You are on page 1of 8

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK GEOLOGI

LAPORAN PRAKTIKUM METODE GEOLOGI LAPANGAN


Acara VIII : Pengukuran Penampang Stratigrafi

DIBUAT OLEH :

NAMA : RESTININGTYAS P.
No. MHS : F 121 14 008
KELOMPOK : 1

TAHUN 2016
UNIVERSITAS TADULAKO Nama: Fakhrizal Mulya P.
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI Nim : F 121 14 042
GEOLOGI LAUT
Acara: Peta Morfometri Kel /Gel :

A.Tujuan Praktikum

- Membuat Peta Bathymetri

- Membuat Peta Morfometri

- Mahasiswa mampi Menginterpretasikan Peta Morfometri Untuk Mengetahui Bentuk


Morfologi Bawah laut

B. Landasan Teori

- Apa Itu Bathymetri

Bathimetri adalah studi tentang kedalaman air danau atau dasar lautan. Dengan kata lain,
bathimetri adalah setara dengan hypsometry bawah air. Bathimetri berasal dari bahasa
Yunani βαθυς, μετρον, deep dan mengukur. Peta bathimetri (hidrografi) biasanya diproduksi
untuk mendukung keselamatan navigasi permukaan atau sub-permukaan, dan biasanya
menunjukkan relief dasar laut atau daerah dasar laut sebagai garis kontur (isodepth) dan
pemilihan kedalaman (sounding), dan biasanya juga menyediakan informasi mengenai
navigasi permukaan . Peta Bathimetri dapat juga dibuat dengan menggunakan Digital
Terrain Model dan teknik pencahayaan buatan untuk menggambarkan kedalaman yang
digambarkan. Paleobathimetri adalah studi tentang masa lalu kedalaman air.
Awalnya, batimetri mengacu pada pengukuran kedalaman laut dengan sounding kedalaman.
Teknik awal yang digunakan dalam pengukuran bathimetri adalah dengan tali yang
diberikan pemberat. Keterbatasan terbesar dari teknik ini adalah bahwa metode ini hanya
mengukur kedalaman pada satu titik pada satu waktu, dan sangat tidak efisien. Selain itu
metode ini juga sangat dipengaruhi oleh pergerakan kapal dan arus terhadap tali, sehingga
membuatnya tidak akurat.

Data yang digunakan untuk membuat peta bathimetrik hari ini biasanya berasal dari
echosounder (sonar) yang dipasang di bawah atau di samping kapal, “ping” berkas suara ke
dasar laut atau dari penginderaan jarak jauh LIDAR atau sistem LADAR (Olsen, 2007).
Jumlah waktu yang dibutuhkan untuk suara atau cahaya melakukan perjalanan melalui air,
memantul dari dasar laut, dan kembali ke penerima menunjukkan jarak ke dasar laut. Survei
LIDAR / LADAR ini biasanya dilakukan dengan pesawat udara (Airborne).
Sejak awal 1930-an, dan lebih umum dari tahun 1940-an dan seterusnya, satu kali ping
single-beam dirata-ratakan untuk membuat peta. Hari ini, multibeam echosounder (MBES)
dapat digunakan, dengan ratusan beam yang sangat sempit dan berdekatan diatur seperti
kipas sehingga mampu menyapu 90-170 derajat. Dengan paket array yang rapat dari beam
yang sempit memberikan resolusi angular dan akurasi yang sangat tinggi. Secara umum
lebar sapuan, bergantung pada kedalaman, sehingga memungkinkan sebuah kapal untuk
memetakan dasar laut lebih banyak dalam waktu yang singkat dibandingkan dengan single-
beam echosounder. Pemancaran ping oleh Beam dilakukan berkali-kali per detik (biasanya
0,1-50 Hz tergantung pada kedalaman air), sehingga dengan kapal cepat tetap dapat
memetakan 100% tutupan dasar laut. Sensor ketinggian memungkinkan untuk mengkoreksi
gerakan kopel (rolling, pitching dan yawing) kapal di permukaan laut, dan gyrocompass
menyediakan informasi yang lebih akurat untuk mengoreksi gerakan yawing kapal.
Kebanyakan sistem MBES modern mengunakan sistem sensor gerak dan posisi yang
terintegrasi untuk mengukur yawing serta dinamika dan posisi lain. Global Positioning
System (Global Navigation Satellite System/GNSS) digunakan untuk mengetahui posisi
sounding di permukaan bumi. Profil kecepatan suara (kecepatan suara dalam air sebagai
fungsi kedalaman) dari kolom air digunakan untuk mengkoreksi pembiasan atau “ray-
bending” dari gelombang suara karena karakteristik kolom air yang tidak seragam seperti
suhu, konduktivitas, dan tekanan. Sebuah sistem komputer memproses semua data,
mengoreksi untuk semua faktor di atas serta sudut dari masing-masing beam. Hasil
pengukuran sounding kemudian diproses secara manual, semi-otomatis atau secara otomatis
untuk menghasilkan peta di daerah yang di-sounding. Sejumlah output yang dihasilkan saat
ini, termasuk sub-set pengukuran asli yang memenuhi beberapa kondisi (misalnya, mungkin
paling representatif soundings, dangkal di suatu daerah, dll) atau terintegrasi dengan Digital
Terrain Model (DTM). Secara historis, Selection Measurement umum dilakukan pada
aplikasi hidrografi sementara konstruksi DTM digunakan untuk survei teknik, geologi,
pemodelan aliran arus, dll. Sejak 2003-2005, DTM lebih diterima dalam praktek hidrografi.
Satelit juga digunakan untuk mengukur bathimetri. Satelit radar memetakan topografi laut
dalam dengan mendeteksi variasi halus di permukaan laut yang disebabkan oleh tarikan
gravitasi bawah gunung, pegunungan. dan massa lainnya. Umumnya permukaan laut lebih
tinggi di atas gunung an ridge dibandingkan dengan dataran abyssal dan trench (Thurman,
1997).
Sebagian besar survei jalur pelayaran di Amerika Serikat dilakukan oleh United States
Army Corps of Engineers untuk perairan pedalaman. Sedangkan National Oceanic and
Atmospheric Administration melakukan survey untuk lautan. Data batimetri pantai tersedia
dari NOAA National Geophysical Data Center (NGDC). Data bathimetri biasanya
bereferensi pada datum pasang vertikal. Untuk bathimetri perairan dalam, umumnya
digunakan Mean Sea Level (MSL), namun sebagian besar data yang digunakan untuk
membuat peta nautika (pelayaran) menggunaan referensi Mean Lower Low Water (MLLW)
dalam survei Amerika, dan Lowest Astronomical Tide (LAT) di negara-negara lain. Datum-
datum lain yang digunakan dalam survei, tergantung pada otoritas lokal (pemerintah) dan
pasang surut.

Beberapa pekerjaan atau karier yang berkaitan dengan batimetri adalah studi tentang
lautan, batu-batuan dan mineral di dasar laut, studi tentang gempa bumi atau gunung berapi
bawah laut. Pengukuran dan analisis pengukuran bathymetri adalah salah satu inti (core
area) dari Hidrografi modern, dan komponen fundamental dalam memastikan keselamatan
angkutan barang di seluruh dunia.

- Metode Pengambilan Data

Batimetri dilakukan Surveyor untuk memetakan bagian bawah air dengan tingkat
akurasi. Ini akan membantu korelasi dan interpretasi data yang Diperoleh Dari Barbagai
Metode. diantaranya menggunakan Metode Akusisi GPS Geodetic Gps ini di pasangkan
pada area pesisir pantai Guna Mendapatakan Koreksi Korrdinat yang tinggi kemudain dept
meter yang telah di kaitkan koordinat system Pada GPS Geodteic akan mengukur
kedalaman dasar Air Laut. Srelain Metode di atas metode dengan menggnakan pembaccan
Citra LIdar SRTM res 2m juga dapat di lakukan guna melakukan pemetaan bathymetri skala
bsesar ini biasanya di gunakan dalam keperluan kemaritiman.

- Macam-Macam Jenis Dasar Pantai

1. Continental Shelf (Paparan Benua)


Paparan benua (continental shelf) merupakan kelanjutan wilayah benua (kontinen).
Kedalamannya ±200 m. Paparan benua ini terdiri dari lereng curam suatu dataran yang
diikuti oleh kenaikan secara mendatar dari dataran itu. Lebar Paparan Benua sangat
bervariasi. Lebar rata-rata Paparan Benua adalah sekitar 80 km (50 mil). Kedalaman
Paparan Benua juga bervariasi, tetapi umumnya terbatas pada air dangkal dari 150 m (490
kaki). Kemiringannya biasanya cukup rendah, pada urutan 0,5 °; bantuan vertikal juga
minim, kurang dari 20 m (66 kaki).

Paparan benua merupakan suatu sistem dinamik yang dikontrol oleh tiga faktor:
1. laju sedimentasi bahan-bahan yang dari daratan ke laut

2. laju energi yang cukup untuk menggerakkan sedimen ke, di sekitar dan keluar paparan

3. erosi dan naik-turunnya muka laut

Contoh paparan benua adalah Paparan Siberia di Samudera Arktik dan Dangkalan Sunda

2. Continental Slope (Lereng Benua)

Merupakan kelanjutan dari continental shelf. Daerah continental slope bisa mencapai
kedalaman lebih dari 200 meter menukik hingga sekitar kedalaman 1000 m. Lebar dari
lereng ini mencapai 100 km. Dengan sudut kemiringan biasanya tidak lebih dari 5 derajat.
Karakteristik dasarnya merupakan akumulasi sedimen hasil erosi dari benua.
3.ContinentalRise
Continental Rise adalah dasar laut dengan sudut kemiringan landai sekitar 0.1% dan
merupakan bagian batas benua yang sesungguhnya yang langsung berbatasan dengan dasar
samudera. Continental rise memiliki lebar hingga ratusan kilometer dari dasar slope hingga
ke dataran abisal. Relief continental rise umumnya kurang dari 20 m kecuali di sekitar
gunung laut. Continental rise tersusun dari sedimen yang diturunkan dari benua dan batas
yang bersebelahan. Arus membawa sedimenmenuruni slope dan menumpuk di dasarnya.
Lebar continental rise dapat hanya beberapa kilometer hingga ratusan kilometer.

4. Abyssal Plains (Dataran Abisal)


Dataran abisal (bassin floor) adalah dasar laut yang luas setelah tebing benua, dan mengarah
ke laut lepas. Dataran abisal merupakan bagian dari paparan benua. Dataran abisal
merupakan kenampakan topografi yang sangat datar, dan kemungkinan kawasan ini
merupakan tempat yang paling datar pada permukaan bumi. Topografi yang datar ini
kadang-kadang di selingi dengan puncak-puncak gunung bawah laut yang tertimbun.
Dataran abisal adalah dasar laut dengan gradien kurang dari 0,1 %. Dataran abisal
merupakan kerak batuan dasar (bedrock crust) yang tertutup oleh sedimen yang disebarkan
dari darat oleh arus dan juga tersusun dari sedimen pelagis dan oozes. Di sini juga terdapat
bukit-bukit abisal dengan tinggi dari beberapa meter hingga beberapa ratus meter dengan
diameter antara 8 – 10
5. Submarine Canyon (Ngarai Bawah Laut)

Relief terbesar pada pinggiran benua (continental margin) berada pada ngarai bawah laut
(submarine canyon). Submarine canyon berbentuk seperti lembah yang memotong lereng
benua (continental slope) dan membentang pada bagian landasan benua (continental shelf)
dan continental rise. Lembah dari submarine canyon biasanya berbentuk V, dengan sisi
lembah curam. Jalur dari lembah submarine canyon mungkin bisa lurus atau mungkin juga
berliku-liku.
Submarine canyon adalah jalur utama dari sedimen untuk dibawa atau mengalami transportasi
dari benua ke lingkungan laut dalam. Gradien dari lantai ngarai ini cukup terjal, pada lembah
pendek berkisar 60 m/km dan pada lembah yang panjang berkisar 10-15 m/km. Meskipun
terlihat tidak terlalu curam, namun kemiringan yang dimiliki lembah ini adalah 5 sampai 30
kali gradien lereng benua (continental slope).

Submarine canyon biasanya terdapat 2 km dibawah permukaan laut. Ekstensi lembah relatif
lurus, menebang sekitar 200 meter ke landas kontinen, dan melebar dari sekitar tiga kilometer
di garis pantai sekitar 15 mil ke arah laut yang akhir.

C. Pembahasan

Dari Hasil Interpretasi Morfometri dapat Ditarik Kesimpulan bahwa bentuk Morfologi dasar
laut dari Area Pemetaan Adalah Abyysal Plains Atau Dataran Abisal hal dapat di lihat dari
Relif Area Pemetaan di mana banyak nya Area Dengan Kemringan dasar laut yang landai
yang di selingi dengan adanya continental slope yang ,enjorok kea rah laut dalam yang artinya
adanya Perubahan relif dari arah Garis Pantai Menuju ke arah laut dalam yang tidak begitu
signifikan hal selain itu Bentuk Peta Bathymetri mengindikasikan adanya Perubahan Bentuk
Ketinggian yang rlatif normal berdasarkan tingkat ketinggian muka Laut.
Catatan Asisten Paraf Asisten

Tanggal

You might also like