You are on page 1of 5

Prancangan Pabrik Styrene dari Ethylbenzen

Kapasitas 310.000 ton/tahun

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sytrene (dengan rumus kimia C6H5Ch=CH2) merupakan senyawa


organic dan termasuk kedalam golongan senyawa hidrokarbon aromatis.
Sytrene yang juga dikenal dengan nama vinyl benzene ini berwarna bening
dan pada kondisi normal berada dalam fase liquid.
Sytrene merupakan bahan dasar dari produk-produk plastic. Grup vinyl
dalam senyawa ini memungkinkan sytrene untuk terpolimerisasi. Beberapa
produk hasil polimerisasi yang diproduksi secara komersial diantaranya:
1. Polystyrene (PS)
Hamper 65% dari sytrene yang diproduksi digunakan untuk memproduksi
poliystyrene. Terdapat dua jenis poliystyrene yang diproduksi yaitu
General Purpose Polystyrene (GPPS) dan High Impact Polystyrene
(HIPS). Penggunaan terbesar dari polystyrene yaitu pada kemasan
makanan dan minuman.
2. Arcylonitrile Butadiene Styrene (ABS)
Karena sifatnya yang relatif keras dan tahan terhadap benturan, ABS
digunakan sebagai bahan baku produk plastik keras bagi komponen
mobil, ganggang telefon, pipa plastik dan sebagainya. Industri ABS
mengkonsumsi sekitar 8% dari total suplai styrene.
3. Styrene Butadiene Rubber (SBR)
Sekitar 5-10% suplai styrene digunakan untuk memproduksi SBR yang
digunakan dalam industri ban, radiator, karet seal dan sebagainya.
Styrene Butadiena Latex (SBL)
4. Styrene Butadiena Latex (SBL)
SBL merupakan bahan baku bagi produk seperti pelapis kertas, pelapis
karet dan busa kasur dimana produksinya mengkonsumsi sekitar 6% dari
suplai styrene.

Yacop Ardi Prabowo 09/280477/TK/34727 1


Prancangan Pabrik Styrene dari Ethylbenzen
Kapasitas 310.000 ton/tahun

Produksi styrene mulai meningkat pesat pada masa Perang Dunia II


demi memenuhi kebutuhan karet sintesis yang sangat tinggi. Tinjauan jangka
panjang menunjukkan kenaikan permintaan styrene di pasar dunia sebesar 4%
setiap tahunnya. Namun permintaan ini menurun drastis pada tahun 2008.
Sepanjang rentang tahun 2003-2008, permintaan styrene di seluruh dunia naik
hanya sekitar 0.4% setiap tahunnya.
Hingga saat ini, di Indonesia baru terdapat satu buah pabrik yang
memproduksi ethylbenzene sebagai bahan baku styrene monomer yaitu PT
Styrene Monomer Indonesia (SMI) yang sekaligus memproduksi styrene
monomer dengan kapasitas produksi sebesar 340.000 ton/tahun.
Berikut disajikan tabel yang menunjukkan peningkatan kebutuhan
styrene monomer di Indonesia pada rentang tahun 2003-2006 serta prediksi
kebutuhan styrene pada tahun 2011 dan 2015.

Tabel 1. Perkembangan Kebutuhan Styrene Monomer di Indonesia


Tahun Kebutuhan Styrene Monomer, ton
2003 220.000
2004 242.000
2005 265.000
2006 302.000
2011 443.000
2015 581.000
Sumber ( Ministry of Industry Republic of Indonesia, 2007)

Pada skala global, China, Timur Tengah, Eropa, serta negara-negara di


Amerika Tengah dan Selatan menunjukkan perkembangan tingkat
permintaaan styrene yang cukup signifikan. Di China sendiri, pada rentang
tahun 2003-2004, terjadi peningkatan impor styrene monomer sebesar 8.6%.
Dengan pertimbangan kebutuhan lokal dan dunia yang terus meningkat
tersebut, maka pendirian pabrik styrene monomer menjadi rencana yang
cukup menarik untuk dipertimbangkan. Kapasitas pabrik styrene yang akan

Yacop Ardi Prabowo 09/280477/TK/34727 2


Prancangan Pabrik Styrene dari Ethylbenzen
Kapasitas 310.000 ton/tahun

didirikan sebesar 310.000 ton/tahun dan ditujukan untuk memenuhi


kebutuhan pasar lokal (78%) dan diimpor ke pasar internasional (22%).

B. TINJAUAN PUSTAKA

Produksi styrene pertama kali dilakukan pada abad ke-19 dengan


melakukan distilasi terhadap storax. Walaupun telah diketahui bahwa styrene
dapat terpolimerisasi, namun pada saat itu proses ini tidak dilakukan secara
komersial karena polimer yang dihasilkan bersifat getas dan rapuh.
Pengembangan terhadap proses dehidrogenasi ethylbenzene untuk
menghasilkan styrene terus dilakukan secara simultan oleh The Dow
Chemical Company dan Badische Anilin-und-Soda Fabrik A.G (BASF)
hingga akhirnya pada tahun 1937 kedua perusahaan ini berhasil memproduksi
styrene monomer dengan kemurnian tinggi dan menghasilkan polimer plastik
yang bersifat stabil dan jeraih (Kirk Othmer, voi.21, 1980).
Berbagai metode yang dapat digunakan untuk memproduksi styrene
monomer telah banyak dikembangkan. Berikut ini merupakan metode-metode
yang telah dilakukan untuk memproduksi styrene monomer secara komersial
(Kirk and Othmer, 1952):
1. Dehidrogenasi ethylbenzene.
2. Oksidasi ethylbenzene menjadi ethylbenzene hydro peroxide, yang akan
bereaksi dengan propylene oxide dan kemudian alkohol nya didehidrasi
menjadi styrene.
3. Konversi oksidatif ethylbenzene menjadi phenyl alcohol melalui
acetophenon yang dilanjutkan dengan tahap dehidrasi alkohol.
4. Klorinasi rantai samping (side chain) dari ethylbenzene yang dilanjutkan
dengan proses deklorinasi.
5. Klorinasi rantai samping ethylbenzene, hidrolisis terhadap rantai alcohol
yang bersangkutan dan dilanjutkan dengan dehidrasi.
6. Pirolisis terhadap recovery petroleum.

Yacop Ardi Prabowo 09/280477/TK/34727 3


Prarancangan Pabrik Styrene dari Ethylbenzene
Kapasitas 300.000 ton/tahun

Dari keenam metode yang ada, hanya 2 metode pertama yang benar-benar dapat
digunakan dalam produksi komersial styrene monomer. Pada kedua metode tersebut,
styrene diproduksi dari ethylbenzene yang diperoleh dengan proses alkilasi benzene dan
ethylene. Di dunia sendiri, hampir 90% styrene yang diproduksi menggunakan metode
dehidrohenasi ethylbenzene.
Pada perancangan pabrik ini, juga digunakan metode dehidrogenasi ethylbenzene untuk
menghasilkan styrene monomer.
Reaksi dehidrogenasi ethyl benzene merupakan reaksi kesetimbangan yang bersifat
endotermik. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
C6H5CH2CH3 C6H5CH = CH2 + H2 ..... (1)
Reaksi terjadi pada fase uap dengan menggunakan katalis untuk
mempercepat laju reaksi dan memanfaatkan steam untuk menggeser
kesetimbangan reaksi ke arah produk. Reaksi dehidrogenasi ini dapat
dijalankan baik secara adiabatis maupun isotermal. Pendekatan yang
digunakan dalam perancangan ini adalah reaksi terjadi secara adiabatis.
Pada reaksi adiabatis, superheated steam dicampur dengan uap ethylbenzene, yang
telah dipanaskan sebelumnya, sebelum berkontak dengan katalis. Superheated steam ini
merupakan penyuplai panas yang dibutuhkan oleh reaksi. Pada reaksi dehidrogenasi
ethylbenzene menjadi styrene ini, setiap mol reaktan akan menghasilkan 2 mol produk.
Steam yang dicampurkan dengan reaktan juga berfungsi untuk menurunkan tekanan
parsial produk sehingga reaksi kesetimbangan akan bergeser ke arah produk. Selain itu,
steam juga berperan untuk mencegah penimbunan coke dalam katalis.
Reaksi dehidrogenasi berlangsung pada temperatur tinggi (reaksi endotermis).
Semakin tinggi temperatur, laju reaksi akan semakin cepat mmun sekaligus
meningkatkan terjadinya cracking ethylbenzene menjadi toluene dan benzene sehingga
dapat menurunkan selektivitas ethylbenzene menjadi styrene. Pada kasus seperti ini,
katalis berperan untuk menjaga laju reaksi dehidrogenasi cukup cepat pada temperatur
yang lebih rendah, sehingga terjadinya cracking dapat diminimalisir.

Reaksi cracking yang terjadi yaitu:


C6H5CH2CH3 C6H6 + C2H4 ..... (2)

Yacop Ardi Prabowo 09/280477/TK/34727 4


Prarancangan Pabrik Styrene dari Ethylbenzene
Kapasitas 300.000 ton/tahun

C6H5CH2CH3 + H2 C6H5CH3 + CH4 ..... (3)

Pada proses ini, reaksi dijalankan pada tekanan 3 atm dan temperatur 600°C
dengan memanfaatkan katalis shell 105 (87.9% Fe2O3, 2.5% Cr2O3, 9.6%K2C03).

Yacop Ardi Prabowo 09/280477/TK/34727 5

You might also like