You are on page 1of 13

1.

DEFINISI KEPERAWATAN KOMUNITAS


1. Menurut WHO (1959), keperawatan komunitas adalah bidang perawatan khusus
yang merupakan gabungan keterampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan
masyarakat dan bantuan sosial, sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat
secara keseluruhan guna meningkatkan kesehatan, penyempurnaan kondisi sosial,
perbaikan lingkungan fisik, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan bahaya yang lebih
besar ditujukan kepada individu, keluarga yang mempunyai masalah dimana hal
itu mempengaruhi masyarakat secara keseluruhan
2. American Nursis Association (1973), keperawatan komunitas merupakan suatu
sistem dari praktek kepeawatan dan praktik kesehatan masyarakat yang diterapkan
untuk meningkatkan serta memelihara kesehatan penduduk.
3. WHO (1974), keperawatan komunitas adalah kesaatuan mencakup perawatan
kesehatan kerluarga (nurse health family) juga kesehatan dan kesejahteraan
masayarakat luas, membantu masyarakat tersebut sesuai dengan kemampuan yang
ada pada mereka sebelum mereka meminta bantuan kepada orang lain.
4. Ruth B.Freeman (1981), keperawtan komunitas adalah kesatuan yang unik
dari praktik keperawatan dan kesehatan masayarakat yang ditujukan pada
pengembanagn serta peningkatan kemampuan kesehatan, baik diri sendiri
sebagai perorangan maupun secara kolektif sebagai keluarga, kelompok
khusus, atau masyarakat.
5. Pradley (1985), Logan dan Dawkin (1987), keperawtan komunitas adalah
pelayanan keperawatan profesional ynag ditujukan kepada masyarakat dengan
penekanan pada kelompok resiko tinggi, dalam upaya pencapaian derajat
kesehatan yang optimal yang melalui pencegahan penyakit dan peningkatan
kesehatan. Dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan, jugan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan keperawatan
6. Perawatan komunitas adalah perawatan yang diberian dari luar suatu institusi
yang berfokus pada masyarakat atau individu dan keluarga (Elisabeth, 2007).

2. SEJARAH KEPERAWATAN KOMUNITAS


Perkembangan kesehatan masyarakat di indonesia dimulai pada abad ke-16,yaitu
dimulai dengan adanya upaya pembatasan penyakit cacar dan kolera yang sangat
ditakuti oleh masyarakat saat itu. Penyakit kolera masuk ke indonesia tahun 1927, dan
pada pada tahun 1937 terjadi wabah kolera eltor. Selanjutnya tahun 1948 cacar masuk
ke indonesia melalui singapura dan mulai berkembang di indonesia, sehingga berawal
dari wabah kolera tersebut pemerintah Belanda (pada waktu itu indonesia dalam
penjajahan Belanda) melakukan upaya-upaya kesehatan masyarakat. Gubernur
Jendral Deandles pada tahun 1807 telah melakukan upaya pelatihan dukun bayi dalam
praktik persalinan. Upaya ini dilakukan dalam rangka menurunkan angka kematian
bayi dalam praktik persalinan. Upaya ini dilakukan dalam rangka menurunkan
angka kematian bayi (infan mortality rate) yang tinggi. Namun, upaya ini tidak
bertahan lama, akibat langkanya tenaga pelatih kebidanan. Baru kemudian di tahun
1930, program ini dimulai lagi dengan didaftarkannya para dukun bayi sebagai
penolong dan perawat persalinan.pada tahun 1851 berdiri sekolah dokter jawa oleh
dr. Bosch dan dr. Blekker-kepala pelayanan kesehatan sipil dan militer di
indonesia. Sekolah ini dikenal dengan nama STOVIA (SCHOOL Tot Oplelding van
Indiche Arsten) atau sekolah pendidikan dokter pribumi. Pada tahun 1913 didirikan
sekolah dokter yang ke-2 di S urabaya dengan nama NIAS ( Nederland Indische
Artsen School). Pada tahun 1927 STOVIA berubah menjadi sekolah kedokteran dan
sejak berdirinya universitas indonesia tahun 1947, STOVIA berubah menjadi
Fakulitas Kedokteran Universitas Indonesia. Selain itu, perkembangan kesehatan
masyarakat di indonesia juga ditandai dengan berdirinya pusat laboratorium
Kedokteran di Bandung tahun 1888- tahun 1938 pusat laboratorium ini berubah
menjadi lembaga Eykman. Selanjutnya, laboratorium-6 laboratorium lain juga
didirikan di kota-kota seperti medan, Semarang, makasar, surabaya, da
Yokyakarta dalam rangka menunjang pemberantasan penyakit malaria, lepra, cacar
serta penyakit lainnya. Bahkan lembaga gizi dan sanitasi juga didirikan. Pada tahun
1922, penyakit pes masuk ke indonesia dan tahun 1933-1935 penyakit ini menjadi
epidemis di beberapa tempat, terutama dipulau jawa. Pada tahun 1935 dilakukan
program pemberantasan penyakit pes dengan cara melakukan penyemprotan
DDT terhadap rumah-rumah penduduk dan vaksinasi masal. Tercatat sampai pada
tahun 1941, 15 juta orang telah di vaksinasi. Pada tahun 1945, hydrich- seorang
petugas kesehatan pemerintah Belanda- melakukan pengamatan terhadap masalah
tingginya angka kematian dan kesakitan di Banyumas purwokerto. Dari hasil
pengamatan dan analisisnya, disimpulkan bahwa tingginya angka kesakitan dan
kematian dikedua daerah tersebut dikarenakan buruknya kondisi sanitasi
lingkungan, masyarakat buang air besar di sembarangan tempat, dan pengguna
air minum dari sungai yang telah tercemar.
Kesimpulan yang diperoleh adalah bahwa rendahnya sanitasi lingkungan dikarenakan
perilaku penduduk yang kurang baik, sehingga Hydrich memulai upaya
kesehatan masyarakat dengan mengembangkan daerah percontohan, yaitu dengan
cara melakukan promosi mengenai pendidikan kesehatan. Sampai sekarang usaha
Hydrich ini dianggap sebagai awal kesehatan masyarakat di indonesia. Memasuki
zaman kemerdekaan, salah satu tonggak perkembangan kesehatan masyarakat di
Indonesia adalah saat diperkenalkannya Konsep Bandung ( Bandung plane) pada
tahun 1951 oleh dr. Y. Leimena dan dr.Patah-yang selanjutnya dikenalkan dengan
nama Patah-Leimena. Dalam konsep ini,diperkenalkan bahwa dalam upaya pelayanan
kesehatan masyarakat ,aspek preventif dan kuratif tidak dapat dipisahkan. Hal ini
berarti dalam mengembangkan sistem pelayanan kesehatan, kedua aspek ini
tidak boleh dipisahkan, baik dirumah sakit maupun dipuskesmas. Selanjutnya
pada tahun 1956 dimulai kegiatan pengembangan kesehatan masyarakat oleh dr.
Y. Susanti dengan berdirinya proyek Bekasi ( lemah abang ) sebagai proyek
percontohan/ model pelayanan bagi pengembangan kesehatan masyarakat pedesaan
di indonesia dan sebagai pusat pelatihan tenaga kesehatan. Proyek ini juga
menekankan pada pendekatan tim dalam pengelolaan program kesehatan. Untuk
melancarkan penerapan konsep pelayanan terpadu ini, terpilih delapan desa wilayah
pengembangan masyarakat.
1. Sumatra utara : indrapura
2. Lampung
3. Jawa Barat: Bojong Loa
4. Jawa tengah : Sleman
5. Yokyakarta : Godean
6. Jawa timur : Mojosari
7. Bali : Kesiman
8. Kalimantan Selatan : Barabai
Kedelapan wilayah tersebut merupakan cikal bakal sistem puskesmas sekarang ini.
Pada bulan november 1967, dilakukan seminar yang membahas dan
merumuskan program kesehatan masyarakat terpadu sesuai dengan kondisi dan
kemampuan rakyat indonesia, yaitu mengenai konsep puskesmas- yang dipaparkan
oleh dr. Achmad Dipodilogo- yang mengacu pada konsep Bandung dan proyek
Bekasi. Dalam seminar ini telah disimpulakan dan disepakati mengenai sistem
puskesmas yang terdiri atas tipe A,B, dan C. Akhirnya pada pada tahun 1968 dalam
rapat kerja kesehatan nasional, dicetuskan bahwa puskesmas merupakan suatu sistem
pelayanan kesehatan terpadu, yang kemudian dikembangkan oleh pemerintah (
Departemen Kesehatan ) menjadi pusat pelayanan kesehatan masyarakat (puskesmas).
Puskesmas disepakati sebagai suatu unit yang memberikan pelayanan kuratif dan
preventif secara terpadu, menyeluruh, dan mudah dijangkau, dalam wilayah kerja
kecamatan atau sebagian kecamatan di kotamadya atau kabupaten. Sebagai lini
terdepan pembangunan kesehatan, puskesmas diharapkan selalu tegar. Untuk itu,
diperkenalkanlah program untuk selalu menguatkan puskesmas (strengthening
puskesmas). Di negara berkembang seperti Indonesia, fasilitas kesehatan
berlandaskan masyarakat disarankan lebih efektif dan penting. Departemen kesehatan
telah membuat usaha intensif untuk membangun puskesmas yang kemudian
dimasukkan ke dalam master plan untuk operasi penguatan pelayanan kesehatan
nasional. Kegiatan pokok dalam program dasar dan utama puskesmas mencakup 18
kegiatan, yaitu :

1. Kesehatan ibu dan anak (KIA)

2. Keluarga berencana (KB)

3. Gizi
4. Kesehatan Lingkungan
5. Pencegahan dan Pemberantasan penyakit menular serta imunisasi,
6. Penyuluhan kesehatan masyarakat
7. Pengobatan
8. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
9. Perawatan kesehatan masyarakat
10. Kesehatan gigi dan mulit
11. Usaha kesehatan jiwa
12. Optometri
13. Kesehatan geriatrik
14. Latuhan dan olahraga
15. Pengembangan obat-obatan tradisional
16. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
17. Laboratorium dasar
18. Pengumpulan informasi dan pelaporan untuk sistem informasi kesehatan.

Pada tahun1969, sistem puskesmas hanya disepakati dua saja, yaitu puskesmas tipe A
yang dikelola oleh dokter dan puskesmas tipe B yang dikelola oleh seorang paramedis
Dengan adanya perkembangan tenaga medis, maka pada tahun 1979btidak
diadakan perbedaan puskesmas tipe A atau tipe B- hanya ada satu puskesmas saja,
yang dikepalai oleh seorang dokter. Namun, kebijakan tentang pimpinan puskesmas
mulai mengalami perubahan tahun 2000, yaitu puskesmas tidak harus dipimpin oleh
seorang dokter,tapi dapat juga dipimpin oleh Sarjana Kesehatan Masyarakat. Hal ini
tentunya diharapkan dapat membawa perubahan yang positif,dimana tenaga medis
lebih diarahkan pada pelayanan langsung pada klien dan tidak disibukkan
dengan urusan administratif/manajerial, sehingga mutu pelayanan dapat ditingkatkan.
Di provinsi Jawa Timur misalnya, sudah dijumpai kepala puskesmas dari lulusan
sarjana kesehatan masyarakat seperti di kabupaten Gresik, Bojonegoro, dan lain
sebagainya. Pada tahun 1979 dikembangkan satu peranti manajerial guna penilaian
puskesmas, yaitu stratifikasi puskesmas,sehingga dibedakan adanya :
1. Strata 1, puskesmas dengan prestasi sangat baik
2. Strata 2 , puskesmas dengan prestasi rata-rata atau standar
3. Strata 3 , puskesmas dengan prestasi dibawah rata-rata
Peranti manajerial puskesmas yang lain berupa microplanning untuk perencanaan dan
lokakrya mini untuk pengorganisasian kegiatan dan pengembangan kerjasama tim.
Pada tahun 1984, tanggung jawab puskesmas ditingkatkan lagi dengan
berkembangnya program paket terpadu kesehatan dan keluarga berencana (posyandu)
yang mencakup kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, gizi, penanggulangan
penyakit diare, dan imunisasi. Sampai dengan tahun 2002, jumlah puskesmas di
Indonesia mencapai 7.309. hal ini berarti 3,6 puskesmas per 100.000 penduduk atau
satu puskesmas melayani sekitar 28.144 penduduk. Sementara itu, jumlah desa di
Indonesia mencapai 70.921 pada tahun 2003, yang berarti setidaknya satu puskesmas
untuk tiap sepuluh desa-dibandingkan dengan rumah sakit yang harus melayani
28.000 penduduk. Jumlah puskesmas masih teus dikembangkan dan diatur lebih
lanjut untuk memenuhi kebutuhan pelayanan yang prima. Jumlah puskesmas masih
jauh dari memadai, terutama di daerah tepencil. Diluar jawa dan sumatra,
puskesmas harus menangani wilayah yang uas,( terkadang beberapa kali lebih luas
dari satu kabupaten di Jawa) dengan jumlah penduduk yang lebih sedikit. Sebuah
puskesmas terkadang hanya melayani 10.000 penduduk. Selain itu, bagi
sebagian penduduk puskesmas terlalu jauh untuk dicapai.

3. PRINSIP KEPERAWATAN KOMUNITAS


Pada perawatan kesehatan masyarakat harus mempertimbangkan beberapa prinsi :
1.kemanfaatan
Semua tindakan dalam asuhan keperawatan harus memberikan manfaat
yang besar bagi komunitas. intervensi atau pelaksanaan yang dilakukan harus
memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi komunitas, artinya ada
keseimbangan antara manfaat dan kerugian (Mubarak, 2005)
2. kerja sama
Kerjasama dengan klien dalam waktu yang panjang dan bersifat
berkelanjutan serta melakukan kerja sama lintas program dan lintas sektoral
(Riyadi, 2007)
3. secara langsung
Asuhan keperawatan diberikan secara langsung mengkaji dan intervensi,
klien dan lingkunganya termasuk lingkungan sosial, ekonomi serta fisik
mempunyai tujuan utama peningkatan kesehatan (Riyadi, 2007)
4. keadilan
Tindakan yan g dilakukan dis esuaikan dengan kemampuan atau
kapasitas dari komunitas itu sendiri. Dalam pengertian
m e l a k u k a n u p a y a a t a u t i n d a k a n s e s u a i d e n g a n kemampuan atau
kapasitas komunitas (Mubarak, 2005)
5. otonomi
Klien atau komunitas diberi kebebasan dalam memilih atau
melaksanakan beberapa alternatif terbaik dalam menyelesaikan masalah
kesehatan yang ada (Mubarak, 2005)

4. MODEL – MODEL KONSEPTUAL DALAM KEPERAWATAN KOMUNITAS

Macam –macam Model Konseptual (MK) keperawatan antara lain :

1. MK Florence Nightingale`s ( 1859)—Environmental Model.


2. MK H.E Peplau ( 1952 )—Interpersonal Relation in Nursing Model
3. MK Virginia Hederson ( 1966)—Need Based Model
4. MK I.J Orlando ( 1972)—The Dynamic Nurse-Patient Relationship .
5. MK Madeleine Leinenger ( 1978)—Cultural Care Theory
6. Mk Jean Watson ( 1979) –Theory of Nursing
7. MK Nola Pender ( 1982)—Health Promotion Model
8. MK Martha Rogers ( 1970)—The Science of Unitary Human Beings
9. MK Dorothea Orem ( 1971)—Self Care Model
10. 10 MK Imogene M. King`s (1971) --- Model Sistem
11. 11 .MK Betty Neuman ( 1972 )---Health Care System Model
12. 12 .MK Sr. Callista Roy ( 1976)—Adaptation Model or Nursing
13. 13. MK Dorothy Johnson (1968)—Model Sistem Tingkah Laku

Diantara model-model yang paling besar aplikasinya pada perawatan kesehatan masyarakat
adalah : Model Orem, King, Roy, Neuman,Roger dan Jonhson

MODEL KONSEPTUAL DOROTHEA OREM ( SELF CARE MODEL)

Model perawatan diri sendiri / self care ---tdr dr aktivitas dimana seorang individu melakukan
sesuatu utk dirinya dlm mempertahankan hidup, kesehatan dan kesejahteraan.

Kebutuhan dasar menurut Orem :

1. Pemeliharaan dengan cukup pengambilan udara, 2 air, 3 Makanan

1. Pemeliharaan proses eliminasi


2. Pemeliharaan dengan keseimbangan antara aktivitas dan istirahat.
3. ____sda______ antara kesendirian dengan interaksi sosial
4. Pencegahan resiko pd kehidupan mns dan keadaan sehat manusia
5. Perkembangan dlm klp sosial sesuai dgn potensi, pengtahuan dan keinginan

“ Jika permintaan Pelayanan diri lebih besar dibandingkan dengan fasilitas pelayanan diri, maka
akan timbul deficit pelayanan diri “

Ada tiga macam kebutuhan self care :

1. Universal---self care utk kebut. Fisiologis dan psikososial.


2. Developmental--- self care utk pemenuhan kebut. Perkembangannya
3. Health Deviation---self care yg dibutuhkan saat individu mengalami penyimpangan dari
keadaan sehat

Kategori bantuan self care adalah :

1. Wholly Compensatory—Bantuan scr keseluruhan bagi klien .


2. Partially Compensatory—Bantuan sebagian yg dibutuhkan klien
3. Supportive Educative---Dukungan pendidian kesehatan.

MODEL KONSEPTUAL IMOGENE M. KING ( SYSTEM MODEL)

o Komunitas mrp suatu sistem yg terdiri dari sub sistem keluarga dan supra sistemnya adalah
sistem sosial yang lebih luas .

o Klg sebagai sub sistem komunitas mrp sistem terbuka dimana tjd hub. Timbal balik antara
klg dgn komunitas, yg sekaligus sebagai umpan balik.

o King--Kerangka kerja konseptualnya terdiri dari tiga Sub Sistem :

1. Sistem Personal – Tdr atas konsep mengenai persepsi dirinya, pertumbuhan &
Perkembangan, body image, jarak dan waktu.
2. Sistem Interpersonal—Mengenai interaksi mns, masy., transaksi, peran dan stress.

3. Sistem Sosial –-Organisasi, otoritas, kekuatan, status & pembuatan keputusan

o Tujuan akhir perawatan (King`1981) ” manusia berinteraksi dgn lingk. Yg mengantarkan


pd suatu eadaan sehat bagi individu yg memiliki kemampuan ut berfungsi didlm peran-
peran sosial ”

MODEL KONSEPTUAL CALLISTA ROY (ADAPTATION MODEL )

Adl “ Bagaimana individu mampu meningkatkan kesehatan dgn cara mempertahankan perilaku
adaptif dan mengubah perilaku mal adaptif.”

Empat cara mengefektifkan adaptasi adalah (1) kebutuhan fisiologis, (2) konsep diri, (3)
fungsi peran dan (4) saling ketergantungan .

Proses keperawatan tdr dr : pengkajian tingkat pertama, dan kedua, identifikasi masalah,
diagnosa keperawatan, menyusun prioritas, menetapkan tujuan, intervensi dan
evaluasi.(Roy, 1984)

Pengkajian tingkat pertama : tingkah laku klien pd tiap –tiap cara adaptif diobservasi dan
diuraikan

Pengkajian tingkat kedua : perawat mengidentifikasi faktor – faktor fokal, kontekstual dan
residual yang mempengaruhi tingah laku klien

Rangsangan Fokal –menimbulkan situasi seperti stress, perlukaan atau kesakitan yang
mengenai individu

Rangsangan Kontekstual faktor lain yang ada seperti pergaulan keluarga atau lingkungan
keluarga.

Rangsangan Residual – faktor yg mempengaruhi yg berasal dari latar belakang klien


;kepercayaan, sikap, pengalaman dan pembawaan .

Kekuatan dari model ini adalah :

1. Kebanyakan dari terminologi sudah dikenal


2. Proses perawatan serupa dgn standart dr pengkajian s.d. evaluasi
3. fokusnya pada tingkah laku yang adaptaif
4. Ditekankan pada pengkajian thd kebutuhan psikososial
5. Sudah diterapkan dalam praktik, pendidikan dan riset.
Kekurangan dari model ini adalah :

1. Jenis adaptasi yang tumpang tindih ( konsep diri,fungsi peran saling ketergantungan)

2. Penentuan tingkah laku adaptif dan mal adaptif sangat ditentukan oleh sistem nilai yang
ada.

MODEL KONSEPTUAL BETTY NEUMAN (HEALTH CARE SISTEM MODEL )

NUEMAN memberikan penekanan pada penurunan stress dgn cara memperkuat garis
pertahanan diri yang bersifat fleksibel; normal dan resisten

Sehat adl Suatu keseimbangan bio-psiko-sosio kultural dan spritual pada tiga garis
pertahanan klien yaitu fleksibel, normal dan resisten

Askep ditujukan untuk mempertahanan keseimbangan tersebut dengan fokus pada empat
intervensi yaitu : Intervensi yang bersifat promosi, prevensi, kuratif dan rehabilitatif.

MODEL KONSEPTUAL IMOGENE M. KING ( SYSTEM MODEL)

o Komunitas mrp suatu sistem yg terdiri dari sub sistem keluarga dan supra sistemnya adalah
sistem sosial yang lebih luas .

o Klg sebagai sub sistem komunitas mrp sistem terbuka dimana tjd hub. Timbal balik antara
klg dgn komunitas, yg sekaligus sebagai umpan balik.

o King--Kerangka kerja konseptualnya terdiri dari tiga Sub Sistem :

1. Sistem Personal – Tdr atas konsep mengenai persepsi dirinya, pertumbuhan &
Perkembangan, body image, jarak dan waktu.

2. Sistem Interpersonal—Mengenai interaksi mns, masy., transaksi, peran dan stress.

3. Sistem Sosial –-Organisasi, otoritas, kekuatan, status & pembuatan keputusan

o Tujuan akhir perawatan (King`1981) ” manusia berinteraksi dgn lingk. Yg mengantarkan


pd suatu eadaan sehat bagi individu yg memiliki kemampuan ut berfungsi didlm peran-
peran sosial

MODEL KONSEPTUAL CALLISTA ROY (ADAPTATION MODEL )


Adl “ Bagaimana individu mampu meningkatkan kesehatan dgn cara mempertahankan perilaku
adaptif dan mengubah perilaku mal adaptif.”

Empat cara mengefektifkan adaptasi adalah (1) kebutuhan fisiologis, (2) konsep diri, (3)
fungsi peran dan (4) saling ketergantungan .

Proses keperawatan tdr dr : pengkajian tingkat pertama, dan kedua, identifikasi masalah,
diagnosa keperawatan, menyusun prioritas, menetapkan tujuan, intervensi dan
evaluasi.(Roy, 1984)

Pengkajian tingkat pertama : tingkah laku klien pd tiap –tiap cara adaptif diobservasi dan
diuraikan

Pengkajian tingkat kedua : perawat mengidentifikasi faktor – faktor fokal, kontekstual dan
residual yang mempengaruhi tingah laku klien

Rangsangan Fokal –menimbulkan situasi seperti stress, perlukaan atau kesakitan yang
mengenai individu

Rangsangan Kontekstual faktor lain yang ada seperti pergaulan keluarga atau lingkungan
keluarga.

Rangsangan Residual – faktor yg mempengaruhi yg berasal dari latar belakang klien


;kepercayaan, sikap, pengalaman dan pembawaan .

Kekuatan dari model ini adalah :

1. Kebanyakan dari terminologi sudah dikenal

2. Proses perawatan serupa dgn standart dari pengkajian s.d. evaluasi

3. Fokusnya pada tingkah laku yang adaptif

4. Ditekankan pada pengkajian thd kebutuhan psikososial

5. Sudah diterapkan dalam praktik, pendidikan dan riset.

Kekurangan dari model ini adalah :

1. Jenis adaptasi yang tumpang tindih ( konsep diri, fungsi peran saling ketergantungan)
2. Penentuan tingkah laku adaptif dan mal adaptif sangat ditentukan oleh sistem nilai yg
ada.

MODEL KONSEPTUAL BETTY NEUMAN (HEALTH CARE SISTEM )

NUEMAN memberikan penekanan pada penurunan stress dgn cara memperkuat garis
pertahanan diri yang bersifat fleksibel; normal dan resisten

Sehat adl Suatu keseimbangan bio-psiko-sosio kultural dan spritual pada tiga garis
pertahanan klien yaitu fleksibel, normal dan resisten

Askep ditujukan untuk mempertahanan keseimbangan tersebut dengan fokus pada empat
intervensi yaitu : Intervensi yang bersifat promosi, prevensi, kuratif dan rehabilitatif.

MODEL KONSEPTUAL MARTHA ROGERS (MANUSIA SBG UNIT/KESATUAN


MODEL )

Mns mrp satu kesatuan yg utuh yg memiliki sifat dan karakter yang berbeda.

Mns selalu berinteraksi dgn lingk. Yg saling memepengaruhi dan dipengaruhi, yg berbeda
antara individu satu dgn yg lain.

Proses kehidupan manusia berdasarkan konsep homeodinamik yg tdr dr Integritas / mns dgn
lingk mrp satu kesatuan , Resonansi / mns dgn lingk seirama yg bervariasi, Helicy /
interaksi mns dgn lingk akan tyerjadi perubahan baik scr perlahan maupun cepat.

Pengkajian keluarga meliputi kategori : sub sistem individu, pola interaksi, karakteristik
unik dari keseluruhan dan kesesuaian antar lingkungan.

Kekuatan model ini adalah

1. Penekanan pada konteks total dr jagat raya

2. Penekanan pd efek lingk thd kesh. Seseorang

MODEL DOROTHY JONHSON (MODEL TINGKAH LAKU )

Seseorang dpt dipandang sbg sebuah sistem tingkah laku seperti tubuh manusia dipandang
sbg sebuah sistem biologis

Sistem tingkah laku tdr dr tujuh subsistem ;


(1) Pencapaian, mrp tingkat pencapaian prestasi melalui ketrampilan yang kreatif

(2) Perhubungan(afiliasi), pencapaian hubungan dengan lingk yang adekuat

(3) Penyerangan(agresi), Koping terhadap ancaman di lingkungan

(4) Ketergantungan, sistem perilaku dlm medap[atkan bantuan, kedamaian, keamanan


serta kepercayaan

(5) Eliminasi,pengeluaran sampah yg tdk berguna scr biologis

(6) Ingesti, sumber dlm memelihara integritas serta mencapai kesenangan pencapaian
pengakuan lingk.

(7) Seksualitas, pemenuhan kebt. Dicintai dan mencintai

Tujuan tindk kepert---Utk memperbaiki, mempertahankan, atau mencapai keseimbangan dan


stabilitas sistem tingkah laku pd tingkatan setinggi mungkin pada individu.

Variabel yg perlu diidentifikasi dari ketidakadekuatan tingkah laku a.l:

1. Insuffisiensi ( ketidakcukupan)----menandakan sub sistem tidak berFX

2. DisCrepancy ( Ketidaksesuaian) --TL tdk mencapai tu7an yg ditetapkan

3. InCompatibilitas (ketidakcocokan)—TL dari dua subsistem terjadi konflik

4. Dominance ( kekuasaan)—TL pd subsistem digunakan lebih banyak dari sub sistem yg


lain.

Empat cara intervensi keperawatan agar TL adekuat :

1. Membatasi atau memberi batasan TL

2. Mempertahankan atau melindungi dari stressor negatif

3. Menghambat atau menekan respons yd tdk efektif

4. Memudahkan atau memberi pemeliharaan dan rangsangan

You might also like