Professional Documents
Culture Documents
S1 2015 280477 Chapter1
S1 2015 280477 Chapter1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. TINJAUAN PUSTAKA
Dari keenam metode yang ada, hanya 2 metode pertama yang benar-benar dapat
digunakan dalam produksi komersial styrene monomer. Pada kedua metode tersebut,
styrene diproduksi dari ethylbenzene yang diperoleh dengan proses alkilasi benzene dan
ethylene. Di dunia sendiri, hampir 90% styrene yang diproduksi menggunakan metode
dehidrohenasi ethylbenzene.
Pada perancangan pabrik ini, juga digunakan metode dehidrogenasi ethylbenzene untuk
menghasilkan styrene monomer.
Reaksi dehidrogenasi ethyl benzene merupakan reaksi kesetimbangan yang bersifat
endotermik. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
C6H5CH2CH3 C6H5CH = CH2 + H2 ..... (1)
Reaksi terjadi pada fase uap dengan menggunakan katalis untuk
mempercepat laju reaksi dan memanfaatkan steam untuk menggeser
kesetimbangan reaksi ke arah produk. Reaksi dehidrogenasi ini dapat
dijalankan baik secara adiabatis maupun isotermal. Pendekatan yang
digunakan dalam perancangan ini adalah reaksi terjadi secara adiabatis.
Pada reaksi adiabatis, superheated steam dicampur dengan uap ethylbenzene, yang
telah dipanaskan sebelumnya, sebelum berkontak dengan katalis. Superheated steam ini
merupakan penyuplai panas yang dibutuhkan oleh reaksi. Pada reaksi dehidrogenasi
ethylbenzene menjadi styrene ini, setiap mol reaktan akan menghasilkan 2 mol produk.
Steam yang dicampurkan dengan reaktan juga berfungsi untuk menurunkan tekanan
parsial produk sehingga reaksi kesetimbangan akan bergeser ke arah produk. Selain itu,
steam juga berperan untuk mencegah penimbunan coke dalam katalis.
Reaksi dehidrogenasi berlangsung pada temperatur tinggi (reaksi endotermis).
Semakin tinggi temperatur, laju reaksi akan semakin cepat mmun sekaligus
meningkatkan terjadinya cracking ethylbenzene menjadi toluene dan benzene sehingga
dapat menurunkan selektivitas ethylbenzene menjadi styrene. Pada kasus seperti ini,
katalis berperan untuk menjaga laju reaksi dehidrogenasi cukup cepat pada temperatur
yang lebih rendah, sehingga terjadinya cracking dapat diminimalisir.
Pada proses ini, reaksi dijalankan pada tekanan 3 atm dan temperatur 600°C
dengan memanfaatkan katalis shell 105 (87.9% Fe2O3, 2.5% Cr2O3, 9.6%K2C03).