You are on page 1of 4

Teknik sampling probabilitas (probability sampling technique)

Teknik ini dinamakan probabilitas karena dalam proses pengambilannya ada peluang yang
sama yang dimiliki individu untuk mendapakan kesempatan menjadi sampel penelitian.
Terdapat setidaknya empat macam teknik yang bisa dilakukan peneliti untuk mendapatkan
sampel melalui teknik probabilitas, antara lain:

 Sampling acak (simple random sampling)


 Sampling sistematik (systematic sampling)
 Sampling terstratifikasi (stratified sampling)
 Sampling klaster (cluster sampling)

Simple random sampling

Teknik sampling ini dianggap sebagai teknik dasar dalam statistik. Untuk mengumpulkan
random sample, pertama-tama peneliti memberi nomor urut pada setiap populasi dengan cara
membuat daftar. Masing-masing individu memiliki nomor yang berbeda. Setelah semua
nomor terkumpul. Peneliti mengacak secara random nomor berapa saja yang muncul.
Individu dengan nomor yang muncul itulah yang menjadi sampel penelitian.

Contohnya, misal seorang peneliti memiliki daftar 100 orang populasi dan ingin memilih 10
orang untuk menjadi sampel. Pertama, semua orang dalam populasi ditandai dengan nomor 1-
100. Nomor tersebut lalu diacak. Pengacakan bisa meniru model arisan atau sekarang bisa
menggunakan aplikasi acak nomor. 10 individu yang nomornya keluar menjadi sampel
penelitiannya. Teknik ini biasanya digunakan pada populasi yang homogen. Misal seseorang
ingin meneliti tentang proses belajar di kelas dalam satu kelas. Total muridnya berjumlah 100
orang. Peneliti tersebut bisa mewawancarai secara mendalam 10 orang sebagai sampel.

Systematic sampling

Teknik sampling ini dilakukan secara sistematis dengan proses awal yang random. Pada
mulanya, mirip dengan random sampling, peneliti memberi nomor seluruh populasi. Daftar
nomor populasi tersebut diurutkan, lalu urutan nomor dalam daftar diacak. Setelah diacak,
pada setiap perhitungan tertentu, satu sampel diambil, dihitung lagi, satu sampel diambil lagi
untuk diteliti. Begitu seterusnya sampai jumlah sampel sesuai dengan rencana awal.

Sebagai contoh, seorang peneliti ingin meneliti pola konsumsi mahasiswa Fakultas Ekonomi
di suatu universitas. Jumlah total populasinya 1000 mahasiswa. Peneliti ingin melakukan
survei pada 100 mahasiswa saja. Teknik sampling yang dilakukan, pertama-tama peneliti
merencanakan, misal sampel yang diambil adalah daftar nomor urut ke 10 dan kelipatannya
(20,30,40, dst sampai 1000), lalu peneliti mengacak daftar 1000 nomor yang semula
berurutan. Setelah diacak, dilihat kembali, mereka yang namanya berada di urutan nomor 10
dan kelipatannya diambil sebagai sampel.
Stratified sampling

Teknik sampling ini juga mirip random sampling. Bedanya, peneliti membagi populasi ke
dalam beberapa strata atau tingkatan. Setelah populasi terbagi ke dalam beberapa strata,
random sampling dilakukan pada masing-masing strata atau tingkatan. Sampel yang diambil
di masing-masing tingkatan jumlahnya proporsional.

Misalnya, penelitian tentang pentingnya agama dikalangan mahasiswa Universitas Hayam


Wuruk. Peneliti membuat strata, mana mahasiswa baru, mana mahasiwa tahun kedua, mana
tahun ketiga, dan mana mahasiswa tahun akhir. Masing-masing strata atau tingkatan diambil
sampelnya secara proporsional menggunakan random sampling. Misalnya, jumlah sampel
mahasiswa baru 100 orang, jumlah sampel mahasiswa tingkat lainnya sama atau mendekati
100 orang. Apabila hanya 1 mahasiswa tingkat akhir yang dijadikan sampel, misalnya, maka
sampling tidak proporsional.

Cluster sampling

Teknik ini biasanya dipilih ketika keseluruhan daftar populasi tidak tersedia atau tidak
mungkin mengumpulkan daftar populasi yang akan diteliti. Pada umumnya, subpopulasi
sudah tersedia, hanya saja tidak ada daftar lengkap anggotanya yang akan diteliti.
Subpopulasi tersebut merupakan klaster.

Sebagai contoh survei tentang tingkat kepercayaan warga NU dan Muhammadiyah tentang
pernyataan bahwa ”Borobudur peninggalan Raja Sulaiman”. Daftar keseluruhan populasi
warga NU dan Muhammadiyah tidak tersedia. Tidak mungkin pula membuatnya. Maka,
peneliti memilih organisasi NU dan Muhamadiyah cabang mana yang akan dijadikan sampel.
Setiap organisasi diperoleh daftar anggota-anggotanya. Cluster sampling artinya memilih
klaster yang tersedia karena tidak ada data yang menunjukkan semua populasinya.

Teknik sampling non-probabilitas (non-probability sampling technique)

Teknik ini dinamakan non-probabilitas karena proses pengumpulan sampel tidak memberikan
kesempatan yang sama pada masing-masing individu dalam populasi. Terdapat empat macam
teknik sampling non-probabilitas:

 Sampling berbasis ketersediaan subjek (convenience sampling)


 Sampling bertujuan (purposive sampling)
 Sampling snowball (snowball sampling)
 Sampling kuota (quota sampling)

Sampling berbasis ketersediaan subjek (convenience sampling)

Teknik ini dilakukan karena peneliti dihadapkan pada keberadaan subjek penelitian yang
sangat dinamis. Biasanya peneliti tidak mempunyai kontrol atas jumlah populasi yang diteliti.
Selain karena memang tidak ada datanya, sangat mustahil menentukan jumlah populasi
karena sangat dinamis, berubah-ubah dan fleksibel.
Contoh teknik ini adalah menghentikan orang dijalan untuk dimintai pendapatanya atau
dilakukan survei kecil-kecilan. Misal penelitian tentang preferensi fashion pengunjung event
Java Jazz pada akhir taun ini. Survei dilakukan pada pengunjung setempat ketika event
diselenggarakan. Waktu survei juga relatif singkat sehingga tidak mungkin dilakukan kepada
semuanya. Jumlah pengunjung juga tidak bisa diketahui karena tidak ada tiket masuk. Teknik
sampling ini biasanya dilakukan sebagai penelitian awal untuk mematangkan penelitian awal
yang lebih besar, misal hubungan antara penikmat Jazz dan selera terhadap fashion.

Purposive sampling

Teknik sampling ini dilakukan berdasarkan penilaian peneliti akan pengetahuan calon
informan atau responden untuk menjawab pertanyaan penelitian. Penilaian bahwa informan
tersebut mempunya pengetahuan dilakukan secara subjektif berdasarkan pengamatan peneliti.
Pada umumnya, sampel yang dinilai mampu menjawab pertanyaan penelitian adalah orang
yang berpengalaman atau memiliki pengetahuan terkait fokus penelitian.

Misal, penelitian tentang perilaku korup polisi lalu lintas. Peneliti menentukan sampling
dengan cara mengamati siapa saja orang-orang yang pernah merasa dirugikan oleh oknum
polisi lalu lintas, seperti ditilang tanpa alasan yang jelas, dipersulit dalam pembuatan SIM,
dan sebagainya. Teknik sampling ini disebut purposif karena pemilihan sampel dilakukan
dengan bertujuan.

Snowball sampling

Teknik sampling ini cocok dilakukan ketika jumlah populasi sulit ditentukan dan isu yang
dibahas cukup sensitif. Snowball sampling adalah teknik sampling berantai. Pengetahuan
informan tentang informan lain yang potensial untuk diteliti menjadi pijakan. Peneliti
biasanya kesulitan mencari individu yang layak dijadikan subjek penelitian tanpa informasi
dari informan sebelumnya.

Sebagi contoh, penelitian tentang imigran gelap di Malaysia atau pengemis di ibukota.
Peneliti biasanya kesulitan menemukan orang-orangnya, namun imigran atau pengemis
mengenal imigran atau pengemis lain yang berada dalam jaringannya. Informan atau
responden juga memiliki pengetahuan tentang siapa saja orang-orang yang potensial untuk
menjadi sampel penelitian. Teknik ini dinamakan snowball karena jumlahnya sedikit diawal
dan semakin besar diakhir, seperti bola salju yang menggelinding.

Quota sampling

Teknik sampling ini dilakukan dengan cara memberi kuota sampel secara proporsional pada
tiap kategori. Kategori dibuat berdasarkan pengetahuan awal tentang karakteristik populasi.
Karakteristik populasi diasumsikan memang ada sebelumnya.

Contohnya, penelitian tentang persepsi masyarakat Indonesia tentang kesetaraan gender.


Sampel yang dicari berada dalam lingkup nasional, yaitu Indonesia. Quota sampling
membuat kategori berdasarkan karakteristik, seperti jenis kelamin, tingkat pendidikan, umur
dan sebagainya. Peneliti menentukan kuota berdasarkan pengetahuan karakteristik akan
berapa jumlah laki-laki, berapa jumlah perempuan. Sampel dari kategori laki-laki dan
perempuan diambil secara proporsional. Begitu pula kategori pendidikan dan umur.

Akhirnya, secara keseluruhan bisa kita simpulkan ada delapan teknik sampling yang bisa
diterapkan dalam penelitian sosial. Pilihan teknik mana yang paling relevan sangat tergantung
pada rumusan masalah yang diangkat. Peneliti harus memastikan sampling yang diambil
dibuat berdasarkan relevansi terhadap pertanyaan penelitian.

You might also like