You are on page 1of 6

5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep kebutuhan dasar nyeri


1. Pengertian
Nyeri adalah respons subjektif terhadap stresor fisik dan psikologis.
Semua individu mengalami nyeri pada beberpa tempat selama hidup
mereka (Priscilla LeMone, 2016).
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan
bersifat sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap
orang dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah
yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang
dialaminya. (Hidayat, 2014).
Berikut adalah pendapat beberapa ahli mengenai pengertian nyeri:
a. Mc.Coffery (1979), mendefinisikan nyeri sebagai suatu keadaan
yang mempengaruhi seseorang yang keberadaannya diketahui
hanya jika orang tersebut perna mengalaminya.
b. Wolf Weifdel Feurust (1974), mengatakan bahwa nyeri merupakan
suatu perasaan menderita secara fisik dan mental atau perasaan
yang bisa menimbulan ketegangan.
c. Arthur C.Curton (1983), mengatakan bahwa nyeri merupakan
suatu mekanisme produksi bagi tubuh, timbul ketika jaringan
sedang dirusak, dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk
menghilangkan rangsanga nyeri.
d. Scrumum, mengartikan nyeri sebagai suatu keadaan yang tidak
menyenangkan akibat terjadinya rangsangan fisik maupun dari
serabut saraf dalam tubuh keotak dan diikuti oleh reaksi fisik,
fisiologis dan emosional.

2. Tujuan
Tujuan dari rasa nyaman nyeri untuk pasien hernia adalah untuk
menurunkan skala nyeri dari berat ke ringan dan mengontrol nyeri
dengan cara mengajarkan teknik relaksasi dan distraksi pada saat nyeri
timbul

3. Anatomi Fisiologi
6

Reseptor saraf untuk nyeri disebut nosiseptor. Ujung saraf bebas ini
bergelombang melalui seluruh jaringan tubuh kecuali otak. Nosiseptor
merupakan beberapa bagian yang utama pada kulit dan otot. Nyeri
terjadi ketika jaringan yang mengandung nosiseptor diciderai.
Intensitas dan durasi stimulus menentukan sensasi. Stimulus yang
intens dan berlangsung lama menghasilkan nyeri yang lebih hebat
dibandingkan stimulasi yang singkat dan ringan.
Nosiseptor berespons terhadap beberapa jenis stimulus berbahaya
yang berbeda: mekanik, kimia atau termal. Beberapa nosiseptor hanya
berespons terhadap satu jenis stimulus tunggal, sedangkan nosiseptor
lain berespon terhadap ketiga jenis stimulus. Persepsi nyeri pada
bagian tubuh yang berbeda dipengaruhi oleh variasi sensitivitas ini
terhadap jenis stimulus dan nosiseptor pada berbagai jaringan.
Trauma jaringan, inflamasi dan iskemia cenderung mengeluarkan
sejumlah biokimia. Biokimia ini memiliki beberapa efek. Zat kimia ini
seperti bradikinin, histamine, serotonin, dan ion kalium merangsang
nosiseptor secara langsung dan menghasilkan nyeri. Zat kimia ini juga
merangsang nosiseptor, meningkatkan respons nyeri dan menyebabkan
stimulus yang normalnya tidak berbahaya diterima sebagai nyeri.
Mediator kimia juga bekerja untuk memicu inflamasi, yang akhirnya
menyebabkan pengeluaran zat kimia tambahan yang menstimulasi
reseptor nyeri. Selanjutnya, yang disebut dengan nosiseptor silent
dapat menjadi sensitive terhadap stimulus mekanik karena adanya
mediator inflamasi sehingga menyebabkan nyeri yang parah dan
melemahkan serta nyeri tekan.

Gambar 2.1 Gambar 2.2


7

4. Klasifikasi nyeri
a. Nyeri berdasarkan tempatnya
1) Pheriperal pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh
misalnya pada kulit, mukosa.
2) Deep pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh yang
lebih dalam atau pada organ-organ tubuh visceral.
3) Refered pain, yaitu nyeri dalam yang disebabkan karena
penyakit organ/struktur dalam tubuh yang ditransmisikan
kebagian tubuh didaerah yang berbeda, bukan daerah asal
nyeri.
4) Central pain, yaitu nyeri yang terjadi karena perangsangan
pada sistem saraf pusat, spinal cord, batang otak, thalamus, dan
lain-lain.
b. Nyeri berdasarkan sifatnya
1) Incidental pain, yaitu nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu
menghilang.
2) Steady pain, yaitu nyeri yang timbul dan menetap serta
dirasakan dalam waktu lama.
3) Paroxysmal pain, yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas
tinggi dan kuat sekali. Nyeri tersebut biasanya menetap ± 10-15
menit, lalu mengilang, kemudian timbul lagi.
c. Nyeri berdasarkan berat ringannya
1) Nyeri ringan, yaitu nyeri denganintensitas rendah.
2) Nyeri sedang, yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi.
3) Nyeri berat, yaitu nyeri dengan intensitas yang tinggi.
Untuk mengetahui berat ringannya nyeri dilakukan pengukuran
intensitas nyeri:
1) Skala nyeri menurut Hayward
Pengukuran intensitas nyeri dengan menggunakan skala
dilakukan dengan meminta klien untuk memilih salah satu
bilangan dari 0-10 yang menurutnya menggambarkan
pengalaman nyeri yang dirasakan saat ini.

Gambar 2.3 Skala nyeri Hayward


8

2) Skala nyeri menurut Mc Gill


Pengukuran ini dilakukan dengan meminta klien untuk memilih
salah satu bilangan dari 0-5 yang menurutnya paling
menggambarkan pengalaman nyeri yang dirasakan
Skala nyeri dituliskan sebagai berikut:
0 = Tidak nyeri
1 = Nyeri ringan
2 = Nyeri sedang
3 = Nyeri berat atau parah
4 = Nyeri sangat parah
5 = Nyeri hebat
3) Skala wajah atau wong-baker FACES rating scale
Pengukuran ini dilakukan dengan cara memerhatikan mimik
wajah klien pada saat nyeri tersebut menyerang. Cara ini
diterapkan pada klien yang tidak dapat menyebutkan intensitas
nyerinya dengan skala angka, misalnya anak-anak dan lansia.

Gambar 2.4 skala wajah atau wong-baker FACES rating scale


d. Nyeri berdasarkan waktu lamanya serangan
1) Nyeri akut
Merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat
menghilang, yang tidak melebihi 6 bulan dan ditandai adanya
peningkatan tegangan otot.
2) Nyeri kronis
Merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan, biasanya
berlangsung dalam waktu cukup lama, yaitu lebih dari 6 bulan.
Yang termasuk dalam kategori nyeri kronis adalah nyeri
terminal, sindrom nyeri kronis, dan nyeri psikosomatis.

5. Kategori nyeri
Ada beberapa cara untuk mengkategorikan nyeri berdasarkan
pengalaman nyeri dari klien seperti budaya kepercayaan, koping, yang
kemudian dikategorikan berdasarkan:
a. P (pemacu), yaitu factor yang mempengaruhi gawat atau ringannya
nyeri.
b. Q (quality) dari nyeri, seperti apakah rasa tajam, tumpul atau
tersayat.
9

c. R (Region), yaitu daerah perjalanan nyeri.


d. S (severity) adalah keparahan atau intensitas nyeri.
e. T (time) adalah lama atau waktu serangan atau frekuensi nyeri.

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri


Pengalaman nyeri pada seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa
hal, diantaranya sebagai berikut:
a. Arti nyeri
Arti nyeri bagi seseorang memiliki banyak perbedaan dan hamper
sebagian arti nyeri merupakan arti yang negative, seperti
membahayakan, merusak dan lain-lain. Keadaan ini dipengaruhi
oleh berbagai faktor, seperti usia, jenis kelamin, latar belakang
social budaya, lingkungan dan pengalaman.
b. Persepsi nyeri.
Persepsi nyeri merupakan penilaian yang sangat subjektif
tempatnya pada korteks (pada fungsi evaluatif kognitif).
c. Toleransi nyeri
Toleransi nyeri.toleransi ini erat hubungannya dengan intensitas
nyeri yang dapat memengaruhi kemampuan seseorang menahan
nyeri.faktor yang dapat memengaruhi peningkatan toleransi nyeri
antara lain alkhol, obat-obatan, hipnotis,gesekan atau garukan,
pengalihan perhatian, kepercayaan yang kuat,dan
sebagainya.sementara itu faktor yang menurunkan toleransi antara
lain kelelahan, rasa marah, bosan, cemas, nyeri yang tak kunjung
hilangsakit, dan lain-lain.
d. Reaksi Terhadap nyeri
Reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk respons seseorang
terhadap nyeri seperti ketakutan, gelisah, cemas, menangis, dan
menjerit. Semua ini merupakan bentuk respons nyeri yang dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti arti nyeri, tingkat
persepsi nyeri, pengalaman masa lalu, nilai budaya, harapan sosial,
kesehatan fisik dan mental, rasa takut, cemas, usia, dan lain-lain.

7. Perubahan fungsi yang terkait nyeri


a. Kardiovaskular: karena adanya rasa nyeri yang mengakibatkan
peningkatan nadi dan peningkatan tekanan darah.
b. Muskuloskeletal: terputusnya jaringan otot akibat tindakan
pembedahan mengakibatkan respon nyeri.
10

c. Gastrointestinal: penurunan pergerakan usus karenan adanya


pembedahan.

8. Masalah keperawatan yang terjadi terkait nyeri


Nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas jaringan akibat
tindakan operasi
Tujuan: dalam waktu 3X24 jam terjadi penurunan skala nyeri
Kriteria hasil:
a. Skala nyeri berkurang
b. Tidak bengkak dan hiperemi
c. TTV dalam batas normal
Intervensi keperawatan:
a. Kaji nyeri dengan PQRST
Rasional: Untuk mengidentifikasi penyebab, penyebaran, derajat
keparahan, dan waktu terjadinya nyeri.
b. Kaji kemampuan klien mengontrol nyeri
Rasional: Banyak faktor fisiologi (motivasi, afektif, kognitif, dan
emosional) yang mempengaruhi persepsi nyeri.
c. Istirahatkan klien
Rasional: Istirahat dapat menurunkan kebutuhan oksigen yang
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan metabolisme basal.
d. Ajarkan teknik relaksasi saat nyeri timbul (Relaksasi nafas,
massage dingin, terapi fisik, akupuntur, aqua terapi)
Rasional: Relaksasi untuk meningkatkan intake oksigen.
e. Ajarkan teknik distraksi saat nyeri timbul (Bernyanyi,
mendengarkan musik, berimajinasi, berdoa, meditasi, hypnosis)
Rasional: Distraksi menurunkan stimulasi nyeri.
f. Kolaborasi dengan dokter pemberian analgetik
Rasional: Analgetik memblok lintasan nyeri sehingga nyeri
bberkuran.

You might also like