You are on page 1of 8

5

5. Perbedaan assay ( kadar ) antara urat dan batuan samping pada umumnya
tajam, berhubungan dengan kontak dengan batuan samping, impregnasi pada
batuan samping, serta pola urat yang menjari ( bercabang ).
6. Fluktuasi ketebalan urat sulit diprediksi, dan mempunyai rentang yang terbatas,
serta mempunyai kadar yang sangat erratic ( acak / tidak beraturan ) dan sulit
diprediksi.
7. Kebanyakan urat relatif keras dan bersifat brittle.
Dengan memperhatikan karakteristik tersebut, metode penambangan yang
umum diterapkan adalah tambang bawah tanah (underground) dengan metode
Gophering, yaitu suatu cara penambangan yang tidak sistematis, tidak perlu
mengadakan persiapan-persiapan penambangan (development works) dan arah
penggalian hanya mengikuti arah larinya cebakan bijih. Oleh karena itu ukuran
lubang (stope) juga tidak tentu, tergantung dari ukuran cebakan bijih di tempat itu
dan umumnya tanpa penyanggaan yang baik. Cara penambangan ini umumnya
tanpa penyangga yang memadai dan penggalian umumnya dilakukan tanpa alat-
alat mekanis.
Metode tambang emas seperti ini umum diterapkan di berbagai daerah operasi
tambang rakyat di Indonesia, seperti di Pongkor-Bogor, Gunung Peti,Cisolok-
Sukabumi, Cikidang-Cikotok, Gunung Subang, Tanggeung-Cianjur, Cikajang-
Garut, Cineam-Tasikmalaya, Kokap-Kulonprogo, Selogiri-Wonogiri, Punung
Pacitan dan lain-lain. Penambangan dilakukan secara sederhana, tanpa
development works, dan langsung menggali cebakan bijih menuruti arah dan
bentuk alamiahnya. Bila cebakan bijih tersebut tidak homogen, kadang-kadang
terpaksa ditinggalkan pillar yang tak teratur dari bagian-bagian yang miskin.
Selain metode gophering, metode penambangan lainnya seperti Block Caving,
open Stoping, Room and Pillar dan Cut and fill juga sering diterapkan pada
tambang emas di Indonesia.
1. Cebakan Sekunder
Cebakan emas sekunder atau yang lebih dikenal sebagai endapan emas aluvial
merupakan emas yang diendapkan bersama dengan material sedimen yang
terbawa oleh arus sungai atau gelombang laut adalah karakteristik yang umum
ditambang oleh rakyat, karena kemudahan penambangannya.
Secara umum penambangan emas aluvial dilakukan berdasarkan atas prinsip :

Universitas Sriwijaya
6

a. Butir emas sudah terlepas sehingga bijih hasil galian langsung mengalami
proses pengolahan.
b. Berdasarkan lokasi keterdapatan, pada umumnya kegiatan penambangan
dilakukan pada lingkungan kerja berair seperti sungai-sungai dan rawa-rawa,
sehingga dengan sendirinya akan memanfaatkan air yang ada di tempat
sekitarnya.
Karakteristik dari endapan emas aluvial akan menentukan sistem dan peralatan
dalam melakukan kegiatan penambangan. Berdasarkan karakteristik endapan
emas tersebut, metode penambangan terbuka yang umum diterapkan dengan
menggunakan peralatan berupa :
1. Pendulangan ( panning )
Penambangan dengan cara pendulangan banyak dilakukan oleh pertambangan
rakyat di sungai atau dekat sungai. Cara ini banyak dilakukan oleh penambang
perorangan dengan menggunakan nampan pendulangan untuk memisahkan
konsentrat atau butir emas dari mineral pengotornya.
2. Tambang semprot ( hydraulicking )
Pada tambang semprot digunakan alat semprot ( monitor ) dan pompa untuk
memberaikan batuan dan selanjutnya lumpur hasil semprotan dialirkan atau
dipompa ke instalasi konsentrasi ( sluicebox / kasbok ). Cara ini banyak dilakukan
pada pertambangan skala kecil termasuk tambang rakyat dimana tersedia sumber
air yang cukup, umumnya berlokasi di atau dekat sungai. Metode penambangan
ini umum diterapkan diberbagai daerah operasi pertambangan rakyat di Indonesia,
seperti di Sungai Kahayan, Bukitrawi, Palangkaraya-Kalimantan Tengah;
Tanoyan, Bolaang Mongondow-Sulawesi Utara; serta Bombana-Sulawesi
Tenggara; Tobohon, Kotabunan-Sulawesi Utara, Way Kanan-Lampung, dll.

2.2. Mineral-mineral Pembawa Emas


Emas urai merupakan mineral emas yang amat biasa ditemukan di alam.
Mineral emas yang menempati urutan kedua dalam keberadaannya di alam adalah
electrum. Mineral mineral pembawa emas lainnya sangat jarang dan langka.
Mineral-mineral emas dapat dilihat pada table dibawah ini.

Universitas Sriwijaya
7

Tabel 1. Mineral-Mineral Pembawa Emas

Mineral Rumus Kimia Mineral Rumus Kimia

Emas urai Au Emas bismutan (Au, Bi)

Elektrum (Au,Ag) Amlgam Au2Hg3

Kuproaurid (Au,Cu) Maldonit (Au2Bi)

Porpesit Au, Pd) Aurikuprit AuCu3

Rodit (Au, Rh) Roskovit (Cu, Pd)3Au2

Emas iridium (Au, Ir) Kalaverit AuTe2

Emas urai pada dasarnya adalah logam emas walaupun biasanya mengandung
perak yang bervariasi sampai sebesar 18% dan kadang-kadang mengandung
sedikit tembaga atau besi. Oleh karena itu warna emas urai bervariasi dari kuning
emas, kuning muda sampai keperak-perakan sampai berwarna merah orange.
Berat jenis emas urai bervariasi dari 19,3 (emas murni) sampai 15,6 bergantung
pada kandungan peraknya. Bila berat jenisnya 17,6 maka kandungan peraknya
sebesr 9% dan bila beat jenisnya 16,9 kandungan peraknya 13,2 %.
Sementara itu, elektrum adalah variasi emas yang mengandung perak diatas
18%. Dengan kandungan perak yang lebih tinggi lagi maka warna elektrum
bevariasi dari kuning pucat sampai warna perak kekuningan. Selanjutnya berat
jenis elektrum bervariasi sekitar 15,5-12,5. Bila kandungan emas dan perak
berbanding 1:1 berarti kandungan peraknya sebesar 36%, dan bila
perbandingannya 21/2:1 berarti kandungan peraknya 18%.

2.3. Mineral Induk


Emas berasosiasi dengan kebanyakan mineral yang biasa membentuk
batuan. Bila ada sulfida, yaitu mineral yang mengandung sulfur/belerang (S),
emas biasanya berasosiasi dengan sulfida. Pirit merupakan mineral induk yang
paling biasa untuk em,as. Emas ditemukan dalam pirit sebagai emas urai dan
elektrum dalam berbagai bentuk dan ukuran yang bergantung pada kadar emas

Universitas Sriwijaya
8

dalam bijih dan karakteristik lainnya. Selain itu emas juga ditemukan dalam
arsenopirit dan kalkopirit. Mineral sulfida lainnya (lihat tabel 3) berpotensi juga
menjadi mineral induk bagi emas. Bila mineral sulfida tidak terdapat dalm batuan,
maka emas berasosiasi dengan oksida besi (magnetit dan oksida besi sekunder),
silikat dan karbonat, material berkarbon serta pasir dan krikil (endapan plaser).

Tabel 2. Mineral Induk Berupa Sulfida

2.4. Ukuran Butiran Mineral Emas


Ukuran butiran mineral-mineral pembawa emas (misalnya emas urai atau
elektrum) berkisar dari butiran yang dapat dilihat tanpa lensa (bebnerapa nm)
sampai partikel partikel berukuran fraksi (bagian) dari satu mikron (1 mikron=
0,001 mm= 0,0000001 cm). ukuran butiran biasanya sebanding dengan kadar
bijih, kadar emas yang rendah dalam batuan (bijih) menunjukkan butiran yang
halus.

Universitas Sriwijaya
9

2.5. Asosiasi Mineral


Dari sudut pandang pengolahan/metalurgi ada tiga variasi distribusi emas
dalam bijih. Pertama, emas didiostribusikan dalam retakan-retakan atau diberi
batas antara butiran-butiran mineral yang sama (misalnya retyakan dalam butiran
mineral pirit atau dibatasi antara dua butiran mineral (pirit). Kedua, emas
didistribusikan sepanjang batas diantara butiran-butiran dua mineral yang berbeda
( misalnya dibatas butiran pirit dan arsenopirit atau dibatas antara butiran mineral
kalkopirit dan butiran mineral silikat). Dan yang ketiga emas terselubung dalam
mineral induk (misal, emas terbungkus ketat dalam mineral pirit).
Proses yang dilakukan dalam penambangan metode Underground :

Proses yang dilakukan pada penambangan dengan metode tambang


terbuka( Open-pit, placer mining, open cut)

Universitas Sriwijaya
10

2.6. Emas (Au)


Emas adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki simbol Au
(aurum) dan nomor atom 79. Sebuah logam transisi (trivalen dan univalen) yang
lembek, mengkilap, kuning, berat, malleable, dan ductile. Emas tidak bereaksi
dengan zat kimia lainnya tapi terserang olehklorin, fluorin, dan aqua regia. Logam
ini banyak terdapat di nuget emas atau serbuk di bebatuan dan di deposit alluvial
dan salah satulogam coinage. Kode ISO nya adalah XAU. Emas melebur dalam
bentuk cair pada suhu sekitar 1000 derajat celcius.
Emas merupakan logam yang bersifat lunak dan mudah ditempa,
kekerasannya berkisar antara 2,5-3 (skala Mohs), serta berat jenisnya tergantung
pada jenis dan kandungan logam lain yang berpadu dengannya. Mineral pembawa
emas biasanya berasosiasi dengan mineral ikutan (gangue minerals). Mineral
ikutan tersebut umumnyakuarsa, karbonat, tourmaline, foulpar, dan sejumlah kecil
mineral nonlogam. Mineral pembawa emas juga berasosiasi dengan endapan
sulfida yang telah teroksidasi. Mineral pembawa emas terdiri dari emas nativ,
elektrum, emas telurida, sejumlah paduan dan senyawa emas dengan unsur-unsur

Universitas Sriwijaya
11

belerang, antimon, dan selenium. Elektrum sebenarnya jenis lain dari emas nativ,
hanya kandungan perak di dalamnya >20%.
Logam emas telah dikenal dan menjadi komodoti ekonomi secara luas sejak
abad XVII. Pada tahun 1806 kerajaan Inggris Raja menjadikan emas sebagai
standar moneter Internasional hal ini disebabkan ditemukannya cebakan-cebakan
yang kaya akan emas seperti di Amerika, Australia, Afrika dan Rusia. Indonesia
yang banyak memiliki gunung-gunung berapi serta beriklim tropis memungkinkan
terdapatnya cebakan-cebakan emas yang potensial, hal ini terbukti dengan
banyaknya diketemukan emas baik di gunung-gunung maupun di lembah-lembah
dimana terjadi pengikisan batuan oleh air sungai.
Emas terbentuk dari proses magmatisme atau pengkonsentrasian di
permukaan. Beberapa endapan terbentuk karena proses metasomatisme kontak
dan larutan hidrotermal, sedangkan pengkonsentrasian secara mekanis
menghasilkan endapan letakan (placer). Genesa emas dikatagorikan menjadi dua
yaitu:
1. Endapan Primer
2. Endapan Placer
Emas digunakan sebagai standar keungan di banyak negara dan juga
digunakan sebagai perhiasan, dan elektronik. Penggunaan emas dalam bidang
moneter dan keuangan berdasarkan nilai moneter absolut dari emas itu sendiri
terhadap berbagai mata uang di seluruh dunia, meskipun secara resmi di bursa
komoditas dunia, harga emas dicantumkan dalam mata uang dolar Amerika.
Bentuk penggunaan emas dalam bidang moneter lazimnya berupa bulion atau
batangan emas dalam berbagai satuan berat gram sampai kilogram.

2.7. Ekstraksi Metalurgi


Metalurgi didefinisikan sebagai ilmu dan teknologi untuk memperoleh sampai
pengolahan logam yang mencakup tahapan dari pengolahan bijih
mineral,pemerolehan (ekstraksi) logam, sampai ke pengolahannya untuk
menyesuaikan sifat-sifat dan perilakunya sesuai dengan yang dipersyaratkan
dalam pemakaian untuk pembuatan produk rekayasa tertentu.
Berdasarkan tahapan rangkaian kegiatannya, metalurgi dibedakan menjadi dua
jenis, yaitu metalurgi ekstraksi dan metalurgi fisika. Metalurgi ekstraksi yang

Universitas Sriwijaya
12

banyak melibatkan proses-proses kimia, baik yang temperatur rendah dengan cara
pelindian maupun pada temperatur tinggi dengan cara proses peleburan utuk
menghasilkan logam dengan kemurnian tertentu, dinamakan juga metalurgi kimia.
Meskipun sesungguhnya metalurgi kimia itu sendiri mempunyai pengertian yang
luas, antara lain mencakup juga pemaduan logam denagn logam lain atau logam
dengan bahan bukan logam. Beberapa aspek perusakan logam (korosi) dan cara-
cara penanggulangannya, pelapisan logam secara elektrolit,dll. Adapun proses-
proses dari ekstraksi metalurgi / ekstraksi logam itu sendiri antara lain adalah
pyrometalurgy (proses ekstraksi yang dilakukan pada temperatur tinggi),
hydrometallurgy (proses ekstraksi yang dilakukan pada temperatur yang relatif
rendah dengan cara pelindian dengan media cairan), dan electrometalurgy (proses
ekstraksi yang melibatkan penerapan prinsip elektrokimia, baik pada temperatur
rendah maupun pada temperatur tinggi).

Universitas Sriwijaya

You might also like