Professional Documents
Culture Documents
Fix Samyua
Fix Samyua
3. Gizi
4. Kesehatan Lingkungan
5. Pencegahan dan Pemberantasan penyakit menular serta imunisasi,
6. Penyuluhan kesehatan masyarakat
7. Pengobatan
8. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
9. Perawatan kesehatan masyarakat
10. Kesehatan gigi dan mulit
11. Usaha kesehatan jiwa
12. Optometri
13. Kesehatan geriatrik
14. Latuhan dan olahraga
15. Pengembangan obat-obatan tradisional
16. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
17. Laboratorium dasar
18. Pengumpulan informasi dan pelaporan untuk sistem informasi kesehatan.
Pada tahun1969, sistem puskesmas hanya disepakati dua saja, yaitu puskesmas tipe A
yang dikelola oleh dokter dan puskesmas tipe B yang dikelola oleh seorang paramedis
Dengan adanya perkembangan tenaga medis, maka pada tahun 1979btidak
diadakan perbedaan puskesmas tipe A atau tipe B- hanya ada satu puskesmas saja,
yang dikepalai oleh seorang dokter. Namun, kebijakan tentang pimpinan puskesmas
mulai mengalami perubahan tahun 2000, yaitu puskesmas tidak harus dipimpin oleh
seorang dokter,tapi dapat juga dipimpin oleh Sarjana Kesehatan Masyarakat. Hal ini
tentunya diharapkan dapat membawa perubahan yang positif,dimana tenaga medis
lebih diarahkan pada pelayanan langsung pada klien dan tidak disibukkan
dengan urusan administratif/manajerial, sehingga mutu pelayanan dapat ditingkatkan.
Di provinsi Jawa Timur misalnya, sudah dijumpai kepala puskesmas dari lulusan
sarjana kesehatan masyarakat seperti di kabupaten Gresik, Bojonegoro, dan lain
sebagainya. Pada tahun 1979 dikembangkan satu peranti manajerial guna penilaian
puskesmas, yaitu stratifikasi puskesmas,sehingga dibedakan adanya :
1. Strata 1, puskesmas dengan prestasi sangat baik
2. Strata 2 , puskesmas dengan prestasi rata-rata atau standar
3. Strata 3 , puskesmas dengan prestasi dibawah rata-rata
Peranti manajerial puskesmas yang lain berupa microplanning untuk perencanaan dan
lokakrya mini untuk pengorganisasian kegiatan dan pengembangan kerjasama tim.
Pada tahun 1984, tanggung jawab puskesmas ditingkatkan lagi dengan
berkembangnya program paket terpadu kesehatan dan keluarga berencana (posyandu)
yang mencakup kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, gizi, penanggulangan
penyakit diare, dan imunisasi. Sampai dengan tahun 2002, jumlah puskesmas di
Indonesia mencapai 7.309. hal ini berarti 3,6 puskesmas per 100.000 penduduk atau
satu puskesmas melayani sekitar 28.144 penduduk. Sementara itu, jumlah desa di
Indonesia mencapai 70.921 pada tahun 2003, yang berarti setidaknya satu puskesmas
untuk tiap sepuluh desa-dibandingkan dengan rumah sakit yang harus melayani
28.000 penduduk. Jumlah puskesmas masih teus dikembangkan dan diatur lebih
lanjut untuk memenuhi kebutuhan pelayanan yang prima. Jumlah puskesmas masih
jauh dari memadai, terutama di daerah tepencil. Diluar jawa dan sumatra,
puskesmas harus menangani wilayah yang uas,( terkadang beberapa kali lebih luas
dari satu kabupaten di Jawa) dengan jumlah penduduk yang lebih sedikit. Sebuah
puskesmas terkadang hanya melayani 10.000 penduduk. Selain itu, bagi
sebagian penduduk puskesmas terlalu jauh untuk dicapai.
Diantara model-model yang paling besar aplikasinya pada perawatan kesehatan masyarakat
adalah : Model Orem, King, Roy, Neuman,Roger dan Jonhson
Model perawatan diri sendiri / self care ---tdr dr aktivitas dimana seorang individu melakukan
sesuatu utk dirinya dlm mempertahankan hidup, kesehatan dan kesejahteraan.
“ Jika permintaan Pelayanan diri lebih besar dibandingkan dengan fasilitas pelayanan diri, maka
akan timbul deficit pelayanan diri “
o Komunitas mrp suatu sistem yg terdiri dari sub sistem keluarga dan supra sistemnya adalah
sistem sosial yang lebih luas .
o Klg sebagai sub sistem komunitas mrp sistem terbuka dimana tjd hub. Timbal balik antara
klg dgn komunitas, yg sekaligus sebagai umpan balik.
1. Sistem Personal – Tdr atas konsep mengenai persepsi dirinya, pertumbuhan &
Perkembangan, body image, jarak dan waktu.
2. Sistem Interpersonal—Mengenai interaksi mns, masy., transaksi, peran dan stress.
Adl “ Bagaimana individu mampu meningkatkan kesehatan dgn cara mempertahankan perilaku
adaptif dan mengubah perilaku mal adaptif.”
Empat cara mengefektifkan adaptasi adalah (1) kebutuhan fisiologis, (2) konsep diri, (3)
fungsi peran dan (4) saling ketergantungan .
Proses keperawatan tdr dr : pengkajian tingkat pertama, dan kedua, identifikasi masalah,
diagnosa keperawatan, menyusun prioritas, menetapkan tujuan, intervensi dan
evaluasi.(Roy, 1984)
Pengkajian tingkat pertama : tingkah laku klien pd tiap –tiap cara adaptif diobservasi dan
diuraikan
Pengkajian tingkat kedua : perawat mengidentifikasi faktor – faktor fokal, kontekstual dan
residual yang mempengaruhi tingah laku klien
Rangsangan Fokal –menimbulkan situasi seperti stress, perlukaan atau kesakitan yang
mengenai individu
Rangsangan Kontekstual faktor lain yang ada seperti pergaulan keluarga atau lingkungan
keluarga.
1. Jenis adaptasi yang tumpang tindih ( konsep diri,fungsi peran saling ketergantungan)
2. Penentuan tingkah laku adaptif dan mal adaptif sangat ditentukan oleh sistem nilai yang
ada.
NUEMAN memberikan penekanan pada penurunan stress dgn cara memperkuat garis
pertahanan diri yang bersifat fleksibel; normal dan resisten
Sehat adl Suatu keseimbangan bio-psiko-sosio kultural dan spritual pada tiga garis
pertahanan klien yaitu fleksibel, normal dan resisten
Askep ditujukan untuk mempertahanan keseimbangan tersebut dengan fokus pada empat
intervensi yaitu : Intervensi yang bersifat promosi, prevensi, kuratif dan rehabilitatif.
o Komunitas mrp suatu sistem yg terdiri dari sub sistem keluarga dan supra sistemnya adalah
sistem sosial yang lebih luas .
o Klg sebagai sub sistem komunitas mrp sistem terbuka dimana tjd hub. Timbal balik antara
klg dgn komunitas, yg sekaligus sebagai umpan balik.
1. Sistem Personal – Tdr atas konsep mengenai persepsi dirinya, pertumbuhan &
Perkembangan, body image, jarak dan waktu.
Empat cara mengefektifkan adaptasi adalah (1) kebutuhan fisiologis, (2) konsep diri, (3)
fungsi peran dan (4) saling ketergantungan .
Proses keperawatan tdr dr : pengkajian tingkat pertama, dan kedua, identifikasi masalah,
diagnosa keperawatan, menyusun prioritas, menetapkan tujuan, intervensi dan
evaluasi.(Roy, 1984)
Pengkajian tingkat pertama : tingkah laku klien pd tiap –tiap cara adaptif diobservasi dan
diuraikan
Pengkajian tingkat kedua : perawat mengidentifikasi faktor – faktor fokal, kontekstual dan
residual yang mempengaruhi tingah laku klien
Rangsangan Fokal –menimbulkan situasi seperti stress, perlukaan atau kesakitan yang
mengenai individu
Rangsangan Kontekstual faktor lain yang ada seperti pergaulan keluarga atau lingkungan
keluarga.
1. Jenis adaptasi yang tumpang tindih ( konsep diri, fungsi peran saling ketergantungan)
2. Penentuan tingkah laku adaptif dan mal adaptif sangat ditentukan oleh sistem nilai yg
ada.
NUEMAN memberikan penekanan pada penurunan stress dgn cara memperkuat garis
pertahanan diri yang bersifat fleksibel; normal dan resisten
Sehat adl Suatu keseimbangan bio-psiko-sosio kultural dan spritual pada tiga garis
pertahanan klien yaitu fleksibel, normal dan resisten
Askep ditujukan untuk mempertahanan keseimbangan tersebut dengan fokus pada empat
intervensi yaitu : Intervensi yang bersifat promosi, prevensi, kuratif dan rehabilitatif.
Mns mrp satu kesatuan yg utuh yg memiliki sifat dan karakter yang berbeda.
Mns selalu berinteraksi dgn lingk. Yg saling memepengaruhi dan dipengaruhi, yg berbeda
antara individu satu dgn yg lain.
Proses kehidupan manusia berdasarkan konsep homeodinamik yg tdr dr Integritas / mns dgn
lingk mrp satu kesatuan , Resonansi / mns dgn lingk seirama yg bervariasi, Helicy /
interaksi mns dgn lingk akan tyerjadi perubahan baik scr perlahan maupun cepat.
Pengkajian keluarga meliputi kategori : sub sistem individu, pola interaksi, karakteristik
unik dari keseluruhan dan kesesuaian antar lingkungan.
Seseorang dpt dipandang sbg sebuah sistem tingkah laku seperti tubuh manusia dipandang
sbg sebuah sistem biologis
(6) Ingesti, sumber dlm memelihara integritas serta mencapai kesenangan pencapaian
pengakuan lingk.