You are on page 1of 3

TUGAS REVIEW METODE RISET

Oleh : Jehan Noor Auda

1. Life Cycle Analysis


Ada beberapa macam terminologi dalam life-cycle assessment tetapi yang diterima oleh kebanyakan adalah
terminologi yang dirumuskan oleh Society for Environmental Toxicology and Chemistry (SETAC) dalam
rapat internasional. Life-cycle assessment (LCA) adalah proses evaluasi dampak yang dimiliki oleh
suatu produk terhadap lingkungan sepanjang umur hidupnya. LCA dapat digunakan untuk mempelajari
dampak, baik dari produk maupun fungsi yang diharapkan dari produk tersebut. LCA secara umum dikenal
sebagai analisis "cradle-to-grave". Oleh karena LCA merupakan proses yang berkelanjutan. Elemen utama
dari LCA antara lain :
 Mengidentifikasi dan mengkuantifikasikan semua bahan yang terlibat, misalnya energi dan bahan
baku yang dikonsumsi, emisi dan limbah yang dihasilkan.
 Mengevaluasi dampak yang potensial dari bahan-bahan tersebut terhadap lingkungan.
 Mengkaji beberapa pilihan yang ada untuk menurunkan dampak tersebut.
Tujuan LCA adalah untuk membandingkan semua kemungkinan kerusakan lingkungan yang dapat
diakibatkan dari suatu produk maupun proses, agar dapat dipilih produk maupun proses yang mempunyai
dampak paling minimum.

Langkah-langkah Life-Cycle Assessment ( LCA)


Langkah 1
Langkah pertama dalam LCA adalah menentukan ruang lingkup dan batasan dari pembahasan. Langkah ini
dinamakan goal and scope definition. Pada tahap ini, alasan untuk melaksanakan LCA diidentifikasikan:
penentuan produk, proses, maupun pelayanan yang akan dipelajari; pemilihan unit fungsional dari produk;
penentuan pilihan tentang batasan sistem, termasuk batasan ruang maupun waktu. Batasan sistem
menentukan unit proses mana yang tercakup dalam pembahasan LCA dan batasan tersebut harus
mencerminkan tujuan dari pembahasan. Kesimpulannnya, tahap ini mencakup deskripsi dari metode yang
diaplikasikan untuk memperkirakan potensi dampak lingkungan dan dampak mana yang akan
diperhitungkan.

Langkah 2
Langkah kedua dalam life-cycle assessment adalah menginventrisasikan input, seperti bahan baku dan
energi, dan output, seperti produk, produk samping, limbah, dan emisi, yang terjadi dan digunakan
sepanjang daur hidupnya. Langkah ini disebut sebagai life-cycle inventory dan kadang merupakan langkah
yang membutuhkan porsi waktu dan data paling banyak di antara langkah-langkah yang lain. Contoh dari
life-cycle inventory dan pembahasan yang lebih detil tentang life-cycle inventory ada di bab berikutnya.

Langkah 3
Hasil dari langkah life-cycle inventory merupakan kumpulan bahan/material yang terkandung dari setiap
bahan yang digunakan atau yang dikeluarkan. Untuk mengubah tiap elemen dalam inventarisasi tersebut
menjadi suatu kajian kualitatif terhadap kondisi lingkungan maka memerlukan suatu langkah untuk
memperkirakan dampak lingkungan yang merupakan akibat dari emisi dan bahan yang
digunakan.Sehingga, langkah ketiga ini adalah untuk memperkirakan dampak lingkungan dari semua
input dan output yang sudah terkumpul dalam inventaris tahap dua. Langkah ini disebut life-cycle
impact assessment.

Langkah 4 :
Langkah keempat dalam life-cycle assessment adalah untuk menginterpretasikan hasil dari langkah ketiga,
bila mungkin disertakan saran untuk langkah perbaikan. Jika life-cycle assessment ditujukan untuk
membandingkan produk,langkah ini bisa berisi tentang rekomendasi produk yang paling ramah terhadap
lingkungan. Jika hanya satu produk yang dianalisis, saran untuk memodifikasi produk bisaditambahkan
dalam tahap ini. Langkah keempat ini disebut improvement analysis atau interpretation step.

2. Multidimensional Scaling (MDS)


Borg dan Groenen (2005) menyatakan bahwa MDS merupakan analisis statistik untuk mengetahui
kemiripan dan ketidak miripan variabel yang digambarkan dalam ruang geometris. Kelemahannya menurut
Lee (2011) adalah hanya berdasarkan pada permodelan kognitif. Pada dasarnya MDS merupakan salah satu
teknik analisis multivariate yang dapat membantu kita dalam menginterpretasikan atau menemukan
hubungan antara beberapa variabel dengan hanya melihat peta spasial yang dihasilkan dan mewakili
persepsi dan preferensi responden. MDS juga dapat membantu untuk mengidentifikasi dimensi kunci yang
mendasari evaluasi objek dari responden tanpa mendeskripsikan sifat atau atribut-atribut terlebih dahulu.
Salah satu kelebihan MDS adalah fleksibilitasnya terhadap tipe data yang akan diolah. Selain itu MDS
memiliki berbagai tipe penyelesaian, tipe tersebut dikelompokkan dalam dua kelompok yaitu metric dan
tipe non-metrik.
Langkah-langkah Multidimensional Scaling
Ada beberapa langkah yang dilakukan dalam penggunaan MDS, yaitu penentuan dimensi dan atribut
melalui diskusi pakar, penilaian dan pemberian skor secara ordinal dalam rentang 0 (buruk) sampai 3 (baik)
sesuai dengan karakter atribut oleh responden terpilih atau berdasarkan data-data yang didapat (baik primer
maupun sekunder). Langkah selanjutnya melakukan ordinasi MDS terhadap dimensi analisis pengungkit
(leverage factor) atau atribut-atribut berdasarkan Root Mean Square (RMS) pada sumbu x. Tahap terakhir
adalah melakukan analisis Monte Carlo untuk mengetahui pengaruh galat dalam pemberian skor. Untuk
mengetahui ketepatan analisis dilakukan penentuan Goodness of fit dalam MDS.

Pemilihan Metode
Diantara metode LCA dan MDS, metode yang paling sesuai untuk riset mengenai “Analisis Daya Dukung
Lahan Kabupaten Tangerang” adalah metode MDS. Pemilihan metode MDS didasarkan pada beberapa
literatur yang menggunakan metode ini dalam pengkajian keberlanjutan lingkungan.
Dengan menggunakan metode MDS, maka dapat ditentukan atribut-atribut sensitif yang berpengaruh
terhadap kemampuan lahan. Adanya perubahan terhadap atribut-atribut (leverage factor) akan
mempengaruhi nilai daya dukung lahan.
Selanjutnya analisis monte carlo dimaksudkan untuk menilai apakah hasil keluaran MDS ini dapat
berkelanjutan atau tidak. Hasil selisih antara monetcarlo dan MDS ini mencerminkan status keberlanjutan.
Kecilnya indeks keberlanjutan antara kedua metode tersebut mengindikasikan bahwa (1) kesalahan dalam
pembuatan skor setiap atribut relatif kecil, (2) ragam pemberian skor setiap atribut relatif kecil, (3) proses
analisis yang dilakukan secara berulang ulang stabil, (4) kesalahan pemasukan data data yang hilang dapat
dihindar
Kesesuain penggunaan metode MDS dalam riset mengenai “Analisis Daya Dukung Lahan Kabupaten
Tangerang” akan dikaji lebih lanjut, karena pada dasarnya metode yang sangat sesuai untuk riset tersebut
adalah metode scoring dan metode overlay.

You might also like