Professional Documents
Culture Documents
Review Metode
Review Metode
Langkah 2
Langkah kedua dalam life-cycle assessment adalah menginventrisasikan input, seperti bahan baku dan
energi, dan output, seperti produk, produk samping, limbah, dan emisi, yang terjadi dan digunakan
sepanjang daur hidupnya. Langkah ini disebut sebagai life-cycle inventory dan kadang merupakan langkah
yang membutuhkan porsi waktu dan data paling banyak di antara langkah-langkah yang lain. Contoh dari
life-cycle inventory dan pembahasan yang lebih detil tentang life-cycle inventory ada di bab berikutnya.
Langkah 3
Hasil dari langkah life-cycle inventory merupakan kumpulan bahan/material yang terkandung dari setiap
bahan yang digunakan atau yang dikeluarkan. Untuk mengubah tiap elemen dalam inventarisasi tersebut
menjadi suatu kajian kualitatif terhadap kondisi lingkungan maka memerlukan suatu langkah untuk
memperkirakan dampak lingkungan yang merupakan akibat dari emisi dan bahan yang
digunakan.Sehingga, langkah ketiga ini adalah untuk memperkirakan dampak lingkungan dari semua
input dan output yang sudah terkumpul dalam inventaris tahap dua. Langkah ini disebut life-cycle
impact assessment.
Langkah 4 :
Langkah keempat dalam life-cycle assessment adalah untuk menginterpretasikan hasil dari langkah ketiga,
bila mungkin disertakan saran untuk langkah perbaikan. Jika life-cycle assessment ditujukan untuk
membandingkan produk,langkah ini bisa berisi tentang rekomendasi produk yang paling ramah terhadap
lingkungan. Jika hanya satu produk yang dianalisis, saran untuk memodifikasi produk bisaditambahkan
dalam tahap ini. Langkah keempat ini disebut improvement analysis atau interpretation step.
Pemilihan Metode
Diantara metode LCA dan MDS, metode yang paling sesuai untuk riset mengenai “Analisis Daya Dukung
Lahan Kabupaten Tangerang” adalah metode MDS. Pemilihan metode MDS didasarkan pada beberapa
literatur yang menggunakan metode ini dalam pengkajian keberlanjutan lingkungan.
Dengan menggunakan metode MDS, maka dapat ditentukan atribut-atribut sensitif yang berpengaruh
terhadap kemampuan lahan. Adanya perubahan terhadap atribut-atribut (leverage factor) akan
mempengaruhi nilai daya dukung lahan.
Selanjutnya analisis monte carlo dimaksudkan untuk menilai apakah hasil keluaran MDS ini dapat
berkelanjutan atau tidak. Hasil selisih antara monetcarlo dan MDS ini mencerminkan status keberlanjutan.
Kecilnya indeks keberlanjutan antara kedua metode tersebut mengindikasikan bahwa (1) kesalahan dalam
pembuatan skor setiap atribut relatif kecil, (2) ragam pemberian skor setiap atribut relatif kecil, (3) proses
analisis yang dilakukan secara berulang ulang stabil, (4) kesalahan pemasukan data data yang hilang dapat
dihindar
Kesesuain penggunaan metode MDS dalam riset mengenai “Analisis Daya Dukung Lahan Kabupaten
Tangerang” akan dikaji lebih lanjut, karena pada dasarnya metode yang sangat sesuai untuk riset tersebut
adalah metode scoring dan metode overlay.