You are on page 1of 2

Persiapan ekstrak

Bahan tanaman tanah kemudian diekstraksi dengan metanol menggunakan alat soxlet. Ekstrak
metanol kasar yang dihasilkan disaring dengan melewati kertas saring Wattman no 3 diikuti
dengan konsentrasi vaksinasi pada suhu 40 ° C dengan menggunakan evaporator putar dan
pengeringan beku. Sampel kering beku ini digunakan untuk analisis lebih lanjut (Reddy dan
Mishra,2012).
Bahan kimia dan reagen
Semua bahan kimia dan reagen termasuk Methanol, Ethyl Acetate, heksana dan toluena dari
Analytical Grade dan dibeli dari Merck. Pelat silika TLC dibeli dari Merck dari HPTLC Grade.

Skrining triterpenoid
Skrining awal triterpenoid dalam ekstrak metanol dilakukan dengan uji kualitatif dasar untuk
triterpenoid, di mana 0,5 ml ekstrak dicampur dengan anhidrida asetat, dipanaskan dan
didinginkan. 1 ml H2SO4 Konsentrat ditambahkan di sepanjang sisi tabung dan pembentukan
warna ungu menunjukkan adanya triterpens. Selanjutnya, Kromatografi Lapisan Tipis ekstrak
dilakukan dengan modifikasi pada metode yang diberikan oleh Wagner dan Bladt (1996). Sistem
pelarut dipilih sebagai, Hexane: Toluene: Ethyl acetate (2: 15: 0.5).
Dalam prosedur Penyaringan TLC, strip tipis Pelat Silika Larut 3 × 10 cm (Silica Gel TLC 60 F254,
Merck) diambil dan diimpregnasi dengan tetes ekstrak yang halus. Pelat kemudian dikeringkan
dan dikeringkan untuk pengembangan di ruang kromatografi yang mengandung 10 ml sistem
pelarut yang disiapkan. Setelah berhasil dikembangkan, piring tersebut diperiksa di bawah Kamar
UV berukuran 366 nm. Kehadiran konstituen triterpens dikonfirmasi oleh turunan kimia, dimana
lempeng yang dikembangkan disemprotkan dengan asam sulfat anisaldihyde (Wagner dan Bladt,
1996).

Preparat HPTLC ekstrak


Dari keberhasilan pengembangan pelat KLT dengan sistem pelarut yang disiapkan, Kromatografi Lapis
Tipis Tingkat Tinggi Preparatif ekstrak dilakukan pada Sistem HPTLC CAMAG. Sebelum aplikasi sampel,
pelat HPTLC 20 × 10 cm (HPTLC
Mishra dkk. 106
Tabel 1. Klasifikasi rasional terpena telah ditetapkan berdasarkan jumlah unit isoprena (atau isopentana)
yang tergabung dalam dasar

TABEL 1
Silika gel 60 F254, Merck) diaktifkan pada suhu 110 ° C selama 30 menit. 2000 μL ekstrak kemudian
diaplikasikan sebagai pita tunggal dengan panjang 180 mm pada pelat HPTLC yang diaktifkan
menggunakan sampler TLC CAMAG otomatis (CAMAG, Switzerland). Pelat kemudian dikembangkan
dengan 10 ml sistem pelarut standar, Hexane: Toluene: Ethyl acetate (2: 15: 0.5) di ruang kromatografi
kembar. Setelah berhasil dikembangkan, piring tersebut diperiksa di bawah Kamar UV berukuran 366
nm.
Isolasi konstituen triterpenoid
Setelah pengembangan piring itu dikenali untuk isolasi triterpenoid. Band ini kemudian dipilih dengan
ujung grafit dengan menggunakan tanda skala 1 sampai 10 cm. Dan kemudian digaruk bersama dengan
silika dengan pisau bedah tajam dan dielusi dengan metanol di tabung eppendorf. Isi tabung kemudian
dikumpulkan untuk membentuk satu sampel yang kemudian diberi kode "LN-1". Kelebihan konsentrasi
metanol diuapkan dengan menempatkan tabung terbuka pada suhu kamar sampai volume akhir
dipertahankan sampai 1/3 dari volume aslinya (Markham, 1975; Hostettman et al., 1998). LN-1
kemudian dikrominasi bersama dengan ekstrak kasar untuk konfirmasi pita pada Rf yang sama.
Konfirmasi isolasi terpenoid
Pelat yang dikembangkan setelah HPTLC kemudian dipindai untuk pita yang tersedia dengan
menggunakan pemindai TLC CAMAG otomatis 3. Konfirmasi lebih lanjut tentang isolasi triterpenoid
dilakukan dengan menganalisis LN-1 pada Spectrophotometer UV-Visible untuk satu puncak dan GC-MS.
Untuk analisis lebih lanjut.
HASIL DAN DISKUSI
Skrining terpenoid
Skrining awal terpenoid dalam ekstrak tumbuhan dengan prosedur pendahuluan dasar adalah langkah
pertama dalam proses pembuatannya. Skrining terpenoid dengan proses penyaringan fitokimia primer
menunjukkan adanya jumlah terpenoid yang cukup besar (Tabel 1 dan 2). Proses kromatografi lapis tipis
(KLT) mengonfirmasi kemungkinan adanya terpenoid dengan mengungkapkan Pita neon yang pada
derivasi lebih lanjut memberi fluoresensi biru pada panjang gelombang panjang (360 nm) dan
membentuk zona warna ungu saat dipanaskan pada suhu 100 ° C selama 5 sampai 10 menit
(Hostettman et al., 1998).

You might also like