You are on page 1of 2

Ny. YN usia 34 tahun G4P3A0 dengan hamil cukup bulan dirujuk ke RSUD Kayu Agung.

Pada riwayat perjalanan penyakitnya didapatkan sekitar 6 jam sebelum masuk rumah sakit, os
mengeluh perut mulas menjalar ke pinggang, hilang timbul yang makin lama semakin sering
dan kuat. Riwayat keluar darah lendir (+), hal ini menunjukkan bahwa pada pasien telah
terlihat adanya tanda-tanda inpartu. Riwayat keluar air-air (+), hal ini menunjukkan ketuban
kemungkinan sudah pecah. Riwayat trauma (-), riwayat post coital (-), riwayat minum jamu-
jamuan (-), riwayat keputihan (-), riwayat perut diurut-urut (-), riwayat demam (-), riwayat
alergi (-), dan riwayat sakit gigi (-) menyingkirkan adanya penyulit lain. Os lalu kebidan dan
dipimpin melahirkan selama lebih dari 2 jam, namun tidak ada kemajuan, hal ini
menunjukkan adanya kala II memanjang, dimana median durasi normalnya kala II adalah 20-
60 menit untuk multipara. Os mengaku hamil cukup bulan dan gerakan janin masih
dirasakan, hal ini menunjukkan kemungkinan janin hidup.
Pada pemeriksaan luar didapatkan tinggi fundus uteri 2 jari di bawah prosesus
xiphoideus (30 cm) dengan perkiraan usia kehamilan 38-40 minggu, dengan bagian yang
berada pada bagian fundus uteri adalah bokong. Letak memanjang, punggung kiri, bagian
terbawah adalah kepala, dapat disimpulkan janin merupakan presentasi kepala. Pada
pemeriksaan his didapatkan his 2 kali dalam 10 menit, lamanya 30 detik, hal ini menunjukkan
his tidak adekuat, his yang tidak adekuat termasuk kedalam faktor predisposisi dari terjadinya
partus lama, yaitu faktor tenaga, kelainan his pada multigravida paling sering diakibatkan
oleh inersia uteri, emosi dan ansietas juga dapat mengakibatkan terjadinya kelainan pada his
walaupun tidak secara signifikan berpengaruh.
Pada pemeriksaan dalam didapatkan portio tidak teraba, pembukaan lengkap, kepala
bagian belakang, ketuban (-), jernih, bau (-), penunjuk UUK kiri depan. Hal ini menunjukkan
bahwa pasien telah memasuki fase aktif pada kala II dengan presentasi kepala. Faktor risiko
yang memungkinkan terjadinya kala II memanjang pada kasus ini adalah faktor tenaga.
Riwayat kala II memanjang sebelumnya tidak ada.
Proteinuria merupakan syarat untuk diagnosis preeklamsia, tetapi proteinuria umumnya
timbul jauh pada akhir kehamilan. Pengukuran proteinuria dapat dilakukan dengan (a) urin
dipstik : 100 mg/l atau + 1, sekurang kurangnya diperiksa 2 kali urin secara acak 6 jam dan
pengumpulan proteinuria dalam 24 jam dianggap patologis bila besaran protenuria > 300
mg/24 jam. Pada kasus ini proteinuria menunjukkan +3. Maka dari itu diagnosis pada pasien
ini adalah G4P3A0 hamil 38 minggu inpartu kala II lama diluar dengan PEB JTH preskep
Berdasarkan anamnesa pasien, didapatkan bahwa kemungkinan ruptur uteri terjadi pada
saat proses persalinan berlangsung. Hal tersebut ditunjang dengan beberapa faktor resiko
yang terdapat pada pasien, yaitu adanya penekanan berlebihan pada uterus dan kemungkinan
stimulasi uterus yang berlebihan atau tidak tepat dengan oksitosin. Selain itu status pasien
juga grande multipara Pemeriksaan DJJ yang dilakukan oleh petugas rumah sakit –
kali/menit. Pada pemeriksaan VT didapatkan kepala sudah turun ke hodge III, hal ini dapat
menjelaskan kenapa tidak ditemukan perdarahan pervaginam sebagai manifestasi klinis. Hal
tersebut akibat tertutupnya pintu panggul oleh kepala bayi sehingga tidak memungkinkan
darah mengalir keluar.
Diagnosis prebedah G4P3A0 hamil 38 minggu inpartu kala II lama diluar dengan PEB
JTM preskep dan diagnosis pascabedah P4A0 post SSTP ai Ruptur Uteri. Diagnosa ini
didapatkan dari operasi seksio sesarea yang dilakukan. Dalam laporan langsung dijelaskan
cavum peritoneum terisi darah, dan didapatkan ruptur pada segmen bawah rahim. Dilakukan
meluksir kepala pada pukul 10.00 lahir neonatus, laki-laki, BB 3400 gr, PB: 49 cm, Apgar
Score 0/0 dan plasenta lahir lengkap. Dilakukan histerorafi pada ruptur segmen bawah rahim.
Keadaan ibu pada saat DPO dan dirawat di ICU

You might also like