You are on page 1of 3

BAB II

DASAR TEORI

II.I Geologi Regional Jawa Barat Bagian Utara


Secara regional, cekungan Jawa Barat bagian utara merupakan cekungan
yang berada pada sistem cekungan busur belakang (back-arc basin) yang berada
diantara lempeng mikro Sunda dan lempeng Indo-Australia. Aktifitas tektonik
menghasilkan tren sesar normal utara-selatan pada bagian utara cekungan ini.
Sesar ini merupakan sesar yang mengontrol struktur horst dan graben yang
membentuk dan mempengaruhi sedimentasi pada sub-cekungan Jawa Barat
bagian utara. Cekungan Jawa Barat bagian utara mempunyai letak yang dibatasi
oleh Lajur Bogor disebelah selatan, paparan Sunda dibagian utara, tinggian
Tanggerang dibagian barat, dan tinggian Arjawinangun dibagian timur
(Napitupulu, 2000). Cekungan ini merupakan bagian dari jajaran cekungan yang
terbentuk disebelah selatan dari paparan Sunda pada periode besar orogenik saat
Eosen-Oligosen (Daly et al., 1987; Gresko et al., 1995). Sedimen berumur tersier
mengisi cekungan ini sampai ketebalan 5000 meter menutupi batuan dasar
kratonik yang berumur pra-tersier (Nayoan, 1972).

Gambar 1. Cekungan Jawa Barat Bagian Utara beserta Sub-cekungannya (Napitupulu, 2000)

II.II Lingkungan Pengendapan Laut


Lingkungan pengendapan laut dibagi menjadi tiga, yaitu continental shelf,
continental slope, continental rise, dan abyssal plain. Pada continental shelf,
sedimen terbawa dari area yang lebih dangkal dari mulai pasir yang sangat kasar
sampai butir berukuran lempung. Energi ombak pada area ini sangat besar
memungkinkan terbentuknya struktur cross-bedding, serta pada area ini aktifitas
organisme banyak ditemukan. Lalu pada continental rise, kemiringan lebih curam
daripada continental shelf. Pada area ini, sedimen yang terakumulasi berupa
sedimen yang berukuran butir sangat halus contohnya lanau atau lempung.
Continental rise merupakan bagian landai dari continental slope, pada area ini
sedimen terakumulasi sebagai kipas bawah laut yang terdiri dari butir pasiran
sampai lempungan. Lalu abyssal plain merupakan bagian terdasar dari lingkungan
pengendapan laut. Umumnya bagian ini mempunyai morfologi yang landai dan
tertutupi oleh sedimen yang berukuran butir sangat halus yang utamanya terdapat
fosil organisme seperti foraminifera, radiolaria, atau diatom.

II.III Foraminifera Planktonik


Foraminifera planktonik merupakan salahsatu jenis foraminifera yang
mempunyai cara hidup mengambang dipermukaan laut. Foraminifera planktonik
kebanyakan memiliki cangkang dengan bentuk kamar globular yang terbuat dari kalsit
atau aragonit. Kedalaman laut dimana foraminifera planktonik hidup dapat dicirikan
dengan bentuk cangkangnya. Semakin banyak ornamen pada cangkangnya berarti
foraminifera planktonik tersebut hidup pada kedalaman yang semakin dalam. Ketika
mati, cangkang foraminifera planktonik akan tenggelam ke dasar laut dan membentuk
ooze yang terdiri dari cangkangnya. Cangkang foraminifera planktonik dapat hadir
disetiap sedimen laut, dan akan terlitifikasi sebagai batuan karbonat. Karena
kelimpahannya pada lingkungan laut, foraminifera planktonik merupakan alat yang
sangat baik untuk penentuan umur pada analisa biostratigrafi. Spesies dari foraminifera
planktonik yang ditemukan pada sedimen berumur Kapur tengah sampai umur yang
lebih muda telah dipakai lebih dari 50 tahun untuk korelasi umur pada analisa
biostratigrafi (Bolli, 1957).

Gambar 2. Foraminifera Planktonik Pada Sayatan Tipis Packestone (Fadel, 2012)


II.IV. Foraminifera Bentonik
Foraminifera bentonik merupakan salahsatu jenis foraminifera yang
mempunyai cara hidup bentik atau hidup didasar laut. Foraminifera jenis ini
dibagi menjadi dua jenis yaitu foraminifera bentonik kecil dan foraminifera
bentonik besar. Foraminifera bentonik hidup tersebar di lingkungan laut, air
payau, sampai air tawar. Fosil foraminifera bentonik dikaji dengan tujuan untuk
merekonstruksi ekologi purba, korelasi biostratigrafi, dan penentuan umur batuan.

You might also like