You are on page 1of 17

MAKALAH TEKNOLOGI TEPAT GUNA

PEMANFAATAN BAMBU DAN KALENG BEKAS SEBAGAI ALAT


PENANAM BIBIT PERTANIAN

Diajukan untuk lomba Rover Scout Competition Ke 9 Racana Subiadinata


Universitas PGRI Semarang :

Disusun Oleh :
Sangga : Pandawa
Gugus Depan : 01.113
Pangkalan : SMA N 2 Kendal

9th ROVER SCOUT COMPETITION


TAHUN 2018

1
HALAMAN PENGESAHAN

Makalah hasil penelitian siswa yang berjudul “PEMANFAATAN BAMBU DAN


KALENG BEKAS SEBAGAI ALAT PENANAM BIBIT PERTANIAN” telah disetujui
guna mengikuti lomba 9th ROSCOMP di Universitas PGRI Semarang pada
tanggal 20 – 21 Januari 2018.

Kendal, 3 Januari 2018

Mengetahui

Ketua Gugus Depan, Pembimbing,

Sigit Nugroho, S.Pd Ghozwatul Fikri, A.Md, Kep


NIP. 196808131 1997 021002 NTA. 1124.01113.001390

2
LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Sangga : Pandawa
Ambalan : Cakra Buana
Gugus Depan : Kendal 01.113
Sekolah : SMA N 2 Kendal
Dengan ini menyatakan bahwa :
Makalah ini yang saya serahkan kepada panitia 9th ROSCOMP se-Jawa
Tengah di Universitas PGRI Semarang dengan judul “PEMANFAATAN
BAMBU DAN KALENG BEKAS SEBAGAI ALAT PENANAM BIBIT TANAMAN
PERTANIAN” adalah benar-benar hasil karya sendiri bukan merupakan
plagiat dari orang lain.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya untuk
dipergunakan sebagai mana mestinya.

Kendal, 5 Januari 2018


Kami yang menyatakan,

Ahmad Arif Hidayatullah Arya Dwipa Damar Jati

3
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya


menyelesaikan makalah ilmiah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa
pertolongan Dia mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan
dengan baik.
Makalah ilmiah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui sangat
besar limbah yang ada di lingkungan sekitar kita untuk dapat dimanfaatkan
sehingga dapat berguna kembali. Makalah ilmiah ini di susun oleh penyusun
dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun
yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama
pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ilmiah ini dapat terselesaikan.
Dengan adanya penyusunan makalah ini bertujuan sebagai salah satu
syarat dalam lomba Praja Muda Karana (PRAMUKA) yaitu “Roscomp”
Rover Scout of Competition ke-9 yang diadakan di Universitas PGRI
Semarang. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa
masih ada kekurangan baik dari susunan kalimat maupun tata bahasanya.
Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima saran dan kritik
yang sifatnya membangun demi tercapainya kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang
pemanfaatan bambu dan kaleng bekas, sebagai alat bantu pertanian secara
tepat guna. Semoga dengan hal ini berguna untuk masyarakat dan
pembaca khususnya para pertanian.

Kendal, 2 Januari 2018

Penyusun

4
DAFTAR ISI

Sampul ......................................................................................... 1
Halaman pengesahan .................................................................... 2
Lembar pernyataan ....................................................................... 3
Kata pengantar ............................................................................. 4
Daftar isi ....................................................................................... 5

BAB I : Pendahuluan
A. Latar belakang ................................................................. 6
B. Rumusan masalah ............................................................ 6
C. Tujuan makalah................................................................ 7

BAB II : Pembahasan
A. Pengertian ....................................................................... 8
B. Keluhan cara tanam tradisional ......................................... 11
C. Prinsip dan cara kerja alat tanam...................................... 13
D. Cara pembuatan .............................................................. 14
E. Keunggulan produk.......................................................... 16

BAB III : Penutup


A. Kesimpulan .................................................................... 18
B. Saran ............................................................................. 18

Daftar Pustaka ............................................................................. 20

5
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut data ada sekitar 70% masyarakat Indonesia saat ini masih
berprofesi menjadi petani. Namun tidak semua mendapatkan
kesejahteraan yang layak dan memiliki tingkat produksi yang tinggi.
Menurut Mentri Pertanian Andi Amran Sulaiman terdapat berbagai
masalah yang menimpa petani kita saat ini. Yang pertama adalah
masalah irigasi yang berdasarkan survei terdapat 52% irigasi yang
rusak di wilayah pertanian Indonesia. Yang kedua adalah masalah
pupuk yang masih saja sering terlambat pendistribusiannya ke petani.
Yang ketiga adalah masalah kurangnya pengadaan alat mesin pertanian
yang secara tidak langsung menghambat laju produksi hasil. Yang
keempat adalah kurangnya tenaga penyuluh lapangan sehingga para
petani banyak yang belum mendapat informasi yang tepat tentang
pertaniannya.
Banyak langkah pemerintah yang dilakukan untuk meningkatkan
kualitas sektor pertanian saat ini. Pemerintah menargetkan pada tahun
2018 tidak akan mengimpor beras lagi. Walaupun dalam dua tahun
terakhir ini Indonesia dilanda La Nina dan El Nino yang terparah
sepanjang sejarah, namun pemerintah masih yakin untuk terus tetap
memajukan sektor pertaniannya. Untuk merealisasikan hal tersebut
pemerintah akan menjalankan beberapa program seperti pengadaan
asuransi pertanian dan jaminan kerja para petani. Selain itu pemerintah
juga akan melakukan prmbagian bantuan teknologi berupa alat hasil
pertanian seperti traktor, mesin tanam dan mesin panen otomatis.
Teknologi tersebut diharapkan juga mampu menarik masyarakat muda
untuk ikut terjun dalam mengembangkan sektor pertanian.

6
Penggunaan lahan tidur juga menjadi salah satu rencana yang akan
dilakukan karena masih banyaknya lahan yang berpotensi tetapi belum
dimanfaatkan secara optimal.
Petani di Indonesia sebagian besar masih menggunakan sistem
pertanian tradisional. Padahal jika dilihat potensi alam yang ada jauh
lebih besar berada di Indonesia. Peran petani, kaum muda maupun
pemerintah memang sangat penting untuk memajukan sektor pertanian
Indonesia saat ini. Semua sisi harus saling berkolaborasi untuk
menciptakan kondisi dimana semua potensi yang ada dapat
dimanfaatkan secara optimal.
Pada kesempatan kali ini kami penulis akan menyampaikan tentang
pembuatan alat penanam bibit dengan menggunakan bamboo serta
kaleng bekas. Dengan menggunakan alat tepat guna akan
mempermudah usaha pertanian serta meminimalkan tenaga dan
waktu. Oleh karena itu kami membuat ALTABIT (alat tanam bibit)
dengan memanfaatkan bambu dan kaleng bekas.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, adapun rumusan masalah yang
ditimbulkan adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan teknologi tepat guna dari bambu dan
kaleng bekas?
2. Apa keluhan petani dalam menanam bibit pertanian?
3. Apa saja fungsi dan manfaat dari altabit (alat tanam bibit)?
4. Bagaimana cara pembuatan altabit dari bambu dan kaleng bekas?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum

7
Tujuan umum tentang pembuatan makalah ini adalah
bagaimana pembaca mampu mengetahui dan memanfaatkan
bambu dan kaleng bekas sebagai alat penanam bibit pertanian.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian bambu dan kaleng bekas
b. Untuk mengetahui pengertian bibit pertanian
c. Untuk mengetahui cara kerja altabit (alat tanam bibit)
d. Untuk mengetahui cara membuat alat penanam bibit pertanian
dari bambu dan kaleng bekas
e. Untuk mengetahui nilai jual dan manfaat dari alat penanam
bibit

8
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
1. Bambu
Bambu adalah tanaman jenis rumput-rumputan dengan rongga
dan ruas di batangnya. Bambu memiliki banyak tipe. Nama lain dari
bambu adalah buluh, aur, dan eru. Di dunia ini bambu merupakan
salah satu tanaman dengan pertumbuhan paling cepat. Karena
memiliki sistem rhizoma-dependen unik, dalam sehari bambu dapat
tumbuh sepanjang 60 cm (24 Inchi) bahkan lebih, tergantung pada
kondisi tanah dan klimatologi tempat ia ditanam.
2. Limbah kaleng bekas
Limbah kaleng adalah limbah yang tidak bisa diurai secara
alami atau proses biologi, limbah kaleng ini termasuk limbah
anorganik. Kaleng adalah lembaran baja yang disalut timah. Bagi
orang awam, kaleng sering diartikan sebagai tempat penyimpanan
atau wadah yang terbuat dari logam dan digunakan untuk
mengemas makanan, minuman atau produk lain. Dalam pengertian
ini, kaleng juga termasuk wadah yang terbuat dari aluminium dan
campuran logam lainnya.
Berkembangnya industri kemasan, kaleng merupakan salah
satu wadah yang banyak dipergunakan oleh industri makanan dan
minuman. Praktis, mudah dibawa, dan menarik dengan aneka
lukisan atau gambar pada dinding luar kaleng. Meningkatnya
penggunaan kaleng sebagai wadah makanan atau minuman
memberikan masalah lingkungan yang menjadi perhatian bersama.
Kaleng-kaleng tersebut menjadi salah satu bahan bahan pencemar
yang mengganggu lingkungan. Sampah yang menimbulkan karat

9
dan akan mengganggu terhadap kesuburan tanah. Sampah padat
yang lama mengalami proses penguraian dalam tanah.
Dalam perkembangannya sampah kaleng menjadi bahan yang
dicari para pemulung barang bekas untuk dijual ke pengepul barang
bekas dan diolah kembali dalam pabrik menjadi bahan baru. Oleh
beberapa pengrajin keleng bekas tersebut diolah menjadi barang
berguna untuk keperluan rumah tangga; parutan kelapa, cikrak,
saringan penggorengan, asbak dan sebagainya sehingga untuk
mengolah dan memanfaatkan kembali kaleng bekas menjadi barang
bergunan memiliki tantangan tersendiri.
3. Bibit pertanian
Bibit pertanian adalah suatu calon tanaman yang sudah
mengalami masa penyemaiaan, sudah berdaun atau sudah bisa di
tanam di lahan artinya pada bagian jenis ini apa yang di maksud
dengan bibit tanaman adalah tanaman tersebut sudah berbentu dan
bukan berupa biji lagi.
Yang biasa mengunakan bibit pada proses penanaman adalah
tanamn yang mempunyai umur panjang seperti buah durian,
kelengkeng, mangga, sawo dan beberapa jenis yang lain.
Ada beberapa tahapan proses dalam pembuatan bibit ungul
atau jenit bibit hibrida, semakin bagus hasil bibit yang di hasilkan
semakin susah pula proses pembuatannya dan untuk mendapatkan
bibit hibrida ada pengawasan khusu yang di lakukan oleh pihak
tertentu yang di khusukan dalam proses ini.

B. Keluhan Petani Saat Menanam Bibit


Petani memiliki berbagai keluhan saat menanam bibit mulai dari
jenis bibit, ketersediaan tenaga, modal dan serangan hama tanaman.

10
Selama ini petani di desa dalam menanam bibit di lahan pertanian masih
secara manual tanpa menggunakan bantuan alat.
Petani menanam bibit tembakau dengan cara menghentakkan kayu
atau mencangkul tanah sehingga membuat lubang dengan diameter
10-20 cm kemudian menanam bibit tembakau kedalam tanah cangkulan
dengan menggunakan tangan sehingga kegiatan ini petani
mengeluhkan punggung yang sakit karena harus membungkuk untuk
menanam bibit tanaman.

C. Cara Pembuatan
1. Alat dan bahan
a. Bambu dengan panjang 80 cm diameter 8-12 cm 1 buah
b. Kaleng bekas
c. Handle rem bekas
d. Jeruji roda sepeda
e. Obeng dan baut
f. Gergaji dan linggis
g. Gunting besi
2. Cara pembuatan
a. Ambil bambu dan bersihkan ruas-ruas yang ada didalam bambu
dengan menggunakan linggis kemudian rapikan bagian luar
bambu dengan arit
b. Potong kaleng menggunakan gunting besi menjadi lembaran
kemudian potong membentuk seperti kerucut
c. Potong kerucut menjadi 2 bagian
d. Rangkai kerucut pada salah satu ujung bambu dengan engsel
sehingga kerucut dapat membuka dan menutup

11
Pasang engsel
Pasang engsel

Gambar 2.1 : model altabit dan pasang engsel pada kedua sisi
kerucut
e. Kemudian rangkaikan dengan jeruji dengan engsel sehingga
ketika jeruji ditarik keatas kerucut dapat membuka dan ketika
dicorong kebawah dapat menutup
f. Setelah itu rangkaikan kedua buah jeruji sepanjang 15 cm yang
berada di sisi kiri dan kanan dengan menggunakan kawat yang
melingkar di bambu

12
Gambar 2.2 : model altabit ketika dipasang handle rem dan
lingkaran sehingga ketika rem ditekan maka kerucut akan
membuka
g. Pasang handle rem dengan baut diujung bambu paling atas
dengan mengaitkan tali rem pada lingkaran
h. ALTABIT (alat tanam bibit) telah selesai dibuat
3. Biaya yang diperlukan
Harga bahan total yaitu memerlukan biaya Rp 25.000 untuk
keperluan membeli handle rem, baut dan jeruji. Handle rem dan
jeruji dapat menggunakan barang bekas sehingga dapat menekan
biaya pembuatan.
4. Cara kerja alat
a. Tancapkan ujung alat ketanah kemudian masukkan bibit
tanaman
b. Tekan handle rem kemudian angkat alat sehingga bibit
tanaman dapat tertanam secara otomatis
c. Petani tidak perlu lagi untuk jongkok untuk menanam bibit
tanaman
d. Alat ini dapat untuk menanam bibit tembakau, tomat, labu,
ketimun, bayam, dan tanaman sayuran lain.
D. Keunggulan Produk
Teknologi adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-
barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup
manusia. Teknologi tepat guna adalah suatu alat yang sesuai dengan
kebutuhan dan dapat berguna serta sesuai dengan fungsinya. Selain
itu, teknologi tepat guna atau yang disingkat dengan TTG
adalah teknologi yang digunakan dengan sesuai (tepat guna). Ada
yang menyebutnya teknologi tepat guna sebagai teknologi yang telah
dikembangkan secara tradisional, sederhana dan proses pengenalannya

13
banyak ditentukan oleh keadaan lingkungan dan mata pencaharian
pokok masyarakat tertentu.
Secara teknis TTG merupakan jembatan antara teknologi tradisional
dan teknologi maju. Oleh karena itu aspek-aspek sosio-kultural dan
ekonomi juga merupakan dimensi yang harus diperhitungkan dalam
mengelola TTG. Dari tujuan yang dikehendaki, teknologi tepat guna
haruslah menerapkan metode yang hemat sumber daya, mudah
dirawat, dan memudahkan dalam penggunaan.
Keunggulan ALTABIT adalah sebagia berikut :
1. Biaya pembuatan alat yang murah
2. Sangat memudahkan dalam menanam bibit tanaman
3. Tidak melelahkan saat menanam
4. Cepat dan efisien dalam menanam bibit
5. Alat yang ringan dan mudah untuk dibuat
6. Pekerjaan dilakukan tanpa kotor dan menyentuh tanah

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Petani dalam melakukan penanam bibit masih menggunakan cara
manual sehingga dimasyarakat sering mengeluhkan tubuh yang sakit
dan pegal ketika selesai bercocok tanam. Dengan memanfaatkan
barang bekas dapat menjadi teknologi tepat guna yang dapat
memperingan pekerjaan dalam bidang pertanian.
Altabit merupakan teknologi yang telah dikembangkan secara
tradisional dan proses pembuatannya yang mudah untuk memperingan
pekerjaan bercocok tanam petani terutama dalam menanam bibit di
lahan pertanian. Bahan yang digunakan untuk membuat alat juga
sangat mudah didapat sehingga alat ini patut untuk dibuat dan
diperhitungkan untuk menanam bibit

B. Saran
Teknologi tepat guna apabila dimanfaatkan dengan baik maka akan
memeperoleh hasil yang bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan
pertanian dimasyarakat. Jika penggunaan barang bekas dimanfaatkan
dan diolah dengan baik maka limbah yang terbuang percuma dapat
bermanfaat bagi kelangsungan hidup.
1. Saran kepada petani
Dalam penggunaan alat ini dapat diubah dengan menggunakan
bahan yang lebih baik seperti peralon atau besi sehingga dapat
memperawet alat yang telah dibuat
2. Saran kepada pembaca

15
Diharapkan pembaca mengetahui cara pembuatan dan fungsi
dari teknologi tepat guna sehingga dapat mengembangkannya lebih
baik
3. Saran kepada anggota pramuka
Arti dalam lambang gerakan pramuka yaitu salah satunya kelapa
pohon serbaguna. Ini mengandung arti anggota pramuka berguna
bagi nusa, bangsa, dan agama. Maka diharapkan dapat
menginformasikan ALTABIT (alat tanam bibit) kepada petani
disekitar untuk memperingan tenaga dan menghemat waktu saat
menanam bibit tanaman.

16
DAFTAR PUSTAKA

http://belajartani.com/kendala-kendala-yang-sering-dihadapi-petani/
(diakses pada 28 Desember 2017)
Kamus Besar Bahasa Indonesia
Mugniesyah, Siti Sugiah M. 2006. Peranan Penyuluhan Pertanian dalam
Pembangunan

Mukarami, O., V. L. Tjandra Kirana, Joko Priyono, Harsiwi, Trisiani, Yadi


Kusmayadi, Ecen Tarsan, Samsu, Syahrul Rohman, Rasimum dan
Ketut Suarsana. 1992. Tikus Sawah. Kerjasama Teknis Indonesia-
Jepang Bidang Perlindungan Tanaman. Direktorat Jendral Pertanian
Tanaman Pangan

Mulyoto, dkk. 2002. Mesin-Mesin Pertanian. PT Graha persada : Jakarta.


Robbins,2005. CRC handbook of engineering in agriculture. Boka
Raton .F1.CRC Press

Pertanian .Bogor : IPB Press.

Rukmana, R & Saputra US. 1997. Hama Tanaman dan teknik


Penegndalian. Kanisius. Yogyakarta

Suparyono dan Agus Setyono. 1933. Padi. Penebar Swadaya. Jakarta.

17

You might also like