BABI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Abses dan fistula perianal merupakan salah satu masalah bedah yang seringdijumpai
Sepertiga dari abses perianal dapat bermanifestasi menjadi fistula ani yang meningkatkan
risiko rekurensi abses yang membutuhkan insisi drainase berulang. Mengobati
fistula pada saat yang sama dengan insisi dan drainase abses dapat mengurangi
kemungkinan munculnya abses berulang dan mencegah operasi berulang. (Malik Al,
2010)
Abses perianal merupakan kumpulan cairan terinfeksi yang berlokasi di sekitar anus,
Gejalanya berupa nyeri, demam dan adanya massa di sekitar anus. Tindakan terapinya
adalah berupa insisi dan drainase yang dapat dilakukan di kamar operasi pada sebuah
rumah sakit. Setelah drainase abses, 50% dapat berkembang menjadi fistula. Fistula
‘merupakan saluran penghubung antara bagian dalam anus atau rektum (Primary opening)
dan kulit (secondary opening). Ada beberapa tindakan terapi untuk fistula perianal,
termasuk fistulotomy (sayatan pada saluran fistula), penutupan dengan lem fibrin atau
plug fistuladan penutupan dengan flap anorektal.. Selain itu pengelolan awal mungkin
termasuk penempatan seton (rubber band untuk drainase sisa pus.) diikuti dengan salah
satu prosedur tersebut diatas. (Bauer, 2009)
Tatalaksana abses pada dasarnya cukup mudah, dengan insisi dan drainase
dan menjadi tatalaksana rutin dilalakukan, Tatalaksana fistula memiliki lebih banyakkomplikasi.Terapi ini membutuhkan pemantauan keseimbangan
antara lajupenyembuhan dan perubahan potensial kontinensia _feses.
Sehingga ,membutuhkan teknik operasi yang berbeda. Meskipun tidak ada
teknik tunggal yang tepat untuk semua pasien dan semua jenis fistula,
pemilihan tepat daripasien dan pilihan teknik perbaikan harus _memberi angka
kesuksesan lebih tinggi dengan morbiditas terkait yang rendah. (Whiteford, 2007)
Banyak penyebab fistel perianal, tetapi yang tersering merupakan perkembangan dari
abses perianal dan adanya hubungan mukosa anal dengan kulit perianal. Etologi yang
Jain dari fistula perianal adalah kelainan kongenital, infeksi pelvis, kelainan anus, trauma
perianal. Menurut Dranger et al, 1978 dalam penelitiannya, dari 241 kasus fistel
perianal 73%-nya disebabkan karena perianal abses, predominan pada laki-laki (172
pasien) dan insidensi tertinggi pada dekade III dan IV.
Insidensinya dilaporkan di Skandinavia 1 per 10.000, sedangkan Sainio melaporkan di
Helsinki insidensi fistel perianal 8,6 per 100.000(Peter J.Robin KS,2005). Dilaporkan
juga di Rumah sakit Cipto Mangun Kusumo Jakartadari tahun 2000 hingga 2005
didapatkan 71 kasus fistel perianal (Ibrahim Basyir, 2005), sedangkan di Rumah Sakit Dr.
Sardjito Jogjakarta dilaporkan selama kurun waktu Januari 1998 hingga juni 2003
didapatkan 33 kasus fistel perianal (Setyanto, 2003).
Rekurensi fistel perianal cukup tinggi yaitu sekitar 6,9% (Shoulder et al,2003). Faktor
resiko komplikasi fistel perianal yang dapat menyebabkan rekurensi antara lain lama
awa inap, lama penyembuhan luka (Kighley & Pamberton,1996), terapi awal yang tidak
adekuat, perawatan post operasi yang tidak baik dan kompleksitas dari fistel (steven et al,1986). Menurut Yasmeen, et al 2011 tindakan fistulotomi akan menghasilkan risiko
komplikasi nyeri yang lebih sedikit, perdarahan durante operasi yang lebih sedikit, LOS
yang lebih singkat, dan wound healing yang lebih cepat serta keluhan pasien yang lebih
sedikit dibanding fistulektomi
RSKB Ringroad selatan sebagai rumah sakit dengan misi_memberikan pelayanan
bedah subspesialistik di daerah Yogyakarta turut pula memberikan pelayanan tethadap
asus Abses dan fistula perianal ini, serta turut pula melakukan evaluasi terhadap
tatalaksana tindakan yang dilakukan dan outcome yang dicapai, schingga keselamatan
pasien (patient safety) yang merupakan salah satu visi rumah sakit ini dapat dicapai (Profil
RSKB Ringroad Selatan)
B. Perumusan Masalah
Berapa lama waktu yang dibutuhkan dalam perawatan abses perianal yang dilakukan
insisi drainase dengan spinktorotomi dan fistula perianal yang dilakukan tindakan
fistulotomi di RSKB Ringroad Selatan Jogjakarta dalam kurun waktu 2010-2014
C. Pertanyaan Penelitian
1) Adakah perbedaan rerata waktu perawatan pada pasien paska operasi abses
perianal yang dilakukan insisi drainase dan sfinktorotomy dan fistula perianal yang
dilakukan fistulotomi di RSKB Ringroad selatan pada tahun 2010-1014
2) Adakah perbedaan rerata waktu perawatan pada pasien paska operasi fistula
perianal non residif dan residif3) Adakah perbedaan rerata waktu perawatan paska operasi pada pasien abses
perianal dan fistula perianal yang memiliki komorbid diabetes melitus
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan dalam perawatan abses
perianal yang dilakukan insisi drainase dengan spinktorotomi dan fistula perianal yang
dilakukan tindakan fistulotomi pada RSKB Ringroad Selatan Jogjakarta pada kurun
waktu tahun 2010-2014,
E. Manfaat Penelitian
Dengan diketahuinya lama waktu yang dibutuhkan dalam perawatan abses perianal yang
dilakukan insisi drainase dengan spinktorotomi dan fistula perianal yang dilakukan
tindakan fistulotomi pada RSKB Ringroad Selatan Jogjakarta pada kurun waktu tahun
2010-2014, diharapkan dapat menjadi rekomendasi untuk tindakan operasi_ pada
kasus fistel perianal dan abses perianalF. Keaslian Penelitian
1.Mark Whiteford , 2005 melakukan tindakan penelitian guidline tindakan praktis untuk
abses dan fistula perianal
2.Andrea Omner, 2012 Melakukan penelitian tindakan untuk abses perianal
3. Malik Al, 2010 Melakukan penclitian metaanalisis terhadap tindakan insisi drainase
abses perianal dengan dan tanpa treatmen dari fistula perianal
4Ritchicl977 melakukan penelitian yang berupa deskripsi umum penyakit fistel
perianal,
5.Mazier 1971 melakukan penelitian terhadap 1000 pasien dengan metode lay open,angka
rekurensi 3,9%.
6.Vasilevsky & Gordon 1984 melakuap 160 pasien dengan metode lay open,angka
rekurensi 6,3%.
Shoulder et al 1986 melakukan penelitian terhadap 115 pasien daengan metode lay
open , angka rekurensi 6,9%.
8.Ahmadsyah 2003 melakukan penelitian te
lap 48 pasien dengan metode lay open,
angka rekurensi 4,2%.
8, Santosa 2006 melakukan penelitian terhadap 44 pasien fistel perianal yang dilakukan
fistulotomy didapatkan rekurensi 2 kasus ( 4%)
9.Nezih Akkapulu 2014 Melakukan penelitian terhadap 93 pasien abses perianal di Mesir,membedakan penggunaan drain dan tidak serta lama rawt berdasarkan letak abses. Ada
hubungan antara lama rawat dengan pemakaian drain.