You are on page 1of 25

Asuhan Keperawatan Hipertermi pada

Gastroenteritis Akut

Disusun oleh kelompok 2:


1. Maratus Sholikha (201604022)
2. Cikkita Meggie Dwi kurnia (201604032)
3. Ranaldi Mulyo Sandi (201604046)
4. Kisdyani Anggita Putri (201604065)
5. Nadila Rahayu Ningtyas (201604072)

STIKes BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO


PRODI D3 KEPERAWATAN
TAHUN 2017/2018
KATA PENGANTAR
Tiada kata lain selain kata syukur Ahamdulillah yang bisa diucapkan oleh
kami, dan rasa syukur itu tiada lain kami haturkan kepada Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat serta hidayah Nya, sehingga kami dapat menyeesaikan tugas
makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan Diare pada Pasien Gastroenteritis”
hingga selesai.
Terselesaikannya makalah ini tentu melalui perjuangan, namun perjuangan
tersebut terasa lebih ringan berkat bantuan, bimbingan dan motivasi dari Ibu Enny
Virdha S.Kep.Ns.,M.Kes selaku dosen mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah ,
orang tua kami yang selalu memberikan nasihat dan doanya serta teman teman
kelas 2A yang sudah memberikan semangat bagi kami. Serta semua pihak yang
terkait baik langsung maupun tidak langsung daam penyusunan makalah ini yang
tidak dapat disebutkan satu persatu.
Akhir kata kami hanya bisa berharap dibalik ketidak sempuraan
penyusunan makalah ini dapat ditemukan suatu yang memberikan manfaat bagi
penulis, khususnya bagi para pembaca pada umumnya.

Mojokerto, 10 April 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI
Kata pengantar ..................................................................................................... i
Daftar Isi .............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN PENYAKIT MALARIA ......................................... 1
1.1 Latar belakang ............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
1.3 Tujuan umum dan tujuan khusus ................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 3
2.1 Definisi ........................................................................................................ 3
2.2 Etiologi ........................................................................................................ 3
2.3 Manifestasi Klinis ........................................................................................ 4
2.4 Klasifikasi .................................................................................................... 6
2.5 Patofisiologi ................................................................................................. 7
2.6 Pathway........................................................................................................ 9
2.7 Komplikasi................................................................................................. 10
2.8 Pemeriksaan Penunjang ............................................................................. 14
2.9 Penatalaksanaan ......................................................................................... 15
2.10 Pencegahan .............................................................................................. 16
BAB III TINJAUAN KASUS ........................................................................... 17
3.1 Pengkajian.................................................................................................. 17
3.2 Diagnosa Keperawatan .............................................................................. 19
3.3 Intervensi ................................................................................................... 20
BAB IV PENUTUP ........................................................................................... 21
4.1 Kesimpulan ................................................................................................ 21
4.2 Saran .......................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 22

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diare sampai saat ini masih menjadi masalah utama di masyarakat yang
sulit untuk ditanggulangi. Dari tahun ke tahun diare tetap menjadi salah satu
penyakit yang menyebabkan mortalitas dan malnutrisi pada anak. Menurut
data World HealthOrganization (WHO) pada tahun 2009, diare adalah
penyebab kematian kedua pada anak dibawah 5 tahun.
Secara global setiap tahunnya ada sekitar 2 miliar kasus diare dengan
angka kematian 1.5 juta pertahun. Pada negara berkembang, anak-anak usia
dibawah 3 tahun rata-rata mengalami 3 episode diare pertahun. Setiap
episodenya diare akan menyebabkan kehilangan nutrisi yang dibutuhkan
anak untuk tumbuh, sehingga diare merupakan penyebab utama malnutrisi
pada anak (WHO, 2009).
Untuk skala nasional berdasarkan data dari Profil Kesehatan Indonesia
tahun 2008, penderita diare pada tahun tersebut adalah 8.443 orang dengan
angka kematian akibat diare adalah 2.5%. Angka ini meningkat dari tahun
sebelumnya, yaitu 1.7% dengan jumlah penderita diare adalah 3.661 orang.
Untuk tahun 2006, penderita diare di Indonesia adalah 10.280 orang dengan
angka kematian 2.5%.
Berbagai faktor mempengaruhi terjadinya kematian, malnutrisi, ataupun
kesembuhan pada pasien penderita diare. Pada balita, kejadian diare lebih
berbahaya dibanding pada orang dewasa dikarenakan komposisi tubuh balita
yang lebih banyak mengandung air dibanding dewasa. Jika terjadi diare,
balita lebih rentan mengalami dehidrasi dan komplikasi lainnya yang dapat
merujuk pada malnutrisi ataupun kematian.
Faktor ibu berperan sangat penting dalam kejadian diare pada balita. Ibu
adalah sosok yang paling dekat dengan balita. Jika balita terserang diare
maka tindakan-tindakan yang ibu ambil akan menentukan perjalanan

1
penyakitnya. Tindakan tersebut dipengaruhi berbagai hal, salah satunya
adalah pengetahuan.
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang (overt behavior).Karena dari pengalaman dan penelitian
ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng
daripada perilaku yang tidakdidasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo,
2003).Pengetahuan ibu mengenai diare meliputi pengertian, penyebab, gejala
klinis,pencegahan, dan cara penanganan yang tepat dari penyakit diare pada
balita berperanpenting dalam penurunan angka kematian dan pencegahan
kejadian diare sertamalnutrisi pada anak.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah definisi Gastroenteritis dan Diare?
1.2.2 Apakah etiologi Diare?
1.2.3 Apakah manifestasi klinis Diare?
1.2.4 Apakah klasifikasi Diare?
1.2.5 Bagaimanakah patofisiologi Diare?
1.2.6 Bagaimanakah pathway Diare?
1.2.7 Apakah komplikasi Diare?
1.2.8 Apakah pemeriksaan penunjang Diare?
1.2.9 Bagaimanakah penatalaksanaan Diare?
1.2.10 Bagaimanakah pencegahan Diare?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk memahami konsep penyakit diare.
1.3.2 Untuk memahami bagaimana konsep asuhan keperawatan diare.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Gastroenteritis adalah inflamasi membrane mukosa lambung dan
usus halus. Gastroenteritis akut ditandai dengan diare, dan pada beberapa
kasus, muntah-muntah yang berakibat kehilangan cairan dan elektrolit yang
menimbulkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit. (Lynn
Betz,2009)
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang
lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja). Dengan tinja
berbentuk cair /setengan padat, dapat disertai frekuensi yang meningkat.
Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar encer lebih dari 3 x
sehari. Diare terbagi 2 berdasarkan mula dan lamanya , yaitu diare akut dan
kronis (Mansjoer,A.1999,501).
2.2 Etiologi
Menurut Mansjoer (2003), penyebab diare dapat di bagi dalam beberapa
faktor yaitu :
1. Faktor Infeksi
a. Infeksi internal adalah infeksi pencernaan yang merupakan
penyebab diare pada anak di sebabkan oleh bakteri Shigella,
Salmonella, dan E.coli
b. Infeksi parental adalah infeksi di luar alat pencernaan makan
seperti media akut (OMA), tonsillitis/tonsilofaringitis,
bronkopneumonia, ensafalitis dan sebagainya. Keadaan ini
terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.
2. Faktor Mal Absorbsi
Malapsorpsi karbohidrat, disakarida (intoransi, laktosa maltosa, dan
subkorosa) dan monosakarida (intoleransi glukosa,fruktosa,dan
glaktosa) pada bayi dan anak yang terpenting dan terserang
malapsorpsi lemak dan protein.

3
3. Faktor Makanan
Seperti makan beracun, basi dan alergi terhadap makan yang ia makan.
4. Faktor Psikologis
Rasa takut dan cemas (jarang terjadi pada anak namun sering terjadi)
5. Faktor Perilaku
a. Tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan pertama dari
kehidupan
b. Menggunakan botol susu
c. Menyimpan makanan masak pada suhu kamar
d. Air minum tercemar dengan bakteri tinja
e. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar, sesudah membuang
tinja, atau sebelum menjamah makanan
2.3 Manifestasi Klinis
1. Konsistensi feses cair (diare) dan frekuensi defekasi semakin sering
kadang disertai lendir atau darah
2. Mual, muntah (umumnya tidak lama)
3. Demam (mungkin ada, mungkin tidak)
4. Kram abdomen, tenesmus
5. Membran mukosa kering
6. Berat badan turun
7. Malaise
8. Cengeng, gelisah
9. Warna tinja semakin kehijau-hijauan
10. Timbul gejala dehidrasi. yaitu berat badan menurun, turgor berkurang,
mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung (pada bayi), selaput lendir
bibir dan mulut serta kulit tampak kering.
11. Oliguria atau anuria
12. Pernapasan kusmaul
13. Nyeri perut sampai kejang perut
14. Rasa haus berlebih
15. Tulang pipi menonjol

4
16. Denyut nadi cepat
17. Tekanan darah menurun sampai tak terukur
18. Muka pucat
19. Ujung-ujung ekstremitas dingin
20. Terkadang ditemukan sianosis
2.4 Klasifikasi
Menurut Mansjoer dkk, (2006) diare terbagi menjadi 4 macam antara lain :
1. Diare Akut
Diare akut berlangsung kurang dari 14 hari, umumnya kurang dari
7 hari sehingga mengakibatkan dehidrasi yang merupakan penyebab
utama kematian bagi penderita diare. Diare dengan dehidrasi berat,
diare dengan dehidrasi ringan/sedang, dan diare tanpa dehidrasi. Diare
akut ialah diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan anak yang
sebelumnya sehat. Diare berlangsung kurang dari 14hari dengan disertai
pengeluaran feses lunak dan cair, sering tanpa darah, mungkin disertai
muntah dan panas. Diare akut berlangsung kurang dari 3 minggu,
penyebabnya infeksi dan bukti penyebabnya harus dicari.
Diare akut sering terjadi pada bayi dari pada anak yang lebih besar.
Penyebab terpenting diare cair akut pada anak-anak di negara
berkembang adalah Rotavirus. Penyakit diare akut dapat ditularkan
dengan cara fekal-oral melalui makanan dan minuman yang tercemar.
Peluang untuk mengalami diare akut antara anak laki-laki dan
perempuan hampir sama. Diare cair akut menyebabkan dehidrasi dan
bila masukan makanan berkurang, juga mengakibatkan kurang gizi,
bahkan kematian yang disebabkan oleh dehidrasi.
2. Diare Persisten
Diare persisten adalah berlangsung lebih dari 14 hari secara terus-
menerus, sehingga mengakibatkan penurunan berat badan dan gangguan
metabolisme. Bila diare berlangsung 14 hari atau lebih, terbagi atas :
diare persisten dengan dehidrasi dan diare persisten tanpa dehidrasi. Diare
persisten adalah diare yang pada mulanya bersifat akut tetapi berlangsung

5
lebih dari 14 hari, kejadian dapat dimulai sebagai diare cair atau disentri.
Diare jenis ini mengakibatkan kehilangan berat badan yang nyata, dengan
volume feses dalam jumlah yang banyak sehingga mengalami resiko
dehidrasi. Diare persisten tidak boleh dikacaukan dengan diare kronik,
yaitu diare intermitten atau diare yang hilang timbul, atau berlangsung
lama dengan penyebab non-infeksi seperti penyakit sensitif terhadap
gluten atau gangguan metabolisme yang menurun.
3. Diare Disentri
Diare disentri adalah diare yang di sertai darah dalam tinja. Akibat
disentri adalah anorexsia sehingga mengakibatkan penurunan berat badan
dengan cepat, kemungkinan terjadi komplikasi pada mukosa usus karena
bakteri invasif. Penyebab utama disentri akut yaitu Shigella, penyebab
lain adalah Campylobacter jejuni, dan penyebab yang jarang ditemui
adalah E.Coli Enteroinvasife atau Salmonela. Pada orang dewasa muda,
disentri yang serius disebabkan oleh Entamoeba histolytica, tetapi jarang
menjadi penyebab disentri pada anak – anak.
4. Diare Masalah Lain
Anak yang menderita diare akut persisten mungkin juga di sertai
penyakit lainya seperti gangguan gizi, demam dan penyakit lainya.
Menurut pedoman dari Laboratorium/UPF Ilmu Kesehatan Anak, Universitas
Airlangga (1994), diare dapat dikelompokkan menjadi :
1. Diare akut, yaitu diare yang terjadi mendadak dan berlangsung paling
lama 3-5 hari
2. Diare berkepanjangan bila diare berlangsung lebih dari 7 hari
3. Diare kronik bila diare berlangsung lebih dari 14 hari. (Nuratif &
Kusuma, 2016)
2.5 Patofisiologi
Penyebab diare terdiri dari faktor infeksi, faktor malabsorbsi, faktor
makanan, dan faktor psikologis. Pertama, faktor infeksi akan mengalami
reaksi inflamasi sehingga terjadi peningkatan sekresi cairan dan elektrolit
yang menyebabkan isi rongga usus meningkat. Kedua, faktor malabsorbsi

6
makanan di usus menyebabkan tekanan osmotik meningkat dan terjadi
pergeseran cairan dan elektrolit ke usus, sehingga juga menyebabkan isi
rongga usus meningkat. Ketiga, faktor makanan dimana faktor makanan
disini adalah makanan yang beracun, basi maupun alergi terhadap
makanan dimana hal ini akan menyebabkan gangguan motilitas usus.
Keempat, faktor psikologis (cemas atau rasa takut yang berlebih), yang
menyebabkan adanya rangsangan simpatis dan juga terjadi gangguan
motilitas usus.
Gangguan motilitas usus terbagi menjadi 2, yaitu hipermotilitas dan
hipomotilitas. Hipermotilitas akan menyebabkan adanya pertumbuhan
bakteri dan hipomotilitas akan menyebabkan terjadinya peningkatan
sekresi air dan elektrolit. Terjadinya peningkatan di isi rongga usus,
sekresi air dan elektrolit, serta adanya pertumbuhan bakteri menyebabkan
terjadinya penyakit diare.
Masuknya jasat renik yang masih hidup ke dalam usus halus setelah
berhasil melewati rintangan asam lambung. Jasad renik tersebut
berkembang biak dalam usus halus. Oleh jasad renik di kelurkan toksin
(toksin diaregenik). Akibat toksin itu, terjadi hipereskresi yang selanjutnya
akan timbul diare. Yang merupakan dampak dari timbulnya diare adalah
gangguan osmolitik akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak di
serap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi,
sehingga terjadi pergeseran air, dan lektrolit ke dalam rongga usus. Isi
rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus mengeluarkannya
sehingga timbul diare.
Gangguan motilitas usus, hiperperistaltik akan mengakibatnya
berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga timbul
diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan
bakteri tubuh berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.

7
.2.6 Pathway
faktor infeksi F
F. Malabsorbsi F makanan F. Psikologi
KH,Lemak,Protein

Masuk dan Cemas


berkembang Meningkatkan Toksik tidak
dalam usus tekanan osmotik dapat diserap

Hipersekresi air Pergeseran air dan


dan elektrolit ( elektrolit ke Hiperperistaltik
peningkatan isi rongga usus
rongga usus)

GASTROENTERITIS AKUT

menurunya
Frek. BAB meningkat kesempatan menyerap Distensi Abdomen
makanan di usus

Kehilangan cairan Metabolisme menurun Mual, muntah


dan elektrolit Integritas kulit
mual,
berlebih muntah perianal
Keletihan
nafsu makan menurun

Gangguan Resiko syok hipovolemi dan


keseimbangan merangsang hypothalamus Gangguan Nutrisi
cairan dan elektrolit meningkatkan suhu Kurang dari
Kebutuhan tubuh
Intoleran
Aktivitas
Hipertermi

8
2.7 Komplikasi
Menurut Suharyono (1999:56) sebagai komplikasi dari diare akut maupun
kronis, dapat terjadi hal-hal sebagai berikut :
1. Kehilangan Air dan Elektrolit (Terjadi Dehidrasi)
Dehidrasi adalah suatu gangguan dalam keseimbangan air yang disertai
output yang melebihi intake sehingga jumlah air pada tubuh berkurang.
Meskipun yang hilang cairan tubuh, tetapi dehidrasi juga disertai gangguan
elektrolit.
Klasifikasi dehidrasi, yaitu :
a. Dehidrasi Ringan (hilang cairan 2-5% BB)
1) Muka memerah
2) Rasa sangat haus
3) Kulit kering dan pecah-pecah
4) Volume urin berkurang dengan warna lebih gelap dari biasanya
5) Pusing dan lemah, lemas, mulai terasa pening dan mual
6) Kram otot terutama pada kaki dan tangan
7) Sering mengantuk
8) Mulut dan lidah kering serta air liur berkurang
9) Jantung berdetak lebih kencang
10) Suhu badan meningkat
b. Dehidrasi Sedang (hilang cairan 5-8% BB)
1) Tekanan darah menurun
2) Pingsan
3) Kejang
4) Perut kembung
5) Gagal jantung
6) Denyut nadi cepat dan lemah
c. Dehidrasi Berat (hilang cairan 8-10% BB)
1) Kelanjutan dari tanda dehidrasi sedang
2) Kesadaran menurun
3) Kaku otot

9
4) Sianosis
Diare berat yang disertai nause dan vomiting sehingga asupan oral
berkurang dapat menyebabkan dehidrasi, terutama pada anak dan lanjut
usia. Dehidrasi bermanifestasi sebagai rasa haus yang meningkat, hal ini
disebabkan oleh tubuh yang senantiasa menjaga homeostasis. Rasa haus
dan pengeluaran urin yang sedikit saat tubuh kekurangan cairan bertujuan
mengatur cairan didalam tubuh.
Kondisi ini dapat mengakibatkan gangguan keseimbangan asam basa
(metabolik asidosis), karena :
a. Kehilangan Natrium Bicarbonat Bersama Tinja
Adanya ketosis kelaparan dan metabolisme lemak yang tidak
sempurna, sehingga benda keton tertimbun dalam tubuh
b. Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan
Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak
dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguri dan anuria)
c. Pemindahan ion natrium dan cairan ekstraseluler ke dalam cairan
intraseluler
Secara klinis, asidosis dapat diketahui dengan memperhatikan
pernapasan yang bersifat cepat, teratur, dan dalam (pernapasan
kusmaul)
2. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% dari anak-anak yang menderita diare dan
lebih sering terjadi pada anak yang sebelumnya sudah menderita KKP,
karena :
a. Penyimpanan persediaan glikogen dalam hati terganggu
b. Adanya gangguan absorbsi glukosa (walaupun jarang terjadi)
Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun
sampai 40% pada bayi dan 50% pada anak-anak. Hal tersebut dapat berupa
lemas, apatis, peka rangsang, tremor, berkeringat, pucat, syok, kejang
sampai koma.

10
3. Gangguan Gizi
Pasien yang menderita diare biasanya juga menderita anoreksia sehingga
asupan nutrisinya menjadi kurang. Kekurangan kebutuhan nutrisi akan
bertambah jika pasien juga menderita muntah-muntah atau diare lama;
keadaan ini menyebabkan makin menurunya daya tahan tubuh sehingga
penyembuhan tidak lekas tercapai bahkan dapat timbul komplikasi. Pasien
yang sering menderita diare atau menderita kronik seperti pasien
malabsorbsi akhirnya dapat mendertia MEP kalau tidak mendapatkan
penanganan yang terbaik.
Untuk mencegah kurangnya masukan nutrisi dan membantu menaikkan
daya tahan tubuh, pasien diare harus segera diberikan makanan setelah
dehidrasi teratasi dan makanan harus menganddung cukup kalori, protein,
mineral dan vitamin tetapi tidak menimbulkan diare kembali (WHO 1980).
Bayi yang masih minum ASI selama diare waalaupun bayi tersebut
dirawat dan dipasang infus setelah keadaan tidak terlalu lemah, ASI harus
diberika terus. Jika bayi tidak minum ASI diberikan susu yang cocok (lihat
pengobatan dietitik).
Pada pasien yang menderita malabsorbsi pemberian jenis makanan yang
menyebabkan malabsorbsi harus dihindari. Pemberian makanan harus
mempertimbangkan umur, berat badan dan kemampuan anak
menerimanya. Pada umumnya anak diatas 1 tahun dan sudah makan biasa,
dianjurkan makan bubur tanpa sayuran pada hari-hari masih diare (boleh
bubur dengan kecap dan telur asin jika bukan karena telur anak diare) dan
minum the. Hari esoknya jika defekasinya telah membaik boleh diberi
wwortel, daging yang tidak berlemak. Jika anak tidak dapat meninggalkan
susu (orangtua sering kali mengatakan anaknya tidak mau tiddur jika tak
minum susu) boleh diberi tapi diencerkan duhulu misalnya hari pertama
1/3, hari kedua dan jika defeksi tetap baik boleh penuh pada hari
berikutnya.
Untuk membantu mengembalikan daya tahan tubuh yang menurun selama
diare sebenarnya jumlah kalori perlu ditambah 30% dan protein juga

11
dinaikkan; protein yang diperlukan anak pada umumnya adalah 2,5
g/kgBB/hari perlu ditambah menjadi 3-4 g/kgBB/hari. Di samping itu anak
peril diberikan banyak minum.
Sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi sehingga
terjadi penurunan berat badan. Hal ini disebabkan karena :
a. Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau
muntahnya akan bertambah hebat, sehingga orang tua hanya sering
memberikan air teh saja
b. Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengenceran
dalam waktu yang terlalu lama
c. Makanan diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan
baik karena adanya hiperperistaltik
4. Gangguan Sirkulasi
Sebagai akibat diare yang dengan atau tanpa disertai muntah, maka dapat
terjadi gangguan sirkulasi darah berupa renjatan atau syok hipovolemik.
Akibat perfusi jaringan berkurang dan terjadinya hipoksia, asidosis
bertambah berat sehingga dapat mengakibatkan perdarahan di dalam otak,
kesadaran menurun, dan bila tidak segera ditolong maka penderita dapat
meninggal.
5. Syok Hipovolemik
Hipovolemia adalah keadaan berkurangnya volume darah yang
bersirkulasi dalam tubuh. Keadaan ini tergolong darurat dimana jumlah
darah dan cairan yang hilang membuat jantung tidak mampu memompa
darah dalam jumlah yang cukup.
6. Gangguan Rasa Nyaman
Pasien yang menderita diare akan merasakan gangguan aman dan nyaman
karena sering buang air sehingga melelahkan; apalagi pada pasien kolera
yang b.a.b-nya terus menerus disertai muntah. Untuk mengurangu
kelelahan pasien tersebut sebaiknya dirawat di atas eltor bed, yaitu tempat
tidur dari terpal yang dilubangi di tengahnya dan di bawahnya ditempat
ember penampung kotoran. Didalam ember tersebut diisi dengan

12
desinfektan. Selain kelelahan juga adanya rasa tak enak di perut serta
kurang isstirahat karena ssering buang air besar.
Pada dehidrasi ringan/sedang, dengan dipaksannya anak minum oralit
sampai beberapa gelas sudah tentu tidak menyenangkan, oleh karena itu,
perlu pendekatan dengan cara membujuk. Pada anak yang telah mengerti
berikan penjelasan mengapa ia harus banyak minum. Pemasangan infus
pada pasien yang dehidrasi berat juga menyebabkan gangguan apalagi jika
tidak langsung berhasil. Hal ini ssering pada vena yang kolaps sehingga
susah menerimanya. Lebih baik vena seksi.
Pasien yang dilakukan biopsi usus sangat lelah karena biopsi dilakukan
berjam-jam sedangkan pasien harus hanya miring ke kanan saja. Untuk
mengurangi ini biasanya orang tua diminta membantu sambil mengusap-
usap serta membujuknya (kepada orangtua sebelumnya harus diterangkan
untuk apa biopsi tersebut karena orang tua akan ikut merasakan kelelahan
akibat menunggu. Biopsi usus dapat berlangsung 2-3 jam karena
menunggu kapsul masuk ke dalam usus halus).

2.8 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan objektif utama pada pasien dengan diare akut adalah
penentuan tingkat keparahan dehidrasi dan deplesi elektrolit. Adanya
demem menunjukkan infeksi spesies Salmonella, Shigella, atau
Kampilobater. Pemeriksaan colok dubur dan sigmoidoskopi harus
dilakukan, keduanya dimaksudkan untuk menilai tingkat peradangan
rektal. Jika ada dan mendapatkan feses untuk diperiksa.
1. Pemeriksaan tinja
a. Makroskopis dan mikroskopis
b. Ph dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet
clinitest bila di duga terdapat intoleransi glukosa
c. Bila perlu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi

13
2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dan darah dengan
cara menentukan pH dan cadangan alkali (lebih tepat lagi dengan
pemeriksaan AGD menurut ASTRUP bila memungkinkan)
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal
4. Pemeriksaan elektrolit terutama pada na, k , ca, dan fosfor dalam
serum (terutama pada penderita diare yang disertai kejang)
5. Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jenis jasat renik
atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif terutama di lakukan pada
penderita diare kronik
2.9 Penatalaksanaan
A. Rehidrasi
1. jenis cairan
a. Cara rehidrasi oral
1) Formula lengkap (NaCl, NaHCO3, KCl dan Glukosa) seperti orali,
pedyalit setiap kali diare.
2) Formula sederhana ( NaCl dan sukrosa)
b. Cara parenteral
1) Cairan I : RL dan NS
2) Cairan II : D5 ¼ salin,nabic. KCL
D5 : RL = 4 : 1 + KCL
D5 + 6 cc NaCl 15 % + Nabic (7 mEq/lt) + KCL
3) HSD (half strengh darrow) D ½ 2,5 NS cairan khusus pada diare
usia > 3 bulan.
2. Jalan pemberian
a. Oral (dehidrasi sedang, anak mau minum, kesadaran baik)
b. Intra gastric ( bila anak tak mau minum,makan, kesadran menurun)
3. Jumlah Cairan ; tergantung pada :
a. Defisit ( derajat dehidrasi)
b. Kehilangan sesaat (concurrent less)
c. Rumatan (maintenance).

14
4. Jadwal / kecepatan cairan
a. Pada anak usia 1- 5 tahun dengan pemberian 3 gelas bila berat badanya
kurang lebih 13 kg : maka pemberianya adalah :
1) BB (kg) x 50 cc
2) BB (kg) x 10 – 20 = 130 – 260 cc setiap diare = 1 gls.

b. Terapi standar pada anak dengan diare sedang :


+ 50 cc/kg/3 jam atau 5 tetes/kg/mnt

B. Terapi
1. obat anti sekresi : Asetosal, 25 mg/hari dengan dosis minimal 30 mg
klorpromazine 0,5 – 1 mg / kg BB/hari
2. obat anti spasmotik : Papaverin, opium, loperamide
3. antibiotic : bila penyebab jelas, ada penyakit penyerta

C. Dietetik
1. Umur > 1 tahun dengan BB>7 kg, makanan padat / makanan cair atau
susu
2. Dalam keadaan malbasorbsi berat serta alergi protein susu sapi dapat
diberi elemen atau semi elemental formula.
2.10 Pencegahan
1. Selalu pakai alas kaki
2. Rajin cuci tangan
3. Jaga kebersihan lingkungan
4. Masak makanan hingga matang
5. Simpan makanan di lemari es
6. Konsumsi air yang matang
7. Konsumsi makanan dengan nutrisi yang cukup
8. Olahraga secara teratur
9. Jangan memasak dengan mencampur makanan matang dan mentah
10. Perhatikan tanggal kadaluwarsa pada makanan

15
11. Jangan terlalu banyak mengkonsumsi cabai
12. Perhatikan kebersihan alat masak
13. Cuci sayuran dan buah sebelum dikonsumsi
14. Pengolahan sampah yang baik
15. Membuang air besar dan air kecil ditempatnya
16. Menutup makanan
17. Istirahat yang cukup
18. Perhatikan kebersihan piring dan gelas yang dipakai
19. Perhatikan kondisi perut
20. Hindari membeli makanan di pinggir jalan

16
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA DIARE PADA PASIEN


GASTROENTERITIS

3.1 Pengkajian Keperawatan

II . ANAMNESE

a. Identitas klien :
Umur
Sering terjadi pada terutama usia 6 bulan sampai 2 tahun (WHO, 1995).
b. Keluhan Utama
Dimulai dengan keluhan mual, muntah dan diare dengan volume yang
banyak, suhu badan meningkat, nyeri perut
c. Riwayat penyakit
Terdapat beberapa keluhan, permulaan mendadak disertai dengan muntah
dan diare. Faeces dengan volume yang banyak, konsistensi cair, muntah
ringan atau sering dan anak gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat dan
nafsu makan menurun.
III PEMERIKSAAN BI-B6
 Keadaan Umum : Sedang, tenang
 Kesadaran : Compos mentis ( 4 5 6)
 Vital sign : Suhu tubuh dan nadi cenderung meningkat
 B1 ( Breating)
- Inspeksi : bentuk dada simetris kanan dan kiri RR:20 x/mnt, retraksi
tak ada, ketinggalan gerak tidak ada
- Palpasi : vokal fremitus kanan dan kiri sama
- Perkusi : suara sonor
- Auskultasi : Vesikuler (+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

B. B2 ( Blood)

17
- Inspeksi : ictus cordis tidak teraba TD : 90/60 mmHg, N:110x/mnt,
S:38 C
- Palpasi : nadi teraba
- Perkusi :suara pekak
- Auskultasi : suara S1,S2 terdengar

C. B3 (Brain)
- Inspeksi : pupil isokor, reflek cahaya positif, konjungtiva
anemis,tidak ada benjolan

D. B4 (Bladder)
- Inspeksi : warna urin kuning
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan

E. B5 (Bowel)
- Inspeksi : abdomen kanan dan kiri simestris
- Palpasi :tidak ada nyeri tekan pada uluh hati
- Perkusi : tidak kembung (BAB tidak teratur)
Feses lunak dan cair, warna kuning kehijauan
- Auskultasi : bising usus cepat 45x/mnt

F. B6 (Bone)
- Inspeksi : ekstremitas atas dan bawah tidak oedem,
5 5

5 5

18
IV ANALISA DATA

Symtom Etiologi Problem


DS
 pusing, matanya terasa
panas
 kenaikan suhu tubuh
diatas rentang normal
 kulit kemerahan
 pertambahan RR
Sirkulasi darah menurun Hipertermi
 takikardi
 Kulit teraba panas/
hangat
 Wajah kemerahan
 demam
 lemas
 Akral hangat

3.2 Diagnosa Keperawatan

4.1.Hipertermi b.d sirkulasi darah yang menurun

3.3 Intervensi Keperawatan

Dx : Hipertermi b.d sirkulasi darah yang menurun

Tujuan dan Kriteria Hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama


1x24 jam suhu tubuh tidak panas dengan kriteria hasil :

1. Suhu tubuh normal 36oC-37,5oC.

2. Tidak tampak menggigil.

19
Perencanaan Rasional

1. Beri kompres dengan air hangat 1. Pemberian kompres hangat


pada lipatan paha, ketiak, perut, merangsang penurunan panas
dan dahi (Hartini, Permatasari, & melalui efek kerja konduksi
Bayu, 2015)
2. Salah satu pengukuran untuk
mengetahui status kesehatan, salah
satunya pengukuran suhu untuk
2. Observasi TTV terutama suhu
mengetahui terjadinya peningkatan
tiap 4 jam.
suhu.

3. Air merupakan pengatur suhu


tubuh. Setiap kenaikan suhu tubuh

3. Beri pasien banyak minum kebutuhan metabolisme air juga


meningkat

4. Baju tipis akan mudah menyerap


4. Berikan pasien pakaian yang tipis
keringat sehingga mengurangi
dan menghindari penggunaan
penguapan
selimut yang tebal.
5. Antipiretik bekerja untuk
5. Kolaborasi dengan tim medis
menurunkan panas dengan bekerja
untuk pemberian obat antipiretik
pada hipotalamus untuk
rangsangan penurunan panas

20
BAB IV
PENUTUP
4.1.Kesimpulan
Diare atau penyakit diare (diarrheal disease) berasal dari kata diarroia
(bahasa Yunani) yang berarti mengalir terus (to flow through), merupakan
keadaan abnormal pengeluaran tinja yang terlalu sering. Hal ini disebabkan
adanya perubahan- perubahan dalam transport air dan elektrolit dalam usus,
terutama pada keadaan keadaan dengan gangguan intestinal pada fungsi
digesti, absorpi dan sekresi.
Diare sampai saat ini masih menjadi masalah utama di masyarakat yang
sulit untuk tahun ke tahun diare tetap menjadi salah satu penyakit yang
ditanggulangi. Secara global setiap tahunnya ada sekitar 2 miliar kasus diare
dengan angka kematian 1.5 juta pertahun. Pada negara berkembang, anak-
anak usia dibawah 3 tahun rata-rata mengalami 3 episode diare pertahun.
Setiap episodenya diare akan menyebabkan kehilangan nutrisi yang
dibutuhkan anak untuk tumbuh, sehingga diare merupakan penyebab utama
malnutrisi pada anak (WHO, 2009).
4.2.Saran
Dalam upaya meningkatkan kualitas perawatan pada klien diare perlu
ditingkatkan tentang keperawatan pada klien tersebut sehingga asuhan
keperawatan dapat lebih efektif secara komprehensif meliputi Bio-Psiko-
Sosial-Spiritual pada klien melalui pendekatan proses keperawatan mencakup
didalamnya pelayanan promotif, preventif, kuratif, rehabilitative yang
dilandasi oleh ilmu dan kiat keperawatan profesional yang sesuai nilai moral
etika profesi keperawatan sehingga dimasa yang akan datang dapat
mengantisipasi dan menjawab tantangan- tantangan dan perubahan sosial
yang menitik beratkan pada pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
individu, keluarga, masyarakat, serta lingkungannya.

21
DAFTAR PUSTAKA

Hartini, S., Permatasari, K. I., & Bayu, M. A. (2015). Perbedaan

efektivitas kompres air hangat dan kompres air biasa terhadap penuruan suhu

tubuh. 5.

Nuratif, S. A., & Kusuma, S. H. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis

Berdasarkan Penerapan Diagnosa Nanda, NIC, NOC dalam Berbagai Kasus.

Jogjakarta: Percetakan Mediction Publishing Jogjakarta.

22

You might also like