You are on page 1of 8

EKSPERIMEN FISIKA II

LABORATORIUM FISIKA LANJUT

PROGRAM STUDI FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2017-2018

MODUL 05
SURFACE PLASMON RESONANCE
Bilal El Bari, Achmad Zacky Fairuza, Irna Jelita Estri Satiti
10215009, 10215005, 10215039
Program Studi Fisika, Institut Teknologi Bandung, Indonesia
Email: bilalelbari@gmail.com

Asisten: Nicholaus Kevin Tanjaya S. / 10214057


Tanggal Praktikum: (08-03-2018)

Abstrak
Pada dunia sensor, pemanfaatan plasmon merupakan hal yang menjadi terobosan pada akhir-akhir ini. Berkonsep
pada resonansi yang terjadi pada plasmon permukaan atau fenomena ini dinamakan SPR, SPR merupakan peristiwa
saat dimana medan elektro-magnetik atau medan EM melewati prisma yang terkopel dengan logam dan bahan
dielektrik, menyebabkan adanya eksitasi plasmon atau plasma yang berosilasi yang diakibatkan oleh medan listrik
yang arahnya sejajar dengan bidang datang. Para praktikum kali ini akan diamati dua sampe berbeda dengan
menggunakan set alat berupa motor penggerak dan pengubah mode polarisasi cahaya. Pada prinsipnya akan
diamati dua mode polarisasi berbeda yaitu mode TM dan TE, dengan mengubah-ubah sudut datang maka akand
diamati perubahan nilai reflektansi. Kesimpulannya, praktikum kali ini didapat dua nilai permitivitas logam emas
pada tinjauan sampel yang berbeda memiliki rata-rata yang sama. Hal ini sangat berbeda jika kita merujuk pada
perhitungan menggunakan Drude-Lorentz yang memiliki data permitivitas emas yang berbeda, perbedaan nilai
tersebut dapat disebabkan benrbagai faktor, diantaranya adalah cara bagaimana data didapat.
Kata kunci : Drude-Lorentz, logam emas, medan EM, plasmon, polarisasi, SPR.

I. Pendahuluan diturunkan oleh Hars dan Agrwal. Plasmon


Terdapat parameter yang akan ditinjau, permukaan dapat digunakan sebagai pengontrol
yang pertama adalah permitivitas logam emas warna pada material, ham ini dapat terjadi
pada kedua sampe dengan ketebalan berbeda karena pengontrolan bentuk partikel dan ukuran
yang nilainya akand dibandingkan dengan partikel dapat diketahui dari tipe plasmon
permitivitas pada data Drude-Lorentz. permukaannya yang dapat dihubungkan dengan
Plasmon merupakan quasi-partikel yang propagasi yang melewatinya.
dapat dikatakan sebagai osilasi plasma. Seperti Resonansi plasmon permukaan (surface
cahaya yang merupakan kumpulan foton, plasmon resonance atau SPR) merupakan
osilasi plasma juga merupakan kumpulan fenomena dimana terjadinya osilasi resonansi
plasmon. Plasmon dapat dikatakan quasi- dari elektron terinduksi yang beresonansi
partikel karena plasmon muncul dari kuantisasi dengan cahaya yang datang ke permukaan
dari osilasi plasma, sama seperti fonon yang material tempat plasmon berada. SPR sering
kuantisasinya merupakan kuantisasi vibrasi digunakan untuk pengukuran kemampuan
mekanik. Terdapat istilah lain yang berkaitan adsorpsi dari material ke permukaan metal
dengan plasmon, yaitu plasmon permukaan dan planar (seperti silver atau emas) atau ke
resonansi plasmon permukaan.[7] biosensor yang memiliki warna yang bervariasi.
Plasmon permukaan (surface plasmon) Untuk mengeksitasi plasmon permukaan dalam
merupakan plasmon yang berada di permukaan kondisi teresonansi, dapat dilakukan pemberian
dan berinteraksi sangat kuat dengan cahaya secara masif cahaya atau memantulkan cahaya.
yang menghasilkan polarisasi. Surface plasmon
muncul di permukaan material yang memiliki
bagian real positif pada permitivitas relatifnya
contohnya seperti vakum, udara, kaca, dan
lainnya, dan konstanta dielektrik dan material
yang memiliki nilai negatif pada bagian real
permitivitasnya contohnya seperti metal atau
semi-konduktor yang telah terdoping sangat
banyak. Plasmon permukaan dapat diamati
pada emisi sinar-x dari metal.[1] Hubungan
dispersi untuk plasmon permukaan dari metal Gambar 1. Fenomena SPR[4]

Dimana sudut datangya dinyatakan sebagai


Parameter ini digunakan untuk peninjauan berikut.
keberlangsungan serta keselamatan reaktor itu
sendiri. Cahaya yang datang akan memiliki sin 45° − 𝜃8 (2)
momentum yang sama seperti plasmon, 𝜃. = 45° − sin67
𝑛8
plasmon permukaan elektronik dan magnetik
memenuhi hubungan dispersi yang dinyatakan Dan persamaan (2) memiliki hubungan dengan
sebagai berikut, persamaan (1) yang dapat dinyatakan sebagai,

(1) 𝜔 (3)
𝜀& 𝜀' 2𝜋 𝜀& 𝜀' 𝐾" = 𝑛 𝑠𝑖𝑛𝜃.
𝐾" = 𝐾$ = 𝑐 8
𝜀& +𝜀' 𝜆 𝜀& +𝜀'
Keterangan:
Ketika menggunakan cahaya untuk 𝐾" : Konstanta propagasi efektif
mengeksitasi gelombang-SP, terdapat dua sumbu-x (1/m)
konfigurasi yang biasa digunakan, yaitu
𝐾$ : konstanta propagasi vakum (1/m)
konfigurasi otto dan konfigurasi kretschmann.
Pada konfigurasi otto, cahaya yang menembus
𝜀& : permitivitas dielektrik (F/m)
prisma akan mengalami total internal reflected 𝜀' : permitivitas logam (F/m)
dimana posisi lapisan metal, contohnya emas 𝜆 : panjang gelombang (nm)
diposisikan sangat dekan dengan prisma agar 𝑛8 : indeks bias
gelombang evanescent bisa berinteraksi dengan 𝜃. : sudut datang sinar terhadap garis
gelombang plasma di permukaan yang akan normal pada permukaan logam
menyebabkan eksitasi plasmon. 𝜃8 : sudut datang terhadap garis normal
pada sisi prisma
𝜔 : kecepatan sudut
𝑐 : kecepatan cahaya

Pada prinsipnya, polarisasi cahaya dibagi


menjadi dua, yaitu polarisasi TM dan polarisasi
TE. Perbedaan yang paling mencolok antara
keduanya adalah dari kedua medan yaitu medan
elektro-magnetik, gelombang mana yang relatif
sejajar dengan bidang datang. Pada polarisasi
Gambar 2. Konfigurasi otto[4] TM, semua medan manget berada tegak lurus
terhadap bidang datang sedangkan medan
Pada konfigurasi kreschmann, posisi lapisan listrik terletak pada bidang tersebut, berikut
tipis ditempelkan dengan prisma dan merupakan gambaran polarisasi TM.[3]
gelombang evanescent terpenetrasi di lapisan
metal tipis yang akan menyebabkan plasmon
tereksitasi.

Gambar 4. Polarisasi TM[5]

sedangkan polarisasi TE merupakan polarisasi


dimana medan listrik tegak lurus dengan bidang
datang serta medan magnet yang berada pada
Gambar 3. Konfigurasi Krenstchmann[4] bidang datang.[3]

maka tidak semua rentang sudut dapat


menghasilkan total internal reflection.

III. Data dan Pengolahan data


Pada penggunaan sampel dengan
ketebalan emas 46 nm atau disebut dengan
sampel A, didapat hasil dalam bentuk grafik
persentasi refleksi dengan panjang gelombang
Gambar 5. Polarisasi TE[5] cahaya pada dua mode polarisasi berbeda.
Berikut merupakan θp yang digunakan.
II. Metode Percobaan
Pada percobaan kali ini akan diamati efek Tabel 1. Variasi sudut
dari surface plasmon resonance pada material No θp ( °)
emas yang memiliki ketebalan berbeda, 1 47
terdapat dua ketebalan yaitu 46 nm dan 60 nm
2 48
serta konfigurasi yang digunakan pada kali ini
adalah konfigurasi kreschman. Dengan 3 49
menggunakan instrumen alat berupa pengubah 4 50
gelombang yang digunakan, dan dua motor 5 51
penggerak yang memiliki kegunaannya
masing-masing dimana motor pertama Pada polarisasi TM didapat grafik sebagai
bertindak sebagai pengubah sudut datang berikut.
cahaya ke permukaan metal atau prisma dan
motor lainnya bertindak sebagai pembaca
intensitas tiap spektrum gelombang cahaya
yang ada. Data yang divariasikan berupa
penggunaan polarisasi, yang pertama adalah
polarisasi TM dan kemudian polarisasi TE.
Pada tiap tipe polarisasi cahaya akan digunakan
lima sudut berbeda yang dapat dilakukan
dengan cara mengubah-ubah motor temat
prisma berada, dari lima sudut tersebut yang
mana terdapat pada rentang dimana fenomena
surface plasmon resonance terjadi akan diamati
intensitasnya pada tiap spketrum. Susunana alat
kurang lebih seperti berikut,
Gambar 7. Reflektansi sampel A dengan mode TM

sedangkan pada polarisasi TE didapat grafik


sebagai berikut.

Gambar 6. Konfigurasi alat


Hipotesis sementara pada fenomena
surface plasmon resonance bahwa merujuk
pada persamaan (2), agar fenomena ini terjadi

Tabel 2.λ deep pada tiap variasi sudut


Sampel θp (derajat) λ (nm)
47 643.46
48 617.94
A 49 596.38
50 579.57
51 569.02
47 577.82
48 575.71
B 49 572.19
Gambar 8. Reflektansi sampel A dengan mode TE 50 565.85
51 558.08
dengan menggunakan sampel yang
berbeda yaitu sampel B, didapat untuk
polarisasi TM, Karena diketahuinya θp , maka dapat ditentukan
θi dengan menggunakan persama (2). Karena
dapat ditentukannya θi maka nilai dari Kx dapat
pula ditentukan dengan menggunakan
persamaan (3), nilai np yang digunakan sebesar
1.5. Dengan begitu didapat data sebagai
berikut.

Tabel 3. nilai Kx dan ω pada kedua sampel


Sampel θp ( °) λ (nm) θi ( °) Kx (1/m) ω (rad/s)
47 643.46 46.33318288 10595180.38 2.92738E+15
48 617.94 46.9994921 11154463.65 3.04828E+15
A 49 596.38 47.66546236 11682206.06 3.15848E+15
50 579.57 48.3309802 12147433.61 3.25008E+15

Gambar 9. Reflektansi sampel B dengan mode TM 51 569.02 48.99593175 12499615.42 3.31034E+15


47 577.82 46.33318288 11798786.42 3.25993E+15
sedangkan pada mode polarisasi TE didapatkan 48 575.71 46.9994921 11972675.95 3.27188E+15
grafik sebagai berikut.
B 49 572.19 47.66546236 12176084.95 3.292E+15
50 565.85 48.3309802 12441968.89 3.32889E+15
51 558.08 48.99593175 12744644.43 3.37524E+15

Dengan melakukan plotting ω terhadap Kx


dimana merupakan kurva dispersi didapat
grafik untuk sampel A sebagai berikut.

Gambar 10. Reflektansi sampel B dengan mode TE

dengan menentukan panjang gelombang


terendah dari tiap sudut pada sampel yang
berbeda, diapat data sebagai berikut. Gambar 11. Grafik dispersi sampel A

kekurangan, yaitu karena fungsi pengkopling


dan untuk sampel B, itu sendiri adal pemisah cahay polikromatik
maka kita tidak dapat dengan mudah mengamai
panjang gelombang mana yang beresonansi
karena ketika dibaca masih dalam bentuk
polikromatik yang menumpuk, alasan kedua
adalah sinar refleksi tidak dapat diarahkan ke
sensor dengan mudah.
Pada dasarnya plasmon permukaan
berosilasi dikarenakan adanya medan listri
yang sejajar dengan bidang datang yang
menyebabkan adanya elektron yang berosilasi.
Gambar 12. Grafik dispersi sampel B Dalam kasus TE, komponen medan listrik tegak
lurus dengan bidang datang dimana hal ini tidak
dari nilai Kx dan K0 dari tabel (3) serta dengan menyebabkan berosilasinya elekron, lain hanya
nilai εd = 1 dimana merupkan permitivitas dengan penggunaan polarisasi TM dima
udara. Dengan menggunakan persamaan (1) komponen medan listriknya sejajar dengan
dapat ditentukan nilai permitivitas kedua bidang datang yang menyebabkan adalnya
sampel yang dapat dilihat pada tabel berikut. osilasi elektron.
Perubahan lebar kurva reflektansi terjadi
Tabel 4. Nilai permitivitas bahan kedua sampel ketika pengubahan sudut dilakukan
dikarenakan berubanya sudut refleksi, sudut
refleksi akan berpengaruh ke nilai panjang
gelombang yang dapat dilihat pada persamaan
(3) dimana nilai Kx dan K0 bernilai konstan
maka parameter λ akan menyesuaikan yang
membuat kurva reflektansi berubah.
Kuva reflektansi tidak bisa bernilai 100%
karena adanya bagian yang hilang. Hal ini dapat
dikarenakan cahaya yang tidak terpropagasi
secara sempurna, jadi apa yang dipancarkan
tidak sepenuhnya dengan apa yang diterima.
dimana nilai referensinya sebesar -8.4953[6].
Kurva dispersi sampel A dan sampel B
yang ada pada gambar (11) dan gambar (12)
IV. Pembahasan
merupakan kurva yang mengambarkan
a. Analisis
hubungan antara ω dengan konstanta propagasi
Fenomena SPR terjadi karena adanya efektif, dimana hal ini akan menytakan bahwa
interaksi antara gelombang cahaya yang
pada nilai konstanta propagasi efektif yang
ditembakkan ke metal. Ketika cahaya yang
besar, akan memiliki kecenderungan nilai ω
terdiri dari berbagai gelombang mengarah ke yang membesar tetapi pada suatu titik akan
permukaan metal dimana pada permukaan membuat nilai ω tidak naik secepat nilai Kx
tersebut terdapat plasmon permukaan yang
yang tidak sebesar sebelumnya.
berosilasi, dari sinar datang yang memiliki
Menurut grafik yang ada pada gambar (9),
sudut refleksi internal total maka akan tercipta dapat dilihat bahwa pengurangan nilai
gelombang evanescet yang akan beresonansi
reflektansi tidak sesignifikan dengan grafik
dengan osilasi plasma yang ada di permukaan.
yang ada pada gambar (7), dapat ditarik
Dari tinjauan tersebut maka akan ada kesimpulan bahwa untuk metal yang lebih tebal
gelombang yang hilang, gelombang yang
maka proses SPR tidak berlangsung secara
hilang tersebut disebabkan karena panjang
sempurna atau tidak bisa diamati secara mudah
gelombang tersebut hilang berosilasi. karena efek yang ditimbulkan tidak
Gelombang mana yang akan berosilasi dengan sesignifikan metal yang lebih tipis.
plasmon permukaan dipengaruhi berbagai
Pada perumusan Drude, metal dianggap
faktor, salah satunya adalah dielektrik bahan.
terbentuk dari muatan ion positif yang memiliki
Fenomena SPR tetap akan terjadi jika tidak elektron bebas, pada model ini interaksi antar
terdapatnya pengkopling, tetapi terdapat
elektron atau ion dengan elektron dihilangkan.

Pada konsepnya model drude dapat [1] Maier, S. A., Plasmonic :


memprediksi medan listrik terhadap frekuensi Fundamentals and Applications, Springer,
angular. Dari konsep adanya osilasi medan UK, 2007.
listrik dalam bentuk sinusoidal menyebabkan
[2] Ravindran, P. Drude-Lorenz Free
elektron berkelakuan seperti plasma yang
dinamis. Dari konsep tersebut dapat ditentukan Electron Theory, Departement of Physics,
frekuensi resonansi yang dapat menentukan Central University of Tamil, Nadu, India.
dielektrik, fungsi dielektrik sendiri bergantung (http://folk.uio.no/ravi/cutn/cmp/Drude-
pada frekuensi angular. Nilai permitivitas dapat LorentzFreeElectronTheory.pdf)
bernilai negatif dikarenakan pengertian [3] Tjia, M. O., Gelombang, Bandung.
permitivitas itu sendiri dimana permitivitas [4] Surface Plasmon Resonance, (
merupakan total muatan di permukaan dibagi
https://en.wikipedia.org/wiki/Surface_pla
dengan medan listrik yang melewati
permukaan, jadi secara garis besar permitivitas smon_resonance )diakses pada 11/03/18
merupakan kemampuan dielektrik bahan untuk [5] Price, L., Lecture 7 TE and TM
menghambat medan likstrik dan terpolariasi, Reflectons Brewster Angle, 2016. (
maka pada metal karena banyaknya muatan http://slideplayer.com/slide/5777101/ )
negatif, nilainya bisa jadi negatif karena [6] Gold Permittivity. (
keberadaan elektron bebas tersebut https://refractiveindex.info/?shelf=main&
Permitivitas logam emas didapat dalam
book=Au&page=Johnson )
praktikum sebesar -5.4756, dimana menurut
referensi permitivitas logam emas yaitu - [7] Iskandar, A. A., Surface Plasmon,
8.4953. terdapat perbedaan -3.01966, terdapat Departement of Physics, Bandung
perbedaan yang cukup besar diantara keduanya. Insititute Technology, Bandung, 2018.
Aplikasi SPR yang pertama adalah
pengunaan pada dunia industri kimia. Dengan
menggunakan konsep SPR jika kita ingin
mengetahui konsentrasi zat yang kita
masukkan, kita dapat mengganti bahan
dielektrik dengan campuran yang akan ditinjau,
perbedaan konsetrasi suatu zat akan menggeser
kurva reflektansi. Aplikasi kedua adalah
penggunaannya dalam menentukan suatu
makanan sudah tidak layak makan atau masih
layak makan, dengan konsep yang sama, ketika
makanan akan basi, makanan tersebut akan
memproduksi gas, gas tersebut kadarnya dapat
itinjau menggunakan SPR.

V. Kesimpulan
pada praktikum kali ini didapat beberapa
besaran, diantaranya adalah nilai permitivitas
logam emas yang didapat pada kedua sampel
yaitu sampel A dan B didapat sebesar, -5.4756.
besaran permitivitas tersebut berbeda sangat
signifikan dengan permitivitas logam emas
yang ditinjau dengan data Drude-Lorentz, yaitu
sebesar -8.4953, hal ini dapat teradi
dikarenakan metode pengukuran yang berbeda
menyebabkan nilai tinjauan berbeda. Kemudian
panjang gelombang deep pada sampel A dan
sampel B dapat dilhat pada tabel (2).

VI. Daftar Pustaka

You might also like