You are on page 1of 5

1

Bab 1
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah


Kaizen dan manajemen kaizen adalah salah satu konsep yang sedang digandrungi
dalam lingkungan bisnis saat ini (Imai, 1999). Kaizen berasal dari Jepang yang
berarti perbaikan berkesinambungan. Gemba dalam bahasa Jepang berarti tempat
yang sebenarnya, tempat dimana kejadian terjadi. Di lingkungan industri, gemba
bisa berarti tempat dimana produk atau layanan jasa dibuat. Jadi gemba kaizen
dapat diartikan sebagai perbaikan berkesinambungan yang dilakukan di tempat
kerja. Standarisasi, 5R dan penghapusan pemborosan adalah 3 pilar utama dari
gemba kaizen dalam perbaikan dengan pendekatan akal sehat dan berbiaya rendah
(Imai, 1999).

Dalam house of gemba (Imai, 1999), karyawan merupakan salah satu komponen
utama dalam sebuah kegiatan produksi yang berada di perusahaan, merupakan
ujung tombak keberhasilan dari produksi perusahaan tersebut. Keberhasilan
tersebut harus didukung dengan sikap kerja karyawan di lantai produksi. Sikap
kerja tersebut dapat dilihat dari disiplin pribadi, moral, serta bagaimana sikap
karyawan tersebut ketika harus bekerja dalam sebuah tim. Selain itu, keberhasilan
produksi juga didukung dengan adanya sistem saran yang diberikan oleh
karyawan kepada atasan, maupun sebaliknya sehingga diharapkan adanya jalinan
komunikasi yang baik diantara keduanya. Tanpa adanya komunikasi yang baik,
maka dapat dipastikan kelangsungan produksi tidak akan berjalan dengan baik.
Pengendalian kualitas juga memegang peranan penting dalam perusahaan.
Bagaimana cara perusahaan mempertahankan kualitas dari produk yang
dihasilkan, sehingga para konsumen dapat mempercayai sepenuhnya kualitas
produk tersebut.

Permasalahan lain yang menjadi fokus selanjutnya adalah, kurangnya visual


manajemen yang diberikan oleh perusahaan di lantai produksi. Sebenarnya visual
manajemen memegang peranan yang cukup penting untuk meningkatkan disiplin
2

dari para karyawan (Osada, 2002). Ada berbagai macam jenis visual manajemen,
salah satu diantaranya adalah visual display. Orang akan lebih mudah melakukan
sesuatu bila ada sejenis petunjuk aktual, yang merupakan bagian dari visual
display tersebut.

Saat ini, CV. Kiranyata Teknik memiliki beberapa permasalahan yang


berhubungan dengan tata letak tempat kerja. Peralatan yang berantakan, mesin-
mesin yang kotor dan tidak terawat, lingkungan kerja yang kotor merupakan
sebagian permasalahan yang dihadapi oleh CV. Kiranyata Teknik. Semuanya itu
menyebabkan pemborosan baik dari segi biaya maupun waktu. Pengelolaan
tempat kerja yang tidak baik, juga dapat menyebabkan pemborosan. Hal ini dapat
dilihat dari pemborosan pada segi waktu yang terjadi karena adanya tindakan yang
tidak efektif seperti gerak mencari peralatan yang akan digunakan. Pemborosan
lain berasal dari mesin yang tidak terawat dan kotor. Keadaan mesin yang tidak
terawat dan kotor menjadi penyebab utama rusaknya mesin. Kerusakan ini dapat
mengakibatkan proses produksi terganggu dan perusahaan harus mengeluarkan
biaya perbaikan yang tidak sedikit. Tempat kerja yang kotor dan berantakan dapat
menurunkan kinerja karyawan di perusahaan tersebut, karena karyawan merasa
kurang nyaman dengan tempat kerjanya padahal tempat kerja yang bersih adalah
salah satu cara untuk memurnikan batin (Osada, 2002). Menurut Takashi Osada
(Osada, 2002), pabrik bukan saja merupakan tempat kerja untuk memproduksi
barang tetapi juga untuk membuat manusianya menjadi lebih baik. Tempat kerja
yang kotor juga dapat menurunkan nilai perusahaan kita di mata konsumen,
karena akan muncul kekhawatiran akan mutu yang dihasilkan oleh perusahaan
dengan tempat kerja yang kotor.

Kedisiplinan dan moral para pekerja juga menjadi salah satu masalah yang ada di
CV. Kiranyata Teknik. Kurangnya kesadaran serta kedisiplinan karyawan dapat
dilihat pada kegiatan produksi yang berlangsung. Seringkali para karyawan
mengabaikan peraturan-peraturan yang berlaku, seperti tidak menggunakan
seragam kerja saat bekerja, tidak menggunakan alat pelindung keselamatan kerja,
3

dan bersenda gurau dengan sesama karyawan pada saat jam kerja masih
berlangsung.

5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin) merupakan terjemahan dari 5S (Seiri,


Seiton, Seiso, Seiketsu, Shitsuke) yang berasal dari Jepang. 5R adalah metode
yang digunakan untuk mengurangi pemborosan yang ada dalam pabrik dan secara
keseluruhan diterjemahkan menjadi aktivitas pembersihan di tempat kerja
(Monden, 2000). Saat ini hampir seluruh perusahaan besar di Jepang
menggunakan konsep 5R ini sebagai prinsip yang dianut oleh perusahaan dalam
mengelola tempat kerja mereka. Perusahaan-perusahaan besar seperti Toyota,
Honda dan Sony merupakan perusahaan yang dengan setia menerapkan konsep
5R baik di pabrik maupun kantor.Berbagai keuntungan dapat diperoleh dari
penerapan 5R di tempat kerja. Keuntungan tersebut antara lain hilangnya berbagai
pemborosan baik dari segi waktu maupun biaya, terciptanya lingkungan kerja
yang bersih, nyaman dan sehat serta mengurangi jumlah kecelakaan yang dialami
karyawan di tempat kerja.

Ada 3 tahap yang perlu dilakukan untuk menerapkan konsep 5R secara


menyeluruh di tempat kerja. Pertama adalah perancangan program 5R yang sesuai
dengan kondisi perusahaan dan dapat diaplikasikan secara nyata pada tempat
kerja. Perancangan program 5R ini akan menghasilkan sebuah manual yang dapat
dijadikan pedoman bagi seluruh pekerja maupun pihak manajemen untuk
menerapkan konsep 5R.

Tahap kedua adalah tahap penerapan dari rancangan program 5R yang telah
disusun pada tahap pertama. Tahap penerapan ini merupakan tahap tersulit karena
sangat bergantung pada komitmen seluruh pekerja dan pihak manajemen. Pada
tahap ini kemampuan dari pihak manajemen untuk memberikan penjelasan
mengenai program 5R dan memotivasi seluruh karyawan untuk menerapkan
program 5R dengan komitmen yang tinggi sangat dibutuhkan. Penerapan program
5R juga akan menuntut terjadinya begitu banyak perubahan terutama yang
berhubungan dengan sikap kerja dan kedisiplinan para pekerja. Hal ini harus dapat
4

diantisipasi dengan baik oleh pihak manajemen, salah satu caranya adalah dengan
mengelola berbagai perubahan tersebut dengan baik sehingga para pekerja mampu
melihat perubahan tersebut sebagai hal yang positif.

Setelah penerapan dilakukan maka perlu dilakukan evaluasi secara


berkesinambungan. Evaluasi ini perlu dilakukan untuk melihat keberhasilan dari
perancangan serta penerapan program 5R. Jika dijumpai kekurangan-kekurangan
pada tahap sebelumnya yang menyebabkan program kedua 5R terhambat maka
kedua tahapan tersebut dapat disempurnakan kembali. Sebaliknya jika
perancangan dan penerapan program 5R mampu memberikan perbaikan seperti
yang diharapkan, evaluasi secara berkesinambungan akan menjadi cambuk bagi
pekerja untuk tidak terlena dan kemudian melupakan program 5R begitu saja.

Ketiga tahap di atas menunjukkan bahwa walaupun konsep 5R merupakan konsep


yang sederhana, penerapan konsep 5R tidak dapat dilakukan dengan mudah.
Ketiga tahap dari penerapan konsep 5R ini akan diterapkan di CV. Kiranyata
Teknik, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur.

1.2. Identifikasi Masalah


Adapun identifikasi masalah yang terjadi di CV. Kiranyata Teknik adalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana hasil rancangan program Kaizen yang mampu menghilangkan
berbagai pemborosan untuk diterapkan di CV. Kiranyata Teknik dan dapat
dimengerti oleh semua pekerja di CV. Kiranyata Teknik dengan mudah?
2. Bagaimana menerapkan program Kaizen dengan baik sehingga semua
pihak yang terlibat dapat menjalankan program tersebut dengan penuh
kesadaran?
3. Bagaimana rancangan program Kaizen dapat memperbaiki keadaan lantai
produksi yang ada sekarang ini ?
5

1.3. Tujuan Penelitian


Tujuan dari diadakannya penelitian ini adalah :
1. Menghasilkan rancangan program Kaizen yang mampu meminimasi
pemborosan untuk diterapkan di CV. Kiranyata Teknik dan dapat
dimengerti oleh semua pekerja di CV. Kiranyata Teknik dengan mudah.
2. Menghasilkan rancangan program Kaizen, khususnya 5R dan
melaksanakannya dengan baik sehingga semua pihak yang terlibat dapat
menjalankan program tersebut dengan penuh kesadaran.
3. Menghasilkan rancangan Kaizen untuk karyawan, agar timbul rasa
kesadaran untuk menjaga kelangsungan proses prouksi.

1.4. Pembatasan Masalah dan Asumsi


Batasan masalah digunakan agar penelitian yang dilakukan memiliki fokus yang
jelas. Pada penelitian ini pembatasan masalah dan asumsi yang digunakan adalah:

Pembatasan masalah :
1. Penghapusan pemborosan dilakukan hanya dengan menggunakan konsep
Kaizen.
2. Pada penelitian ini tidak dibahas keuntungan finansial bagi CV. Kiranyata
Teknik yang dihasilkan melalui perancangan konsep Kaizen.
3. CV. Kiranyata Teknik terdiri dari bagian produksi dan kantor. Perancangan
program Kaizen hanya dilakukan pada bagian produksi.
4. Proses produksi yang diteliti hanya pada bagian produksi untuk produk
karet strap dan produk cushion saja.
5. Penelitian dibatasi sampai tahap usulan saja, karena adanya keterbatasan
biaya dan waktu untuk melaksanakan tahap implementasi.

Asumsi-asumsi :
1. Tidak ada penambahan jumlah mesin, peralatan kerja dan barang-barang
lainnya selama penerapan program Kaizen.
2. Tingkat keterampilan operator di setiap mesin dianggap sama.

You might also like