You are on page 1of 7

J.

Agroland 16 (3) : 206 - 212, September 2009 ISSN : 0854 – 641X

VIGOR BENIH KAKAO (Theobroma cacao L.) PADA BERBAGAI LAMA


PENYIMPANAN DAN INVIGORASI

Cocoa Seed Vigor (Theobroma cacao L) Under Various Storage Periods and
Invigoration Methods
Maemunah1), Enny Adelina1), I.Y. Daniel2)
1)
Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako , Jl. Soekarno – Hatta Km 9 Palu 94118,
Sulawesi Tengah Telp/Fax : 0451 – 429738. 2) Mahasiswa Fakultas Pertanian Untad

ABSTRACT

The research aims were to determine the cocoa seed vigor of various storage periods and seed
invigorant viewed from aspect of seed physiology quality. This research was a two factorial experiment
in a completely randomized design. The first factor was the time length of storage consisted of 5 levels:
i) Control, ii) 2 week, iii) 4 weeks, iv) 6 weeks, and v) 8 weeks. The second factor was seed
invigoration using ZPT consisted of 4 types: i) without ZPT, ii). 0.01 mmol GA3, iii) 0.01 mmol GA3
+ 0.1 mmol NAA, and iv) coconut milk. The data obtained was analyzed using variant analysis; the
data with coefficient of variation more than 20 % was transformed to x + 0.5 whereas treatment with
significant influence was advanced with HSD test with level of 0.05. The research findings showed that
a longer period of seed storage led to the reduction of seed vigor. Invigoration with GA3 + NAA also
contributed to a better seed vigor though it was not significantly different from GA3 invigoration and
coconut milk. All seed invigoration treatment (GA3 + NAA and coconut milk) could slow seed
deterioration up to 6 week storage.

Key words : Vigor, cacao, deterioration, invigoration.

PENDAHULUAN Potensi lahan untuk perkebunan di


Sulawesi Tengah seluas 1.084.028 ha, yang
Kakao merupakan salah satu baru dimanfaatkan seluas 696.438 ha dan
komoditas andalan nasional dan berperanan yang berpotensi untuk pengembagan seluas
penting bagi perekonomian Indonesia, 1.028.504 ha dengan produksi sekitar
terutama dalam hal pendapatan petani dan 147.155 ton, yang umumnya merupakan
sumber devisa Negara. Produksi kakao saat perkebunan rakyat yang dikelola secara
ini 435.000 ton dengan produksi dari
intensif (Badan Pusat Statistik, 2005). Oleh
perkebunan rakyat sekitar 87%. Pertanaman
kakao di Indonesia telah cukup tua sehingga sebab itu, kebutuhan akan benih kakao yang
kurang produktif. Tanaman ini setelah memiliki kekuatan tumbuh (vigor) dalam
berumur 25 tahun maka produktivitasnya jumlah besar sangat diperlukan. Penggunaaan
tinggal setengah dari potensi produksinya benih yang vigor diharapkan dapat mengatasi
dan jika ditanam di lahan marginal maka penurunan laju produktivitas dan dapat
penurunan produksi dapat terjadi lebih awal ditanam pada lahan-lahan marginal.
(Suhendy,2007). Penggunaan benih vigor Tanaman kakao diperbanyak secara
sebagai batang bawah diharapkan dapat generatif maupun vegetatif, Untuk memperoleh
memperkokoh tanaman dan meningkatkan tanaman kakao yang tetap memiliki produksi
produktivitas. tinggi dan tahan terhadap PBK, maka benih

206 206
yang digunakan adalah hasil perbanyakan dalam menginvigorasi benih adalah dengan
vegetatif (okulasi) yang memerlukan adanya melakukan conditioning atau dikenal dengan
batang bawah dan batang atas. Perbanyakan istilah priming, osmocoditioning, matriconditing,
batang bawah moisturizing, dan lain-lain tergantung teknik
dilakukan secara generatif sehingga pelaksanaannya (Ilyas,1995). Penelitian ini
peranan benih yang berasal dari biji sangat bertujuan untuk mengkaji vigor benih
besar. Benih kakao bermutu, umumnya hanya kakao pada berbagai lama penyimpanan dan
disediakan oleh perkebunan besar. Perkebunan invigorasi untuk keperluan tanaman batang
besar terletak berjauhan dengan perkebunan bawah pada perbanyakan vegetatif ditinjau
rakyat, sehingga memerlukan waktu relatif dari aspek mutu fisiologis benih.
lama selama pengiriman, sehingga dapat
menurunkan mutu benih, terutama mutu BAHAN DAN METODE
fisiologis (Adelina dan Maemunah, 2004).
Penelitian ini dilaksanakan di
Benih kakao termasuk benih rekalsitran, Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih
yaitu benih yang tidak tahan dikeringkan, Fakultas Pertanian UNTAD. Bahan-bahan
peka terhadap suhu dan kelembaban rendah yang digunakan adalah benih kakao varietas
(Saleh, 1994). Secara alami benih kakao lokal, GA3, NAA, air kelapa, tanah, pasir,
tidak mempunyai dormansi, berdaya simpan pupuk kandang ayam, serbuk gergaji, air,
rendah dan peka terhadap perubahan CaCO3, Pb-asetat, natrium oksalat, alkohol
lingkungan simpan. 80%, asam sulfat pekat berat jenis 1,84,
Oleh sebab itu, dibutuhkan penanganan air raksa oksida, kalium sulfat, larutan
yang tepat setelah benih sampai pada tujuan hidroksida, larutan asam borat jenuh, larutan
pengiriman (setelah benih disimpan selama asam klorida 0,02 N, dan pelarut lemak (dietil
pengiriman). Diantaranya adalah dengan eter). Analisis Kimia Benih dilakukan pada
memberi perlakuan zat pengatur tumbuh sampel-sampel yang telah disimpan sesuai
(ZPT), agar vigoritas benih dapat dipertahankan. perlakuan penyimpanan. Analisis yang dilakukan
ZPT pada tanaman (plant regulator), adalah untuk menentukan kadar karbohidrat (gula
senyawa organik yang bukan hara (nutrient), dan pati), protein, lemak dan asam lemak
yang dalam jumlah sedikit dapat mendukung, bebas. Kemudian dilanjutkan dengan Cara
menghambat dan dapat merubah proses Invigorasi : 1. GA3 dan NAA
fisiologis tumbuhan (Abidin, 1985). Lanjut Pelarutan GA3 dan NAA yang berupa
dikatakan, bahwa GA3 mempunyai peranan serbuk dilakukan dengan cara pemanasan
dalam mendukung perpanjangan sel, aktivitas secara terpisah, prosesnya yaitu: ambil air
kambium dan mendukung pembentukan sebanyak 100 ml kemudian dituang dalam
RNA baru serta synthesa protein. Demikian cangkir aluminium lalu masukan GA3 atau
pula dengan NAA (Naphthalene acetic acid), NAA, lalu panaskan di atas kompor listrik
IAA (Indole acetic acid) dan IAN (Indole-3- dengan suhu rendah, kemudian diaduk
acetonitrile) yang dapat mendorong sampai bahan terlarut dalam air. Didinginkan
pertumbuhan primordia akar. kemudian tambahkan air sampai larutan
Peningkatan vigoritas benih setelah tercampur dalam 1 L air. Setelah itu, masing-
penyimpanan dipandang penting dalam masing larutan baik GA3 maupun NAA
proses pengadaan benih dan bermanfaat diambil sebanyak 500 ml untuk bahan
dalam bidang pemuliaan maupun untuk kombinasi GA3 + NAA.
konservasi genetik. Perlakuan invigorasi Cara 2. Air Kelapa Air kelapa yang
benih dapat dilakukan untuk mencegah dan digunakan adalah air kelapa muda yang
mengurang laju kemunduran benih yang telah masih segar sebanyak satu L. Air kelapa
mundur selama penyimpanan. Salah satu cara diambil sebagai perlakuan invigorasi, karena

207
air kelapa mengandung bahan-bahan organik lebih dari 20% ditransformasikan ke √ x+ 0,5
yang mudah terurai. Sedangkan perlakuan yang berpengaruh nyata
Penelitian ini disusun berdasarkan dilanjutkan dengan uji BNJ pada taraf 0,05.
pola faktorial menggunakan Rancangan Acak
Lengkap, dengan 2 faktor. Faktor pertama HASIL DAN PEMBAHASAN
adalah lama penyimpanan benih yang terdiri
dari lima taraf yaitu : P0 = kontrol, P1 = lama Potensi tumbuh benih, kecepatan
simpan 2 minggu, P2 = lama simpan 4 minggu, berkecambah, dan indeks vigor hipotetik
P3 = lama simpan 6 minggu, P4 = lama simpan menggambarkan vigor atau tidaknya suatu
8 minggu. Faktor kedua adalah cara benih sedangkan kadar air benih menentukan
invigorasi benih dengan menggunakan lama penyimpanan. Hasil analisis potensi
ZPT yang terdiri dari empat macam yaitu: tumbuh kakao, kecepatan berkecambah,
I0 = tanpa ZPT, I1 = 0,01 m mol GA3, I2 = indeks vigor hipotetik disajikan pada Tabel 1-3,
0,01 m mol GA3 + 0,1 m mol NAA, I3 = air sedangkan kandungan kadar air benih dan
kelapa. Data yang diperoleh dianalisis ragam, asam lemak bebas disajikan pada Gambar 1
data yang memiliki koefisien keragaman dan Gambar 2
Tabel 1. Interaksi Lama Penyimpanan dan Invigorasi Benih Terhadap Potensi Tumbuh (%)
Benih Kakao

Perlakuan Invigorasi BNJ α = 0,05


Lama Penyimpanan
(Kontrol) (GA3) (GA3 + NAA) (Air Kelapa)
(Minggu)
0 97,50bp 100cp 100bp 100cp
2 96,25bp 100cp 100bp 100cp 6,53
4 93,75bp 98,75cp 100bp 100cp
6 58,75ap 90,00bqr 95,00br 83,75bq
8 53,75ap 78,75ar 77,50aqr 71,25aq
BNJ α = 0,05 5,49
Keterangan : Rata-rata yang diikuti huruf sama pada baris (pqr) dan kolom (abc) yang sama masing-masing tidak
berbeda pada uji BNJ α = 0,05.

Tabel 2. Kecepatan Berkecambah Rata-rata (hari) Benih Kakao pada Berbagai Lama Penyimpanan dan
Invigorasi Benih

Perlakuan Invigorasi BNJ α = 0,05


Rata-rata
Lama Penyimpanan (hari)
(kontrol) (GA3) (GA3 + NAA) (air kelapa)
(Minggu)
0 11,00 10,25 9,78 10,45 10,37a
2 11,34 10,78 10,35 11,00 10,87b
4 11,26 10,69 10,39 10,30 10,66ab
6 11,88 11,45 11,64 11,74 11,68c 0,36
8 13,21 12,79 12,33 12,98 12,83d
Rata-rata 11,74c 11,19ab 10.90a 11,29b
BNJ α = 0,05 0,30
Keterangan: Rata-rata yang diikuti huruf sama pada baris dan kolom yang sama masing-masing perlakuan tidak
berbeda pada uji BNJ α = 0,05.

208 208
Tabel 3. Rata-rata Indeks Vigor Hipotetik Asam Lemak Bebas (%)
Pertumbuhan Bibit Kakao pada
Berbagai Lama Penyimpanan dan Rata-rata Kadar Asam Lemak
Invigorasi Benih Bebas Benih Kakao pada Berbagai Lama
Penyimpanan disajikan pada Gambar 2.
Perlakuan Lama Rata-rata
Penyimpanan
4 MST 6 MST 8 MST

Kadar Asam Lemak Bebas (%)


(Minggu) 1.8 1.57
0 5,93 c
5,06 c
4,68 d 1.6
1.4
2 5,52b 4,74b 4,51c 1.12
1.19
1.2
4 5,04a 4,66 b
4,39c 0.91
1
6 5,07a 4,48 a
4,23b 0.8
0.73
8 4,96a 4,33 a
4,10a 0.6
BNJ α = 0,05 0,28 0,16 0,12 0.4
Perlakuan Rata-rata 0.2
Invigorasi 4 MST 6 MST 8 MST 0
Kontrol 4,98a 4,43a 4,18a P0 P1 P2 P3 P4
b bc
GA3 5,44 4,74 4,47bc Lama Penyimpanan (minggu)
GA3 + NAA 5,45b 4,81c 4,49c
b b
Air Kelapa 5,35 4,65 4,38b Gambar 2. Rata-rata Kadar Asam Lemak Bebas
BNJ α = 0,05 0,22 0,14 0,10 (%) Benih Kakao pada Berbagai
Keterangan : Rata-rata yang diikuti huruf sama pada Lama Penyimpanan
kolom yang sama masing-masing
perlakuan tidak berbeda pada uji BNJ
Vigor benih dicerminkan oleh dua
α = 0,05 informasi tentang viabilitas, masing-masing
“kekuatan tumbuh” dan “ daya simpan”
Kadar Air Benih benih. Kedua nilai fisiologis ini menempatkan
benih pada kemungkinan kemampuannya
Rata-rata kadar air benih kakao pada untuk tumbuh menjadi tanaman normal
berbagai lama penyimpanan disajikan pada meskipun keadaan biofisik lapangan produksi
Gambar 1. suboptimum atau sesudah benih melampaui
suatu periode simpan yang lama. Perlakuan
40 37.27 invigorisasi pada benih yang telah disimpan
33.91 34.18
35 31.66 diharapkan dapat meningkatkan kemampuan
30 27.97 tumbuh dan mencegah laju kemunduran
dari benih kakao
Kadar Air (%)

25
Perlakuan invigorasi benih menunjukkan
20 perbedaaan yang sangat nyata antara benih
15 yang diberi perlakuan invigorasi dengan
10
benih tanpa perlakuan invigorasi (control/
tanpa ZPT), setelah benih disimpan terhadap
5
parameter yang diamati. Invigorasi pada
0 umumnya bertujuan untuk mencegah dan
P0 P1 P2 P3 P4 mengurangi laju kemunduran benih.
Lama Penyimpanan (minggu) Invigorasi dengan ZPT yang berbeda
(GA3, GA3 + NAA dan air kelapa),
Gambar 1. Rata-rata Kadar Air (%) Benih Kakao menghasilkan vigor yang tidak berbeda
pada Berbagai Lama Penyimpanan nyata. Tetapi invigorasi dengan menggunakan

209
GA3 + NAA, memberikan hasil yang lebih vegetatif dengan cara setek Mukmin (1990).,
baik terhadap kecepatan berkecambah (Tabel 2). bahwa konsentrasi 50% air kelapa muda
Kecepatan berkecambah benih yang diinvigorasi dalam 1 L larutan air suling, memperlihatkan
setelah penyimpanan, memperlihatkan laju pertumbuhan yang terbaik terhadap panjang
kecepatan yang tinggi, hal ini menandakan tunas dan jumlah daun setek
bahwa terjadi respon positif terhadap Air kelapa banyak mengandung unsur
pemberian ZPT (GA3, NAA dan air kelapa) penting di dalamnya terutama mineral,
dan secara tidak langsung akan mempengaruhi karbohidrat dan protein serta unsur hara
pertumbuhan dan perkembangan bibit mikro diantaranya kalium (K), natrium (Na),
selanjutnya, sehingga bibit dapat lebih cepat kalsium (Ca), magnesium (Mg), ferum (Fe),
memanfaatkan faktor tumbuh (air, gas, iklim cuprum (Cu), fosfor (P) dan sulfur (S)
dan unsur hara yang terdapat dalam media) yang dapat memacu pertumbuhan dan
maupun cadangan makanan yang terdapat perkembangan organ tanaman (Selera
pada kotiledon. On Line, 2001).
Pada saat perkecambahan, auksin Laju penurunan ini disebabkan karena
mendorong sel-sel dalam akar dan batang telah terjadi perombakan cadangan makanan
membesar dan memanjang terutama dalam dalam benih selama penyimpanan, sehingga
pengambilan air setelah jaringan-jaringan benih kehilangan daya tumbuh. Tetapi benih
embrio mengering selama penyimpanan. yang telah mengalami penurunan daya
Sedangkan aktivitas giberellin meningkat tumbuh pada saat penyimpanan, dapat
dengan cepat segera setelah embrio menjadi diperlambat laju penurunan viabilitas
turgid kembali, sehingga terjadi pengaktifan dan vigornya dengan menggunakan GA3,
sintesa protease dan enzim-enzim hidrolitik GA3 + NAA atau menggunakan air kelapa,
lainnya, yang dapat menghasilkan zat-zat sampai lama penyimpanan 6 minggu.
yang ditransport ke embrio yang dapat Sedangkan tanpa invigorasi, benih hanya
mendukung perkembangan embrio dan mampu disimpan sampai lama penyimpanan
munculnya kecambah (Heddy, 1986). 4 minggu terhadap parameter pengamatan.
Selanjutnya dikemukakan bahwa giberellin, Penggunaan GA3, NAA, dan air
auksin maupun ZPT lainnya terdapat pada kelapa dalam invigorasi benih terhadap
seluruh organ tanaman, tetapi yang membedakan potensi tumbuh memberikan hasil terbaik
adalah konsentrasinya. Giberellin pada hanya sampai pada penyimpanan dua minggu
tanaman dapat mendorong pemanjangan (Tabel 1 dan 2), sedangkan air kelapa
batang, sedangkan auksin bersifat menghambat tidak berpengaruh nyata terhadap potensi
pertumbuhan akar pada konsentrasi di atas tumbuh benih.
10-9M dan pada konsentrasi 10-8 – 10-6M Hal ini disebabkan karena invigorasi
auksin sangat optimal untuk pemanjangan dengan ZPT dapat mempercepat proses
tunas dan batang. fisiologi benih, sesuai dengan peranannya
Sedangkan penggunaan air kelapa masing-masing. (Heddy, 1986) menyatakan
dalam invigorasi benih setelah penyimpanan, bahwa NAA sangat berperan dalam
memperlihatkan hasil yang tidak berbeda pembesaran dan pemanjangan sel-sel akar
dengan GA3 maupun kombinasi GA3 + NAA, dan batang dalam hal pengambilan air saat
karena air kelapa mengandung bahan organik benih dikecambahkan, sedangkan GA3 aktif
dan unsur hara yang bermanfaat bagi setelah benih turgid kembali dan membantu
perkembangan embrio. Selain itu, air kelapa proses perombakan simpanan pati dan
juga bermanfaat dalam memacu pertumbuhan protein. Air kelapa banyak mengandung
tunas pada perbanyakan tanaman secara bahan-bahan organik dan unsur hara yang

210 210
bermanfaat bagi perkembangan embrio. energi dalam proses pertumbuhan benih
Peristiwa inilah yang diduga terjadi dalam selanjutnya, telah dirombak sehingga terjadinya
benih yang diinvigorasi sehingga sisa pengurangan cadangan makanan sebaliknya
cadangan makanan dalam benih lebih cepat terjadi pembentukan asam lemak bebas
dapat terpakai untuk perkembangan embrio yang meningkat (Gambar 2), yang dapat
dibanding dengan benih tanpa invigorasi, menyebabkan potensi tumbuh, kecepatan
sehingga embrio lebih cepat dapat berkecambah menurun. Peningkatan kandungan
memanfaatkan faktor perkecambahan seperti asam lemak bebas pada benih, sering disertai
air dan oksigen (O2). Secara tidak langsung, dengan kematian benih itu sendiri (Justice
benih yang memiliki viabilitas tinggi dan Bass, 2002). Penurunan kadar air pada
akan mempengaruhi pertumbuhan dan benih rekalsitran dapat mengakibatkan
perkembangan bibit selanjutnya. kerusakan dan meningkatkan kemunduran
Hasil pengukuran kadar asam lemak benih. Kerusakan terjadi pada membran
bebas benih kakao (Gambar 2) menunjukkan sel, sehingga terjadi kebocoran metabolit
bahwa rata-rata kadar asam lemak bebas seperti gula, fosfat dan kalium, hal ini
tertinggi diperoleh pada lama penyimpanan berdampak terhadap viabilitas benih
8 minggu (P4) yaitu 1,57% dan paling rendah (Nautiyal dan Purahit, 1985). Kondisi tersebut
diperoleh pada control yaitu 0,73%. Semakin menyebabkan semakin lama benih kakao
lama benih disimpan, kadar asam lemak disimpan maka potensi tumbuh dan kecepatan
bebas benih semakin meningkat. berkecambahnya semakin menurun.
Seiring dengan semakin lamanya
benih disimpan, parameter pengamatan KESIMPULAN
kadar air yang dipengaruhi oleh faktor
lama penyimpanan menunjukkan penurunan Invigorasi dengan GA3 + NAA
(Gambar1). Terjadinya penurunan disebabkan memberikan pengaruh yang lebih baik
karena semakin berkurangnya cadangan terhadap vigor benih, walaupun tidak berbeda
makanan dalam benih dengan semakin dengan invigorasi GA3 dan air kelapa.
lamanya penyimpanan. Hal ini menandakan Semua cara invigorasi benih (GA3,
bahwa selama benih disimpan, telah terjadi kombinasi GA3 + NAA dan air kelapa) dapat
proses respirasi dalam benih, sehingga memperlambat laju kemunduran benih hingga
cadangan makanan yang terdapat pada ke penyimpanan 6 minggu.
kotiledon yang digunakan sebagai cadangan

211
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z., 1985. Dasar-Dasar Pengetahuan Tentang Zat Pengatur Tumbuh. Angkasa, Bandung.

Adelina, E., dan Maemunah, 2004. Pemotongan dan Pemberian Sitokinin pada Akar Kecambah Kakao.
J. Agroland Vol. 11 No. 3 : 255-260

Heddy, S., 1986. Hormon Tumbuhan. Rajawali, Jakarta.

Ilyas, S., 1995. Perubahan Fisiologis dan Biokimia dalam Proses Seed Conditioning. Keluarga Benih
Vol. VI, 2: 70-79.

Justice, O.L. dan Bass, L.N., 2002. Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Nautiyal, A.R., and Purohit, A.N., 1985. Seed Viability in Sal III. Membran Distruption in Ageing Seeds of
Shorea Robusta. Seed Sci and Technol. 13 (1) : 77-82.

Saleh, M.S., 1994. Deteriorasi Biokimiawi dan Benih Kakao Berkecambah Selama Penyimpanan. J. Agroland,
Vol 2 (6):1-5

Selera On Line, 2001. Kelapa Sarat dengan Khasiat. Kumpulan Karangkraf. Vol 2: 14-16. WWW. Karangkraf.
Com. May. (7 Desember 2006).

Suhendy, D., 2007. Rehabilitasi Tanaman Kakao : Tinjauan Potensi,Permasasalahan, Rehabilitasi Tanaman
Kakao di Desa Primatani Tonggolobibi. Prosiding Seminar Nasional 2007. Pengembangan Inovasi
Pertanian Lahan Marginal. Departemen Pertanian.

Sukarman dan Hasanah, M., 2003. Perbaikan Mutu Benih Aneka Tanaman Perkebunan Melalui Cara Panen dan
Penanganan Benih, J. Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Vol 3. 22 (1): 16- 21.

212 212

You might also like