You are on page 1of 20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kandidiasis genitalis
1. Definisi
Kandidiasis genitalis adalah infeksi jamur Candida albicans
pada genitalia. Jamur Candida albicans merupakan penyebab yang
sering dijumpai pada genitalia dan daerah perigenital wanita. Penyakit
yang ditimbulkan oleh jamur tersebut dikenal sebagai kandidiasis atau
kandidosis7.
Candida albicans tumbuh subur di tempat-tempat hangat,
gelap, dan basah. Candida albicans sebenarnya adalah mikroflora
normal yang ada di dalam tubuh manusia. Namun jika keseimbangan
mengalami gangguan akibat beberapa faktor maka akan menyebabkan
Candida albicans tumbuh melebihi batas dan akhirnya menyebabkan
infeksi6.

2. Epidemiologi
Candida albicans dapat ditemukan pada manusia di seluruh
dunia, terutama menimbulkan penyakit pada golongan usia lanjut,
kaum wanita dan bayi. Candida albicans pada tubuh manusia dapat
bersifat dua macam yaitu sebagai saprofit yang terdapat pada tubuh
manusia tanpa menimbulkan gejala apapun, baik objektif maupun
subjektif. Atau sebagai parasit yang dapat menimbulkan infeksi
primer atau sekunder terhadap kelainan yang telah ada. Sebagai
saprofit, Candida albicans pada tubuh manusia dapat dijumpai di
kulit, selaput lendir mulut, saluran pencernaan, saluran pernapasan,
vagina dan kuku. Candida albicans menimbulkan penyakit pada kulit
dan mukosa, kadang-kadang pada keadaan yang berat yaitu resistensi
tubuh penderita menurun, misalnya pada penyakit-penyakit keganasan
(malignant diseases), tranplantasi organ, pengobatan dengan

7
imunosupresif dan antibiotik spektrum luas yang dapat menimbulkan
kandidiasis sistemik, septikemi, endokarditis dan meningitis7.
Infeksi Candida albicans pada genitalia juga dapat
mengakibatkan balanitis, kadang-kadang uretritis pada pria dan vulvo-
vaginitis pada wanita. Diabetes mellitus berperan penting sebagai
latar belakang penyakit-penyakit tersebut. Kandidiasis genitalis pada
umumnya ditularkan melalui hubungan kelamin, karena itu
digolongkan juga dalam penyakit-penyakit yang ditularkan melalui
hubungan kelamin. Telah lama diketahui bahwa para ibu yang
menderita vulvo-vaginitis kandida dapat menularkannya pada bayi
yang dilahirkannya. Dikemukakan bahwa hal ini merupakan penyebab
terpenting terjadinya kandidiasis oral pada bayi10.

3. Gejala Klinis
a. Pada wanita
Vulvo-vaginitis yang disebabkan kandida, mengenai kaum
wanita pada masa aktif seksual dan dapat timbul dalam asosiasi
kehamilan, diabetes mellitus, penggunaan obat kortikosteroid dan
antibiotika. Agen kausatif dapat bersumber pada rektum, tampak
peradangan pada mukosa, vulva dan vagina disertai gejala-gejala
subjektif yang intens berupa gatal-gatal, nyeri, dan rasa panas.
Vulva tampak bengkak, merah, dan berfisura7.
Pada pemeriksaan inspekulo, mukosa vagina tampak
tertutup pseudomembran putih seperti keju. Apabila diangkat akan
tampak bercak-bercak hemoragik. Serviks tampak bengkak, merah
dan erosif. Sekret biasanya sedikit seperti air, tetapi kadang-kadang
banyak dan berwarna putih, mengandung noda-noda seperti keju
atau purulen. Labia majora tampak bengkak dan merah, tertutup
oleh lapisan putih yang menunjukkan maserasi10.
Lesi-lesi cenderung menjalar ke daerah inguinal dan
gluteal. Kadang-kadang lesi-lesi ini terasa amat sakit dan

8
menimbulkan dispareunia sehingga menyulitkan pemeriksaan
dengan spekulum. Vulvo-vaginitis akibat kandida perlu dibedakan
dari gonore, di sini perasaan nyeri kurang, disertai sekret dalam
jumlah tidak begitu banyak dan berwarna kuning kehijauan11.
b. Pada pria
Balanitis disebabkan oleh kandida. Kandidiasis genitalis
pada pria, secara klinis tampak sebagai balanopostitis dengan rasa
gatal-gatal dan panas pada glands penis dan preputium. Pada
pemeriksaan tampak glands penis dan preputium eritematous
disertai vesikel-vesikel, ulsera superfisial dan pseudomembran
adheren yang terdiri atas zat seperti keju. Kadang-kadang keluar
sekret dari uretra seperti air atau mukoid11.
Pada kasus yang berat terutama penderita diabetes mellitus
dapat timbul erosi dan ulkus pada glands penis serta edema
preputium. Tanpa pengobatan akan terjadi fimosis dan terdapat
sekret seperti air di bawah preputium. Lesi-lesi dapat menyebar ke
daerah sekitarnya, terutama ke daerah skrotum, regio inguinal dan
lipatan gluteal, tempat terdapatnya lesi-lesi eritematous dengan
skuama yang terasa gatal10.
Kandidiasis genitalia pada pria dapat berlangsung tanpa
gejala (asymptomatik). Gejala-gejala terutama timbul pada
penderita yang tidak mengalami sirkumsisi. Candida albicans
dapat ditemukan di bawah preputium. Sebagai diagnosis
diferensial, dapat disebutkan dermatitis kontak yang disertai
edema dan fimosis7.

4. Diagnosis laboratorium
Diagnosis laboratorium dapat ditegakkan dengan melakukan
pemeriksaan sampel sekret vagina pada wanita dan sekret uretra pada
pria, secara mikroskopis apabila ditemukan jamur Candida albicans
maka diagnosa laboratorium dapat ditegakkan. Secara klinis diagnosis

9
Candida albicans ditegakkan berdasarkan adanya sekret berwarna
putih yang bergumpal kadang-kadang kental seperti susu basi yang
pecah, bau tidak sedap dan rasa gatal pada vulva atau vagina, sering
disertai warna merah pada vulva dan rasa perih pada vagina atau
ujung penis12.
Pemeriksaan mikologi dilakukan melalui tahap sebagai
berikut: untuk bahan-bahan dari vagina, bawah preputium dan dari
uretra diambil dengan usap steril (swab), ditambahkan larutan garam
faal atau diwarnai dengan cara Gram. Dalam sediaan Gram, kandida
bersifat Gram positif (+). Dalam sediaan langsung yang ditambahkan
KOH 10-20% kemudian diperiksa di bawah mikroskop, jamur tampak
sebagai sel-sel berbentuk lonjong dengan atau tanpa tunas, terpisah
satu-satu atau dalam kelompok blastospora. Di samping itu, tampak
benang-benang hifa jamur dan pseudohifa yang sebetulnya adalah
perpanjangan tunas10.

5. Cara Penularan
Setiap wanita mempunyai risiko yang sama untuk mengalami
infeksi jamur pada vagina. Bahkan bagi wanita yang tampak sehat
seringkali terdapat jamur di dalam vaginanya. Keberadaan jamur
dalam vagina ini sebenarnya normal. Jika sistem kekebalan tubuh dan
lingkungan vagina yang kondisinya asam, maka kuman-kuman itu
tidak akan mudah masuk. Sebaliknya jika keseimbangan pH vagina
terganggu, jamur akan mudah berkembang biak secara tidak terkontrol
dan mengakibatkan infeksi13.
Faktor utama penyebab kandidiasis vagina adalah masalah
kebersihan (personal hygiene). Infeksi jamur ini dapat disebabkan
oleh air kotor yang digunakan untuk membersihkan vagina. Di
samping itu, pakaian dalam yang kotor atau tidak diganti secara
teratur juga dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi. Pakaian
dalam ketat atau berbahan nilon dapat menyebabkan vagina menjadi

10
lembap sehingga menyediakan lingkungan yang ideal bagi
2
pertumbuhan jamur .
Wanita yang terkena kandidiasis bisa berpotensi menularkan
infeksi pada pasangan seksualnya. Banyak pria mengembangkan
infeksi Candida pada genitalia, yang biasanya tampak sebagai
balanitis atau balanopostitis. Sumber infeksi ini secara normal berasal
dari pasangan seksual wanita, dan masa inkubasinya 2-3 hari.
Penularan Candida albicans pada pria diperkirakan sekitar 10%.
Berbagai kondisi yang menurunkan keasaman vagina dan dapat
meningkatkan resiko terkena infeksi jamur vagina sebagai berikut :
a. stress
b. kurang tidur
c. diet yang buruk atau terlalu banyak makan makanan yang
mengandung gula
d. kehamilan
e. menstruasi
f. menggunakan pil KB
g. menggunakan antibiotik
h. menggunakan obat-obatan steroid
i. penyakit seperti diabetes yang tidak terkontrol atau infeksi HIV13

6. Media Penularan
Jamur Candida albicans merupakan penyebab kandidiasis.
Jamur ini mempunyai habitat di tempat-tempat lembab dan air. Air
yang tergenang di toilet umum mengandung 70% jamur Candida
albicans penyebab keputihan. Sedangkan air yang mengalir dari kran
toilet umum, mengandung kurang lebih 10-20% jamur Candida
albicans2. Selain itu, pertukaran cairan tubuh sewaktu berhubungan
seksual juga berpotensi menjadi sarana penyebaran penyakit ini1.

11
7. Pencegahan Penularan
Untuk mencegah terjadinya keputihan berulang maka wanita
harus selalu menjaga kebersihan alat kelamin luar. Upaya ini sangat
penting dalam mencegah timbulnya keputihan dan juga mencegah
PMS. Seperti diketahui kulit daerah alat kelamin dan sekitarnya harus
diusahakan agar tetap bersih dan kering, karena kulit yang
lembab/basah dapat menimbulkan iritasi dan memudahkan tumbuhnya
jamur dan kuman penyakit. Jangan terlalu sering melakukan douche
(mencuci/membilas vagina) dengan larutan antiseptik karena akan
menghilangkan cairan vagina yang normal dan dapat mematikan
bakteri alamiah didalam vagina2.
Pencegahan infeksi ini dapat dimulai dengan merawat diri
sendiri, waktu istirahat yang cukup, menghindari stres serta
mengkonsumsi makanan yang sehat. Jika memiliki penyakit tertentu
seperti diabetes, agar tetap terkontrol di bawah pengawasan dokter13.
Kebiasaan melakukan seks bebas dapat memicu timbulnya
Kandidiasisis sehingga upaya pencegahan infeksi lebih dititikberatkan
pada perilaku manusia, hanya berhubungan seks dengan suami atau
istri yang sah merupakan salah satu alternatif pencegahan infeksi ini.
Pada ibu rumah tangga sebaiknya selalu memeriksakan diri secara
periodik guna mengetahui infeksi secara dini dan segera melakukan
pengobatan apabila ada gejala dan tanda infeksi. Dengan demikian
diharapkan dapat mengurangi penyebaran infeksi ini9.

8. Pengobatan
Pengobatan kandidiasis genitalis pada umumnya bersifat
pengobatan secara topikal, prinsipnya adalah aplikasi obat dalam
jangka waktu lama untuk mengeliminasi jamur sebagai penyebabnya.
Disamping pengobatan topikal perlu dicegah autoinfeksi dari saluran
pencernaan, reinfeksi dari partner seksual, serta pengobatan faktor
predisposisi misalnya diabetes mellitus. Faktor kebersihan penderita

12
seperti menghindarkan pemakaian pakaian dalam dari bahan sintetik
merupakan juga faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
pengobatan7.
a. Nistatin
Sebagai obat pertama yang dipasarkan, nistatin paling banyak
dipakai dan dianggap obat pilihan untuk kandida. Nistatin
diberikan dalam bentuk tablet vagina atau pesarium dengan cara
dimasukkan sedalam-dalamnya ke dalam vagina 2 kali sehari
selama 2 minggu.
b. Mikonazol
Dosis yang dianjurkan adalah 1 pesarium 2 kali sehari selama 7
hari.
c. Klotrinazol
Dosis yang dianjurkan adalah 1 pesarium sehari selama 6 hari atau
2 pesarium sehari selama 3 hari.
d. Ekonazol
Dosis yang dianjurkan adalah 1 supositoria vaginal, gyno-pevaryl
150 yang mengandung 150 mg ekonazol selama 3 hari.
e. Ketoconazol
Diberikan per oral 2x200 mg sehari selama 5 hari10.

B. Candida albicans
1. Klasifikasi
Taksonomi Candida menurut C. P. Robin Berkhout (1923), sebagai
berikut :
Kingdom : Fungi
Phylum : Ascomycota
Subphylum : Saccharomycotina
Class : Saccharomycetes
Ordo : Saccharomycetales
Family : Saccharomycetaceae

13
Genus : Candida
Spesies : Candida albicans14

2. Morfologi
Candida secara morfologi mempunyai beberapa bentuk elemen
jamur yaitu sel ragi (blastospora/yeast), hifa dan bentuk
intermedia/pseudohifa. Sel ragi berbentuk bulat, lonjong atau bulat
lonjong dengan ukuran 2 – 5 µ x 3 – 6 µ hingga 2 – 5,5 µ x 5 – 28 µ.
Candida memperbanyak diri dengan membentuk tunas yang akan
terus memanjang membentuk hifa semu. Pertumbuhan optimum
terjadi pada pH antara 2,5 – 7,5 dan temperatur berkisar 200C – 380C.
Candida merupakan jamur yang pertumbuhannya cepat yaitu
sekitar 48–72 jam. Kemampuan Candida tumbuh pada suhu 370C
merupakan karakteristik penting untuk identifikasi. Spesies yang
patogen akan tumbuh secara mudah pada suhu 250C– 370C, sedangkan
spesies yang cenderung saprofit kemampuan tumbuhnya menurun
pada temperatur yang semakin tinggi14.

Gambar 2.1
Morfologi Candida : (a) bentuk khamir, (b) bentuk pseudohifa, (c) bentuk hifa 3

14
3. Habitat
Candida albicans mempunyai habitat di tempat-tempat yang
lembab dan di alam bebas yaitu di air. Selain di alam bebas, Candida
albicans dapat hidup di dalam tubuh manusia sebagai parasit atau
saprofit yaitu kulit, selaput lendir mulut, saluran pencernaan, saluran
pernapasan, vagina dan kuku. Pada keadaan tertentu Candida albicans
ini dapat menjadi patogen dan dapat menyebabkan penyakit yang
disebut kandidiasis11.

4. Patogenesis
Candida albicans merupakan penyebab penyakit kandidiasis.
Infeksi dapat akut, kronik dan kelainannya bersifat superfisialis atau
sistemik. Organisme ini adalah bagian dari flora normal dari kulit,
membran mukosa dan traktus gastrointestinal. Cara infeksi endogen,
Candida albicans membentuk sel ragi (sel khamir) yang disebut juga
blastospora, multiplikasi dengan membentuk tunas semu
(psedohyphae) dapat juga membentuk hifa sejati (true hyphae)10.
Pada wanita, Candida albicans sering menimbulkan vaginitis
dengan gejala utama fluor albus yang sering disertai rasa gatal. Infeksi
ini terjadi akibat tercemar setelah defekasi, tercemar dari kuku atau air
yang digunakan untuk membersihkan diri; sebaliknya vaginitis
Candida dapat menjadi sumber infeksi di kuku, kulit di sekitar vulva
dan bagian lain11.
Hampir 75% dari semua wanita pernah mengalami
vulvovaginitis jamur, dan kira-kira 40 sampai 50% akan mengalami
infeksi berulang. Beberapa faktor predisposisi dapat mengubah sifat
saprofit Candida albicans menjadi patogen antara lain sebagai berikut:
penggunaan antibiotik, obat kortikosteroid, pemakaian pil KB,
kehamilan atau karena diabetes mellitus6.

15
5. Identifikasi
Biakan : pada media padat, agar Sabouroud suhu 250C setelah
24-48 jam, Candida albicans membentuk koloni seperti ragi (yeast-
like colony). Koloni tumbuh bentuk bulat, menonjol, opaque,
permukaan halus, licin, warna putih kekuningan. Setelah satu bulan
warna koloni menjadi krem, licin atau berkerut, bagian tepi koloni ada
hifa semu sebagai benang yang masuk ke dalam dasar medium. Di
dalam jaringan tubuh manusia, blastospora tubuh budding dan
pseudohyphae10.

C. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kandidiasis :


1. Penggunaan antibiotik
Terlalu banyak mengkonsumsi antibiotik akan membunuh
bakteri-bakteri yang menjaga keasaman vagina. Jika bakteri penghasil
asam ini mati maka kondisi vagina akan menurun sehingga
menyebabkan infeksi jamur Candida albicans6.
Dalam penelitian menunjukkan bahwa mengkonsumsi
antibiotika meningkatkan risiko kejadian kandidiasis sebesar 4 kali
dibandingkan dengan yang tidak mengkonsumsi5. Pemberian
antibiotika terutama yang mempunyai khasiat luas dengan dosis tinggi
dan waktu lama, agaknya menyuburkan Candida albicans yang
semula telah hidup di dalam tubuh sebagai saprofit bahkan mengubah
sifatnya menjadi patogen14.
2. Penggunaan obat kortikosteroid
Kortikosteroid adalah obat-obat yang digunakan untuk
mengobati asma dan penyakit auto imun seperti Lupus. Namun, obat
ini dapat menimbulkan efek merusak pada sistem kekebalan tubuh dan
meningkatkan risiko infeksi Candida albicans6.
3. Diabetes mellitus
Kadar gula di dalam darah dan urine yang meningkat akan
merangsang pertumbuhan Candida albicans. Wanita diabetes sangat

16
peka terhadap keputihan karena gula di dalam darahnya terlalu tinggi.
Jumlah glikogen yang disekresi oleh dinding vagina meningkat
sehingga bakteri normal tidak dapat melaksanakan tugasnya. Gula
dalam air kemih juga tertimbun pada vulva sehingga menyediakan
nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan jamur6.
Dalam penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang
bermakna antara diabetes mellitus dengan kejadian kandidiasis8.
Wanita penderita diabetes mellitus kemungkinan dapat berisiko
terinfeksi Candida albicans. Infeksi Candida albicans dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain faktor eksternal dan faktor internal. Faktor
eksternal meliputi cuaca panas dan tingkat kelembaban sehingga
menyebabkan banyak keringat. Faktor internal yaitu kehamilan dan
diabetes mellitus11.
4. Kehamilan
Pada saat hamil terjadi kelebihan glikogen pada epitel vagina
yang merubah derajat keasaman di dalam vagina menjadi lebih rendah
dan merangsang pertumbuhan jamur Candida albicans menjadi lebih
cepat. Infeksi kandidiasis minimal sepuluh kali lebih sering terjadi
pada kehamilan7.
5. Pemakaian pil anti hamil (pil KB)
Wanita yang menerima hormon estrogen dari pil-pil KB atau
yang berasal dari terapi hormon akan menyebabkan perubahan
metabolisme tubuh yang merangsang Candida albicans untuk
berkembangbiak. Selain itu, estrogen juga akan meningkatkan
kandungan glikogen pada vagina kurang lebih 50%. Terbentuknya
glikogen yang akan terurai menjadi gula akan memudahkan infeksi
Candida albicans6.
Dalam penelitian menunjukkan bahwa pemakaian alat
kontrasepsi hormonal meningkatkan risiko kejadian kandidiasis
sebesar 2 kali dibandingkan dengan pemakaian kontrasepsi mekanis5.
Kontrasepsi hormonal menunjukkan perubahan-perubahan di saluran

17
reproduksi yang memudahkan timbulnya infeksi saluran reproduksi.
Sedangkan pada alat kontrasepsi IUD terdapat kemungkinan ikut
masuknya mikroorganisme penyebab infeksi termasuk jamur dan
infeksi dapat terjadi melalui hubungan seksual15.
6. Faktor karakteristik
a. Umur
Umur merupakan salah satu faktor predisposisi dari infeksi
menular. Status imunologis atau daya tahan tubuh pada umur yang
muda masih cukup baik, sedangkan bertambahnya umur maka
daya tahan tubuh akan semakin berkurang. Keadaan ini
memudahkan terjadinya infeksi kandidiasis17.
Infeksi jamur dapat menyerang seluruh lapisan masyarakat
tetapi dapat dijumpai pada mereka yang berada pada masa aktif
hubungan seksual (16-40 tahun) sehingga merupakan potensi untuk
terjadinya penularan penyakit menular seksual7.
Dalam penelitian menunjukkan dari karakteristik responden
yang diteliti bahwa proporsi responden positif kandidiasis berusia
36-55 tahun lebih besar (52,2%) dari usia antara 16-35 tahun
(47,8%)5.
b. Pendidikan
Pendidikan adalah pendidikan formal yang pernah ditempuh
oleh responden selama hidupnya. Hal ini mempengaruhi responden
dalam menerima informasi dari luar, termasuk informasi tentang
kesehatan personal hygiene yang diterima seseorang sehingga
dapat membedakan perilaku kesehatan yang benar dan perilaku
kesehatan yang salah17.
Dalam penelitian menyebutkan bahwa proporsi responden
kandidiasis positif dengan tingkat pendidikan rendah (tidak tamat
SD dan SMP) menempati kasus terbanyak (9,09%) dan pendidikan
tinggi (SMA dan Perguruan Tinggi) tidak terdapat kasus8.

18
c. Pekerjaan
Pekerjaan adalah salah satu aktivitas yang dilakukan oleh
wanita setiap hari dan bisa melelahkan, sehingga menyebabkan
daya tahan tubuh menurun dan muncul gejala kandidiasis17.
Dalam penelitian menyebutkan bahwa proporsi responden
kandidiasis positif yang tidak bekerja menempati kasus terbanyak
(11,36%) daripada responden yang bekerja (9,09%)8.
7. Pengetahuan tentang Kandidiasis
Tidak semua wanita mengetahui cara melindungi diri dari
PMS. Jarang pula wanita yang dapat membedakan antara cairan vagina
yang normal, dengan yang merupakan gejala dari suatu penyakit.
Langkah paling tepat yang dapat diambil agar vagina sehat dan
terhindar dari PMS adalah membekali diri sendiri dengan pengetahuan
yang memadai. Cermat dalam berhubungan seks adalah kunci sehatnya
organ intim. Mempunyai pasangan lebih dari satu merupakan
hubungan seksual yang tidak aman. Untuk itu, gunakan kondom agar
terhindar dari penularan PMS9.
8. Berganti-ganti pasangan seksual
Setia dan jangan berganti-ganti pasangan untuk mencegah
terjadinya infeksi Candida albicans. Hal ini juga merupakan salah
satu langkah untuk menjaga dan merawat alat kelamin, hindari untuk
‘jajan’ atau selingkuh. Hanya berhubungan seks dengan suami atau
istri yang sah merupakan salah satu alternatif pencegahan infeksi ini9.
9. pH vagina
Pada saat tertentu vagina akan mengeluarkan cairan yang
diperlukan guna membasahi dinding vagina agar selalu bersih. Cairan
tersebut berasal dari selaput lendir rahim, rembesan kulit vagina dan
saluran kemih bagian atas. Gunanya untuk mempertahankan keasaman
vagina agar tidak terjadi infeksi, mempertahankan kebersihan relatif
vagina dan sebagi pelumas pada saat berhubungan seks.

19
Cairan yang keluar akan berupa lendir jernih, agak kental,
tidak berbau, tidak mengalir, tidak menimbulkan gatal pada vagina dan
pH nya antara 3,8-4,2. Dengan tingkat keasaman tersebut,
pertumbuhan berlebihan bakteri patogen dan jamur dapat dicegah
dan Lactobacillus akan tumbuh subur. pH vagina dapat berubah akibat
kondisis tubuh. Apabila pH naik diatas 5, maka insiden infeksi vagina
meningkat13.
10. Personal Hygiene
Personal Hygiene adalah upaya seseorang dalam memelihara
kebersihan dan kesehatan dirinya untuk memperoleh kesejahteraan
fisik dan psikologis. Pemenuhan personal hygiene diperlukan untuk
kenyamanan individu, keamanan, dan kesehatan. Salah satu jenis
personal hygiene diantaranya adalah perawatan genitalia. Tujuan
perawatan genitalia ini adalah untuk mencegah terjadinya infeksi,
mempertahankan kebersihan genitalia, meningkatkan kenyamanan
serta mempertahankan personal higiene19. Macam-macam perawatan
genitalia adalah sebagai berikut :
a. Kebersihan alat kelamin
Kebersihan vagina perlu diperhatikan agar kuman yang ada
di bagian belakang anus tidak pindah ke bagian depan. Cara yang
benar adalah membersihkan vagina dari bagian depan ke belakang
bukan sebaliknya. Hal ini untuk mencegah masuknya kuman dari
anus ke vagina9.
Dalam penelitian menunjukkan bahwa cara membilas
vagina yang salah meningkatkan risiko kejadian kandidiasis 2,4
kali dibandingkan cara membilas vagina yang benar. Cara bilas
vagina yang benar dengan membersihkan dari arah depan ke
belakang (dari arah vagina ke anus) agar kotoran dari anus tidak
masuk ke vagina karena bila kotoran sampai masuk dapat
menyebabkan infeksi dikarenakan kuman-kuman yang ada dalam
kotoran manusia masuk ke dalam vagina5.

20
Mengeringkan daerah sekitar vagina merupakan langkah
yang tepat sebelum berpakaian agar celana dalam yang dipakai
tidak menjadi basah dan lembab yaitu dengan menggunakan tissue
yang tidak mengandung parfum dan berwarna putih. Karena tissue
yang demikian itu tidak mengandung bahan kimia yang dapat
menyebabkan iritasi pada vagina2.
Dalam penelitian menunjukkan kondisi vagina yang basah
setelah dibilas meningkatkan risiko kejadian kandidiasis 3,5 kali
dibandingkan kondisi vagina kering setelah dibilas. Apabila vagina
tidak dikeringkan terlebih dahulu setelah dibilas akan
mengakibatkan kondisi vagina menjadi lembab dan dapat
merangsang pertumbuhan jamur5.
Bila celana dalam terkena cipratan air kemih atau air
bilasan, harus segera diganti dengan celana kering4. Memotong
bulu pubis juga penting dalam memelihara kebersihan alat kelamin
agar tidak menjadi sarang kutu dan jamur18.
b. Penggunaan air bersih
Penggunaan air bersih dalam jumlah yang banyak sangat
diperlukan untuk menjaga kebersihan badan dan alat kelamin.
Menyiram toilet umum sebelum menggunakan (flushing) harus
dilakukan untuk mencegah penularan jika ada pengguna lainnya
adalah penderita penyakit kelamin. Saat berada di toilet umum
sebaiknya gunakan selalu air yang keluar melalui kran dan hindari
penggunaan air yang berada di ember atau bak9.
c. Pemakaian jenis celana dalam
Celana dalam ikut menentukan kesehatan organ intim.
Bahan yang paling baik dari katun, karena dapat menyerap keringat
dengan sempurna. Celana dalam dari bahan nilon ataupun bahan
sintetik lainnya justru menyebabkan organ intim menjadi panas dan
lembab2. Bahan pakaian luar pun perlu diperhatikan seorang
wanita. Hindari penggunaan celana dalam dan celana jins yang

21
ketat. Bahan dari jins memiliki pori-pori yang sangat rapat,
sehingga tidak memungkinkan udara untuk mengalir secara leluasa
sehingga menjadi lembab dan berkeringat dan mudah terkena
jamur9.
Dalam penelitian menunjukkan jenis celana dalam dari
bahan nilon meningkatkan risiko kejadian kandidiasis hampir 3
kali dibandingkan jenis celana dalam dari bahan katun. Celana
dalam jenis nilon mempunyai serat-serat yang halus sehingga
sirkulasi udara tidak dapat berlangsung baik sehingga tidak dapat
menyerap keringat dan mengakibatkan kondisi vagina menjadi
lembab yang akan mempermudah pertumbuhan jamur. Adanya
pertumbuhan jamur yang berlebihan dapat menyebabkan bau dan
gatal pada vagina5.
d. Frekuensi ganti celana dalam
Frekuensi ganti celana dalam, dalam sehari minimal
sebanyak 2 kali untuk menjaga kebersihan. Selain itu memilih
bahan celana yang dapat mudah menyerap keringat karena jika
tidak, jamur bisa menempel di alat kelamin. Hindari untuk saling
bertukar pakaian dalam dengan orang lain bahkan itu keluarga
sendiri, karena setiap orang memiliki kondisi kelamin yang
berbeda9.
Dalam penelitian menunjukkan frekuensi ganti celana
dalam kurang dari 2 kali sehari meningkatkan risiko kejadian
kandidiasis 3,5 kali dibandingkan bila ganti celana dalam 2 kali
atau lebih per hari. Kondisi iklim tropis Indonesia yang panas akan
menyebabkan banyak berkeringat sehingga kondisi vagina menjadi
lembab. Kondisi vagina yang lembab dapat merangsang
pertumbuhan jamur dan menimbulkan bau dan gatal pada vagina5.
e. Frekuensi ganti pembalut wanita
Wanita yang sedang menstruasi/haid harus rajin untuk
mengganti pembalut. Karena ketika menstruasi kuman-kuman

22
mudah untuk masuk dan pembalut yang tidak diganti merupakan
tempat berkembangnya jamur dan bakteri10.
Darah yang keluar saat haid menyebabkan daerah sekitar
vagina menjadi lebih lembab. Pembalut saat haid diganti setiap
mandi dan selesai buang air kecil. Dianjurkan untuk mengganti
pembalut setiap 4 jam sekali yaitu 4-5 kali sehari disaat darah haid
sedang banyak. Bila pada hari terakhir, cukup mengganti pembalut
3 kali sehari yaitu pada pagi, sore dan malam hari2.
f. Penggunaan pembersih vagina
Pada beberapa wanita, ada yang dengan sengaja terbiasa
menaburkan bedak di vagina dan daerah sekitarnya. Tujuannya
agar organ intimnya menjadi harum dan kering sepanjang hari.
Cara itu tidak dianjurkan karena ada kemungkinan bedak tersebut
menumpuk di sela-sela lipatan vagina yang sulit terjangkau tangan
untuk dibersihkan. Ada juga yang membersihkan liang vagina
dengan alat khusus atau botol yang menyemprotkan cairan ke
vagina (spray) dan menggunakan sabun biasa atau cairan
pembersih vagina yang tidak jelas komposisinya5.
Pemakaian cairan antiseptik secara berlebihan akan
membunuh flora normal yaitu bakteri Doderlein. Kuman ini
memecah glikogen pada lendir vagina menjadi asam (pH ±4,5)
yang bersifat bakterisida (membunuh kuman). Selain itu memberi
kesempatan bagi berkembang biaknya kuman patogenik, sehingga
tubuh akan rentan terhadap infeksi18.
Penelitian di Amerika, dilaporkan bahwa pada wanita yang
melakukan bilas vagina 3 kali atau lebih dalam sebulan akan
mempunyai risiko 3,6 kali menderita PMS2.
Dalam penelitian menunjukkan pada wanita yang
melakukan bilas vagina 1 kali seminggu meningkatkan risiko
kejadian kandidiasis 2,4 kali5

23
D. Kerangka Teori

Umur Kejadian
Kandidiasis
Penggunaan Imunitas
kortikosteroid

Jenis Pekerjaan Beban kerja Penggunaan


berlebih antibiotika

Diabetes
Mellitus
Pemecahan pH keasaman
Kehamilan Glikogen vagina

Pemakaian
pil KB
Penggunaan pembersih vagina
Pengetahuan
Pendidikan tentang
Kandidiasis Personal Hygiene :
a. Kebersihan alat kelamin
b. Penggunaan air bersih
c. Pemakaian jenis celana
dalam
d. Frekuensi ganti pembalut
e. Frekuensi ganti celana
dalam

Berganti-ganti pasangan seksual

Gambar 2.2
Kerangka Teori 2,5

24
E. Kerangka Konsep

Variabel bebas Variabel Terikat

Umur

Pendidikan

Kejadian
Jenis Pekerjaan
Kandidiasis

Personal
Hygiene

Variabel perancu :
Penggunaan a. Penggunaan
pembersih vagina antibiotik
b. Penggunaan obat
kortikostroid
Penggunaan alat
kontrasepsi c. Diabetes mellitus
d. Kehamilan

pH vagina

Gambar 2.3
Kerangka Konsep

F. Hipotesis
1. Ada hubungan antara umur dengan kejadian Kandidiasis pada pasien
rawat jalan di Klinik Layanan IMS Puskesmas Sidorejo Lor Kota
Salatiga.
2. Ada hubungan antara pendidikan dengan kejadian Kandidiasis pada
pasien rawat jalan di Klinik Layanan IMS Puskesmas Sidorejo Lor
Kota Salatiga.

25
3. Ada hubungan antara jenis pekerjaan dengan kejadian Kandidiasis
pada pasien rawat jalan di Klinik Layanan IMS Puskesmas Sidorejo
Lor Kota Salatiga.
4. Ada hubungan antara personal hygiene dengan kejadian Kandidiasis
pada pasien rawat jalan di Klinik Layanan IMS Puskesmas Sidorejo
Lor Kota Salatiga.
5. Ada hubungan antara penggunaan pembersih vagina dengan kejadian
Kandidiasis pada pasien rawat jalan di Klinik Layanan IMS Puskesmas
Sidorejo Lor Kota Salatiga.
6. Ada hubungan antara penggunaan alat kontrasepsi dengan kejadian
Kandidiasis pada pasien rawat jalan di Klinik Layanan IMS Puskesmas
Sidorejo Lor Kota Salatiga.
7. Ada hubungan antara pH vagina dengan kejadian Kandidiasis pada
pasien rawat jalan di Klinik Layanan IMS Puskesmas Sidorejo Lor
Kota Salatiga.

26

You might also like