You are on page 1of 10

ALAT INTERPRETASI CITRA

1. Alat Pengamatan
Alat pengamat citra memungkinkan penafsir citra untuk menyiam dan
mengkaji citra secara visual. Alat ini terdiri dari dua jenis : alat pengamat
nonstereoskopik, yaitu digunakan untuk mengamati citra dengan
kenampakan dua dimensional, dan alat pengamat stereoskopik, yaitu
digunakan untuk pengamatan tiga dimensional atas citra yang
bertampalan. Baik alat pengamat nonstereoskopik maupun alat
pengamat stereoskopik dibuat untuk pengamatan obyek dengan
pembesaran tertentu.
a. Alat Pengamat Nonstereoskopik
Alat pengamat nonstereoskopik dapat berupa alat paling sederhana
yaitu lensa pembesar dan alat pengamat warna aditif. Pada bagian ini
diutarakan : lensa pembesar,meja sinar dan instrumen pengamat optik
dan elektronik.
 Lensa Pembesar
Lensa pembesar berupa sebuah lensa yang dipasang pada lingkaran
logam dengan sebuah pegangan. Ukuran diameternya berkisar antara 5
cm- 10 cm. Lensa ini berfungsi untuk memperbesar wujud obyek ada
citra saat pengamatan. Pembesaran berkisar antara (2-4) kali bagi yang
pembesarannya rendah, dan antara (5-25) kali bagi yang
pembesarannya tinggi. Bagi lensa pengamat yang pembesarannya
tinggi sering dilengkapi dengan sinar yang ditimbulkan pada alat itu
sendiri. Karena merupakan alat yang paling sederhana, harga lensa
pembesar murah dan ketersediaannya paling besar.
 Meja Sinar
Meja sinar merupakan alat pengamat citra yang dirancang tanpa
pembesaran. Citra yang diamati berupa transparansi, baik berupa film
maupun diapositif. Dapat berupa gulungan film, lembaran film, atau
bahan tembus cahaya lainnya.
Bagian utama meja sinar terdiri dari lembaran kaca dan lampu untuk
menyinari dari bawah. Sinarnya diatur sehingga merata, tidak terpusat
di bagian tengah lembaran kaca. Bentuk dan ukuran meja sinar
beraneka, diantaranya dilengkapi dengan rol atau gulungan pemegang
film.
 Pengamat Optik dan Elektronik
Alat pengamat optik dan elektronik berkisar dari proyektor yang
manual hingga pengamat warna aditif. Meja sinar yang dibuat untuk
penyusunan dan pengamatan komposit warna.
Pengamatan komposit warna dilakukan berupa pengamat warna aditif
berupa citra multispektral hitam putih yang pada umumnya berupa
apositif. Citra multispektral yang diamati merupakan citra multispektral
yang terdiri dari empat citra dengan saluran berbeda, setiap citra
disinari dengan satu warna aditif dengan warna biru atau hijau atau
merah atau merah.
b. Alat pengamat steroskopik
Alat pengamat sereoskopik berupa stereoskop yang dapat digunakan
untuk pengamatan 3 dimensional atas foto udara yang bertampalan.
Pada dasarnya alat ini terdiri dari lensa atau kombinasi antara lensa,
cermin, dan prisma. Menurut LA Prade stereoskop dibedakan atas 3
kategori, yaitu :
 Stereoskop lensa atau stereoskop saku
sebagian besar mempunyai spesifikasi yang sama, yaitu:
1. Sistem lensa yang fokusnya tertentu, yaitu dengan pasangan
stereo pada bidang fokus.
2. Jarak lensa dapat disesuaikan dengan jarak pupil mata.
3. Dapat dilipat serta dimasukan ke dalam saku.

 Stereoskop cermin
stereoskop ini dirancang untuk pengamatan stereoskopik bagi
pasangan foto stereo berukuran baku yang daerah
pertampalannya luas, yaitu 60% atau lebih. Jarak stereonya
dibuat jauh lebih besar dari jarak pupil mata, yaitu sejauh 25 cm.
jarak stereo yaitu jarak antara satu objek yang tergambar pada
pasangan foto stereo bila foto stereo itu dipasang dibawah
pengamatan stereoskopik. Stereoskop cermin dilengkapi dengan
bilokuler dan batang paralaks atau stereometer. Binokuler
digunakan untuk pengamatan foto udara dengan perwujudan
yang diperbesar, baik skala tegak maupun skala mendatarnya.
Luas daerah pengamatannya berbanding terbalik terhadap
kuadrat pembesarannya. Hubungan antara keduanya dinyatakan
dalam formula berikut:

L= 1/P2
Ket :
L = luas daerah pengamatan stereoskopik
P = pembesaran stereoskopik

Dengan demikian berarti bahwa untuk pembesaran 4 kali maka luas


daerah yang dapat diamati seccara stereoskopik sebesar 1/42 = 1/16
luas daerah pengamatan stereoskopik tanpa binokuler, atau 1/16
luas daerah pertampalan. Untuk mengamati seluruh daerah
pertampalan harus dilakukan penggeseran stereoskopnya atau
penggeseran foto stereonya.
 Stereoskop mikroskopik, disebut stereoskop mikroskopik karena
pembesarannya yang sangat besar sehingga fungsinya mirip
dengan mikroskop. Stereoskop yang termasuk kategori ini
ialah :
1. Stereoskop zoom, yaitu stereoskop yang lensanya dapat diganti-

ganti untuk pembesaran yang berbeda-beda.


2. Interpretoskop, yaitu stereoskop modern yang sudah
menggunakan komputer.
2. Alat Pengukur Obyek Pada Citra

Ukuran obyek merupakan unsur interprestasi citra yang penting.


Contoh ukuran rumah mencerminkan kelas dan jenis penggunaan
rumah.Ukuran kemiringan lahan digunakan sebagai salah satu variabel
untuk menilai potensi atau kelas lahan.ukuran lapangan olah raga
merupkan kunci penting dalam mengenali apakah lapangan itu
lapangan sepak bola atau lapangan tenis.alat ukur yang dibicarakan

meliputi alat pengukur :

1) arah
2) jarak
3) luas
4) tinggi
5) lereng
a. Alat Pengukur Arah
1) kompas
2) arah utara peta
3) arah suatu perwujudan yang telah diketahui, misal masjid diketahui
arah barat

b. Alat Pengukur Jarak


1) Alat pengukur jarak tanpa pembesaran yaitu penggaris dan microruler
2) alat pengukur jarak dengan pembesaran yaitu metal penggaris berskala
mikro dan lup pengukur jarak
c. Alat Pengukur Luas
 Alat Sederhana
1) Berupa lembaran tembus cahaya yang padanya ditarik garis-garis
sejajar dan berinterval sama besar. Lembaran tembus cahaya ini
ditumpangkan pada objek yang diukur luasnya kemudian ditarik
garis-garis tegak lurus pada batas objek sedemikian mungkin
hingga bagian yang dihilangkan sama dengan bagian yang
ditampungkan.
2) pengukuran luas obyek dengan metode bujur sangkar dapat
dilakukan dengan menggunakan kertas milimeter yang tembus
cahaya.kertas milimeter ini ditumpangkan diatas obyek yang diukur
luasnya.ia terbagi atas bujur sangkar sebesar 1cm x 1 cm.5 mm x
5mm dan 1 mm x1mm.
3) Alat pengukurnya berupa lembaran tembus cahaya yang diberi
jaringan titik masing-masing berjarak sama. Kita tinggal menghitung
beberapa titik yang masuk dalam batas obyek yang diukur luasnya.
Tiap titik dianggap mewakili tiap bujur sangkar. Luas bujur sangkar
diukur dengan menarik garis dari 4 titik yang berdekatan.

4) Cara mengukur luas pada citra dan luasnya dimedan sama dengan
cara pengukuran luas pada butir. Dari 3 contoh pengukuran luas
yang dikemukakan diutarakan bahwa luas objek dimedan
dirumuskan dengan
L = l x p2
Ket :
L = luas objek dimedan
l = Luas objek pada citra
p = penyebut skala
 Alat Mekanik
1) Alat mekanik pengukur luas yaitu planimeter, alat ini menghitung
secara mekanik luas objek dar rodanya yang digerakkan secarah
jarum jam sepanjang garis batas objek yang diukur luasnya.

2) Alat elektronik, luas objek yang diukur dengan cepat dan cermat
dengan menggunakan alat elektronik pengukur luas antara lain
elektronik digitzer. prinsip kerjanya mirip planimeter.demngan
memberikan koordinat titik x dan y kepada micropocessor,luas titik
micropocessor juga dapat digunakan untuk mengkonfersikannya
kemedan secara langsung.
d. Alat Pengukuran Tinggi
 Alat sederhana

Dengan alat sederhana tinggi obyek dapat diukur dengan cara


yaitu:

permukaan bumi pada umumnya tidak datar meskipun demikian


pada pet maupun foto semua titik dianggap terletak pada
bidang datar.Biang datar ini pada umunnya diambil sebagai
rata-rata tinggi setempat.misalnya: A “B” bidang acuan semua
titik tergambar pada bidang ini pda kenyataannya titik A terletak
ditasnya dan titik B pada bawahnya.Bila dilihat dari atas vertikal
titik A terletak pada A’ dan titik B pada B’.karena perekaman
yang dilakukan dari kamera yang terletak pada titik C,titik A di A”
dan titik B terletak pada B”.A’ A” dan B’ B” adalah pergeseran
letak topografik pada medan.sedangkan a’ a” dan b’ b” dalah
pergeseran letak topografik pada foto dengan mengetahui letak
besarnya pergeseran letak topografik ini dapat kira tahu tinggi

obyeknya.

Alat Pengukur paralaks

paralaks stereoskopik adalah perubahan kedudukan gambaran


grafik pada foto udara yang bertampalan sehubungan dengan

perubahan kedudukan kamera.

a. mistar
pada pengukuran paralaks dengan mistar yang di ukur adlah sumbu
Xa`+Xa” sumbu x yaitu sumbu yang sejajar jalur terbang atau sejajar basis
foto.ia di ukur sebagai sumbu y sebagai Xo sumbu y yaitu sumbu yang
di tarik melalui titik pusat foto dan tegak lurus basis foto.
b. paralaks tangga
paralaks tangga berupa lembaran trasparan yang diberi skala ia
digunakan untuk mengukur paralaks dengan menggunakan stereoskop
saku pda alat ini ada 2 garis yang masing masing ada skalanya karna
kedua garis ini menyerupai tangga maka alat ini di sebut paralaks
tangga.
c. paralaks batang
terdiri dari paralaks batang dengan kedua ujung di pasang kaca yang di
oasang tangga berupa titik, silang, atau lingkaran kecil, yang disebut
benda apung.hasil terpendek atau di perpanjang dengan sekrup
mikrometer.hasil pengukuran paralaks dengan alat ini paling teliti bila
dibandingkan dengan pengukuran paralaks dengan mistar mapun
paralaks tangga. pembacaan paralaks dapat dibuat semakin besar bila
jarak kaca semakin pendek atau sebaliknya.pembacaan yang makin
besar bila dua kaca semakin dekat disebut pembacaan kedepan karena
hal ini sesuai dengan kenyataannya, yaitu semakin pendek jarak kedua
titiknya berarti semakin besar paralaksnya.
Alat Pengukur Lereng
lereng dapat diukur dengan hasil teliti yaitu dengan menggunakan alat
paralaks dan dengan hasil yang ketelitiannya lebih rendah tetapi cepat
pelaksanaannya yaitu dengan alat pengukur lereng buatan ITC.
1. paralaks
dalam hal ini dapat mennggunakan paralaks tangga maupun
paralaks batang untuk pengukuran tinggi seperti pada butir 7.2.4,
misalnya tinggi AB jarak mendtarnya diukur pada foto, misalnya BC.

2. pengukur lereng buatan ITC


pengukuran lereng dapat dilakukan dengan menggunakan alat
sederhana yaitualar pengukur lereng (slope meter) buatan ITC.
pengukurannya di lakukan dengan pengamatan stereoskopik. satu
bidang pada alat ini dapat di gerakkan sehingga lerengnya tampak
sama dengan lereng yang diukur. bila angka yang dibaca dikalikan
dengan konstante, maka akan diperoleh besarnya kemerengan
lereng yang dicari

You might also like