Secara regional, cekungan Jawa Barat bagian utara merupakan cekungan yang berada pada sistem cekungan busur belakang (back-arc basin) yang berada diantara lempeng mikro Sunda dan lempeng Indo-Australia. Aktifitas tektonik menghasilkan tren sesar normal utara-selatan pada bagian utara cekungan ini. Sesar ini merupakan sesar yang mengontrol struktur horst dan graben yang membentuk dan mempengaruhi sedimentasi pada sub-cekungan Jawa Barat bagian utara. Cekungan Jawa Barat bagian utara mempunyai letak yang dibatasi oleh Lajur Bogor disebelah selatan, paparan Sunda dibagian utara, tinggian Tanggerang dibagian barat, dan tinggian Arjawinangun dibagian timur (Napitupulu, 2000). Cekungan ini merupakan bagian dari jajaran cekungan yang terbentuk disebelah selatan dari paparan Sunda pada periode besar orogenik saat Eosen-Oligosen (Daly et al., 1987; Gresko et al., 1995). Sedimen berumur tersier mengisi cekungan ini sampai ketebalan 5000 meter menutupi batuan dasar kratonik yang berumur pra-tersier (Nayoan, 1972).
Gambar 1. Cekungan Jawa Barat Bagian Utara beserta Sub-cekungannya (Napitupulu, 2000)
II.II Lingkungan Pengendapan Laut
Lingkungan pengendapan laut dibagi menjadi tiga, yaitu continental shelf, continental slope, continental rise, dan abyssal plain. Pada continental shelf, sedimen terbawa dari area yang lebih dangkal dari mulai pasir yang sangat kasar sampai butir berukuran lempung. Energi ombak pada area ini sangat besar memungkinkan terbentuknya struktur cross-bedding, serta pada area ini aktifitas organisme banyak ditemukan. Lalu pada continental rise, kemiringan lebih curam daripada continental shelf. Pada area ini, sedimen yang terakumulasi berupa sedimen yang berukuran butir sangat halus contohnya lanau atau lempung. Continental rise merupakan bagian landai dari continental slope, pada area ini sedimen terakumulasi sebagai kipas bawah laut yang terdiri dari butir pasiran sampai lempungan. Lalu abyssal plain merupakan bagian terdasar dari lingkungan pengendapan laut. Umumnya bagian ini mempunyai morfologi yang landai dan tertutupi oleh sedimen yang berukuran butir sangat halus yang utamanya terdapat fosil organisme seperti foraminifera, radiolaria, atau diatom.
II.III Foraminifera Planktonik
Foraminifera planktonik merupakan salahsatu jenis foraminifera yang mempunyai cara hidup mengambang dipermukaan laut. Foraminifera planktonik kebanyakan memiliki cangkang dengan bentuk kamar globular yang terbuat dari kalsit atau aragonit. Kedalaman laut dimana foraminifera planktonik hidup dapat dicirikan dengan bentuk cangkangnya. Semakin banyak ornamen pada cangkangnya berarti foraminifera planktonik tersebut hidup pada kedalaman yang semakin dalam. Ketika mati, cangkang foraminifera planktonik akan tenggelam ke dasar laut dan membentuk ooze yang terdiri dari cangkangnya. Cangkang foraminifera planktonik dapat hadir disetiap sedimen laut, dan akan terlitifikasi sebagai batuan karbonat. Karena kelimpahannya pada lingkungan laut, foraminifera planktonik merupakan alat yang sangat baik untuk penentuan umur pada analisa biostratigrafi. Spesies dari foraminifera planktonik yang ditemukan pada sedimen berumur Kapur tengah sampai umur yang lebih muda telah dipakai lebih dari 50 tahun untuk korelasi umur pada analisa biostratigrafi (Bolli, 1957).
Gambar 2. Foraminifera Planktonik Pada Sayatan Tipis Packestone (Fadel, 2012)
II.IV. Foraminifera Bentonik Foraminifera bentonik merupakan salahsatu jenis foraminifera yang mempunyai cara hidup bentik atau hidup didasar laut. Foraminifera jenis ini dibagi menjadi dua jenis yaitu foraminifera bentonik kecil dan foraminifera bentonik besar. Foraminifera bentonik hidup tersebar di lingkungan laut, air payau, sampai air tawar. Fosil foraminifera bentonik dikaji dengan tujuan untuk merekonstruksi ekologi purba, korelasi biostratigrafi, dan penentuan umur batuan.