terinduksi, baik dari segi
definisi abortus elektif, teknik abortus
1.2.6. Untuk mengetahui Komplikasi abortus
BAB 2
TELAAH PUSTAKA
2.1.1. Fertilisasi
4
5
Gambar 1. Fertilisasi
6
2.1.2. Kehamilan
Aspek Umum. Kehamilan dimulai oleh fertilisasi sebuah sel telur oleh sebuah
sperma. Fertilisasi melibatkan masa gestasi (perkembangan embrionik dan janin)
dan secara normal diakhiri dengan partus atau kelahiran bayi
Durasi. Lama kehamilan adalah 266 hari (38 minggu) dari waktu fertilisasi
sampai waktu kelahiran bayi. Karena waktu fertilisasi yang tepat biasanya tidak
diketahui, maka tanggal kelahiran biasanya dihitung dari awitan periode
menstruasi terakhir. Asumsikan siklus 28 hari, maka partus akan terjadi pada ke-
280 atau 40 minggu (Sloane, 2003).
Selain itu juga dilakukan pemeriksaan fisik terhadap wanita dan biasanya
bervariasi, antara lain:
Apabila abortus terjadi tanpa tindakan mekanis atau medis untuk mengosongkan
uterus, maka abortus tersebut dinamai abortus spontan. Kata lain yang luas digunakan
adalah keguguran (miscarriage) (Cunningham et al, 2005).
2.4.1. Patologi
Abortus biasanya disertai oleh peradangan ke dalam desidua basalis dan nekrosis
di jaringan dekat tempat perdarahan. Ovum menjadi terlepas, dan hal ini memicu
kontraksi uterus yang menyebabkan ekspulsi. Apabila kantung dibuka, biasanya
dijumpai janin kecil yang mengalami maserasi dan dikelilingi oleh cairan, atau mungkin
tidak tampak janin didalam kantung dan disebut blighted ovum (Cunningham et al,
2005).
Mola karneosa atau darah adalah suatu ovum yang dikelilingi oleh kapsul
bekuan darah. Kapsul memiliki ketebalan bervariasi, dengan vili korionik yang telah
berdegenerasi tersebar diantaranya. Rongga kecil di dalam yang terisi cairan tampak
menggepeng dan terdistorsi akibat dinding bekuan darah lama yang tebal (Cunningham
et al, 2005).
Pada abortus tahap lebih lanjut, terdapat beberapa kemungkinan hasil. Janin
yang tertahan dapat mengalami maserasi. Organ-organ dalam mengalami degenerasi
dan nekrosis. Cairan amnion mungkin terserap saat janin tertekan dan mengering untuk
membentuk fetus kompresus. Kadang-kadang, janin akhirnya menjadi sedemikian
9
kering dan tertekan sehingga mirip dengan perkamen, yang disebut fetus papiresus
(Cunningham et al, 2005).
2.4.2. Etiologi
Lebih 80% abortus terjadi pada 12 minggu pertama, dan setelah itu angka ini
cepat menurun. Kelainan komosom merupakan penyebab pada, paling sedikit separuh
dari kasus abortus dini ini, dan setelah itu insidensinya juga menurun. Risiko abortus
spontan meningkat seiring dengan paritas serta usia ibu dan ayah (Cunningham et
al,2005).
Tidak banyak diketahui tentang faktor ayah dalam terjadinya abortus spontan.
Yang jelas, translokasi kromosom pada sperma dapat menyebabkan abortus
(Cunningham et al, 2005).
Abortus yang tidak terhindarkan ditandai oleh pecah ketuban yang nyata disertai
pembukaan serviks. Pada keadaan ini, abortus hampir pasti terjadi. Pada pecahnya
selaput ketuban yang nyata selama paruh pertama kehamilan sangat kecil. Apabila pada
kehamilan dini terjadi pengeluaran cairan mendadak yang mengisyaratkan pecahnya
selaput ketuban sebelum timbul nyeri atau perdarahan, wanita yang bersangkutan
dirawat tirah baring dan diamati kebocoran cairan lebih lanjut, perdarahan, nyeri kram,
atau demam. Namun, apabila pengeluaran banyak cairan disertai atau diikuti oleh
perdarahan dan nyeri, atau apabila timbul demam, abortus harus dianggap tidak dapat
dihindari dan uterus dikosongkan (Cunningham et al, 2005).
Hal ini didefinisikan sebagai potensi produk konsepsi yang telah meninggal in
utero selama beberapa minggu (Cunningham et al, 2005).
Keadaan ini didefinisikan menurut berbagai kriteria jumlah dan urutan, tetapi
definisi yang mungkin paling luas diterima adalah abortus spontan berturut-turut selama
tiga kali atau lebih. Pada sebagian besar kasus, abortus spontan berulang kemungkinan
adalah fenomena kebetulan (Cunningham et al, 2005).
12
2.4.4. Prognosis
Abortus terinduksi adalah terminasi kehamilan secara medis atau bedah sebelum
janin mampu hidup (viable) (Cunningham et al, 2005).
Abortus elektif atau volunteer adalah interupsi kehamilan sebelum janin mampu
hidup atas permintaan wanita yang bersangkutan, tetapi bukan atas alasan penyakit janin
atau gangguan kesehatan ibu. Sebagian besar abortus yang dilakukan saat ini termasuk
dalam kategori ini; bahkan, terjadi sekitar satu abortus elektif untuk setiap tiga kelahiran
hidup di amerika serikat (Cunningham et al, 2005).
Trauma akibat dilatasi mekanik dapat dikurangi dengan menggunakan suatu alat
yang secara perlahan membuka serviks. Alat ini menarik air dari jaringan serviks dan
juga digunakan untuk pematangan serviks prainduksi. Batang laminaria sering
digunakan untuk membantu membuka serviks (Cunningham et al, 2005).
2.5.2.3. Prostaglandin
2.5.3.1. Oksitosin
buktikan efektif adalah campuran 10 ampul oksitosin 1 ml (10 IU/ml) ke dalam 1000 ml
larutan ringer laktat. Larutan ini mengandung 100 mU oksitosin per ml. Infus intravena
dimulai dengan kecepatan 0,5 ml/mnt (50 mU/mnt). Kecepatan infus ditambah setiap 15
sampai 30 menit sampai maksimum 2 ml/menit (200mU/menit) (Cunningham et al,
2005).
2.5.3.3. Prostaglandin
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Di dunia angka kematian ibu dan bayi yang tertinggi adalah di Asia Tenggara.
Laporan awal Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SKDI) 2007 menyebtkan Angka
Kematian Ibu (AKI) adalah 248 per 100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi
(AKB) 34 per 1000 kelahiran hidup. Departemen Kesehatan (Depkes) 2009
menargetkan pada tahun 2009 AKI menjadi 226 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB
menjadi 26 per 1000 kelahiran hidup (Panggabean, 2010).
Apabila abortus terjadi tanpa tindakan mekanis atau medis untuk mengosongkan
uterus, maka abortus tersebut dinamai abortus spontan. Kata lain yang luas digunakan
adalah keguguran (miscarriage) (Cunningham et al, 2005). Lebih 80% abortus terjadi
pada 12 minggu pertama, dan setelah itu angka ini cepat menurun. Kelainan komosom
merupakan penyebab pada, paling sedikit separuh dari kasus abortus dini ini, dan
setelah itu insidensinya juga menurun. Risiko abortus spontan meningkat seiring dengan
paritas serta usia ibu dan ayah (Cunningham et al,2005).
16
17
spontan, risiko abortus adalah 46 persen. Wanita dnegan abortus spontan tiga kali atau
lebih beresiko lebih besar mengalami pelahiran preterm, plasenta previa, persentasi
bokong, dan malformasi janin pada kehamilan berikutnya (Cunningham et al, 2005).
Abortus terinduksi adalah terminasi kehamilan secara medis atau bedah sebelum
janin mampu hidup (viable) (Cunningham et al, 2005). Beberapa indikasi untuk abortus
terapeutik dibahas bersama penyakit yang umumnya menyebabkan tindakan tersebut
perlu dilakukan. Indikasi-indikasi yang telah terbukti adalah penyakit jantung persisten
dengan riwayat dekompensatio kordis dan penyakit vascular hipertensif tahap lanjut
(Cunningham et al, 2005).
3.2. Saran
Sebaiknya dalam kehamilan harus memiliiki rencana untuk kehamilan baik dari
segi istri dan suami, setiap kehamilan juga harus memeriksa kesehatan antara lain
pemeriksaan antental care tiap bulan. Sebaliknya pada ibu-ibu diberikan penyuluhan
mengenai efek dan komplikasi abortus. Sehingga angka kematian ibu dan angka
kematian bayi berkurang.
DAFTAR PUSTAKA
Tanjung,S.S., 2006. Karakteristik Ibu Yang Mengalami Abortus Rawat Inap Di RSU
Padangsidimpuan Tahun 2001-2005. Skripsi. Medan. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara
18