You are on page 1of 15

MAKALAH

METODOLOGI
tentang

KARAKTERISTIK AJARAN ISLAM


Dosen pengampu

M. Hasanil Asy’ari, M.S.I


NIP:

KELOMPOK 3;

 DINA APRILIANA (15.11.39.300)


 HASAN BASRI (15.11.39.312)
 MARSUAENI (15.11.39.300)
 ROHAYA ERFIANI (15.11.39.300)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) MATARAM KAMPUS TIGA SELONG LOTIM

2013/2014
Jln, AhmatYani No 100 Selong Lotim
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latara Belakang
Setiap agama mempunyai karakteristik ajaran yang membedakan dari agama-agama lain.
Agama yang didakwahkan secara sungguh-sungguh diharapkan dapat menyelematkan dunia
yang terpecah-pecah dalam berbagai bagian-bagian. Perpecahan saling mengintai dan berbagai
krisis yang belum diketahui bagaimana cara mengatasinya.
Tidak mudah membahas karakteristik ajaran islam, karena ruanglingkupnya sangat luas,
mencakup berbagai aspek kehidupan umat islam. Untuk mengkaji secara rinci semua
karakteristik ajaran islam perlu di telusuri, mulai dari risalah Allah terakhir dan menjadi agama
yang diridloi Allah, untuk dunia dan seluruh umat manusia sampai datangnya hari kiamat.
Karakteristik yang dimiliki islam, yakni karakteristik sosial, ekonomi, kesehatan, politik,
dan disiplin ilmu. Karakteristik ajaran islam adalah suatu karakter yang harus dimiliki oleh umat
muslim dengan bersandarkan Al-Qur'an dan Hadist dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan,
sosial, ekonomi, kesehatan, politik, pekerjaan, disiplin ilmu, dan berbagai macam ilmu khusus.
Karakteristik ini banyak terdapat di dalam sumber-sumber ajaran Al-Quran dan Al-Hadits.
Kedua sumber ini telah menjadi pedoman hidup bagi setiap umat Islam. Aspek-aspek sumber
kehidupan ini diberi karakter tersendiri dalam berbagai ilmu pengetahuan, social, ekonomi,
politik, kesehatan, dan disiplin ilmu untuk sepanjang masa.
Islam dalam potret yang ditampilkan Muhammad Iqbal bernuansa filosofis dan sufistik.
Islam yang ditampilkan Fazlur Rohman bernuansa histories dan filosofis.Islam yang ditampilkan
pemikir dari Iran seperti Ali Syariati, Sayyed Husain Nasr, dan Murthada Muthahari banyak
menguasai pemikiran filsafat modern dan ilmu social yang berasal dari barat
B. Rumusan Masalah
Apasaja bentuk karakteristik islam dari berbagai bidang, bidang social, ekonomi, kesehatan,
politik dan disiplin ilmu.?
C. Tujuan
Untuk mengetahui apasaja dari kerekteristik islam yang meliputi berbagai bidang, bidang
social, ekonomi, kesehatan, pilitik dan disiplin ilmu.
BAB II

PEMBAHASAN

KARAKTERISTIK AJARAN ISLAM

Istilah karakteristik ajaran islam terdiri dari dua kata: karakteristik dan ajaran islam. Kata
karakteristik dalam kamus bahasa Indonesia, diartikan sesuatu yang mempunyai karakter atau sifat
yang khas. Islam dapat diartikan agama yang diajarkan nabi Muhammad SAW yang berpedoman
pada kitab suci Al-Qur’an dan diturunkan di dunia ini melalui wahyu allah SWT. Berarti karakteristik
jaran islam dapat diartikan sebagai ciri yang khas atau khusus yang mempelajari tentang berbagai
ilmu pengetahuan dan kehidupan manusia dalam berbagai bidang agama, muamalah (kemanusiaan),
yang didalamnya temasuk ekonomi, social, politik, kesehatan dan disiplin ilmu.
Karakteristik ajaran islam terdiri dari berbagai bidang disiplin ilmu. Bidang-bidang tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Bidang Sosial
karakteristik islam dibidang sosial ini termasuk yang paling menonjol, Karena seluruh
bidang ajaran islam dalam bidang sosial ditujukan untuk menyejahterakan mnusia. Namun
khusus dalam bidang sosial ini, islam menjunjung tinggi sifat tolong menolong, saling
mensehati, tentang hak dan kesabarn, kesetiakawanan, egaliter (kesamaan derjat), tenggang
rasa, dan kebersamaan. Ukuran tinggi derajat manusia dalam pandangan islam bukan di
tentukan oleh nenek moyangnya, kebangsaannya, warna kulit, bahasa, dan jenis kelamin
yang berbau rasialis. Tetapi ditentukan oleh ketakwaannya yang ditujukan oleh prestasi
kerjanya yang bermanfaat bagi manusia. Satu contoh perbandingan islam dengan agama
yang lain yaitu; Di India umpamanya tempat persemaian salah satu agama dunia yang tertua,
kita melihat agama Hindu Brahma membagi-bagi para pemeluknya ke dalam empat kasta.
Kaum Brahmana menempati kasta tertinggi dan rakyat jelata (Paria) menempati kasta
terendah. Sedangkan dalam Islam tidak mengenal adanya kasta dalm pembagian masyarakat
sosialnya.1
Potensi manusia dalam kedudukannya sebagai makhluk social. Wujud berupa
kecendrunagan untuk bergaul dan menjalin hubungan antar sesama manusia. Potensi ini
disebut dengan fitrah social, yaitu kecendrungan manusia untuk hidup berkelompok.
Didalamnya terbentuk suatu ciri yang khas yang disebut dengan kebudayaan (Muhaimin

1
Muhammad Luthfie, karakteristik islam dan substansinya, diakses dari http://infomakalahkuliah.blogspot.com/2012/10/v-
behaviorurldefaultvmlo.html pada tanggal 15/04/2014 9:17:24
139). Pada hakikatnya manusia merupakan umat yang satu (QS. 2:213) yang dijadikan
berpuak-puak dan berbangsa-bangsa untuk saling mengenal (QS. 49:13) dan diperintahkan
untuk hidup saling tolong-menolong dalam kebaikan dan ketaqwaan (QS. 5:2) dengan
demikian secara fitrah manusia sudah meiliki dorongan hidup bermasyarakat2
2. Bidang Ekonomi
Karkteristik ajarn islam selanjutnya dapat dipahami dari konsepsinya dalambidang
kehidupan yang harus dilakukan. Urusan dunia dikejar dalam rangka mengejar kehidupan
akherat, kehidupan akherat dapat dicapai dengan dunia.
Pandangan islam mengenai kehidupan dibidang ekonomi itu dicerminkan dalam
ajaran fiqih yang menjelaskan tentang bagaimana menjalankan sesuatu usaha ataupun ajaran
islam mengenai berzakat juga dalam konteks berekonomi.
Pandangan Islam mengenai kehidupan demikian itu, secara tidak langsung menolak
kehidupan yang bercorak sekularistik, yaitu kehidupan yang memisahkan antara urusan
dunia dengan urusan agama. Agama harus terlibat dalam mengatur kehidupan dunia.
Sebagai contoh Allah menurunkan ayat tentang larangan berbuat curang dalam
perdagangan, Allah berfirman di awal surat Al-Muthofifin :

"Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang (1) (yaitu) orang-orang yang
apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, (2) dan apabila mereka
menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi. (3) Tidaklah orang-orang
itu menyangka, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan, (4)." (al-Muthaffifin:1-4).

Dari ayat ini tergambar jelas bahwa Islam juga memperhatikan kehidupan manusia
dalam bidang ekonomi. Karena ekonomi dan perkembangannya tidak bisa terlepaskan dari
kehidupan manusia, maka dari itu Islam juga mengaturnya demi terciptanya kesejahteraan
kehidupan manusi di dunia dan selamat di akhirat kelak3.
Konsep manusia sebagai Al-Basr, fisiologis/fitrah ekonomi/fitarah
seni/mempertahankan hidup dan melangsungkan hidup. Potensi ini dimaksud sebagai daya
manusia untuk mempertahankan hidupnya dalam upaya memenuhi kebutuhan jasmani demi

2H.Jalaluddin, Teologi Pendidikan, PT RajaGrafindo, Jakarta, 2001, Hlm. 141.


3Muhammad Hanifa, karakteristik ajaran islam, diakses dari http://sinforan.blogspot.com/2012/02/karakeristik-ajaran-islam-dalam.html
pada tanggal 4/15/2014 10:16:14
kelangsungan hidup (muhaimin;140). Memang manusia sebagai mahluk jasmani
mempunyai biologis seperti makan dan minum (QS. 7:31), pakain dan tempat tinggal (QS.
7:31), perkawinan dan keluaraga (QS. 23:5-7), kekuatan dan kesehatan (QS. 8:60),
kepemilikkan (QS. 18:46). Pekerjaan dan ksuksesan (QS. 7:129), istirahat dan ketenangan
(QS.89:8-10)4.
3. Bidang Kesehatan
Kesehatan berasal dari kata sehat yang merupakan sehat jasmani dan rohani, sehat
lahir dan batin. Dalam kamus bahasa Indonesia kesehatan diartikan sebagai hal yang harus
dijaga olkeh setiap manusia agar tetap hidup sehat. Islam sangat memperhatikan kesehatan
dengan cara: pertama, mengajak dan menganjurkan untuk menjaga kebersihan diri dan
lingkungan. Kedua, mempertahankan kesehatn yang dimiliki seseorang agar tetap sehat.
Ajaran islam tentang kesehatn berpedoman pada prinsip pencegahan lebih baik dari pada
mengobati (al-wiqoyah khoir minal al-I"laf) berkenaan dengan konteks kesehatan ini
ditemukan sekian banyak petunjauk kitab suci dan sunah nabi SAW yang pada dasarnya
mengarah pada upaya pencegahan. Untuk menuju upaya pencegahan tersebut, islam
menekankan segi kebersihan lahir batin. Kebersihan lahir batin dapat mengambil bentuk
kebersihan tempat tinggal, lingkungan sekitear badan, pakaian, makanan, dan minuman.
Allah berfirman :
Artinya: (“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-
orang yang mensucikan diri”.)
Hubungan Ibadah dan Kesehatan
Dimensi kesehatan dalam ajaran Islam utamanya mencakup seluruh ibadah rukun
Islam. Secara konsepsional dapat dijelaskan hubungan bersuci dengan kesehatan, shalat dan
kesehatan, zakat dan kesehatan, puasa dan kesehatan serta haji dan kesehatan. Hubungan
Pokok ajaran Islam dengan ranah kesehatan dapat digambarkan, seperti dalam tabel berikut
NO AJARAN AGAMA RANAH CONTOH
KESEHATAN
1 Rukun iman Kesehatan mental Percaya diri, optimis, semangat,
berfikir positif, tidak sombong
DLL
2 Rukun islam Kesehatan jasmani Gerak teratur dalam shalat,
dan rohani semangat membagi dalam zakat,
kebersamaan dalam haji,
kesehatan dalam pencernaan
puasa

4H. Jalaluddin, Op. Cit . Hlm. 142.


3 Akhlak dan adab Kesehatan jasmani, Kesehatan lingkungan,
mental, dan kebersihan pribadi, kesopanan
lingkungan dan menghargai orang lain
4 Thaharah/bersuci Kesehatan jasmani Pemilihan air bersih, mandi,
dan rohani serta wudlu, segar dan semangat,
lingkungan kebersihan lingkungan

Pada rukun iman yang intinya adalah keyakinan dan kepercayaan, sangat berperan
dalam kesehatan mental spiritual dengan nilai-nilai positif, seperti rasa percaya diri, optimis,
semangat, berfikir positif dan tidak sombong. Dengan sifat-sifat tersebut, maka akan
menjadikan sehat secara mental dan menghindarkan atau mencegah dari penyakit gangguan
kejiwaan. Dalam rukun Islam berupa syahadat, shalat, puasa, zakat dan haji, terdapat ranah
kesehatan yang komprehensif, mencakup sehat secara jasmani, rohani, sosial dan ekonomi.
Demikian juga pada ajaran akhlak dan adab serta tentang tharah/bersuci, apabila
dipraktekkan dengan sungguh-sungguh atau dengan benar maka akan dapat mewujudkan
pada upaya kesehatan secara jasmani, rohani, sosial dan ekonomi.
Dibalik berbagai ajaran dalam Islam tentang tharah, shalat, puasa zakat dan haji
terdapat rahasia besar. Berwudhu dan mandi adalah untuk penyucian diri dari najis dan
hadas. Najis dan hadas menghalangi untuk dekat dengan Tuhan. Penyucian diri bisa
dipandang sebagai penyucian lahir dan bathin atau menghindarkan diri dari maksiat,
perbuatan buruk dan akhlak tercela serta kotoran jiwa. Dalam Q.S Al- Muddatstsir [74]: 5-6,
Allah mengisyaratkan,
“Dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa tinggalkanlah”.
Rahasia dibalik shalat diantaranya sebagai penolong dan penyejuk hati, meraih
kebahagiaan, kesejahteraan dan kedamaian. Dalam ibadah puasa dimaknai sebagai
kewajiban dan kebutuhan serta adanya makna spiritual, bekerja dan bersedekah. Makna
zakat diantaranya adalah makna spiritual, menebarkan kasih dan cinta Ilahi serta
kebahagiaan. Ibadah haji dimaknai sebagai ziarah ruhani, lambah keikhlasan, lambah cinta,
ketegaran dan kepasrahan, kesetaraan, perjuangan melawan musuh kebenaran dan miniatur
gerak alam semesta 35 Pendalaman makna ibadah tersebut secara luas memperlihatkan
adanya hubungan dan peran agama dalam seluruh dimensi kesehatan secara fisik, mental,
sosial dan ekonomi.
Dimensi-dimensi dalam gerak langkah, perkataan dan perbuatan serta ibadah
sebagaimana dicontohkan Rasulullah sangat banyak merefleksikan dalam tinjauan dan nilai-
nilai kesehatan. Ibadah dengan doorprize kesehatan, orientasi pada hidup alami dan
proporsional, tinjauan fisik pada jejak kehidupan Rasulullah, nikmat kesehatan, kesehatan
dalam perspektif Islam, kebersihan dan budaya hidup bersih, makanan sehat dan segar,
ibadah puasa yang menyehatkan, dimensi gerak dalam ibadah, tidur dan istirahat, jiwa yang
sehat dan gaya hidup aktif serta adanya ‘kepasrahan”36 menunjukkan secara jelas
keteladanan gaya hidup sehat Nabi Muhammad SAW. Dengan kata lain adalah adanya
hubungan dan peran sangat kuat Islam dengan kesehatan dalam seluruh dimensinya. Ibadah
sebagai manifestasi ajaran Islam, secara agama berarti ketundukan atau penghambaan diri
kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Ibadah meliputi semua bentuk kegiatan manusia di
dunia ini, yang dilakukan dengan niat mengabdi dan menghamba hanya kepada Allah.
Kepatuhan hamba kepada Tuhan, tanpa berharap apapun selain ridho-Nya. Artinya
ibadah tidak dilihat untuk tujuan mengharapkan sesuatu, termasuk hubungannya dengan
pahala dan sorga, apalagi manfaat kesehatan. Namun, dalam sudut pandang yang lain
tentunya tidak ada salahnya mengaitkan makna ibadah dalam hubungannya dengan manfaat
yang bisa diperoleh, termasuk manfaat kesehatan baik ditinjau secara ilmiah ataupun
berdasarkan testomini atau bukti-bukti, logika-logika dan tinjauan filosofis. Ajaran Islam
dapat dikatakan sebagai inspirasi perilaku untuk hidup sehat. Secara substansi bisa dilihat
berbagai keilmuan dibidang kesehatan. Misalnya, macam-macam penyakit menurut Al-
Qur’an yang meliputi kesehatan jasmani dan kesehatan jiwa (mental), pendidikan Rasulullah
tentang perilaku hidup sehat (kebersihan dan kesehatan pribadi, memelihara kesehatan
pribadi), dimensi kesehatan dalam ajaran Islam (hubungan bersuci dan kesehatan, shalat dan
kesehatan, zakat dan kesehatan, puasa dan kesehatan serta haji dan kesehatan). Dalam uraian
tersebut menunjukkan adanya substansi besar tentang kesehatan dalam pendidikan agama.
Dengan kata lain adanya hubungan dan peran startegis agama dalam upaya kesehatan.
Dalam teori umum kesehatan tentang faktor yang mempengaruhi kesehatan seperti
diuraikan di atas, yaitu faktor perilaku, lingkungan, pelayanan kesehatan dan hereditas
(genetik). Pada dimensi ibadah yang merupakan rukun Islam, yaitu syahadat, shalat, puasa,
zakat, dan haji semuanya merupakan bentuk perilaku. Perilaku ibadah pada dasarnya adalah
perwujudan dari sehat secara spiritual yang artinya bahwa sesoarang yang beribadah dengan
baik dan benar sesuai dengan tuntunan, dapat dipastikan bahwa yang bersangkutan dalam
kondisi sehat secara mental dan spiritual. Adanya kasus-kasus bahwa seseorang telah
melaksanakan ibadah, namun masih mengalami gangguan jiwa, seperti depresi atau
gangguan kesehatan jiwa lainnya, tentunya hal ini memunculkan pertanyaan sejauhmana
tingkat kualitas dalam beribadah. Demikian juga pada sehat secara jasmani yang
dipengaruhi oleh banyak faktor. Dengan melakukan prinsip-prinsip dalam ajaran Islam,
khususnya cara hidup yang Islami diharapkan kesehatan dalam berbagai dimensinya
menunjukkan kondisi kesehatan yang optimal5.

5Riyadi. Peran Ajaran Dan Pemikiran Islam Dalam Bidang Kesehatan. Diakses Dari http://www.gizikia.depkes.go.id/wp-

content/uploads/downloads/2013/03/Artikel-Pemikiran-Islam-dan-Kesehatan.pdf pada tanggal 23/04/2014 11:29:25


4. Bidang Politik
Ciri ajaran Islan selanjutnya dapat diketahui melalui konsepsinya dalam bidang
politik. Dalam al-Qur’an surat an-Nisa ayat 156 terdapat menaati ulil amri yang
terjemahaannya termasuk penguasa dalam bidang politik, pemerintah, dan Negara. Dalam
hal ini Islam tidak mengajarkan ketaatan buta terhadab pemimpin. Jika pemimpin tersebut
berpegang teguh pada tuntutan Allah dan Rasul-Nya, maka wajib di taati dan sebaliknya.
Masalah politik ini selanjutnya berhubungan dengan bentuk pemerintahan. Oleh
karenanya setiap bangsa boleh saja menentukan bentuk negaranya masing-masing sesuai
seleranya.Namun, yang terpenting bentuk pemerintahan tersebut harus digunakan sebagai
alat untuk menegakkan keadilan, kemakmuran, kesejahteraan, keamanan, kedamaian, den
ketenteraman masyarakat6.
Manusia adalah makhluk yang dianggkat sebagai khalifah Allah (QS. 6:165).
Khalifah yang berarti pengganti, penguasa, pengelola. Dengan demikian maka manusia
tidak boleh mengabaikan keserasian dan keharmonisan hidupnya yang berdampingan
dengan alam semesta sebagai ekosistem (QS. 45:13 dalam kaelani, 1992:2). Oleh karena itu
manusia benar-benar khalifah Allah, adalah manusia yang berprangai baik, yang harus dan
mempunyai kondisi baik (Abdurrahman shaleh, 1990:45)
Adapun tugas pokok manusia sebagai khalifah adalah; untuk mewujutkan
kemakmuran (QS. 11:61), dan untuk mewujutkan kebahagiaan (QS. 5:16) dalam kehidupan
di bumi ciptaan tuhannya. Hanya dengan koonsep seperti ini diharapakan keseimbangannya
dan keharmonisanya hidup akan tercipta,dan terpelihara dengan baik7.
5. Bidang disiplin ilmu
a. Karakteristik Dalam Pendidikan Islam
Islam diturunkan sebagai rahmatan lil ‘alamin. Untuk mengenalkan Islam ini
diutus Rasulullah SAW. Tujuan utamanya adalah memperbaiki manusia untuk kembali
kepada Allah SWT. Oleh karena itu selama kurang lebih 23 tahun Rasulullah SAW
membina dan memperbaiki manusia melalui pendidikan. Pendidikanlah yang
mengantarkan manusia pada derajat yang tinggi, yaitu orang-orang yang berilmu. Ilmu
yang dipandu dengan keimanan inilah yang mampu melanjutkan warisan berharga
berupa ketaqwaan kepada Allah SWT.
Manusia mendapat kehormatan menjadi khalifah di muka bumi untuk mengolah
alam beserta isinya. Hanya dengan ilmu dan iman sajalah tugas kekhalifahan dapat
ditunaikan menjadi keberkahan dan manfaat bagi alam dan seluruh makhluk-Nya. Tanpa
iman akal akan berjalan sendirian sehingga akan muncul kerusakan di muka bumi dan

6
Ali Hanafia, Karakteristik Ajaran Islam, diakses dari Http://Rakyatnusantara.Wordpress.Com/2013/01/19/Karakteristik-Ajaran-Islam/ pada
tanggal 4/15/2014 10:30:05
7H. Jalaluddin, Op. Cit . Hlm. 138-139.
itu akan membahayakan manusia. Demikian pula sebaliknya iman tanpa didasari dengan
ilmu akan mudah terpedaya dan tidak mengerti bagaimana mengolahnya menjadi
keberkahan dan manfaat bagi alam dan seisinya.
Sedemikian pentingnya ilmu, maka tidak heran orang-orang yang berilmu
mendapat posisi yang tinggi baik di sisi Allah maupun manusia. (QS. Al Mujadilah (58)
: 11). Bahkan syaithan kewalahan terhadap orang muslim yang berilmu, karena dengan
ilmunya, ia tidak mudah terpedaya oleh tipu muslihat syaithan.
Muadz bin Jabal ra. berkata: “Andaikata orang yang beakal itu mempunyai dosa
pada pagi dan sore hari sebanyak bilangan pasir, maka akhirnya dia cenderung masih
bisa selamat dari dosa tersebut namun sebaliknya, andaikata orang bodoh itu
mempunyai kebaikan dan kebajikan pada pagi dan sore hari sebanyak bilangan pasir,
maka akhirnya ia cenderung tidak bisa mempertahankannya sekalipun hanya seberat biji
sawi.” Ada yang bertanya, “Bagaimana hal itu bisa terjadi?” Ia menjawab,
“Sesungguhnya jika orang berakal itu tergelincir, maka ia segera menyadarinya dengan
cara bertaubat, dan menggunakan akal yang dianugerahkan kepadanya. Tetapi orang
bodoh itu ibarat orang yang membangun dan langsung merobohkannya karena
kebodohannya ia terlalu mudah melakukan apa yang bisa merusak amal shalihnya.”
Kebodohan adalah salah satu faktor yang menghalangi masuknya cahaya Islam. Oleh
karena itu, manusia butuh terapi agar menjadi makhluk yang mulia dan dimuliakan oleh
Allah SWT. Kemuliaan manusia terletak pada akal yang dianugerahi Allah. Akal ini
digunakan untuk mendidik dirinya sehingga memiliki ilmu untuk mengenal penciptanya
dan beribadah kepada-Nya dengan benar. Itulah sebabnya Rasulullah SAW
menggunakan metode pendidikan untuk memperbaiki manusia, karena dengan
pendidikanlah manusia memiliki ilmu yang benar. Dengan demikian, ia terhindar dari
ketergelinciran pada maksiat, kelemahan, kemiskinan dan terpecah belah.
b. Tujuan Pendidikan Islam
Tujuan pendidikan Islam tidak terlepas dari tujuan hidup manusia dalam Islam,
yaitu untuk menciptakan pribadi-pribadi hamba Allah yang selalu bertakwa kepadaNya,
dan dapat mencapai kehidupan yang berbahagia di dunia dan akhirat (lihat S. Al-
Dzariat:56; S. ali Imran: 102).
Dalam konteks sosiologi pribadi yang bertakwa menjadi rahmatan lil ‘alamin, baik
dalam skala kecil maupun besar. Tujuan hidup manusia dalam Islam inilah yang dapat
disebut juga sebagai tujuan akhir pendidikan Islam.
Tujuan khusus yang lebih spesifik menjelaskan apa yang ingin dicapai melalui
pendidikan Islam. Sifatnya lebih praxis, sehingga konsep pendidikan Islam jadinya tidak
sekedar idealisasi ajaran-ajaran Islam dalam bidang pendidikan. Dengan kerangka
tujuan ini dirumuskan harapan-harapan yang ingin dicapai di dalam tahap-tahap tertentu
proses pendidikan, sekaligus dapat pula dinilai hasil-hasil yang telah dicapai.
Menurut Abdul Fatah Jalal, tujuan umum pendidikan Islam ialah terwujudnya
manusia sebagai hamba Allah. Jadi menurut Islam, pendidikan haruslah menjadikan
seluruh manusia yang menghambakan kepada Allah. Yang dimaksud menghambakan
diri ialah beribadah kepada Allah.
Islam menghendaki agar manusia dididik supaya ia mampu merealisasikan tujuan
hidupnya sebagaimana yang telah digariskan oleh Allah. Tujuan hidup menusia itu
menurut Allah ialah beribadah kepada Allah. Seperti dalam surat a Dzariyat ayat 56 : “
Dan Aku menciptakan Jin dan Manusia kecuali supaya mereka beribadah kepada-Ku”.
Jalal menyatakan bahwa sebagian orang mengira ibadah itu terbatas pada menunaikan
shalat, shaum pada bulan Ramadhan, mengeluarkan zakat, ibadah Haji, serta
mengucapkan syahadat. Tetapi sebenarnya ibadah itu mencakup semua amal, pikiran,
dan perasaan yang dihadapkan (atau disandarkan) kepada Allah. Aspek ibadah
merupakan kewajiban orang islam untuk mempelajarinya agar ia dapat
mengamalkannya dengan cara yang benar.
Ibadah ialah jalan hidup yang mencakup seluruh aspek kehidupan serta segala
yang dilakukan manusia berupa perkataan, perbuatan, perasaan, pemikiran yang
disangkutkan dengan Allah.
Menurut al Syaibani, tujuan pendidikan Islam adalah :
1. Tujuan yang berkaitan dengan individu, mencakup perubahan yang berupa
pengetahuan, tingkah laku masyarakat, tingkah laku jasmani dan rohani dan
kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki untuk hidup di dunia dan di
akhirat.
2. Tujuan yang berkaitan dengan masyarakat, mencakup tingkah laku
masyarakat, tingkah laku individu dalam masyarakat, perubahan kehidupan
masyarakat, memperkaya pengalaman masyarakat.
3. Tujuan profesional yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran sebagai
ilmu, sebagai seni, sebagai profesi, dan sebagai kegiatan masyarakat.
Menurut al abrasyi, merinci tujuan akhir pendidikan islam menjadi
1. Pembinaan akhlak.
2. menyiapkan anak didik untuk hidup dudunia dan akhirat.
3. Penguasaan ilmu.
4. Keterampilan bekerja dalam masyrakat.
Menurut Asma hasan Fahmi, tujuan akhir pendidikan islam dapat diperinci
menjadi :
1. Tujuan keagamaan.
2. Tujuan pengembangan akal dan akhlak.
3. Tujuan pengajaran kebudayaan.
4. Tujuan pembicaraan kepribadian.
Menurut Munir Mursi, tujuan pendidikan islam menjadi :
1. Bahagia di dunia dan akhirat.
2. menghambakan diri kepada Allah.
3. Memperkuat ikatan keislaman dan melayani kepentingan masyarakat islam.
4. Akhlak mulia.
c. Mengapa Diperlukan Pendidikan Islam
Pendidikan merupakan kata kunci untuk setiap manusia agar ia mendapatkan ilmu.
Hanya dengan pendidikanlah ilmu akan didapat dan diserap dengan baik. Tak heran bila
kini pemerintah mewajibkan program belajar 9 tahun agar masyarakat menjadi pandai
dan beradab. Pendidikan juga merupakan metode pendekatan yang sesuai dengan fitrah
manusia yang memiliki fase tahapan dalam pertumbuhan.
Pendidikan Islam memiliki 3 (tiga) tahapan kegiatan, yaitu: tilawah (membacakan
ayat Allah), tazkiyah (mensucikan jiwa) dan ta’limul kitab wa sunnah (mengajarkan al
kitab dan al hikmah). Pendidikan dapat merubah masyarakat jahiliyah menjadi umat
terbaik disebabkan pendidikan mempunyai kelebihan. Pendidikan mempunyai ciri
pembentukan pemahaman Islam yang utuh dan menyeluruh, pemeliharaan apa yang
telah dipelajarinya, pengembangan atas ilmu yang diperolehnya dan agar tetap pada rel
syariah. Hasil dari pendidikan Islam akan membentuk jiwa yang tenang, akal yang
cerdas dan fisik yang kuat serta banyak beramal.
Pendidikan Islam berpadu dalam pendidikan ruhiyah, fikriyah dan amaliyah
(aktivitas). Nilai Islam ditanamkan dalam individu membutuhkan tahpan-tahapan
selanjutnya dikembangkan kepada pemberdayaan di segala sektor kehidupan manusia.
Potensi yang dikembangkan kemudian diarahkan kepada pengaktualan potensi dengan
memasuki berbagai bidang kehidupan.
Pendidikan yang diajarkan Allah SWT melalui Rasul-Nya bersumber kepada Al
Qur’an sebagai rujukan dan pendekatan agar dengan tarbiyah akan membentuk
masyarakat yang sadar dan menjadikan Allah sebagai Ilah saja.Kehidupan mereka akan
selamat di dunia dan akhirat. Hasil ilmu yang diperolehnya adalah kenikmatan yang
besar, yaitu berupa pengetahuan, harga diri, kekuatan dan persatuan.
Tujuan utama dalam pendidikan Islam adalah agar manusia memiliki gambaran
tentang Islam yang jelas, utuh dan menyeluruh.
Interaksi di dalam diri ini memberi pengaruh kepada penampilan, sikap, tingkah
laku dan amalnya sehingga menghasilkan akhlaq yang baik. Akhlaq ini perlu dan harus
dilatih melalui latihan membaca dan mengkaji Al Qur’an, sholat malam, shoum (puasa)
sunnah, berhubungan kepada keluarga dan masyarakat. Semakin sering ia melakukan
latihan, maka semakin banyak amalnya dan semakin mudah ia melakukan kebajikan.
Selain itu latihan akan menghantarkan dirinya memiliki kebiasaan yang akhirnya
menjadi gaya hidup sehari-hari.
d. Langkah- langkah Menanamkan Pendidikan Islam
Al-Qurthubi menyatakan bahwa ahli-ahli agama Islam membagi pengetahuan
menjadi tiga tingkatan yaitu pengetahuan tinggi, pengetahuan menengah, dan
pengetahuan rendah. Pengetahuan tinggi ialah ilmu ketuhanan, menengah ialah
pengetahuan mengenai dunia seperti kedokteran dan matematika, sedangkan
pengetahuan rendah ialah pengetahuan praktis seperti bermacam-macam keterampilan
kerja. Ini artinya bahwa pendidikan iman/agama harus diutamakan. Menurut pandangan
Islam pendidikan harus mengutamakan pendidikan keimanan. Pendidikan di sekolah
juga demikian. Sejarah telah membuktikan bahwa pendidikan yang tidak atau kurang
memperhatikan pendidikan keimanan akan menghasilkan lulusan yang kurang baik
akhlaknya. Akhlak yang rendah itu akan sangat berbahaya bagi kehidupan bersama. Ia
dapat menghancurkan sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Lulusan sekolah yang kurang kuat imannya akan sangat sulit menghadapi
kehidupan pada zaman yang semakin penuh tantangan di masa mendatang.Oleh karena
itu, mengingat pentingnya pendidikan Islam terutama bagi generasi muda, semua
elemen bangsa, terutama guru pendidikan Islam, perlu membumikan kembali
pendidikan Islam di sekolah-sekolah baik formal maupun informal.
Ada tiga hal yang harus secara serius dan konsisten diajarkan kepada anak didik.
Pertama, Pendidikan akidah/keimanan.Ini merupakan hal yang sangat penting untuk
mencetak generasi muda masa depan yang tangguh dalam imtaq (iman dan taqwa) dan
terhindar dari aliran atau perbuatan yang menyesatkan kaum remaja seperti gerakan
Islam radikal, penyalagunaan narkoba, tawuran dan pergaulan bebas (freesex) yang
akhir-akhir ini sangat dikhawatirkan oleh sejumlah kalangan.
Kedua, Pendidikan ibadah. Ini merupakan hal yang sangat penting untuk diajarkan
kepada anak-anak kita untuk membangun generasi muda yang punya komitmen dan
terbiasa melaksanakan ibadah. Seperti shalat, puasa, membaca al-Quran yang saat ini
hanya dilakukan oleh minoritas generasi muda kita. Bahkan, tidak sedikit anak remaja
yang sudah berani meninggalkan ibadah-ibadah wajibnya dengan sengaja. Di sini peran
orang tua dalam memberikan contoh dan teladan yang baik bagi anak-anaknya sangat
diperlukan selain guru juga harus menanamkan secara mantab kepada anak-anak
didiknya.
Ketiga, Pendidikan akhlakul-karimah. Hal ini juga harus mendapat perhatian besar
dari para orang tua dan para pendidik baik lingkungan sekolah maupun di luar sekolah
(keluarga). Dengan pendidikan akhlakul-karimah akan melahirkan generasi rabbani,
atau generasi yang bertaqwa, cerdas dan berakhlak mulia.Penanaman pendidikan Islam
bagi generasi muda bangsa tidak akan bisa berjalan secara optimal dan konsisten tanpa
dibarengi keterlibatan serius dari semua pihak. Oleh karena itu, semua elemen bangsa
(pemerintah, tokoh agama, masyarakat, pendidik, orang tua dan sebagainya) haru
memiliki niat dan keseriusan untuk melakukan ini. Harapannya, generasi masa depan
bangsa ini adalah generasi yang berintelektual tinggi dan berakhlak mulia.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Karakteristik ajaran islam secara dominan ditandai oleh pendekatan normative, histories,
dan filosofis. Ajaran islam memiliki ciri-ciri yang secara kesuluruhan amat ideal. Islam agama
yang mengajarkan perdamaian, toleransi terbuka, kebersamaan, egaliter, kerja keras yang
bermutu, demokratis, adil, seimbang antara urusan dunia dan akherat. Islam memiliki kepekaan
terhadap masalah-masalah sosial kemasyarakatan. Islam dalam kesehatan mengutamakan
pencegahan dari pada penyenmbuhan. Bidng kesehatan memperhatikan segi kebersihan badan,
pakaian, makanan, tempat tinggal, dan lingkungan. Islam juga tampil sebagai disiplin ilmu, yaitu
ilmu keislaman dengan berbagai cabangnya. Karakteristik isalm yang demikian ideal itu tampak
masih belum seluruhnya diketahui dan diamalkan. Antara ajaran islam yang ideal dan kenyatan
umatnya msih ada kesenjangan. Hal ini memerlukan pemecahan, antar lain dengan merumuskan
kembali metode dan pendekatan dalam memahami islam.
B. Saran
Dengan mempelajari karakteristik ajran islam ini, kita mampu dan bisa memahami
bagaimana sesungguhnya kontribusi islam berada dalam berbagai posisi, yang meliputi bidang
social, ekonomi, kesehatan, pilitik dan disiplin ilmu. Tidak hanya itu saja namun yang terpenting
adalah bagaimana kita bisa mengaplikasikan ajaran islam dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
http://indonesia-admin.blogspot.com/2010/02/karakteristik-ajaran-islam.html
http://rakyatnusantara.wordpress.com/2013/01/19/karakteristik-ajaran-islam/
http://sinforan.blogspot.com/2012/02/karakeristik-ajaran-islam-dalam.html
http://infomakalahkuliah.blogspot.com/2012/10/v-behaviorurldefaultvmlo.html
http://www.gizikia.depkes.go.id/wp-content/uploads/downloads/2013/03/Artikel-Pemikiran-Islam-
dan-Kesehatan.pdf
H. Jalaluddin, 2001, Teologi Pendiikan, Jakarta: PT. RajaGrafindo.

You might also like