Professional Documents
Culture Documents
Kushariyadi*
Darungan, Kec. Tanggul, Kab. Jember, kode pos 68155 Jawa Timur
email: kushariadi@gmail.com
blog: kushariadi.blogspot.com
ABSTRAK
Pendahuluan: Lanjut usia secara fisiologis terjadi penurunan fungsi kognitif (memori) yang bersifat
ireversibel. Kondisi ini disebabkan oleh proses penuaan dan perubahan degeneratif yang mungkin progresif.
Promosi perawatan daya ingat (stimulasi memori) dapat digunakan pada remaja dan dewasa. Namun promosi
perawatan daya ingat (stimulasi memori) terhadap peningkatan fungsi kognitif (memori) lansia masih perlu
penjelasan. Penelitian bertujuan meningkatkan memori lansia menggunakan promosi perawatan daya ingat.
Metodologi: Jenis penelitian ini eksperimen semu dengan two group pre-post treatment design. Besar
sampel pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol 30 lansia, diambil dengan tehnik simple random
sampling. Penelitian bertempat di Panti Werdha Mojopahit Mojokerto pada April 2013. Instrumen menggunakan
modul promosi perawatan daya ingat dan kuesioner fungsi kognitif. Data yang terkumpul diuji dengan
wilcoxon sign rank test (alfa < 0,05) dan mann whitney test (alfa < 0,05). Hasil: Hasil penelitian
menunjukkan ada perbedaan tingkat kemampuan orientasi (p < 0,003), tidak ada perbedaan tingkat
kemampuan registrasi (p < 1,000), ada perbedaan tingkat kemampuan perhatian dan kalkulasi (p < 0,039),
ada perbedaan tingkat kemampuan mengingat kembali (p < 0,046), ada perbedaan tingkat kemampuan bahasa
(p < 0,035), ada perbedaan tingkat kemampuan fungsi kognitif (memori) lansia (p < 0,001), dan ada perbedaan
tingkat kemampuan fungsi kognitif (memori) kelompok perlakuan dan kontrol (p < 0,002). Diskusi: Promosi
perawatan daya ingat menggunakan teori hubungan terapeutik perawat-pasien dan teori konsekuensi
fungsional secara signifikan meningkatkan memori lansia. Penggunaan promosi perawatan daya ingat pada
lansia memerlukan kerja sama dan partisipasi aktif dari semua pihak.
ABSTRACT
Introductions: Physiologically elderly experience irreversible decline in cognitive function due to the
aging process and degenerative changes. Memory care promotion can be used in adolescents and
adults, however,its use in elderly still need explanation. The research was aimed to improve the memory
of elderly using memory care promotion. Methods: Type of research was quasi-experimental, two
group pre-post treatment design. Sample size 30 respondents, taken using simple random sampling
technique. The research took place in nursing home Mojopahit Mojokerto in April 2013. The
instruments used were memory care promotion module and cognitive function questionairre. Wilcoxon
signed rank test and Mann Whitney test were used to analyze the data with a significance level of
alfa <0.05. Results: The result showed there were differences in orientation levels (p <0.003), no
difference in registration levels (p <1.000), differences in attention and calculation levels (p
<0.039),differences in recall levels (p <0.046), differences in language levels (p <0.035), differences
in the cognitive function (p <0.001), and differences in the cognitive function between treatment group
and the control group (p <0.002). Discussion: Memory care promotion using the theory of therapeutic
nurse-patient relationship and functional consequences theory can significantly improve elderly
memory. The use of memory care promotion needs the cooperation and active participation of all
parties.
317
Jurnal Ners Vol. 8 No.2 Oktober 2013: 317-329
318
Promosi Perawatan Daya Ingat (Stimulasi memori) (Kushariyadi)
peningkatan kualitas hidup lansia misalnya promosi sedang (nilai 11-20), gangguan kognitif berat (nilai
perawatan daya ingat (stimulasi memori) dengan < 10).
mengaplikasikan gabungan model teori hubungan Pada pelaksanaannya responden dibagi
terapeutik perawat-pasien dan teori konsekuensi menjadi kelompok perlakuan dan kontrol masing-
fungsional. Perawat meningkatkan kesehatan lansia masing sebanyak 15 lansia. Masing-masing
dengan memberi harapan untuk dilibatkan dalam kelompok diberikan pre-test fungsi kognitif hari
aktivitas yang membantu perkembangan kebugaran ke-1. Kelompok perlakuan diberi intervensi
kognitif. Manfaat tehnik peningkatan fungsi kognitif keperawatan promosi perawatan daya ingat 2 kali
(memori) terhadap lansia secara signifikan seminggu selama 2 minggu sekitar 15 menit,
mempengaruhi hasil terhadap kesehatan dan status sedangkan kelompok kontrol tidak diberi intervensi.
mental (Hoyer & Verhaeghen, 2006; Miller, 2009; Tehnik promosi perawatan daya ingat meliputi:
Peplau, 1992). fase orientasi (salam terapeutik, evaluasi pertemuan,
kontrak topik, waktu, tempat), fase kerja: ingatan
METODE sensori (menggunakan isyarat indera penglihatan,
Jenis penelitian quasy exsperiment mengamati dengan aktif, mengenali nama benda
menggunakan two group pre-post treatment de- yang dilihat), ingatan jangka pendek (menentukan
sign bertujuan membandingkan kelompok waktu dan tempat, menghitung angka, menggambar,
perlakuan yang diberi intervensi dengan kelompok mengikuti perintah, menggabung huruf, mengatur
kontrol yang tidak diberi intervensi. Sampel lansia kata yang cocok, menggabung kalimat dan
di Panti Werdha Mojopahit Mojokerto pada Maret mengulanginya, menggabung nama dan kata),
2013 sebanyak 30 responden dengan kriteria ingatan jangka panjang (bercerita dan
inklusi meliputi: 1) usia 60-80 tahun; 2) dapat mengingatnya), fase resolusi (evaluasi, tindak lanjut,
dilakukan pengukuran status fungsi kognitif kontrak akan datang mengenai topik, waktu,
(memori); 3) memiliki tingkat status fungsi kognitif tempat).
(memori) ringan sampai sedang; 4) bisa Melakukan post-test kognitif hari terakhir
berkomunikasi dengan lancar; 5) bersedia menjadi minggu ke-2 pada kedua kelompok. Hasil pre-
responden. Tehnik pengambilan sampel test dan post-test dicatat dan disimpan untuk
menggunakan simple random sampling. sampel diolah dan dianalisis. Kelompok kontrol akan diberi
kemudian dibagi menjadi kelompok perlakuan dan perlakuan yang sama yaitu intervensi keperawatan
kelompok kontrol berdasarkan matching usia. promosi perawatan daya ingat setelah penelitian
Instrumen untuk promosi perawatan daya ingat selesai untuk memenuhi aspek justice. Analisis
(stimulasi memori) menggunakan modul promosi data menggunakan Wilcoxon rank sum test dan
perawatan daya ingat (stimulasi memori) diadaptasi Mann Whitney test dengan tingkat kemaknaan ? <
dari Fogler, J., & Stern, L. (1994). Modul 0,05.
dikembangkan dan dimodifikasi ke dalam 3 fase
hubungan interpersonal perawat-pasien (orientasi, HASIL
kerja, resolusi) memiliki 16 item panduan yang Sebagian besar usia responden kelompok
diklasifikasikan menjadi 3 tahapan daya ingat perlakuan 60-65 tahun, 71-75 tahun, 76-80 tahun,
(ingatan sensori, ingatan jangka pendek atau primer, sedangkan kelompok control berusia 76-80 tahun.
ingatan jangka panjang atau sekunder). Pada jenis kelamin menunjukkan sebagian besar
Instrumen peningkatan fungsi kognitif responden kelompok perlakuan maupun kelompok
diadaptasi dan dimodifikasi dari Folstein, M.F., control adalah perempuan. Pada pendidikan
Folstein, S.E., & McHugh, P.R. (1975). Instrumen terakhir menunjukkan sebagian besar responden
tersebut memiliki 11 item pertanyaan atau perintah kelompok perlakuan maupun kelompok control
mengenai: orientasi, registrasi, perhatian, kalkulasi, adalah tidak tamat sekolah dasar. Pada agama
mengingat kembali dan bahasa. Instrumen menunjukkan sebagian besar responden kelompok
peningkatan fungsi kognitif diberikan sekitar 5-10 perlakuan maupun kelompok control adalah Is-
menit dengan penilaian sebagai berikut: gangguan lam.
kognitif ringan (nilai 21-30), gangguan kognitif
319
Jurnal Ners Vol. 8 No.2 Oktober 2013: 317-329
Tabel 1. Perbedaan tingkat kemampuan kelompok perlakuan dan kontrol di Panti Werdha Mojopahit,
Mojokerto
1.Orientasi Perlakuan Kontrol
Pretest Posttest Pretest Posttest
Median (min-max) 5 (3-8) 7 (2-9) 3 (0-8) 4 (0-8)
Mean ± SD 5,13 ± 1,76 6,33 ± 2,19 3,60 ± 2,29 3,86 ± 2,16
Wilcoxon ρ = 0,003 ρ = 0,377
2.Registrasi Median (min-max) 3 (3-3) 3 (3-3) 3 (3-3) 3 (3-3)
Mean ± SD 3,00 ± 0,00 3,00 ± 0,00 3,00 ± 0,00 3,00 ± 0,00
Wilcoxon ρ = 1,000 ρ = 1,000
3.Perhatian Median (min-max) 5 (0-5) 5 (0-5) 5 (0-5) 5 (0-5)
dan kalkulasi Mean ± SD 3,93 ± 1,66 4,46 ± 1,45 3,93 ± 1,66 3,66 ± 2,02
Wilcoxon ρ = 0,039 ρ = 0,102
4.Mengingat Median (min-max) 3 (2-3) 3 (3-3) 3 (1-3) 3 (2-3)
kembali Mean ± SD 2,73 ± 0,45 3,00 ± 0,00 2,66 ± 0,61 2,73 ± 0,45
Wilcoxon ρ = 0,046 ρ = 0,317
5.Bahasa Median (min-max) 8 (7-9) 8 (7-9) 8 (4-9) 8 (5-9)
Mean ± SD 7,73 ± 0,59 8,20 ± 0,77 7,46 ± 1,24 7,53 ± 0,99
Wilcoxon ρ = 0,035 ρ = 0,564
Tabel 2. Perbedaan status fungsi kognitif (memori) kelompok perlakuan dan kontrol di Panti Werdha
Mojopahit, Mojokerto
Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa 0,102 maka tidak ada perbedaan perhatian dan
ada perbedaan tingkat kemampuan orientasi lansia kalkulasi lansia yang bermakna antara sebelum
yang bermakna antara sebelum dan sesudah dan sesudah pemberian promosi perawatan daya
pemberian promosi perawatan daya ingat (stimulasi ingat (stimulasi memori). Perbedaan tingkat
memori) dengan p = 0,003. Namun, nilai kemampuan mengingat kembali lansia yang
signifikansi kelompok control p = 0,377 maka bermakna antara sebelum dan sesudah pemberian
tidak ada perbedaan tingkat kemampuan orientasi promosi perawatan daya ingat (stimulasi memori)
lansia yang bermakna antara sebelum dan sesudah terjadi pada kelompok perlakuan (p = 0,046),
pemberian promosi perawatan daya ingat (stimulasi sedangkan pada kelompok control (p = 0,317)
memori). Pada tingkat kemampuan registrasi yang berarti tidak ada perbedaan tingkat
kelompok perlakuan dan control didapatkan p = kemampuan mengingat kembali. Tingkat
1,000 maka tidak ada perbedaan registrasi lansia kemampuan bahasa pada lansia dalam kelompok
yang bermakna antara sebelum dan sesudah perlakuan mengalami peningkatan setelah diberikan
pemberian promosi perawatan daya ingat (stimulasi intervensi promosi perawatan daya ingat (p =
memori). Hasil perhitungan menggunakan uji 0,035) dan tidak ada perbedaan tingkat
wilcoxon sign rank test kelompok perlakuan kemampuan bahasa lansia pada kelompok control
didapatkan nilai signifikan p = 0,039 maka ada (p = 0,564).
perbedaan perhatian dan kalkulasi lansia yang Hasil uji wilcoxon sign rank test kelompok
bermakna antara sebelum dan sesudah pemberian perlakuan didapatkan nilai signifikan ? = 0,001
promosi perawatan daya ingat (stimulasi memori). maka ada perbedaan fungsi kognitif (memori) lansia
Kelompok kontrol didapatkan nilai signifikan p = yang bermakna antara sebelum dan sesudah
320
Promosi Perawatan Daya Ingat (Stimulasi memori) (Kushariyadi)
321
Jurnal Ners Vol. 8 No.2 Oktober 2013: 317-329
atau kata. Lansia terus-menerus melatih mengulang perawat-pasien, merupakan faktor pendukung lansia
informasi seperti bentuk verbal misalnya nama benda dalam pengulangan atau registrasi meliputi
secara sengaja dan sadar mengingat obyek. mendengarkan secara aktif yaitu proses aktif
Sesuai pengetahuan deklaratif merupakan menerima informasi dan mengkaji reaksi individu
pengetahuan terkait karakteristik sesuatu pada saat terhadap pesan yang diterima (Parker & Smith,
ini, sebelumnya, dan setelahnya, yang mencakup 2010; Smeltzer, 2001).
pengetahuan dunia secara umum dan ingatan tentang Lansia di Panti Werdha Mojopahit Mojokerto
pengalaman hidup spesifik. Pengetahuan deklaratif diharapkan secara teratur, efektif, kreatif dan terus-
melibatkan pengetahuan bahwa sesuatu adalah menerus melatih kemampuan registrasi atau
benar. Sebagian besar pengetahuan deklaratif adalah mengulang informasi yang didapat, agar lansia
pengetahuan eksplisit yaitu pengetahuan disadari menjadi tetap produktif. Hal ini sesuai tujuan
dan dijelaskan secara verbal (Ormrod, 2009; Wade komunikasi terapeutik antara lain memotivasi dan
& Travis, 2008). mengembangkan pribadi pasien ke arah konstruktif
Individu mengulangi informasi (registrasi) yang dan adaptif.
telah disampaikan tanpa dibantu obyek untuk diingat Terdapat perbedaan signifikan (? = 0,039)
melalui cara eksplisit yaitu secara sengaja, sadar tingkat kemampuan perhatian dan kalkulasi lansia
mengingat obyek. Individu berlatih secara efektif, antara sebelum dan sesudah pemberian promosi
kreatif dan konstruktif akan lebih baik dalam perawatan daya ingat (stimulasi memori). Perbedaan
kemampuan registrasi misalnya menyebut nama tampak pada hasil nilai rerata tingkat kemampuan
benda yang dipelajari (Ginsberg, 2008; Walgito, perhatian dan kalkulasi sebelum diberikan perlakuan
2004). sebesar 3,93 dengan simpangan baku ±1,66.
Memori eksplisit merupakan registrasi atau Perbedaan juga terlihat saat lansia kurang bisa
pengulangan kembali informasi (peristiwa atau menjawab pertanyaan mengenai pengurangan angka
obyek) secara sadar melalui: 1) recall yaitu 500-100. Namun sesudah diberikan perlakuan nilai
mengulangi kembali, mereproduksi informasi yang rerata tingkat kemampuan perhatian dan kalkulasi
tersimpan di memori; 2) recognition yaitu mengenali meningkat menjadi 4,46 dengan simpangan baku
informasi yang diobservasi, dibaca dan didengar ±1,45. Perbedaan juga terlihat saat lansia sebagian
sebelumnya. Misalnya membandingkan informasi besar dapat menjawab pertanyaan mengenai
yang disajikan secara verbal dengan informasi yang pengurangan angka 500-100, 400-100, 300-100, 200-
tersimpan di memori lansia. Informasi yang disimpan 100, dan 100-100. Terdapat peningkatan selisih nilai
di memori dikode dalam berbagai bentuk seperti rerata antara data pre-test dan post-test pada
bentuk verbal misalnya dalam bentuk nama atau kelompok perlakuan sebesar 0,53 sedangkan pada
kata aktual yang semuanya dikode secara verbal kelompok kontrol selisih nilai rerata antara data
maupun secara pembayangan (imagery) pre-test dan post-test menurun sebesar 0,27. Secara
(Lumbantobing, 2012; Ormrod, 2009; Wade & Travis, keseluruhan berarti pemberian promosi perawatan
2008). daya ingat (stimulasi memori) berpengaruh terhadap
tingkat kemampuan perhatian dan kalkulasi lansia.
Pengulangan (rehearsal) atau registrasi
merupakan proses kognitif dimana informasi diulang Hal ini disebabkan karena lansia memperhatikan
terus-menerus secara mental atau verbal dengan secara seksama saat menerima stimulus dari luar
cukup cepat sebagai cara mempelajari dan berupa pertanyaan yang diajukan perawat, sehingga
mengingat. Pengulangan pemantapan (maintenance strategi yang digunakan lebih efektif untuk menjawab
rehearsal) merupakan pengulangan secara cepat pertanyaan tersebut.
sejumlah kecil informasi agar tetap berada di memori Penelitian Calero dan Navarro (2007)
kerja. Menyimpan informasi di memori kerja selama menunjukkan pelatihan memori terhadap perhatian
individu bersedia terus berbicara pada diri sendiri dan kalkulasi pada lansia dipengaruhi kecepatan
dapat membantu mempertahankan informasi di pemrosesan dan keefektifan strategi untuk
memori kerja sampai waktu yang tak terbatas. Jika meningkatkan lansia dalam belajar mengingat angka,
individu sering mengulang fakta pada diri sendiri, urutan angka, dan menghitung mundur. Kecepatan
akhirnya fakta dapat tersimpan (Ormrod, 2009; pemrosesan dapat mengkompensasi defisit akibat
Wade & Travis, 2008). pengaruh usia, pendidikan dan kemampuan verbal.
Sesuai dengan komunikasi terapeutik merupakan Kemampuan seperti menyelesaikan masalah, proses
tehnik komunikasi berfokus pada individu, perawat berpikir, perhatian dan kalkulasi termasuk fungsi
dan proses interaktif menghasilkan hubungan berpikir yang lebih tinggi. Kemampuan pembelajaran,
322
Promosi Perawatan Daya Ingat (Stimulasi memori) (Kushariyadi)
kecepatan pemrosesan dan keefektifan strategi dengan cara mengadaptasi perilakunya sendiri
seseorang menjadi selektif karena motivasi, dengan kondisi yang berubah. Pengetahuan
pemahaman, dan pengenalan terhadap isi materi. prosedural mencakup informasi bagaimana
Seseorang menggunakan pendekatan tertentu memberikan respons di situasi berbeda (Ormrod,
(strategi) untuk mengingat sesuatu dan belajar dalam 2009; Wade & Travis, 2008).
hal perhatian dan kalkulasi (Maas et al., 2011; Pemanggilan atau mengingat kembali (retrieval)
Ormrod, 2009). merupakan proses mengingat kembali informasi yang
Atensi (perhatian) yaitu memfokuskan telah disimpan sebelumnya di memori. Individu
kecepatan pemrosesan mental pada stimuli tertentu. mengingat kembali informasi dengan cara implisit
Sesuatu yang diperhatikan individu secara mental yaitu secara otomatis tidak disadari perkataan
dipindahkan ke memori kerja. Memberikan perhatian meluncur terucap, berkaitan dengan keterampilan.
berarti mengarahkan pikiran pada sesuatu yang Individu berlatih secara efektif, kreatif dan konstruktif
perlu dipelajari dan diingat, misalnya mengingat akan lebih baik dalam kemampuan mengingat
angka dan menghitung mundur. Pada pemrosesan kembali informasi (kumpulan kata dan nama) yang
informasi, memori melibatkan proses penyandian, dipelajari sehingga saat berbicara perkataan tersebut
penyimpanan, dan pemanggilan kembali (Ormrod, keluar secara otomatis (Ginsberg, 2008; Ormrod,
2009; Wade & Travis, 2008). 2009; Walgito, 2004).
Terdapat perbedaan signifikan (p = 0,046) Pembelajaran implisit merupakan proses
tingkat kemampuan mengingat kembali lansia antara pembelajaran terjadi saat individu memperoleh
sebelum dan sesudah pemberian promosi perawatan pengetahuan atau perilaku mengenai sesuatu, namun
daya ingat (stimulasi memori). Perbedaan tampak tidak menyadari cara memperoleh dan tidak mampu
pada hasil nilai rerata tingkat kemampuan mengingat menjelaskan dengan baik bagaimana mempelajari
kembali sebelum diberikan perlakuan sebesar 2,73 pengetahuan tersebut (Ormrod, 2009; Wade &
dengan simpangan baku ±0,45. Perbedaan juga Travis, 2008).
terlihat saat lansia kurang bisa menjawab pertanyaan Memori implisit atau pengetahuan implisit
mengenai mengulang nama penghapus. Namun merupakan informasi pengetahuan masa lalu
sesudah diberikan perlakuan nilai rerata tingkat mempengaruhi pikiran dan tindakan sekalipun tidak
kemampuan mengingat kembali meningkat menjadi berusaha mengingatnya secara sadar. Misalnya
3,00 dengan simpangan baku ±0,00. Perbedaan menggunakan pancingan (priming), individu diminta
juga terlihat saat lansia sebagian besar dapat mendengarkan lalu menguji apakah informasi
menjawab pertanyaan mengenai mengulang nama tersebut mempengaruhi kinerja individu
buku, pensil, dan penghapus. Terdapat peningkatan (Lumbantobing, 2012; Ormrod, 2009; Wade & Travis,
selisih nilai rerata antara data pre-test dan post-test 2008).
pada kelompok perlakuan sebesar 0,27 sedangkan
Faktor pendukung lain yaitu lingkungan yang
pada kelompok kontrol selisih nilai rerata antara
menstimulasi dan kesehatan kardiovaskular berefek
data pre-test dan post-test juga meningkat sebesar
positif pada aspek fungsi kognitif (memori) lansia
0,07. Secara keseluruhan berarti pemberian promosi
dalam registrasi dan mengingat kembali. Demontrasi
perawatan daya ingat (stimulasi memori)
efektif, kreatif dan konstruktif lansia menunjukkan
berpengaruh terhadap tingkat kemampuan mengingat
bahwa kreativitas, produktivitas pada semua
kembali lansia. Hal ini disebabkan karena lansia
tingkatan usia berdampak positif pada kemampuan
menguasai kemampuan mengenal nama benda dan
registrasi dan mengingat kembali. Kinerja efektif
menjadi suatu kebiasaan dalam hidup keseharian
dan kreatif dibutuhkan integritas seluruh sistem
sehingga memudahkan lansia untuk mengingatnya
memori meliputi pengenalan, retensi, penyimpanan
kembali secara spontan.
informasi, registrasi dan mengingat kembali informasi
Sesuai dengan memori atau pengetahuan yang disimpan (Lumbantobing, 2012; Smeltzer, 2001).
prosedural merupakan memori mengenai cara
Hal ini terkait fungsi eksekutif yang lebih tinggi
melaksanakan tindakan atau keterampilan. Memori
meliputi kemampuan merencanakan, beradaptasi,
prosedural merupakan memori implisit, karena begitu
menyelesaikan masalah, digabung dengan aspek
suatu kemampuan atau kebiasaan dikuasai oleh
perilaku sosial dan kepribadian misalnya inisiatif,
seseorang, kemampuan atau kebiasaan tersebut
kreatif, konstruktif, produktif, motivasi dan inhibisi
tidak lagi memerlukan pemrosesan secara sadar.
(Ginsberg, 2008).
Individu belajar bagaimana melakukan banyak hal.
Individu dapat melakukan hal tersebut dengan baik, Sesuai model peplau yang bersifat psikodinamis
bahwa keperawatan sebagai proses interpersonal
323
Jurnal Ners Vol. 8 No.2 Oktober 2013: 317-329
terapeutik bertujuan mengembangkan personal ke baku ±0,59. Perbedaan juga terlihat saat lansia
arah pribadi dan kehidupan sosial yang kreatif, kurang bisa menjawab pertanyaan mengenai
konstruktif dan produktif. Interaksi nonverbal sebagai bercerita kegiatan sehari-hari secara berurutan.
sebuah faktor, model utama komunikasi terapeutik Namun sesudah diberikan perlakuan nilai rerata
sebagai interaksi verbal (Basford & Slevin, 2006; tingkat kemampuan bahasa meningkat menjadi 8,20
Potter & Perry, 2009). dengan simpangan baku ±0,77. Perbedaan juga
Lansia dikonsepkan sebagai individu dinamis terlihat saat lansia sebagian besar dapat menjawab
yang mempengaruhi dan dipengaruhi lingkungan pertanyaan mengenai memperlihatkan dan menamai
serta orang lain, mendapat dukungan sumber daya kunci dan uang, mengulangi kata "tak ada jika, dan,
dan faktor lingkungan. Lansia yang tidak bergantung atau tetapi", mengikuti perintah tiga langkah "angkat
pada orang lain memiliki hubungan interpersonal telapak tangan", "lalu jari menggenggam", "lalu
yang mempengaruhi kesehatan kebutuhannya membuka", mengikuti perintah tarik napas lewat
(Basford & Slevin, 2006; Miller, 2009). hidung dan keluarkan lewat mulut", dan menyalin
gambar kotak. Terdapat peningkatan selisih nilai
Keperawatan adalah proses terapeutik dan in-
rerata antara data pre-test dan post-test pada
terpersonal berpartisipasi membentuk sistem asuhan
kelompok perlakuan sebesar 0,47 sedangkan pada
kesehatan membantu individu mengembangkan
kelompok kontrol selisih nilai rerata antara data
interaksi perawat-pasien. Keperawatan sebagai
pre-test dan post-test juga meningkat sebesar 0,07.
proses terapi interpersonal merupakan alat
Secara keseluruhan berarti pemberian promosi
pendidikan, kekuatan dalam berkembang
perawatan daya ingat (stimulasi memori)
meningkatkan kepribadian kreatif, konstruktif,
berpengaruh terhadap tingkat kemampuan bahasa
produktif, personal dan komunitas (Alligood & Tomey,
lansia. Hal ini disebabkan karena lansia
2006; Videbeck, 2011).
menggunakan bahasa dalam keseharian aktivitas
Hal ini sesuai tujuan komunikasi terapeutik kegiatan hidupnya, misalnya berkomunikasi, berpikir
yaitu memotivasi dan mengembangkan pribadi pasien dan berperilaku.
kearah kreatif, konstruktif, produktif dan adaptif.
Penelitian Cavallini et al (2003) menunjukkan
Perawat juga mempromosikan dan meningkatkan
memori kerja meningkat saat lansia menyelesaikan
pengalaman individu mencapai keadaan sehat yaitu
tugas dari segi bahasa menggunakan kumpulan
kehidupan kreatif, konstruktif dan produktif. Perawat
daftar kata, penamaan dan mengikuti perintah. Hal
memberikan dukungan kesehatan dan bimbingan
ini dipengaruhi kemampuan lansia dalam
pada masalah pasien sehingga pemecahan masalah
mengevaluasi kembali tugas dari segi bahasa
mudah dilakukan (Basford & Slevin, 2006; Videbeck,
menggunakan strategi belajar terkait cara berpikir
2011).
dan melakukan tindakan pada situasi berbeda
Tehnik komunikasi terapeutik berfokus pada misalnya dalam aktivitas kegiatan hidup harian.
individu, perawat dan proses interaktif menghasilkan
Penelitian Bottirolli et al (2008) menunjukkan
hubungan perawat-pasien, merupakan faktor
pelatihan memori diberikan ke dalam aktivitas
pendukung lansia dalam mengingat kembali informasi
kegiatan hidup harian. Strategi pelatihan yang
dengan cara mengungkapkan kembali yaitu pasien
dipelajari dalam aktivitas kegiatan hidup harian
mengulang apa yang diyakini perawat mengenai
meningkatkan memori kerja lansia dan memelihara
pendapat yang diungkapkan (Parker & Smith, 2010;
efek latihan jangka panjang. Lansia menjalani
Smeltzer, 2001).
pelatihan memori menunjukkan pengetahuan memori
Faktor pendukung lain yang membuat lansia lebih besar dan sedikit keluhan.
mampu dalam hal tingkat kemampuan registrasi
Penelitian Engvig et al (2010) menunjukkan
dan mengingat kembali yaitu lansia mengikuti
efek jangka panjang pelatihan memori terkait cara
kegiatan secara aktif yang diadakan Panti Mojopahit
meningkatkan memori kerja ke dalam fungsi aktivitas
Mojokerto meliputi senam pagi, bimbingan agama,
kegiatan hidup harian yang berfungsi sebagai
pemeriksaan kesehatan berkala, berkebun, lomba,
mekanisme dalam melindungi kerusakan fungsi
dan pendampingan.
kognitif (memori). Penelitian menunjukkan pelatihan
Terdapat perbedaan signifikan tingkat memori meningkatkan memori kerja.
kemampuan bahasa lansia antara sebelum dan
Sesuai teori hubungan terapeutik memandang
sesudah pemberian promosi perawatan daya ingat
bahasa mempengaruhi pemikiran, berpikir
(stimulasi memori). Perbedaan tampak pada hasil
mempengaruhi tindakan, berpikir dan bertindak
nilai rerata tingkat kemampuan bahasa sebelum
mempengaruhi perasaan. Sehingga bahasa adalah
diberikan perlakuan sebesar 7,73 dengan simpangan
324
Promosi Perawatan Daya Ingat (Stimulasi memori) (Kushariyadi)
model utama dalam mempengaruhi pikiran dan memerlukan pengetahuan yang pernah dipelajari
perasaan (Basford & Slevin, 2006; Potter & Perry, selama kehidupan lansia. Kecerdasan cairan
2009). digunakan saat strategi penyelesaian tugas yang
Meskipun lansia di Panti Mojopahit Mojokerto dilakukan tidak berhubungan dengan pengalaman
memiliki riwayat pendidikan formal tidak tamat atau pengetahuan sebelumnya (Maas et al., 2011).
sekolah dasar, akan tetapi hal tersebut tidak Bahasa dalam komunikasi terapeutik digunakan
menyurutkan lansia dalam melatih kemampuan mengidentifikasi obyek dan konsep yang didiskusikan.
strategi keterampilan belajar yaitu dengan Urutan dan makna terbentuk dengan menyusun
meningkatkan kemampuan strategi keterampilan perkataan menjadi frase dan kalimat yang dapat
pelatihan dan pembelajaran melalui pendidikan in- dipahami oleh pembicara dan pendengar. Penggunaan
formal dengan cara melaksanakan aktifitas kegiatan bahasa di dalam hubungan terapeutik, perawat
hidup harian terkait bahasa. mendorong pasien bercerita mengenai kegiatan
Hasil nilai tingkat kemampuan bahasa aktivitasnya. Melalui cara ini, perawat memahami
menunjukkan perubahan berarti terhadap peningkatan konteks kehidupan pasien dan dapat membantu
memori (Maas et al., 2011). Penelitian Matthews et permasalahannya (Potter & Perry, 2009; Videbeck,
al (1999) memperlihatkan kelompok lansia banyak 2011).
yang mempertahankan fungsi intelektualnya. Terdapat perbedaan signifikan status fungsi
Pendidikan formal melindungi lansia dari penurunan kognitif (memori) lansia antara sebelum dan sesudah
fungsi kognitif (memori) terkait penuaan, walaupun pemberian promosi perawatan daya ingat (stimulasi
pendidikan yang dijalani lansia berlangsung selama memori). Perbedaan tampak pada hasil nilai rerata
beberapa tahun sebelumnya. Penelitian Zhu et al status fungsi kognitif (memori) lansia sebelum
(1998) menunjukkan pendidikan formal membantu diberikan perlakuan sebesar 22,53 dengan simpangan
pada fungsi kognitif (memori) lansia. Selain itu baku ±3,31. Namun sesudah diberikan perlakuan
lansia mampu memperbaiki penampilan nilai rerata status fungsi kognitif (memori) lansia
intelektualnya melalui pendidikan informal dengan meningkat menjadi 25,00 dengan simpangan baku
latihan dan pengalaman melakukan berbagai tugas ±3,38. Terdapat peningkatan selisih nilai rerata antara
dalam aktivitas kegiatan hidup harian. data pre-test dan post-test pada kelompok perlakuan
Penelitian Calero dan Navarro (2007) sebesar 2,47 dan pada kelompok kontrol selisih nilai
menunjukkan tingkat pendidikan (jumlah tahun di rerata antara data pre-test dan post-test juga
sekolah) dan kemampuan bahasa dapat memprediksi meningkat sebesar 0,14. Hasil uji Mann Whitney
peningkatan daya ingat setelah pelatihan memori. menunjukkan terdapat perbedaan status fungsi
Penelitian Lim et al (2012) dalam kriteria inklusi kognitif (memori) lansia antara kelompok perlakuan
menggunakan responden lansia dengan tingkat dan kelompok kontrol (p = 0,002). Secara
pendidikan berkisar dari tidak sekolah sampai 4 keseluruhan berarti pemberian promosi perawatan
tahun sekolah dasar. daya ingat (stimulasi memori) berpengaruh terhadap
status fungsi kognitif (memori) lansia. Hal ini
Sebagaimana peran perawat pada hubungan
disebabkan karena lansia nampak aktif berpartisipasi
terapeutik perawat-pasien sebagai pendidik (teacher)
mengikuti pelatihan promosi perawatan daya ingat.
bahwa perawat berupaya memberikan penyuluhan,
pendidikan, pelatihan, bimbingan pada pasien atau Penelitian Bottirolli et al (2008) menunjukkan
keluarga mengatasi masalah kesehatan, dibimbing pengetahuan memori kerja lansia meningkat secara
ke arah pertumbuhan dan perkembangan efektif di usia tua melalui peran aktif lansia mengikuti
kepribadian. Perawat membantu pasien belajar pelatihan memori. Penelitian mengenai efek
secara formal maupun informal. Perawat beberapa jenis pelatihan memori meningkatkan fungsi
membangkitkan minat pasien terhadap sesuatu yang memori di usia tua dan mengurangi keluhan masalah
harus diketahui pasien dan cara menghadapi memori.
informasi tersebut (Alligood & Tomey, 2006; Basford Penelitian Cavallini et al (2003) menyebutkan
& Slevin, 2006; Videbeck, 2011). pelatihan memori terbukti lebih bermanfaat bagi
Hal ini sesuai kompetensi fungsi kognitif semua kelompok usia termasuk lansia. Efektivitas
(memori) lansia yaitu kemampuan melakukan program pelatihan memori lansia dipengaruhi oleh
aktivitas kegiatan harian terus-menerus, merupakan hubungan interpersonal dan keaktifan partisipasi
hasil penerapan proses kognitif berulang di berbagai lansia yang secara signifikan meningkatkan memori.
situasi. Kecerdasan terkristalisasi digunakan jika Penelitian Calero dan Navarro (2007) menunjukkan
strategi penyelesaian tugas yang dilakukan hubungan interpersonal yang beragam dan keaktifan
325
Jurnal Ners Vol. 8 No.2 Oktober 2013: 317-329
326
Promosi Perawatan Daya Ingat (Stimulasi memori) (Kushariyadi)
327
Jurnal Ners Vol. 8 No.2 Oktober 2013: 317-329
518-523.
McDaniel, M.A., & Bugg, J.M., 2012. Memory
Training Interventions: What has been For-
gotten?. Journal of Applied Research in
Memory and Cognition 1 (2012) 45-50.
(http:www.sciencedirect.com., diakses 17
Desember 2012).
Miller, C.A., 2009. Nursing for Wellness in Older
Adults. 5th Edition ed. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins
Ormrod, J.E., 2009. Psikologi Pendidikan. Membantu
Siswa Tumbuh dan Berkembang. Ed. 6. Jilid
1. Jakarta: Penerbit Erlangga
Parker, M.E. & Smith, M.C., 2010. Nursing Theo-
ries & Nursing Practice. 3rd. Ed. Philadel-
phia: Davis Company
Peplau, H.E., 1992. Interpersonal Relations: A Theo-
retical Framework for Application in Nursing
Practice. Nursing Science Quarterly, 5 (1),
13-18. (nsq.sagepub.com/content/5/1/13.ab-
stract., diakses 7 Nopember 2012).
Smeltzer, S.C., 2001. Buku Ajar Keperawatan
Medical Bedah Brunner & Suddarth. Ed.8.
Jakarta: EGC
Solso, R.L., Maclin, O.H., & Maclin, M.K., 2008.
Psikologi Kognitif. Ed. 8. Jakarta: Penerbit
Erlangga
Videbeck, S.L., 2011. Psychiatric-Mental Health
Nursing. 5th ed. Philadelphia: Lippincott Wil-
liams & Wilkins
Wade, C., & Travis, C., 2008. Psikologi. Jilid 2. Ed.
9. Jakarta: Penerbit Erlangga
Walgito, B., 2004. Pengantar Psikologi Umum. Ed.4.
Yogyakarta: Penerbit Andi
Zhu., Viitanen., Guo., Winblad., & Fratiglioni., 1998.
Blood Pressure Reduction, Cardiovascular
Disease and Cognitive Decline in the Mini-
Mental State Examination in Community
Population of Normal Very Old People: A
Three Year Follow-up. Journal of clinical
epidemiology. 51(5), 385-391.
328