You are on page 1of 16

MODUL I

DEFINISI DAN RUANG LINGKUP EVALUASI LAHAN

A. IDENTITAS MODUL

Mata Kuliah : Evaluasi Lahan


Jumlah SKS : 3 (tiga)
Jumlah Kelas : 6 (enam)
Semester diberikan : Ganjil
Pertemuan Ke : 1 (1x 100 menit)
Pokok Bahasan : Definisi dan Ruang Lingkup Evaluasi Lahan
Kompetensi Mata Kuliah : Mampu menilai karakteristik dan kualitas
lahan sebagai dasar penentuan kemampuan
dan kesesuaian lahan untuk berbagai
penggunaan lahan yang berkelanjutan
Kompetensi Modul : Mampu menjelaskan defnisi, tujuan, manfaat,
dan dasar-dasar evaluasi lahan, serta mampu
menjelaskan definisi istilah-istilah yang
digunakan dalam evaluasi lahan.
Deskripsi Singkat :
Modul 1 ini membahas mengenai definisi (pengertian) evaluasi lahan
dalam konteks pengembangan sumberdaya lahan, tujuan evaluasi lahan,
manfaat evaluasi lahan, dan dasar-dasar evaluasi lahan. Modul juga
dilengkapi dengan definisi istilah-istilah yang sering digunakan dalam
evaluasi lahan.
Metode Pembelajaran : Ceramah interaktif, Diskusi Kelas

Proses pembelajaran :
Pertemuan Minggu Ke-1
- Penjelasan materi perkuliahan
- Diskusi (class discusion) materi perkuliahan
- Penyampaian dan penjelasan materi tugas

I-1
Peta Kompetensi

Kompetensi Mata Kuliah


Mampu menilai karakteristik dan kualitas lahan sebagai dasar penentuan
kemampuan dan kesesuaian lahan untuk berbagai penggunaan yang
berkelanjutan

Kompetensi Dasar 9
Membandingkan berbagai sistem evaluasi
kesesuaian lahan yang ada di Indonesia

Kompetensi Dasar 8
Membandingkan sistem pendekatan
fisiografik dan parametrik untuk Kompetensi Dasar 5
kepentingan evaluasi berbagai Menerapkan metode survai dan
penggunaan lahan dengan benar pengambilan contoh tanah di
lapangan dengan benar

Kompetensi Dasar 7
Menganalisa klasifikasi kesesuaian
Kompetensi Dasar 4
lahan untuk tanaman dengan benar
Mempersiapkan data/informasi
pendahuluan yang dibutuhkan
Kompetensi Dasar 6 untuk pelaksanaan survai tanah
Menganalisa klasifikasi kemampuan dan sumberdaya lahan dengan
lahan dengan benar benar

Kompetensi Dasar 3
Mengorganisir data-data yang diperlukan untuk kepentingan
evaluasi lahan dengan benar

Kompetensi Dasar 2
Menunjukkan cara dan pendekatan evaluasi lahan yang benar sesuai
dengan tujuan dan manfaat evaluasi lahan yang ingin dicapai

Kompetensi Dasar 1
Menjelaskan defnisi, tujuan, manfaat, dasar-dasar evaluasi
lahan, serta ruang lingkup evaluasi lahan dengan benar

I-2
B. MATERI PERKULIAHAN

DEFINISI DAN RUANG LINGKUP EVALUASI LAHAN

Pendahuluan

Seiiring dengan pertumbuhan penduduk kebutuhan lahan makin hari


makin meningkat. Kebutuhan lahan ini meliputi keperluan untuk
pemukiman, lahan pertanian, fasilitas umum seperti jalan raya, sarana
kesehatan, pusat perbelanjaan, dll, serta keperluan lahan untuk kawasan
industri. Sementara itu, lahan yang tersedia sangat terbatas, sehingga untuk
mengimbangi kebutuhan lahan yang tidak terbatas ini, maka diperlukan
upaya perencanaan penggunaan lahan untuk menjamin pemanfaataan yang
lebih efisien.

Permasalahan perencanaan dan penataan lahan tidak hanya dihadapi


oleh negara-negara berkembang, tetapi juga menjadi permasalahan di
negara-negara maju. Sandy (1980) mengemukakan bahwa permasalahan
terberat dalam penataan ruang di negara berkembang khususnya Indonesia
adalah terjadinya kerusakan tanah akibat pemeliharaan penggunaan lahan
yang sangat minim (termasuk aspek konservasi lahan) dan status
kepemilikan dan hukum yang belum tertata dengan baik.

Permasalahan utama yang dihadapi di sektor pertanian adalah semakin


langkanya lahan pertanian yang subur dan potensial, serta adanya
persaingan penggunaan lahan antara sektor pertanian dan non-pertanian.
Hal ini berakibat terhadap ancaman optimalisasi penggunaan lahan secara
berkelanjutan. Pada akhirnya, ancaman ini akan mempengaruhi ketahanan
pangan. Oleh karena itu, diperlukan suatu pengaturan terhadap penggunaan
lahan yang dapat menjamin masing-masing penggunaan lain berkelanjutan
dan mendukung kehidupan yang sejahtera.

I-3
Definisi Lahan

Lahan (Land) merupakan bagian dari bentang alam (landscape) yang


mencakup pengertian lingkungan fisik termasuk iklim, topografi/relief,
tanah, hidrologi, dan bahkan keadaan vegetasi alami yang semuanya secara
potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan (FAO, 1976).
Termasuk didalamnya akibat-akibat kegiatan manusia, baik pada masa lalu
maupun sekarang, seperti reklamasi daerah pantai, penebangan hutan, dan
akibat-akibat yang merugikan seperti erosi dan akumulasi garam. Faktor-
faktor ekonomi secara murni tidak termasuk dalam konsep lahan ini.

Ruang lingkup sumberdaya lahan meliputi segala kondisi, sifat, proses-


proses karakteristik dan fenomena lahan yang dapat digunakan untuk
mememuni kebutuhan manusia (Soemarno, 2007). Konsepsi lahan dapat
dipandang sebagai satu kesatuan sumberdaya daratan yang tidak dapat
dipisahkan dari faktor-faktor ekologis pembentuk permukaan bumi yaitu:
atmosfer, hidrosfer, biosfer, pedosfer, dan litosfer. Lapisan-lapisan ini
membentuk daur-daur kehidupan alami sebagai penunjang kehidupan
(Gambar 1).

Lahan sebenarnya memiliki sifat dinamis yang akan selalu berkaitan


dengan kepentingan dan keperluan manusia seiring dengan perubahan
aktivitas manusia seperti perubahan sosial, politik, ilmu pengetahuan dan
teknologi. Cara pandang akan lahan antara satu lokasi dengan lokasi lain
tentu berbeda terutama dalam peruntukan lahan walaupun mungkin lahan
memiliki karakteristik yang sama, hal ini disebabkan oleh komponen
pendamping dari lahan berbeda sehingga interaksinya pun berbeda
(Notohadiprawiro, 1992).

Kondisi sumberdaya lahan yang berbeda akan menentukan potensi


lahan itu sendiri sehingga akan berpengaruh terhadap pemanfaatan
penggunaan lahan. Untuk itu, evaluasi lahan sangat diperlukan agar
sumberdaya lahan dapat di inventarisasi sehingga potensi sumberdaya lahan
dapat diketahui dan dimanfaatkan sesuai kemampuannya.

I-4
Atmosfer (iklim)
Daur gas
Daur air
(CO2, O2, N2)
Hidrosfer
Daur energi dan air Biosfer
darat

Daur bahan organik


Daur air dan mineral
dan mineral
Pedosfer (tanah)

Bahan induk Faktor kapasitas


Litosfer
Litosfer
(geologi)
(topografi)

Gambar 1.1 Lahan merupakan suatu sistem kompleks tempat


terjadinya berbagai daur/siklus alam (Soemarno, 2007)

Definisi Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan merupakan penilaian terhadap kenampakan


penutup lahan berdasarkan fungsi bagi kehidupan, baik itu kenampakan
alami atau buatan manusia. Penggunaan lahan untuk pertanian secara umum
dapat dibedakan atas: penggunaan lahan semusim, tahunan, dan permanen.

a. Penggunaan lahan tanaman semusim diutamakan untuk tanaman


musiman yang dalam polanya dapat dengan rotasi atau tumpang sari
dan panen dilakukan setiap musim dengan periode biasanya kurang
dari setahun.
b. Penggunaan lahan tanaman tahunan merupakan penggunaan tanaman
jangka panjang yang pergilirannya dilakukan setelah hasil tanaman
tersebut secara ekonomi tidak produktif lagi, seperti pada tanaman
perkebunan.

I-5
c. Penggunaan lahan permanen diarahkan pada lahan yang tidak
diusahakan untuk pertanian, seperti hutan, daerah konservasi,
perkotaan, desa dan sarananya, lapangan terbang, dan pelabuhan.

Dalam evaluasi lahan penggunaan lahan harus dikaitkan dengan tipe


penggunaan lahan (Land Utilization Type) yaitu jenis-jenis penggunaan lahan
yang diuraikan secara lebih detil karena menyangkut pengelolaan, masukan
yang diperlukan dan keluaran yang diharapkan secara spesifik. Setiap jenis
penggunaan lahan dirinci ke dalam tipe-tipe penggunaan lahan. Tipe
penggunaan lahan bukan merupakan tingkat kategori dari klasifikasi
penggunaan lahan, tetapi mengacu kepada penggunaan lahan tertentu yang
tingkatannya dibawah kategori penggunaan lahan secara umum, karena
berkaitan dengan aspek masukan, teknologi, dan keluarannya.
Sifat-sifat penggunaan lahan mencakup data dan/atau asumsi yang
berkaitan dengan aspek hasil, orientasi pasar, intensitas modal, buruh,
sumber tenaga, pengetahuan teknologi penggunaan lahan, kebutuhan
infrastruktur, ukuran dan bentuk penguasaan lahan, pemilikan lahan dan
tingkat pendapatan per unit produksi atau unit areal. Tipe penggunaan lahan
menurut sistem dan modelnya dibedakan atas dua macam yaitu multiple dan
compound.

Tipe penggunaan lahan yang tergolong multiple terdiri lebih dari satu
jenis penggunaan (komoditas) yang diusahakan secara serentak pada suatu
areal yang sama dari sebidang lahan. Setiap penggunaan memerlukan
masukan dan kebutuhan, serta memberikan hasil tersendiri. Sebagai contoh
kelapa ditanam secara bersamaan dengan kakao atau kopi di areal yang sama
pada sebidang lahan. Demikian juga yang umum dilakukan secara
diversifikasi antara tanaman cengkih dengan vanili atau pisang.

Tipe penggunaan lahan yang tergolong compound terdiri lebih dari satu
jenis penggunaan (komoditas) yang diusahakan pada areal-areal dari
sebidang lahan yang untuk tujuan evaluasi diberlakukan sebagai unit tunggal.
Perbedaan jenis penggunaan bisa terjadi pada suatu sekuen atau urutan
waktu, dalam hal ini ditanam secara rotasi atau secara serentak, tetapi pada

I-6
areal yang berbeda pada sebidang lahan yang dikelola dalam unit organisasi
yang sama. Sebagai contoh suatu perkebunan besar sebagian areal secara
terpisah (satu blok/petak) digunakan untuk tanaman karet, dan blok/petak
lainnya untuk kelapa sawit. Kedua komoditas ini dikelola oleh suatu
perusahaan yang sama.

Definisi Evaluasi Lahan

Evaluasi lahan merupakan proses pendugaan potensi lahan untuk


macam-macam alternatif penggunaannya (Dent and Young, 1981). Evaluasi
lahan adalah proses penilaian atau keragaan (perfomance) lahan jika
dipergunakan untuk tujuan tertentu, meliputi pelaksanaan dan interpretasi
survei dan studi bentuk lahan, tanah, vegetasi, iklim dan aspek lahan lainnya,
agar dapat mengidentifikasi dan membuat perbandingan berbagai
alternative penggunaan lahan yang mungkin dikembangkan (FAO, 1976).
Evaluasi lahan merupakan suatu alat yang biasa digunakan dalam
proyek perencanaan tata guna tanah/lahan. Alat ini sangat fleksibel,
tergantung kepentingan dan kondsi wilayah. Evaluasi lahan dilakukan pada
kondisi sekarang yang memungkinkan dapat diketahui perubahan yang
terjadi pada lahan dan bisa dimanfaatkan untuk perencanan penggunaan
lahan kedepan (FAO, 1976). Sitorus (2004) menjelaskan tentang hal yang
dibutuhkan dalam evaluasi lahan ada 3 aspek utama yaitu lahan, penggunaan
lahan dan aspek ekonomis.
Kegiatan evaluasi lahan tidak terbatas kepada perumusan penggunaan
lahan yang sesuai dengan potensi lahan, tetapi juga dapat memberikan
pertimbangan terhadap berbagai konsekuensi penggunaan lahan dan
rekomendasi upaya perbaikan lahan. Sehingga hasil evaluasi lahan akan
memberikan informasi dan/atau arahan penggunaan lahan yang diperlukan,
dan akhirnya nilai harapan produksi yang akan diperoleh.

Penggunaan lahan dapat dianalisis dalam tiga aspek, yaitu:


kemampuan, kesesuaian dan nilai lahan. Kesesuaian lahan menyangkut
penilaian lahan untuk satu penggunaan tertentu/penggunaan khusus. Contoh
kesesuaian lahan untuk lapangan golf, perkebunan kelapa sawit, padi sawah,

I-7
dsb. Kemampuan lahan merupakan penilaian lahan tehadap serangkaian/
sejumlah penggunaan lahan. Sebagai contoh penilaian lahan untuk pertanian,
kehutanan, atau tempat rekreasi. Sehingga ruang lingkup kemampuan lahan
lebih luas.

Konsep nilai lahan merupakan evaluasi yang dilakukan berdasarkan


pertimbangan finansial (faktor ekonomi), yang dinyatakan sebagai jumlah
biaya per tahun. Lahan memiliki nilai ekonomi dan nilai pasar yang berbeda-
beda. Lahan di perkotaan yang digunakan untuk kegiatan industri dan
perdagangan memiliki nilai pasar yang tertinggi karena di tempat tersebut
terletak tempat tinggal dan sumber penghidupan manusia yang paling efisien
dan memberikan nilai produksi yang tertinggi.

Para pemilik sumberdaya lahan cenderung menggunakan lahan untuk


tujuan-tujuan yang memberikan harapan untuk diperolehnya penghasilan
yang tertinggi. Mereka akan menggunakan lahannya sesuai dengan konsep
penggunaan yang tertinggi dan terbaik. Konsep ini memperhitungkan semua
faktor yang mempengaruhi kemampuan lahan, seperti aksebilitas serta
kualitas sumberdaya lahan dan lingkungan. Pada daerah urban, penggunaan
lahan terbaik dengan nilai tertinggi biasanya untuk daerah industri dan
perdagangan, menyusul untuk daerah permukiman, kemudian untuk daerah
pertanian, dan yang terakhir untuk ladang penggembalaan dan daerah liar
yang tidak ditanami (Suparmoko, 1989).

Definisi Istilah-istilah dalam Evaluasi Lahan

Selain definisi lahan, dalam melaksanakan evaluasi lahan perlu terlebih


dahulu memahami istilah-istilah yang digunakan. Istilah-istilah ini sangat
berhubungan dengan batasan sumberdaya lahan dan ruang lingkupnya, dan
evaluasi penilaiannya lahan. Berikut diuraikan secara ringkas mengenai
istilah-istilah tersebut.

a. Bentang lahan (Landscape) merupakan realita keberadaan muka bumi


yang dicirikan oleh bentuk, perbedaan tinggi, tinggi tempat, kemiringan,
dan kondisi permukaannya (datar dan rata, datar dengan relief mikro)

I-8
dan jenis serta sifat batuan (Subardja et. al, 2004). Sedangkan dari aspek
geomorfologis, Wiradisastra et al., (2002) mendefinisikan bentang lahan
merupakan hasil bentukan dari proses tektonik dan volkanisme,
sedangkan denudasi (hasil total dari semua proses pemindahan sampai
terjadi bentuk lahan) terjadi melalui proses erosi dan gerakan massa
(mass wasting).

b. Bentuk lahan (Landform) merupakan bentukan alam mengenai


permukaan bumi yang terjadi melalui serangkaian proses geomorfik
(Subardja et. al., 2004) yang terjadi pada berbagai macam batuan dan
bahan induk yang berbeda untuk waktu tertentu (Desaunettes, 1977).

c. Satuan lahan (Landunit) adalah kelompok lahan yang mempunyai sifat-


sifat biofisik dan lingkungan yang sama atau hampir sama. Tingkat
keragaman atau variabilitas dari masing-masing landunit tergantung
kepada skala dan intensitas pengamatannya.

d. Evaluasi Kemampuan Lahan merupakan pengeompokkan lahan ke


dalam satuan-satuan khusus menurut kemampuannya untuk
penggunaan intensif dan perlakuan yang diberikan untuk dapat
digunakan secara terus-menerus (Soil Conservation Society of America,
1982).

e. Evaluasi Kesesuaian Lahan merupakan penilaian terhadap potensi


lahan yang dilakukan dengan cara membandingkan kualitas lahan
masing-masing satuan peta lahan dengan persyaratan penggunaan lahan
yang akan diterapkan.

Prinsip dasar Evaluasi Lahan

Sebelum menentukan metode dan pendekatan evaluasi lahan yang


akan digunakan, maka harus diketahui dasar-dasar evaluasi lahan yang
meliputi ketentuan-ketentuan berikut:

1. Kesesuaian lahan harus didasarkan atas penggunaan lahan untuk


tujuan tertentu, karena penggunaan lahan yang berbeda akan
memerlukan syarat yang berbeda

I-9
2. Diperlukan perbandingan antara biaya dan keuntungan dalam
penggunaan lahan yang direncanakan
3. Proses evaluasi lahan memerlukan sumbangan pengetahuan dari
berbagai bidang ilmu, dengan kata lain diperlukan pendekatan yang
multidisiplin .
4. Hasil evaluasi lahan harus relevan denga sifat-sifat fisik, ekonomi, dan
sosial di daerah tersebut. Relevansi ini termasuk standar harga dan
upah yang berlaku.
5. Kesesuaian lahan didasarkan atas penggunaan lahan yang lestari
(sustain basis) jangan sampai suatu penggunaan lahan menyebabkan
menurunkan kualitas lingkungan dan berbagai kerusakan, meskipun
dalam jangka pendek penggunaan lahan tersebut sangat
menguntungkan
6. Evaluasi harus meliputi lebih dari satu macam penggunaan lahan.

Setelah dasar-dasar evaluasi lahan dipahami, maka langkah


selanjutnya adalam penetapan tujuan evaluasi lahan (skala proyek).
Penetapan tujuan evaluasi lahan inidilakukan melalui kegiatan konsultasi
pendahuluan. Selain tujuan pada konsultasi ini ditetapkan asumsi dan
pembatas serta metode atau pendekatan yang akan digunakan. Kegiatan
selanjutnya akan sangat tergantung kepada intensitas survai.

Tujuan Evaluasi Lahan

Pada dasarnya tujuan evaluasi lahan adalah menentukan nilai (kelas)


suatu lahan untuk penggunaan tertentu. Menurut FAO (1976), evaluasi lahan
akan berkaitan dengan perencanaan tataguna tanah sehingga harus
memperhatikan aspek ekonomi, sosial, serta lingkungan. Hasil kegiatan
evaluasi lahan harus dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:

• Bagaimana pengolahan lahan saat ini, apa yang terjadi jika


pengelolaan saat ini tetap?
• Perbaikan apa yang memungkinkan dilakukan dalam kerangka
penggunaan lahan saat ini?

I-10
• Jenis penggunaan yang relevan dengan kondisi fisik, sosial, dan
ekonomi?
• Penggunaan lahan dengan produktivitas sustainable?
• Pengaruh buruk yang mungkin ditimbulkan dari masing-masing
penggunaan?
• Masukan/rekomendasi untuk mempertahankan produksi dan
minimalisasi pengaruh buruk?
• Keuntungan masing-masing penggunaan?

Untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, maka langkah


pertama yang harus ditempuh dalam menetapkan tujuan evaluasi lahan
dengan jelas. Selanjutnya tetapkan faktor-faktor penciri yang akan
digunakan. Faktor-faktor ini harus mempunyai hubungan yag erat dengan
tujuan evaluasi dan harus dapat dihitung (kuantitatif).

Manfaat Evaluasi Lahan

Fungsi evaluasi sumberdaya lahan adalah memberikan pengertian


tentang hubungan-hubungan antara kondisi lahan dan penggunaannya serta
memberikan kepada perencana berbagai perbandingan dan alternatif pilihan
penggunaan yang dapat diharapkan berhasil. Manfaat dasar dari kegiatan
evaluasi lahan adalah untuk menilai kesesuaian lahan bagi suatu penggunaan
tertentu serta memprediksi konsekuensi-konsekuensi dari perubahan
penggunaan lahan. Prediksi ini diperlukan terutama apabila perubahan
penggunaan lahan yang diharapkan dapat menyebabkan perubahan-
perubahan yang besar terhadap keadaan lingkungannya.

Kegunaan terperinci dari evaluasi lahan sangat beragam, hal ini akan
sangat tergantung kepada aspek kepentingan yang terkait dari hasil evaluasi
lahan. Aspek kepentingan tersebut meliputi konteks fisik, ekonomi, sosial,
intensitas dan skala studi, dan dari tujuan pengguna data. Keguanaan
evaluasi lahan ditinjau dari kepentingan daerah yang dievaluasi, dapat
dibedakan menjadi:

I-11
a. Daerah berkembang

Pada daerah-daerah yang nasih berkembang dengan jumlah penduduk


yang masih rendah, maka evaluasi lahan lebih diarahkan kepada
perubahan penggunaan lahan yang berhubungan dengan pengembangan
lahan yang merupakan bagian dari perencanaan pembangunan. Kegiatan
evaluasi lahan yang dapat dilakukan diantaranya adalah: inventarisasi
sumberdaya (resource inventory), kelayakan proyek, dan perencanaan
usaha tani (farm planning).
b. Daerah maju

Pada daerah-daerah maju dengan jumlah penduduk yang tinggi, evaluasi


sumberdaya lahan bermanfaat dalam bidang perencanaan dalam rangka
penetapan kembali penggunaan lahan dan dalam bidang pengelolaan
lahan. Untuk mengatasi kompetisi antara berbagai kemungkinan
penggunaan lahan pada daerah yang sama dan tekanan-tekanandari
kelompok yang berkepentingan, evaluasi lahan dapat diandalkan untuk
menyediakan data yang objektif yang dapat digunakan dalam
pengambilan keputusan dalam bidang perencanaan sehingga diperoleh
penggunaan lahan yang paling efisien.

Evaluasi lahan dapat dipandang sebagai salah satu kegiatan penelitian.


Oleh karena itu, manfaat evaluasi lahan dari segi ahli dari keilmuannya
adalah sebagai berikut:

a. Bagi ahli tanah


Kegiatan evaluasi lahan bagi ahli tanah bermanfaat sebagai alat untuk
menyediakan informasi berupa:
- Jenis tanah yang ada
- Penyebaran tanah
- Tanaman yang cocok
- Hasil yang diharapkan
- Jenis-jenis pupuk dan jumlahnya
- Irigasi
- Pengelolaan lahan

I-12
Informasi-informasi di atas dapat digunakan oleh ahli agronomi sebagai
dasar dalam penilaian lahan untuk penggunaan sistem pertanian atau
komoditas tertentu.

b. Bagi ahli sosial ekonomi


Hasil penilaian evaluasi lahan juga sangat bermanfaat bagi ahli soisal
ekonomi yaitu sebagai dasar pemikiran dalam penataan dan perubahan
penggunaan lahan sesuai dengan kebutuhan dan potensi lahannya
sehingga lebih menguntungkan

I-13
C. FORMAT RANCANGAN TUGAS

1. TUJUAN TUGAS
Mahasiswa secara individu mampu mensitasi definisi dari istilah-
istilah yang berhubungan dengan evaluasi lahan

2. URAIAN TUGAS
a. Obyek Garapan
1. Bahan pustaka (Buku dan jurnal)
2. Form isian tugas
b. Metode/ cara pengerjaan (acuan cara pengerjaan)
Mahasiswa secara individu mengisi form isian tugas sesuai
petunjuk
c. Deskripsi luaran tugas
Form isian tugas yang diisi dengan lengkap
d. Proses penugasan dan pembelajaran
- Penjelasan materi tugas
- Penjelasan kriteria penilaian dan batas waktu pengumpulan

3. Rubrik Penilaian

Sangat Kurang Di bawah


Memuaskan Batas
DIMENSI Memuaskan Memuaskan standard SKOR
(4) (3)
(5) (2) (1)
Ketepatan
Tidak tepat
waktu Tepat waktu - - - 4
waktu
pengumpulan
Tidak
Kerapihan Rapih - - - 4
Rapih
Kelengkapan 60 % 40 - 60 % < 60 %
100 % terisi 80 % terisi 4
Isian terisi terisi terisi
Kebenaran 100 % 60 % < 40 %
80 % benar 40 % benar 8
Substansi benar benar benar
Perhitungan Nilai
- Nilai per Komponen (NCo): (S1 x NC1) + (S2 x NC2) + ...... + (Sx x NCy)
S : Skor, NC : Nilai kriteria
- Nilai Kompetensi (NCi) = NC
- Kriteria Kompetensi: > 85 : Sangat Kompeten
70 – 85 : Cukup Kompeten
60 – 70 : Kurang Kompeten
< 60 : Tidak Kompeten

I-14
Kelas : _________________________
FORM ISIAN TUGAS Nama : _________________________
-Definisi Istilah Dalam Evaluasi Lahan -
NPM : _________________________

Definisikan istilah-istilah berikut berdasarkan sumber pustaka yang sudah


dibakukan
Sumber Pustaka
No. Istilah Uraian
(Pengarang, tahun)
1. Tanah
2. Lahan
3. Nilai lahan
4. Karakteristik Lahan
5. Kualitas Lahan
6. Klasifikasi Landform
7. Landunit
8. Landuse
9. Landcover
10. Persyaratan Penggunaan
Lahan
11. Sifat Pembatas
12. Land Utilization Type
13. Major kind of landuse
14. Multiple land utilization type
15. Compound land utilization type
16. Kesesuaian Lahan
17. Kesesuaian Lahan Aktual
18. Kesesuaian Lahan Potensial
19. Kesesuaian lahan fisik
20. Kesesuaian Lahan Ekonomik

Daftar Pustaka
(Disusun sesuai dengan format yang baku)

I-15
D. DAFTAR PUSTAKA

Dent, D and Young, A. 1981. Soil Survey and Land Evaluation. George Allen &
Unwin. London

Dessaunettes, J.R. 1977. Catalogue of landforms for Indonesia. Working Paper


No. 13. Land Capability Apprisial Project. Soil Research Institute.
Bogor.

FAO. 1976. A framework for land evaluation. FAO Soils Bulletin 32. Soil
Resources Development and Conservation Services, Land and Water
Development Division. Rome.

Hardjowigeno, S. dan Widiatmaka. 2007. Kesesuaian Lahan dan Perencanaan


Tataguna Tanah. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Notohadiprawiro, T. 1992. Konsep dan Kegunaan Evaluasi dan Inventarisasi


Harkat Sumberdya lahan dengan uraian khusus mengenai gatra
tanah. Fakultas Pertanian UGM. Yogyakararta.

Sandy, I.M.1980. Masalah Tata Guna Tanah-Tata Lingkungan di Indonesia.


Jurusan Geografi. Universitas Indonesia.

Sitorus, S.R.P. 2004. Evaluasi Sumberdaya Lahan. Penerbit Tarsito. Bandung.

Soil Conservation Society of America. 1982. Resource Conservation Glosary.


SCSA, Ankeny. Iowa.

Soemarno, M.S. 2007. Risiko Penggunaan Lahan dan Analisisnya. Jurusan


Tanah. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang.

Subardja, D, Hikmatullah, dan E. Suparma. 2004. Konsep tanah dan bentang


alam dalam Petunjuk Teknis Pengamatan Tanah. Balai Penelitian
Tanah. Bogor.

Suparmoko, M. 1989. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Pusat


Antar Universitas – Studi Ekonomi, Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.

Wiradisastra, U.S., Tjahjono B., Gandasasmita K., Barus B., Munibah K. 2002.
Geomorfologi dan Analisis Lansekap. Laboratorium Penginderaan
Jauh dan Kartografi, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, IPB. Bogor.

I-16

You might also like