You are on page 1of 17

ANALISIS KUALITAS AIR SUNGAI DESA JAMBESARI KECAMATAN

PONCOKUSUMO SEBAGAI TEMPAT BUDIDAYA IKAN

Kelompok 1, 2 dan 3 OFF B Pendidikan Kimia 2015

ABSTRAK
Dalam kehidupan ada banyak jenis air. Sesuai dengan air Kementerian Kesehatan
dapat dibagi menjadi 4 peruntukan, yaitu kelas I, II, III, dan IV. Kelas I cocok untuk minum,
kelas II digunakan untuk fasilitas fasilitas / infrastruktur, kelas ketiga digunakan untuk
budidaya ikan, sedangkan kelas IV hanya digunakan untuk irigasi atau yang setara. Dalam
penelitian ini diuji parameter kualitas air dari aliran air dari Dukuh Desa Sumberjambe
Jambesari Kecamatan Poncokusumo Malang. Parameter yang diuji meliputi pH, suhu,
kekeruhan, TSS, TDS, TS, alkalinitas, BOD, COD, TOC, kesadahan total, kesadahan Ca2+,
kadar nitrit dan kadar besi. Sampel air diambil dalam tiga waktu yang berbeda pada Sabtu sore,
Minggu pagi dan Minggu sore. Pengujian parameter ini dibandingkan dengan air budidaya ikan
standar yang dicadangkan sesuai dengan peraturan pemerintah. Hampir semua hasil dari
beberapa parameter uji menunjukkan sampel air sesuai dengan standar air untuk penetapan air
budidaya ikan.
Kata kunci: Air, Kualitas Air, Budidaya ikan

ABSTRACT
In life there are many types of water. In accordance with the Ministry of Health water
can be divided into 4 designation, ie class I, II, III, and IV. Class I is suitable for drinking, class
II is used for facilities / infrastructure facilities, the third class are used for fish farming, while
class IV only be used for irrigation or equivalent. In this study tested the water quality
parameters of the water stream from Hamlet Village Sumberjambe Jambesari Poncokusumo
District of Malang. Parameters tested include pH, temperature, turbidity, TSS, TDS, TS,
alkalinity,BOD, COD, TOC, Cahardness,2+total hardness, nitrite levels and iron levels. Water
sampled were taken in three different times that Saturday afternoon, Sunday morning and
Sunday afternoon. This parameter testing compared to standard fish farming water reserved in
accordance with government regulations. Almost all the results of several test parameters
indicate a water sample according to the standard of water for fish farming water designation.

Keywords: Water, quality, fish farming


PENDAHULUAN

Air merupakan bahan alam yang (Tafangenyasha dan Dzinomwa, 2005).


diperlukan untuk kehidupan manusia, Selain itu, berbagai aktivitas manusia
hewan dan tanaman yaitu sebagai media dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang
pengangkutan zat-zat makanan, juga berasal dari kegiatan industri, rumah
merupakan sumber energi serta berbagai tangga, dan pertanian akan menghasilkan
keperluan lainnya (Arsyad, 1989). Air limbah yang memberi sumbangan pada
sebagai materi sangat penting bagi manusia penurunan kualitas air sungai (Suriawiria,
untuk berbagai aktivitas kehidupan. 2003).
Kebutuhan akan air bersih dari tahun ke
Peningkatan jumlah penduduk
tahun diperkirakan terus meningkat.
mengakibatkan meningkatnya kebutuhan
Menurut Suripin (2002), pada tahun 2000
akan air bersih, selain itu juga diikuti
dengan jumlah penduduk dunia sebesar
dengan perubahan guna lahan dan
6,121 milyar diperlukan air bersih sebanyak
beragamnya pola hidup masyarakat yang
367 km3 per hari, maka pada tahun 2025
menghasilkan limbah domestic yang dapat
diperlukan air bersih sebanyak 492 km3 per
mencemari sungai. Masalah utama yang
hari, dan pada tahun 2100 diperlukan air
dihadapi oleh sumber daya air meliputi
bersih sebanyak 611 km3 per hari.
kuantitas air yang sudah tidak mampu
Sumber air yang tersedia di alam memenuhi kebutuhan yang terus meningkat
salah satunya yaitu sungai.Air sungai dan kualitas air untuk keperluan domestik
merupakan sumber daya alam yang yang semakin menurun. Kegiatan industri,
potensial menerima beban pencemaran domestik, dan kegiatan lain berdampak
limbah kegiatan manusia. Akibatnya negatif terhadap sumber daya air, antara
kualitas dan kuantitas air menjadi lain menyebabkan penurunan kualitas air.
berkurang (Effendi, 2003).Kualitas air Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan,
sungai dipengaruhi oleh kualitas pasokan kerusakan, dan bahaya bagi semua mahkluk
air yang berasal dari daerah tangkapan hidup yang bergantung pada sumber daya
sedangkan kualitas pasokan air dari daerah air tersebut (Effendi, 2003).
tangkapan berkaitan dengan aktivitas
Kasus penurunan kualitas air terjadi
manusia yang ada di dalamnya (Wiwoho,
di beberapa wilayah Indonesia, salah
2005). Perubahan kondisi kualitas air pada
satunya di Kabupaten Cilacap, menurunnya
aliran sungai merupakan dampak dari
kualitas air diakibatkan oleh pencemaran
buangan dari penggunaan lahan yang ada
dari buangan limbah rumah tangga maupun mengetahui kelayakan sungai
limbah industri yang tidak mengindahkan Poncokusumo sebagai pemeliharaan ikan.
aturan pembuangan dan pengolahan limbah
Penelitian meliputi parameter Ph,
yang benar terhadap kondisi lingkungan
temperature, kekeruhan, Total Suspenden
sekitarnya, sehingga berdampak pada
Solid (TSS), Total Dissolved Solid (TDS),
kondisi air sumur penduduk, air sungai
Total Solid (TS), alkalinity, Biological
maupun air tanah, terutama di Cilacap Kota
Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen
(Pemkab Cilacap, 2008).
Demand (COD), Total Organic Carbon
Pada penelitian ini dilakukakan di (TOC) , kesadahan Ca2+ , kesadahan total,
Dusun Sumberjambe Desa Jambesari kadar nitrit dan kadar besi. Pengambilan
Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten sampel dilakukan pada 3 waktu yang
Malang. Sungai Poncokusumo dimanfaat berbeda dari Sungai Poncokusumo.
oleh masyaratkat di sekitar daerah tersebut Perhitungan dari masing-masing parameter
untuk irigasi, mencuci baju, memandikan berasal dari rata-rata 3 waktu tersebut.
hewan ternak (sapi) serta digunakan
Berdasarkan latar belakang
sebagai pemeliharaan ikan. Adapun
permasalahan di atas, maka tujuan
permasalahan dalam penelitian ini yaitu
penelitian ini adalah :
sungai yang banyak dimanfaatkan dalam
aktivitas manusia digunakan pula sebagai 1. Mengetahui kualitas air sungai

pemeliharaan ikan atau budi daya ikan. Hal Poncokusumo

penting yang harus diperhatikan dalam 2. Mengetahui kelayakan sungai

pemeliharaan ikan di sungai adalah Poncokusumo sebagai

pengendalian mutu air sebagai tempat pemeliharaan ikan.

hidup ikan. Di kolam jika mutu air kurang


bagus dapat diperbaiki dengan berbagai METODOLOGI PENELITIAN
cara, misalnya dengan pemberian pupuk,
Penelitian dilaksanakan
pemberian kapur, penggantian air dan
mengunakan pendekatan deskriptif
sebagainya. Tetapi di karamba sungai atau
kuantitatif. Metode deskriptif dengan
pemeliharaan ikan di tempat terbuka
pendekatan kuantitatif dalam penelitian ini
(perairan umum) tidak dapat mengubah
digunakan untuk menggambarkan kondisi
mutu air. Menyadari bahwa kualitas air
kualitas air sungai Poncokusumo.
mempengaruhi kualitas ikan diakibatkan,
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret
maka di perlukan penelitian untuk
2018.
Gambar 1: Lokasi Pengambilan Sampel Air Sungai
Metode pengambilan sample air Poncokusumo mengunakan kreteria mutu
sungai dilakukan secara langsung dari tiga air berdasarkan Perda Provinsi Jatim
titik pantau. Sebelum dilakukan analisa di Nomor 82 Tahun 2001 dan MenKes RI
laboratorium dilakukan pengawetan agar Nomor: 416/MENKES/PER/IX/1990
tidak terjadi perubahan fisika maupun Tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan
kimia. Analisis kualitas air sungai Kualitas Air.

Tabel 1. Metode Analisa Kualitas Air


Parameter Metode
pH - dipasang bateray pada alat pH meter PHH-65A
- diambil larutan sampel yang akan diukur pHnya, dicelupkan elektroda pH meter pada sampel, lalu
diukur pHnya
- dibaca harga pH yang tertera pada layar alat pH meter
Temprature - disiapkan termometer
- diletakkan termometer pada air sungai
Kekeruhan - dimasukkan sampel air yang akan diukur dalam kuvet hingga penuh pada turbidimetri yang telah
dikalibrasi.
- ditekan tombol test
- dicatat hasil pembacaan
Penetapan - diatur furnance pada suhu 550oC dan dimasukkan cawan penguapan ke dalamnya selama ±1 jam.
Total - didinginkan dalam desikator, ditimbang dan disimpan dalam desikator.

Padatan - dituangkan sampel air ±50 mL ke dalam cawan penguapan, diuapkan.


- dikeringkan cawan dan sampel air pada temperatur ±103 o-105oC selama 1 jam
- diambil cawan dan didinginkan dalam desikator
- ditimbang
Penetapan - ditetapkan berat kertas saring dengan prosedur yang sama untuk cawan penguapan pada penetapan
Residu total padatan

Tersuspensi - diambil 50 mL sampel air dan disaring


- dikeringkan kertas saring yang berisi bahan-bahan tersaring dalam oven pada suhu 100 o-105oC
selama ±1 jam
- didinginkan dalam desikator selama ±1 jam
- ditimbang kertas saring
Uji - ditambahkan beberapa tetes indikator pp pada 100 mL sampel air yang berada pada beaker glass
Alkalinitas 200 mL
- dititrasi dengan H2SO4 0,02 N sampai warna merah muda hilang
- ditambahkan beberapa tetes indikator metil oranye
- dititrasi lebih lanjut samoai warna larutan menjadi berwarna merah muda
- diulangi langkah diatas sebanyak 2 kali
- dicatat volume H2SO4 0,02 N yang digunakan
BOD - disiapkan botol Winkler untuk BOD 0 hari dan BOD 5 hari.
- dimasukkan ± 500 mL sampel air dalam beaker glass 750 mL, kemudian diaerasi sampel tersebut
± 2 menit. (30 kali aerasi).
- diisi masing-masing botol Winkler dengan air sampel yang telah diaerasi hingga penuh, kemudian
ditutup pelan-pelan dan jangan sampai tedapat gelembung udara.
- disimpan botol Winkler untuk BOD 5 hari di tempat yang gelap.
- Pada botol Winkler untuk BOD 0 hari dibuka tutup botol Winkler, kemudian dimasukkan 1 mL
larutan MnSO4 50% dengan pipet.
- ditambahkan 1 mL larutan NaOH + KI, ditutup botol Winkler tersebut secara pelan-pelan
sehingga tidak terdapat gelembung udaradi dalamnya.
- dikocok, kemudian dibiarkan selama 10 menit.
- dipindahkan semua larutan dalam botol di atas ke dalam Erlenmeyer.
- ditambahkan ± 4 mL larutan H2SO4 4 N hingga semua endapan larut, dibiarkan selama lebih
kurang 5 menit.
- dititrasi larutan yang terbentuk dengan larutan baku Na 2S2O3 0,1 N, kemudian ditambahkan 5
tetes indikator amilum dan dilanjutkan titrasi.
- dicatat volume Na2S2O3 0,1 N yang digunakan
COD - dipipet 10 ml sampel air dan dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer
- dmasukkan 0,2 gram kristal merkuri sulfat
- dimasukkan 25 ml larutan K2Cr2O7 0,25 N, dan ditambahkan H2SO4 pekat
- dimanaskan kurang lebih 2 jam mendidih
- ditambahkan kurang lebih 50 ml akuades dan 3 tetes indikator ferroin
- dititrasi dengan Ferro Ammonium Sulfat
DO - disiapkan botol Winkler 125 mL.
- diisi botol Winkler dengna air sampel sampai penuh. Kemudian ditutup pelan-pelan dan juga
jangan sampai terdapat gelembung udara.
- dibuka tutup botol kemudian ditambahkan 1 mL MnSO4 50% dengan pipet.
- ditambahkan 1 mL NaOH + KI, ditutup botol pelan-pelan, dibiarkan selama ± 10 menit.
- dipindahkan semua larutan dalam botol di atas ke dalam Erlenmeyer 250 mL.
- ditambahkan ± 4 mL larutan H2SO4 4 N hingga semua endapan larut, dibiarkan selama ± 5 menit.
- dititrasi larutan yang diperoleh dengan larutan baku Na 2S2O3 0,01 N, kemudian ditambahkan 5
tetes indikator amilum, dan dilanjutkan titrasi.
Kesadahan - labu Erlenmeyer 250 mL disiapkan.
Total - dimasukkan ke dalamnya 100 mL sampel air yang akan diukur kesadahannya.
- ditambahkan larutan buffer pH 10 sebanyak 5 mL.
- dimasukkan indikator EBT sebanyak 50 mg.
- larutan dititrasi dengan larutan EDTA sampai terjadi perubahan warna dari merah anggur
menjadi tepat berwarna biru.
Kesadahan - labu Erlenmeyer 250 mL disiapkan.
Ca2+ - dimasukkan ke dalamnya 100 mL sampel air yang akan diukur kesadahannya.
- ditambahkan larutan buffer pH 12 sebanyak 1 mL.
- dimasukkan indikator Maurexide sebanyak 50 mg.
- larutan dititrasi dengan larutan EDTA sampai terjadi perubahan warna dari merah anggur menjadi
tepat berwarna ungu.
- dicatat volume EDTA yang dipergunakan.
Kadar Nitrit - disiapkan larutan sampel yang akan diukur kadar nitritnya.
- ditambah ± 50 mg pereaksi nitrit, kemudian diencerkan larutan sampel hingga tanda batas.
- didiamkan larutan tersebut selama 10 menit.
- diukur absorbans larutan tersebut pada panjang gelombang 512 nm, dan dialurkan pada kurva
kalibrasi yang sudah diperoleh.
Kadar Besi - disiapkan 5 buah labu ukur, 4 buah untuk larutan standar dan 1 buah untuk pembuatan
larutan blanko
- diisi masing-masing labu ukur dengan larutan induk Fe dengan volume 0,5; 1,0; 2,0; dan
2,5 mL
- ditambah 0,5 mL hidroksilamin hidroklorida 10% lalu dibiarkan 2 menit
- ditambahkan 2 mL 1, 10-fenantrolin
- dimasukkan 10 tetes natrium asetat
- diencerkan hingga tanda batas
- diukur absorbansi larutan standar pada panjang gelombang 510 nm, dibuat kurva
kalibrasinya, konsentrasi versus Absorbansi.

Metode Pengumpulan Data telah dikalibrasi. Penelitian pada air sungai


Teknik pengumpulan data dilakukan Dusun Sumberjambe Desa Jambesari
dengan observasi dan dokumentasi: Kecamatan Poncokusumo Kabupaten
a. Observasi lapangan dan pengukuran Malang menunjukkan bahwa pada Sabtu
kualitas air sungai dilakukan untuk sore air sungai memiliki pH sebesar 8,8,
mengamati secara langsung aktivitas- sedangkan pada Minggu pagi air sungai
aktivitas masyarakat. memiliki pH sebesar 8,39, dan pada
b. Dokumentasi digunakan untuk Minggu sore air sungai memiliki pH
mengambarkan kondisi lokasi sebesar 8.77. Berdasarkan data tersebut,
penelitian, pengunaan lahan dan dapat dihitung rata-rata nilai pH air sungai
aktivitas–aktivitas yang berada di yaitu sebesar 8,65. Dalam Permen RI No.
sungai Poncokusumo. 88 Tahun 2001, nilai pH normal untuk air
kelas I, II, III, dan IV adalah 6-9.
Organisme hidup, khususnya pada
HASIL DAN PEMBAHASAN
organisme perairan hidupnya akan sangat
Hasil data pengamatan dari penelitian ini baik jika pH air sungai berkisar 6 – 9.
disajikan dalam lampiran 1. Sehingga dapat disimpulkan bahwa air

pH sungai Dusun Sumberjambe Desa


Jambesari Kecamatan Poncokusumo
pH merupakan nilai tingkat
Kabupaten Malang dapat digolongan
keasaman atau basa dari air. pH perairan
sebagai air bersih dan dapat digunakan
dipakai sebagai salah satu parameter untuk
untuk budidaya ikan air tawar karena
menyatakan baik buruknya sesuatu
memiliki nilai pH yang masih masuk
perairan. pH air yang terlau basa, dapat
kategori normal air kelas I, II, III, dan IV
mendorong proses pemecahan bahan
sesuai dengan aturan baku yang telah
organik dalam air menjadi mineral-mineral
ditetapkan.
yang dapat diasimilasikan oleh tumbuh-
tumbuhan (garam amonia dan nitrat). Pada Temperatur
penelitian ini, penetapan pH dilakukan Temperatur merupakan suatu
dengan menggunakan alat pH meter yang ukuran suhu yang bisa dijadikan parameter
untuk menyatakan baik buruknya suatu 8,83 NTU, hasil tersebut masih memenuhi
perairan. Air yang mempunyai suhu terlalu aturan air bersih yang ditetapkan dalam
tinggi ataupun terlalu rendah tidak baik Permenkes No.416 Tahun 1990 dimana
untuk kehidupan makhluk hidup karena kekeruhan air maksimal adalah 25 NTU.
bisa menghambat aktifitas mikroba yang Kekeruhan air disebabkan oleh partikel-
ada pada sistem makhluk hidup tersebut. partikel tersuspensi yang mengganggu
Pada penelitian ini digunakan sampel air berlalunya cahaya dalam air. Partikel-
dari air sungai Dusun Sumberjambe Desa partikel ini dapat berupa senyawa organik,
Jambesari Kecamatan Poncokusumo dan ditemukan sebagai partikel koloid dan
Kabupaten Malang. Berdasarkan hasil partikel kasar. Partikel-partikel tersuspensi
penelitian didapatkan saat sabtu sore air ini yang menyebabkan air keruh, dimana
memiliki suhu 28℃, saat minggu pagi akan mempengaruhi transmisi cahaya yang
memiliki suhu 22,5℃, pada minggu sore melaluinya.
memiliki suhu 20,7℃ sehingga didapatkan
Kandungan TSS (Total Suspenden Solid)
rata-rata air sungai memiliki suhu 23,73℃.
Hasil pengukuran TSS air sungai di
Suhu ini terhitung tidak terlalu tinggi dan
Dusun Sumberjambe Desa Jambersari
tidak terlalu rendah karena masih dalam
Kecamatan Poncokusumo Kabupaten
kisaran 20-35℃. Sehingga dapat
Malang pada pengambilan sampel di waktu
disimpulkan bahwa air sungai Dusun
Sabtu sore sebesar 0,1 mg/L, Minggu pagi
Sumberjambe Desa Jambesari Kecamatan
sebesar 0,04 mg/L dan pada Minggu sore
Poncokusumo Kabupaten Malang dapat
sebesar 0,3 mg/L. Hasil pengukuran TSS di
digolongkan sebagai air kelas I, II, III, dan
sungai Poncokusumo berkisar antara 0,1 –
IV dan dapat digunakan sebagai air bersih
0,3 mg/L dengan rata-rata nilai kadar TSS
dan dapat digunakan untuk perairan ikan.
0,15 mg/L dimana nilai ini berada pada
Kekeruhan kriteria mutu air sungai di kelas I, II, III, dan
Pengukuran kekeruhan dilakukan IV. Berdasarkan Peraturan Pemerintah
dengan menggunakan alat turbidimetri Republik Indonesia No 82 Tahun 2001
yang sebelumnya telah dikalibrasi. Tujuan menyebutkan bahwa kadar maksimum
dari kalibrasi adalah untuk mengetes yang diperkenankan ada dalam air pada
ketepatan serta keakuratan alat tersebut kelas I dan II adalah sebesar 50 mg/L,
sehingga diperoleh hasil yang sesuai. sedangkan pada kelas III dan IV sebesar
Kekeruhan pada air sungai Poncokusumo 400 mg/L, sehingga air sungai dengan nilai
dari rata-rata 3 waktu pengambilan yaitu parameter TSS sebesar 0,15 mg/L, dapat
digunakan untuk air baku air minum, untuk dan pada kelas IV maksimal 2000 mg/L.
prasarana/sarana rekreasi air, Jadi, air sungai Poncokusumo tersebut
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan dapat digunakan untuk air minum, sarana
dan untuk mengairi pertanaman. rekreasi air, budidaya ikan dan mengairi
pertanaman.
Kandungan TDS (Total Dissolved Solid)
Uji Alkalinitas
Menurut Retnosari dan Shovitri
(2013), TDS merupakan zat padat terlarut Alkalinitas adalah suatu parameter
yang berukuran ≤ 1µm, dimana semakin kimia perairan yang menunjukkan jumlah
besar nilai TDS menunjukkan bahwa ion karbonat dan bikarbonat yang mengikat
partikel terlarut terdegradasi sempurna logam golongan alkali tanah pada perairan
menjadi gas sebaliknya penurunan nilai tawar. Nilai ini menggambarkan kapasitas
TDS disebabkan partikel terlarut telah air untuk menetralkan asam, atau biasa juga
terkonversi dalam bentuk gas yang diartikan sebagai kapasitas penyangga
dikeluarkan sebagai hasil samping proses (buffer capacity) terhadap perubahan pH.
biodegradasi oleh mikroorganisme. Zat Selain bergantung pada pH, alkalinitas juga
padat terlarut dalam air dapat berupa dipengaruhi oleh komposisi mineral, suhu,
natrium (garam), kalsium, magnesium, dan kekuatan ion. Alkaliniti pada air sungai
kalium, karbonat, nitrat, bikarbonat, Poncokusumo dari rata-rata 3 waktu
klorida, dan sulfat. pengambilan yaitu 229,17 mg CaCO3/L,
hasil yang diperoleh tersebut menunjukkan
Hasil pengukuran kandungan TDS
air sungai Poncokusumo masih memenuhi
air sungai di Kecamatan Poncokusumo
aturan air bersih yang ditetapkan menurut
Kabupaten Malang pada pengambilan
standar baku konsentrasi alkalinitas pada
sampel Sabtu sore sebesar 0,28 mg/L,
air menurut PP No 82 tahun 2001 yaitu 500
Minggu Pagi sebesar 0,3 mg/L , dan
mg CaCO3/L.
Minggu sore sebesar 0,34 mg/L. Dari ketiga
pengukuran tersebut, diperoleh rata-rata
BOD (Biological Oxygen Demand )
nilai kandungan TDS sebesar 0,31 mg/L.
Biological Oxygen Demand (BOD)
Kandungan TDS sungai di Poncokusumo
merupakan parameter yang menunjukan
berada pada kriteria baku mutu air
perkiraan pengaruh yang terjadi dalam air
berdasarkan standart Peraturan Pemerintah
akibat adanya pengurangan kadar oksigen
No.82 tahun 2001 yang ditetapkan yaitu
dalam air (Soeparman dan Suparmin.
pada kelas I,II,dan III maksimal 1000 mg/L
2002). Pengukuran BOD dilakukan dengan
inkubasi sampel air dan mengoksidasi air Minggu sore sebesar 9.23 mg/L. Sehingga
selama 5 hari dengan suhu 20oC kemudian berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 82
setelah 5 hari diamati dibandingkan Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas
kandungan oksigen dalam air sebelum dan Air dan Pengendalian Pencemaran, air
sesudah inkubasi (Fardiaz, 1992). Prinsip sungai Poncokusumo diklasifakasikan pada
penentuan kadar oksigen terlarut dengan sungai kelas IV. Kelas IV merupakan air
metode titrasi winkler ialah oksigen yang peruntukkannya dapat digunakan
didalam sampel akan mengoksidasi MnSO4 untuk mengairi pertanaman dan atau
yang ditambahkan ke dalam larutan pada peruntukan lain yang mempersyaratkan
keadaan alkalis, sehingga terjadi endapan mutu air yang sama dengan kegunaan
MnO2. Penambahan natrium hidroksida tersebut. Tingginya nilai BOD disebabkan
dan kalium iodida menyebabkan banyaknya limbah berupa senyawa organik
dibebaskannya iodin yang ekuivalen yang larut ke badan air.
dengan oksigen terlarut. Iodin yang
COD (Chemical Oxygen Demand)
dibebaskan tersebut kemudian dianalisis
dengan metode titrasi iodometri dengan Chemical Oxygen Demand (COD)

larutan standard natrium tiosulfat dan atau kebutuhan oksigen kimia merupakan

indikator amilum. jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk

Berikut ini reaksi dalam metoda Titrasi mengoksidasi zat-zat organik yang ada

Winkler yaitu dalam 1 liter sampel air. Nilai COD yang


semakin tinggi menunjukkan bahwa
MnSO4 + 2NaOH  Mn(OH)2(aq) +
kandungan senyawa organik tinggi tidak
Na2SO4 (aq)
dapat terdegradasi secara biologis dan
Mn(OH)2 + 1/2 O2  MnO2(s) + H2O(l) semakin tinggi COD maka semakin banyak
bahan organik yang terkandung dalam air,
MnO2 + 2KI + 2H2O  Mn(OH)2 + I2 +
hal ini menunjukkan kualitas air semakin
KOH
rendah. Berdasarkan PP No 82 Tahun 2001
I2 + 2Na2S2O3  2NaI + Na2S2O6 baku mutu air dengan tinjauan parameter

(Salmin 2005) COD untuk pembudidayaan ikan yang


digunakan yaitu 50 mg/L berada pada kelas
Hasil pengukuran BOD di Sungai
tiga.
Poncokusumo pada tiga waktu yang
berbeda yaitu pada sabtu sore sebesar 2.6 Hasil pengukuran parameter COD
mg/L, minggu pagi sebesar 5.2 mg/L, dan air sungai Poncokusumo pada sabtu sore
sebesar 20 mg/L, minggu pagi sebesar 180 Hasil pengukuran kadar DO di
mg/L, dan minggu sore sebesar 180 mg/L. sungai Poncokusumo pada 3 waktu yang
Dari ketiga waktu yang digunakan sebagai berbeda diperoleh rata-rata 8,55 mg/L.
pengukuran diperoleh rata-rata COD air Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor
sungai Poncokusumo sebesar 126,67 mg/L. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kadar COD yang diperoleh dari hasil Kualitas Air dan Pengendalian pencemaran
penelitian ini lebih besar daripada kadar Air, kadar DO pada air sungai
maksimal yang telah ditetapkan, sehingga Poncokusumo >6 mg/L sehingga aman
dapat disimpulkan bahwa air dari digunakan untuk budidaya ikan tawar.
Poncokusumo tidak dapat digunakan untuk
Kandungan Bahan Organik/ Total
budidaya ikan.
Organic Carbon (TOC)
DO (Dissolve Oksigen)
Penentuan kandungan bahan
Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen organik dilakukan dengan metode
= DO) dibutuhkan oleh semua jasad hidup permanganometri yang mana kandunga
untuk pernapasan, proses metabolisme atau bahan organik ditunjukkan sebagai jumlah
pertukaran zat yang kemudian mg KMnO4 yang diperlukan untuk
menghasilkan energi untuk pertumbuhan mengoksidasi zat organik yang terdapat
dan pembiakan. Kadar O2 dalam air dapat dalam satu liter sampel air yang dididihkan
lebih tinggi atau lebih rendah tergantung selama 10 menit. Semua bahan organik
dari organisme yang ada di dalam air mengandung karbon (C) yang
tersebut. Makin banyak organisme (ikan, berkombinasi dengan satu atau lebih
plankton, tanaman air) di dalam air makin elemen lainnya (Effendi, 2003). Jadi, dapat
banyak pula pemakaian O2 untuk disimpulkan bahwa TOC merupakan
pernapasan berarti makin sedikit bagian dari bahan organik. Penentuan
kandungan O2 dalam air. Apabila suhu dan masing-masing bahan organik dalam
ketinggian (altitude) besar dan tekanan sampel air cukup sulit dan sangat komplek
atmosfer kecil maka oksigen terlarut sehingga penentuan kandungan bahan
semakin kecil kadarnya ( Jerffries dan organik ditentukan menggunakan Total
Mills,1996 dalam Effendi, 2003). Semakin Organic Carbon (TOC). Kandungan TOC
tinggi kandungan Dissolved Oxygen (DO) sampel air sungai Desa Jambesari
semakin bagus kualitas air tersebut. Kecamatan Poncokusumo dari rata-rata 3
waktu pengambilan yaitu 20,86 mg/L
KMnO4. Berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416 dengan rata-rata nilai kesadahan ion Ca+
Tahun 1990 Tentang Persyaratan Kualitas sebesar 51,40 ppm. Berdasarkan Peraturan
Air Bersih, hasil tersebut melebihi batas Menteri Kesehatan RI No.
maksimum yaitu 10 mg/L yang 416/Menkes/Per/IX/1990, tentang syarat-
menunjukkan bahwa air sungai tidak syarat kualitas air bersih, menyatakan
memenuhi syarat air bersih. Tingginya bahwa kadar maksimum kesadahan
kandungan zat organik yang terkandung (CaCO3) yang diperbolehkan yaitu 500
dalam air sungai mengindikasikan bahwa mg/L (ppm), sedangkan WHO (1984)
sungai tersebut mnegalami pencemaran mengemukakan bahwa air yang dikatakan
akibat sanitasi yang buruk berupa persapan sadah jika mengandung garam minerah
limbah mandi, cuci dan kakus ( MCK), khususnya CaCO3 sekitar 320-534 ppm,
limbah dapur, industri rumah tangga serta menurut EPA air yang dikatakan sadah jika
limbah binatang piaraan atau kotoran ikan mengandung CaCO3 sekitar 150-300 ppm.
dan hewan lainnya. Bila melewati batas maksimum maka harus
diturunkan (pelunakan). Disimpukan
Penetapan Kesadahan Air
bahwa tingkat kesadahan air sungai di
Kalsium merupakan salah satu Dusun Sumberjambe Desa Jambesar
unsur yang terdapat di perairan. Adanya Kecamatan Poncokusumo Kabupaten
kalsium di dalam air berasal dari batuan Malang tergolong rendah.
alam yang terkikis dan terbawa oleh aliran
Kadar Nitrit
air. Keberadaan kalsium sering pula
diidentikkan dengan kesadahan air, Berdasarkan hasil analisa
semakin banyak ion kalsium maka air kandungan nitrit (NO2) dalam air sungai di
tersebut semakin sadah. Berdasarkan hasil Dusun Sumberjambe Desa Jambesari
analisa kesadahan sampel air sungai di Kecamatan Poncokusumo Kabupaten
Dusun Sumberjambe Desa Jambesari Malang menunjukkan bahwa konsentrasi
Kecamatan Poncokusumo Kabupaten nitrit pada pengambilan sampel diwaktu
Malang menunjukkan bahwa kesadahan Minggu sore pada 3x pengujian adalah
Ca+ pada pengambilan sampel diwaktu sebesar 0,192 ppm, 0,214 ppm, dan 0,160
Sabtu sore sebesar 140,25 ppm, minggu ppm. Nilai konsentrasi Nitrit sungai
pagi sebesar 3,4 ppm, sedangkan pada Poncokusumo berkisar antara 0,16 - 0,214
Minggu sore sebesar 10,56 ppm. Nilai ppm (mg/L) dengan rata-rata nilai kadar
kesadahan ion Ca+ sungai Poncokusumo nitrit sebesar 0,190 ppm, dimana nilai ini
berkisar antara 3,4-140,25 ppm (mg/L) melebihi ambang batas kriteria mutu air
sungai di kelas I,II,II, maupun kelas IV. Berdasarkan hasil analisa kandungan besi
Berdasarkan Peraturan Pemerintah (Fe) dalam air sungai di Dusun
Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Sumberjambe Desa Jambesari Kecamatan
menyebutkan bahwa kadar maksimum Poncokusumo Kab. Malang menunjukkan
yang diperkenankan ada dalam air pada bahwa konsentrasi Fe sebesar 0,17 ppm
kelas I, II, III, dan IV adalah sebesar 0,06 (mg/L). Sehingga dapat disimpulkan bahwa
mg/L, sehingga air sungai dengan nilai kadar Fe dalam sampel air sungai
parameter Nitrat sebesar 0,190 ppm (mg/L), Poncokusumo masih dalam batas kadar
tidak dapat digunakan untuk sarana normal sesuai dengan Peraturan Menteri
rekreasi, pembudidayaan ikan air tawar, Kesehatan RI
peternakan dan pertanian. Sumber nitrit No.416/MENKES/PER/IX/1990 tentang
dimungkinkan berasal dari limbah industri baku mutu air bersih dengan kadar besi (Fe)
dan limbah domestik dari para penduduk yang diizinkan untuk air bersih adalah 1,0
sekitar . Perairan alami mengandung nitrit mg/L. Sementara menurut Peraturan
sekitar 0,001 mg/L dan sebaiknya tidak Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang
melebihi 0,06 mg/L . Berdasarkan Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
kandungan konsentrasi nitrit dalam sungai Pencemaran, maka air sungai
Poncokusumo sebesar 0,190 ppm (mg/L). diklasifikasikan pada kelas 1. Kelas 1
Mengindikasikan bahwa air sungai sudah merupakan air yang peruntukannya dapat
tidak berada pada kondisi alamiahnya digunakan untuk air bakti air minum, dan
sehingga tidak dapat digunakan sebagai atau peruntukan lain yang
budidaya ikan air tawar. mempersyaratkan mutu air yang sama
dengan kegunaan tersebut.
Kadar Fe
SIMPULAN
Penetapan kadar besi dalam air
dapat ditetapkan secara spektofotometri Berdasarkan penelilitian yang telah
berdasarkan pembentukan senyawa dilakukan dapat disimpulkan sebagai
kompleks besi(II)-1,10-fenantrolin berikut:
(Harjadi, 1990). Pada pembentukan
- Kualitas air sungai Poncokusumo
kompleks ini ditambahkan senyawa
pada parameter pH, temperature,
hidroksilamin hidroklorida sebagai
kekeruhan, TSS, TDS, Alkalinitas,
reduktor dan larutan natrium asetata
DO dan Fe dapat dikategorikan
sebagai pengatur pH.
sebagai air bersih yang dapat Septik. Jurnal Sains Dan Seni Pomits,
digunakan sebagai budidaya ikan. 2(1):7-11
- Kualitas air Poncokusumo pada
Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (DO) dan
parameter BOD, COD, TOC dan
Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD)
nitrit menunjukkan hasil yang
Sebagai Salah Satu Indikator untuk
melebihi standar air bersih sehingga
Menentukan Kualitas Perairan. Jurnal
tidak cocok sebagai budidaya ikan.
Oseana, Vol xxx, No 3 : 21-26.
DAFTAR PUSTAKA
Soeparman dan Suparmin. 2002.
Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Pembuangan Tinja dan Limbah Cair.
Air. IPB Press. Bogor Jakarta: UGC

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air: Bagi Suriawiria, Unus. 2003. Air dalam
Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kehidupan dan Lingkungan yang
Lingkungan Perairan. Penerbit Sehat. Penerbit Alumni. Bandung
Kanisius, Yogyakarta.
Tafangenyasha, C. and T. Dzinomwa.
Fardiaz. 1992. Polusi Air dan Udara. 2005. Land-use Impacts on River
Yogyakarta: Kanisius Water Quality in Lowveld Sand River
Systems in South-East Zimbabwe.
Harjadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik
Land Use and Water Resources
Dasar. Jakarta: PT Gramedia
Research 5 : 3.1-3.10.
Kartasasmita, E. Penentuan Kadar Besi (Fe) http://www.luwrr.com
dalam Sediaan Menggunakan Metode
Wiwoho, 2005, Model Identifikasi Daya
Orto Fenantrolin. Jurnal Kesehatan
Tampung Beban Cemaran Sungai
vol. 1(1). Tasikmalaya: Jurusan
Dengan QUAL2E. Tesis. Universitas
Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu
Diponegoro. Semarang
Kesehatan Bakti Tunas Husada

Peraturan Pemerintah NO 82 Tahun 2011

Retnosari, A dan M. Shovitri. 2013.


Kemampuan Isolat Bacillus sp. dalam
Mendegradasi Limbah Tangki
Lampiran 1
Data Hasil Pengamatan
Karakteristik Air Sungai Poncokusumo

Parameter Sabtu Sore Minggu Pagi Minggu Sore Rata-Rata


pH 8.8 8.39 8.77 8.65
Temperatur (oC) 28 22.5 20.7 23.73
Kekeruhan 6.49 11.34 8.66 8.83
TSS (mg/L) 0.1 0.04 0.3 0.15
TDS (mg/L) 0.28 0.3 0.34 0.31
TS (mg/L) 0.44 0.34 0.6 0.46
Alkaliniti (mg CaCO3/L) 201 293.5 193 229.17
BOD (mg/L) 2.6 5.2 9.2 5.67
COD (mg/L) 20 180 180 126.67
DO (mg/L) 6.02 2.28 17.35 8.55
TOC (mg/L KMnO4 13.62 42.03 6.92 20.86
Kesadahan Ca2+ (mg/L) 140.25 3.4 10.56 51.40
Kesadahan Total (mg/L) 222.75 4.56 282.2 169.84

Parameter Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Rata-rata


Nitrit (ppm) 0.192 0.214 0.16 0.19
Fe (ppm) 0.183 0.183 0.135 0.17
Lampiran 2
Peta lokasi pengambilan air sampel

You might also like