You are on page 1of 41

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Hipertensi

2.1.1 Definisi

Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan kronis yang
di tandai demngan meningkatnya tekanan darah pada dinding pembuluh darah
arteri,yang mengakibatkan jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa
darah ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah,karena jantung harus bekerja
lebihkeras hal ini dapat menyebabkan rusaknya pembuluh darah bahkan
menyebabkan penyakit dengeratif lainnya hingga kematian.Seseorang dapat di
katakan mengalami hipertensi jika tekanan darahnya di atas 140/90 mmhg
dalam kelang waktu 5 menit (Medika,2017).

Hipertensi adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh gaya hidup modern, dan
ini merupakan penyakit non infeksi. Penyakit ini merupakan penyebab kematian
nomor satu di berbagai negara salah satunya di Indonesia (Roza,2016).

2.1.2. Etiologi

Menurut padila,(2012), mengatakan penyebab hipertesi di golongkan menjadi


dua bagian yaitu :

1. Hipertensi Essensial (Hipertensi primer)


Hipertensi yang belum diketahui penyebab yang pasti. Namun defek awal
diperkirakan pada mekanisme pegaturan cairan tubuh dan tekanan oleh
ginjal. Faktor Hereditas berperan penting apabila genetik tidak mampu dalam
mengelola kadar natrium normal. kelebihan intake natrium dalam diet dapat
meningkatkan volume cairan dan curah jantung. Pembuluh darah
memberikan reaksi atas peningkatan aliran darah melalui kontriksi.

5
2. Hipertensi Sekunder.
Hipertensi skunder atau hipetensi Renal adalah hipertensi yang di sebabkan
oleh penyakit lai,biasanya hipertensi skunder dapat di sebabkan oleh kelainan
pada ginjal artinya semua penyakit dengan gagal ginjal dapat mengakibatkan
hipertensi.Hipertensi skunder hanya dapat di buktikan pada sebagian kecil
kaus,amtara lain dengan menghilangnya hipertensi sesudah pengeluaran ginjal
unilateral yang sakit. Selain faktor penyebab hipertensi yang di atas ada juga
faktor penyebab hipertensi yang lain,yaitu :
a. Faktor keturunan.
Menurut data statistik membuktikan bahwa seseorang dapat memiliki resiko
hipertensi lebih besar jika orangtuanya juga penderita hipertensi.
b. Ciri perseorangan.
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah faktor
umur (jika usia seseorang bertaambah maka tekanan darah mereka juga akan
meningkat),jenis kelamin (laki-laki memiliki resiko terkena hipertensi lebih
tinggi di banding perempuan).
c. Kebiasaan hidup.
Kebisasaan hidup yang buruk dapat memicu terkena hipertensi misalnya
kebiasaan hidup mengkonsumsi garam berlebih melebihi 30 gr dalam sehari
dapat memiliki resiko lebih tinggi terkena hipertensi,kegemukan atau makan
berlebihan,stress dan pengaruh lain misalnya merokok,minum alkohol.

2.1.3. Patofisiologi.
Mekanisme yang mengontrol kontriksi relaksai pembuluh darah terletak pada
pusat vasomotor pada medula di otak.Dari pusat vasomotor ini bermula jaras
saraf simpatis,yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis di toraks dan
abdomen.Rangsangan pusat vasomotor di hantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia
simpatis.Pada titik ini neuron pregalion melepaskan aseltilkoin,yang akan
merangsang serabut saraf pasca gang lion ke pembuluh darah, di mana dengan

6
di lepaskan noreepineprin mengakibarkan kontraksi pembuluh darah terhadap
rangsang vasokonstriksi.individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap
norepineprin meskipun tidak di ketahui hal tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan di mana system saraf simpatis merangsang pembuluh


darah sebagai respons rangsang emosi,kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi.Medula adrenal mensekresi
epinefrin.Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat
memperekuat respons vasokonstriktor pembuluh darah.Vasokonstriksi yang
menyebabkan penurunan aliran ke ginjal,angiotensin I yang kemudian di ubah
menjadi angiotensin II yang satu vasokonstrikror kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi natrium dan air oleh tumbulus ginjal, menyebabkan
peningklatan volume intra vaskuler.Semua fator ini dapat mencetuskan
keadaan hipertensi.

Untuk pertimbangan grentologi ,perubaha structural dan fungsional pada


system pembuluh perifer bertanggung jawab pada tekanan darah yang terjadi
pada usia lanjut perubahn tersebut meliputi aterosklerosis,hingga elastisitas
jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah yang
giliriannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh
darah.konsekuensinya,aorta dan arteri besar berkuang kemampuannya dalam
mengkomondasi volume dsrah yang di pompa jantung mengakibatkan
penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer (Brunner dan
Suddarth 2002 dalam Andra & Yessie,2013 ).

2.1.4. Klasifikasi Hipertensi

Joint National Comitte (JNC) pada tahun 2003 mengeluarkan klasifikasi


hipertensi antara lain.

Tabel:1 klasifikasi hipertensi

7
Klasifikasi hipertensi

Klasifikasi Tekanan Darah Sistol Tekanan Darah Distol


Tekanan Darah (mmHg) (mmhg)
Normal <120 <80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi tahap 1 140-159 90-99
Hipertensi tahap 2 >160 >100
Sumber Medika 2017

Selain sumber di atas hipertensi juga dapat di klasifikasikan berdasarkan


bentuknya,yaitu hipertensi diastolic,sistolik,campuran dan hipertensi
pulmonal.Hipertensi diastolik merupakan hipertensi yang bias di temukan pada
anak-anak atau dewasa muda.Hipertesnsi ini di sebut diastolic karena adanya
peningkatan diastolik tanpa di ikuti oleh peningkatan tekanan sistolik.

Hipertensi sistolik yaitu peningkatan tekanan sistolik tanpa di ikuti oleh tekanan
diastolik,danhipertensi campuran adalah peningkatan tekanan darah diastole dan
sistol.

Hipertensi pulmonal adalah peningkatan tekanan darah pada pembuluh darah


arteri paru saat beraktivitas,hal ini dapat menyebabkan terjadinya sesak
nafas,pusing dan pingsan,(Medika,2017).

2.1.5. Manifestasi klinis

Pada pemeriksaan fisik tidak di jumpai kelainan selain tekanan darah yang
tinggi,tetapi dapat di temukan juga perubahan pada retina,misalkan
perdarahan,eksudat (kumpulan cairan),dan penyempitan pembuluh darah.

Orang yang menderita hipertensi tidak menampakan gejala hingga bertahun-


tahun,gejala baru muncul jika menunjukan kerusakan vaskuler dengan
manifestasi yang khas sesuai organ yang vaskularisasi oleh pembuluh

8
darah.Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia
(peningkatan urin pada malam hari).Keterlibatan pembuluh darah ke otak dapat
menimbulkan stroke,transien yang bermanifestasi sebagai paralysis sementara di
sisi lain sese orang dengan hipertensi dapat mengalami gangguan pengelihatan
(Brunner & suddarth, 2005 dalam padila 2012).

(Crauwin 2000 dalam Padila 2012).Menyebutkan bahwa sebagian gejala klinis


yang timbul dari hipertenis adalah :

1. Nyeri kepala saat terjaga,kadang-kadang di sertai mual dan muntah akibat


peningkatan tekanan darah.
2. Pengelihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi.
3. Gerakan yang tidak mantap akibat kerusakan susunan saraf pusat.
4. Edema akibat tekanan darah kapiler.

9
2.1.6. Pathway Hipertensi

Hipertensi
=========

Kerusakan pembuluh
darah vaskulurer

Perubahan struktur

Penyumbatan
pembuluh darah

Vasokonstriksi

Gangguan sirkulasi

Pembuluh darah

Koroner

Iskemia miokard

Nyeri

Skema 2.1 Pathway Hipertensi, Sumber: Nurarif dan Kusuma, 2015

10
2.1.7. Penatalaksanaan

1. Penatalaksannan Nonfarmakologi
Penatalaksanaan nonfarmakologi dengan modifikasi gaya hidup sangat
penting dalam mencegah terjadinya tekanan darah tinggi dan bagian yang
tidak dapat di pisahkan dalam mengobati hipertensi.Menurut Andra &
Yessie,(2013)ada beberapa penatalaksanaan nonfarmakologi dari beberapa
modifikasi gaya hidup untuk menurunkan tekanan darah yaitu :

a. Mempertahankan berat badan ideal.


Mempertahankan berat bdan yang ideal sesuai body mass index (BMI)
dengan rentang 18,5-24,9 kg/m2,BMI dapat di ketahui dengan membagi
berat badan dengan tinggi badan yang di kuadrtatkan dalam satuan
meter.Melakukan diet rendah kolestrol juga dapat mengatasi obesitas
yang dapat meningkatkan tekanan darah,diet rendah kolestrol dapat di
lakukan dengan memakan makanan kaya serat dan rendah protein jika
dapat menurunkan atau menjaga berat badan ideal maka tekanan darah
diastolik dapat di turunkan sebanyak 5mmHg.

b. Latihan fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang telah
dianjurkanuntuk penderita hipertensi adalah olahraga yang mempunyai
empat prinsip yaitu :
1. Macam olahraga yaitu isotonis dan dinamis seperti
lari,jogging,bersepeda,berenamg dan lain-lain.
2. Lamanya latihan berkisar antara 20-25 menit berada dalam zona
latihan.
3. Frekuensi latihan sebaiknya 3 x seminggu dan paling baik 5 x
seminggu.

11
4. Intensitas olahraga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aeroubik
atau 72-87% dari denytut nadi maksimal yang di sebut zona latihan.

c. Kurangi asupan garam


Mengurangi asupan natriumdapat di lakukan dengan cara diet rendah
garam yaitu tidak lebih dari 100 mmol/hari (kira-kira 2,4-6 gram / Hari ),
Jumlah yang lain dapat mengurangi mengkonsumsi garam samapai
kuarang dari 2300 mmg atau sama dengan satu sendok teh perhari.
Mengurangi mengkonsumsi garam dapat menurunkan tekanan siastolik
sebesar 5 mmHg dan tekanan diastolik sebesar 2,5 mmHg.

d. Hindari mengkonsumsi alkohol.


Andra danYessie (2013) mengatakan mengoknsumsi alkohol harus di
hindari karena dapat meningkatkan tekanan darah,orang yang
mengkonsumsi minuman beralkohol berekiso empat kali lipat mengalami
hipertensi di bandingkan dengan orang yang tidak mengkonsumsi alkohol.

e. Hindari merokok.
Merokok memang tidak berhubungan langsung dengan hipertensi,tetapi
merokok dapat meningkatkan resiko komplikasi pada pasien hipertensi
seperti penyakit jantung dan stroke,maka harus menghindari
mengkonsumsi tembakau karena dapat memperberat keadaan
hipertensi.Nikotin dalam rokok dapat menyebabkan jantung berkerja lebih
keras karena menyempitkan tekanan darah dan meningkatkan frekuensi
denyut jantung serta tekanan darah,(Andra & Yessie,2013).

f. Hindari stress.
Stress memang tidak menyebabkan hipertensi namun jika stress sering
terjadi dapat menjadikan tekanan darah menjadi naik,menghindari stress
dengan menciptakan suasana yang menyenangkan yoga dan meditasi di

12
percaya dapat menurunkan stress dan mengontrol tekanan darah (Andra
dan Yessie 2013).

2. Penatalaksanaan dengan farmakologi.


1. Diuretik
Mengeluarkan cairan tubuh sehingga volume cairan di dalam tubuh berkurang
yang mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan.

2. Penghambat Simpatetik (Metildopa,Klonidin,Respirin).


Menghambat aktivitas saraf simpatis.

3. Betabloker (Metoprolol,Propanolol,Atenolol).
a. Menurunkan daya pompa jantung.
b. Tidak di anjurkan pada penderita gangguan pernafasan seperti asma
bronkial.
c. Pada penderita diabetes melitus dapat menutupi gejala hipoglikemia.
4. Vasodilator (Prasosin,Hidralasin).
Berkerja langsung pada pembuluh darah dengan relasasi otot pada pembuluh
darah.

2.1.8. Pemeriksaan Penunjang.

a. Laboratorium :
1. Albuminuria pada hipertensi karena kelainan parenkim ginjal.
2. Kreatinin serum dan BUN meningkatkan pada hipertensi karena
parenkim ginjal dengan gagal ginjal akut.
3. Darah perifer lengkap.
4. Kimia darah (kslium, natrium, Kreatinin, gula darah puasa).

13
b. EKG :
1. Hipertrofi ventrikel kiri.
2. Iskemia atau infark miokard.
3. Peninggian gelombang P.
4. gangguan konduksi.
c. Foto Rontgen :
1. Bentuk dan besar jantung.
2. Pembendungan.
3. Hipertrofi Parenkim ginjal.
4. Hipertrofi vaskular ginjal.

2.1.9. Komplikasi.

Menurut Andra dan Yessie (2013) menyatakan bahwa tekanan darah


tinggi apabila tidak di obati dan di tanggulangi,maka dalam jangka
panjang akan menyebabkan kerusakan arteri di dalam tubuh sampai organ
yang mendapat suplai darah dari arteri tersebut,komplikasi hipertensi
dapat terjadi pada organ-organ sebagai berikut:

1. Jantung
Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan terjadinya gagal janung dan
penyakit koroner,pada penderita hipertensi beban kerja jantung akan
meningkat,otot jantung akan mengendor dan berkurang
elastisitasnya,yangf di sebut dekompensasi.Akibatnya jantung tidak
mampu lagi memompa sehingga banyak cairan tertahan di paru
maupun jaringan tubuh lain yangf dapat menyebabkan sesak napas
atau oedema.
2. Otak
Komplikasi hipertensi pada otak,menimbulkan resiko stroke,apabila
tidak di obati resiko stroke akan menjadi 7 kali lebih besar.

14
3. Ginjal
Tekanan darah tinggi juga menyebabkan kerusakan ginjal,tekanan
darah tinggi dapat menyebabkan kerusakan system penyaringan di
ginjal akibatnya lambat laun ginjal tidak mampu membuang zat0zat
yang tidak di butuhkan tubuh,yang masuk melalui aliran darah dan
terjadi penumpukan di dalam tubuh.

4. Mata
Pada hipertensi dapat mengakibatkan terjadinya retinopati hipertensi
dan dapat menimbulkan kebutaan

2.2. Konsep Dasar Keluarga.

2.2.1. Pengertian.

Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang di ikat oleh
hubungan darah,perkawinan atau adopsi dan tiap-tiap anggota keluarga
saling berinteraksi satu sama lain.
Menurut departemen kesehatan RI,1998 dalam Mubarak,Cahyatin dan
Santoso (2009). keluarga adalah unit terkecil dari suatu masyarakat yang
terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal
di suatu tempat di bawah satu atap dalam ke adaan saling ketergantungan.

Menurut Helvie 1981 dalam Mubarak,Cahyatin dan Santoso (2009).keluarga


adalah sekelompok manusiayang tinggalsatu rumah dalam kedekatan yang
konsisten dan hubungan yang erat.

Dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga adalah :

a. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,
perkawinan atau adopsi.

15
b. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap
dmemperhatikan satu sama lain.
c. Affnggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing
mempunyai peran sosial: suami, istri, anak, kakak dan adik .
d. Mempunyai tujuan menciptakan, mempertahankan budaya, meningkatkan
perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota.

2.2.2. Struktur Keluarga.

Menurut Padila (2012), struktur keluarga terdiri atas bermacam-macam,


diantaranya adalah :
a. Patrilineal.
Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah.
b. Matrilineal.
Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis
ibu.
c. Matrilokal.
Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah ibu.
d. Patrilokal.
Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah ayah.
e. Keluarga kawinan.
Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga dan
beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya
hubungan dengan suami atau istri.

Ciri-ciri struktur keluarga :

16
a. Terorganisasi:Saling berhubungan, saling ketergantungan antara
anggota keluarga.
b. Ada keterbatasan: Setiap anggota memiliki kebebasan, tetapi
mereka juga mempunyai keterbatasan dalam mejalankan fungsi
dan tugasnya masing-masing.
c. Ada perbedaan dan kekhususan: Setiap anggota keluarga
mempunyai peranan dan fungsinya masing-masing.

2.2.3. Tipe Keluarga

Menurut Muhlisin (2012) menyatakan bahwa keluarga memerlukan pelayanan


kesehatan berasal dari berbagai macam pola kehidupan.sesuai dengan
perkembangan sosial maka tipe keluarga berkembang mengikutinya.Agar
dapat mengupayakan peran serta keluarga dalam meningkatkan derajat
kesehatan maka perawat perlu mengetahui tipe keluarga

a. Tipe Keluarga Tradisional,terdiri dari :

1. The Nuclear Family (keluarga inti)


Yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami,istri dan anak (kandung
atau anfkat).
2. The Extended Family (Keluarga besar).
Yaitu keluarga inti di tambah dengan keluarga lain yang masih memilii
hubungan darah,misalnya kakek,nenek,paman,bibi,atau keluarga yang
terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam rumah.
3. The dyad family (keluarga “dyad”).
Yaitu sautu kelaurga yang terdiri dari suami istri tanpa memiliki seorang
anak yang hidup bersama dalam satu rumah.
4. Single-parent (Orang tua tunggal).

17
Yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak
(kandung atau angkat).kondisi ini dapat di sebabkan oleh perceraian atau
kematian.
5. The single adult living alone/single adult family.
Yaitu sautu keadan rumah tangga yang hanya terdiri dari seorang dewasa
yang hidup sendiri karena pilihannya atau perpisahan (perceraian atau di
tinggal mati).
6. Blended family.
Duda atau janda (karena perceraian) yang menikah kembali dan
membesarkan anakdari pernikahan sebelumnya.
7. Kin-network family.
Yaitu beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling
berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan yang
sama (contoh :dapur,kamar mandi,televisi,telpon dan lain-lain).
8. Middle Age/Aging Couple.
Suami sebagai pencari uang, istri di rumah/kedua-duanya bekerja di
rumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah karena
sekolah/perkawinan/meniti karier.
9. Keluarga Usila.
Yaitu suaru rumahtangga yang terdiri suami istri yang berusia lanjut
dengan anak yang sudah memisahkan diri.
10. Composit family.
Yaitukeluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup bersama.

b. Tipe keluarga Non Tradisional :

1. The unmarried teenage mother.


Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari
hubungan tanpa nikah.
2. Commune family.

18
Adalah keluarga dengan beberapa pasangan yang tidak ada hubungan
saudara yang hidup bersama dalam satu rumah.

3. The nonmarital heterosexual cohabiting family


Adalah keluarga yang hidup bersama dan berganti-ganti pasangan tanpa
melalui pernikahan.
4. Cohabiting couple.
Orang dewasa yang hidup bersama di luar ikatan pernikahan karena
beberapa alasan tertentu.
5. Foster family.
Keluarga yang di mana menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga
di dalam sementara waktu.

2.2.4. Peran keluarga.

Menurut Jhonson L dan Leny R (2010) meyatakan peranan keluarga


menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal,sifat,kegiatan yang
berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu.
Berikut peranan keluarga yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai
berikut:
1. Peranan ayah : Ayah sebagai suami dari istri berperan sebagai pencari
nafkah,pendidik,pelindung dan pemberi rasa aman,sebagai kepala
keluarga,sebagai anggota dari kelompok sosialserta sebagai anggota
masyarakat dari lingkungannya.
2. Peranan ibu : Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya ibu
mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga,sebagai pengasuh dan
pendidik anak-anaknya pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari
peranan sosialnya di samping itu juga seorang ibu dapat berperan sebagai
pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.

19
3. Peran anak : Anak-anak melaksanakan peran psiko sosial sesuai
dengan tingkat perkembangannya baik fisik,mental,sosial dan spiritual.

2.2.5. Fungsi keluarga.

Menurut Mubarak,Cahyatin dan Santoso(2009).Dalam suatu keluarga ada


beberapa fungsi dan tugas keluarga yang dapat di jalankan di antaranya
adalah:

1. Fungsi biologis,adalah fungsi untuk meneruskan keturunan,memelihara


dan membesarkan anak.
2. Fungsi psikologis,yaitu memberikan kasih sayang dan rasa aman bagi
keluarga serta memberikan perharian kepada keluarga.
3. Fungsi sosialisasi,yaitu membina sosial pada anak membentuk norma-
norma sesuai tingkat perkembangan masing-masing,serta meneruskan
kebudayaan yang ada.
4. Fungsi ekonomi,yaitu mencari sumber penghasilan untuk memenuhi
kebutuhan keluarga.
5. Fungsi pendidikan,yaitu memberikan pendidikan di rumah kepada
anak,membentuk perilaku sesuai bakat minat yang di miliki,sera bertugas
untuk menyekolahkan anak.

Menurut Friedman (1988) ada lima fungsi umum keluarga diantaranya yaitu :
a. Fungsi afektif adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala
sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang
lain.
b. Fungsi sosialisasi, adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak
untuk kehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubunga
dengan orang lain diluar rumah.

20
c. Fungsi reproduksi, adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan
menjaga kelangsungan keluarga.
d. Fungsi ekonomi, adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan
keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan
individu dalam meningkatkan penghasilan untuk memenuhi keluarga.
e. Fungsi perawatan / pemeliharaan kesehatan, adalah fungsi untuk
mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki
produktivitas tinggi.

2.2.6. Tugas keluarga.

Jhonson L dan Leny R,(2012) menyatakan bahawa pada dasarnya keluarga


memiliki delapan tugak pokok yaitu:
1. Memelihara fisik keluarga dan para anggotanya.
2. Memelihara sumber daya yang ada dalam anggota keluarganya.
3. Membagikan tugas kepada masing-masing anggota keluarganya sesuai
kedudukan masing-masing
4. Sosialisasi antara anggota keluarga
5. Pengaturan jumlah anggota keluarga
6. Memelihara ketertiban anggota keluarga.
7. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas.
8. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga.

2.2.7. Peran Perawat Keluarga

Perawat kesehatan keluarga merupakan pelayan kesehatan yang di tujukan


kepada keluarga sebagai unit pelayanan dengan tujuan mewujudkan
keluarga sehat.perawat keluarga mempunyai perananan untuk membantu
keluarga dalam menyelesaikan kesehatan dengan cara meningkatkan
kesanggupan keluarga dalam melakukan fungsi dan tugas perawat kesehatan

21
keluarga.peran perawat keluarga dalam melakukan perawatan kesehatan
keluarga antara lain:

1. Pendidik (educator).
Perawat keluarga harus mampu memberikan pendidikan kesehatan
kepada keluarga agar keluarga dapat melakuakan program kesehatan
keluarga dengan mandiri serta bertanggung jawab terhadap masalah
kesehatan yang di hadapi keluarganya.
2. Koordinator (coordinator).
Perawat dapat meng koordinir seluruh pelayanan keperawatan mengatur
tenaga keperawatan yang akan bertugas,dan mengembangkan pelayanan
kesehatan.
3. Pelaksana.
Dalam asuhan/pelayanan keperawatan memberikan/asuhan keperawatan
secara profesional, yang meliputi treatment keperawatan, observasi,
pendidikan kesehatan, dan menjalankan treatment medial. Melakukan
pengkajian, menegakkan diagnosa, merencanakan intervensi
keperawatan, melaksanakan tindakan keperawatan, dan mengevaluasi
respons klien.
4. Pembaharu / perubah.
Perawat mengadakan inovasi agar klien/keluarga mempunyai cara
berpikir yang benar dalam mengatasi.
5. Advokat.
Perawat berfungsi sebagai penghubung antara klien dengan tim
kesehatan lain, membela kepentingan klien, dan membantu klien agar
memahami semua informasi dan upaya kesehatan yang diberikan oleh
tim kesehatan.
6. Konsultan.

22
Perawat sebagai mediator antara klien dengan profesi kesehatan lain.
Peran ini berkaitan erat dengan keberadaan perawat mendampingi klien
selama 24 jam.
7. Kolaborator.
Perawat bekerja sama dengan anggota tim kesehatan lain dan keluarga
dalam menentukan rencana atau pelaksanaan asuhan keperawatan.
8. Pengelola.
Perawat mengatur kegiatan dalam upaya mencapai tujuan yang
diharapkan, sehingga klien dan perawat mendapatkan kepuasan karena
asuhan keperawatan yang diberikan.
9. Peneliti.
Perawat diharapkan mampu mengidentifikasi masalah penelitian,
menerapkan prinsip dan metode penelitian serta memanfaatkan hasil
penelitian untuk meningkatkan mutu asuhan atau pelayanan dan
pendidikan keperawatan. Perawat melakukan penelitian untuk
mengembangkan mutu pelayanan keperawatan.

2.3. Konsep Asuhan Keperawatan keluarga.

2.3.1. Pengkajian.

Menurut Harmoko (2012),pengkajian merupakan tahapan awal seorang


perawat untuk mengumpulkan ingormasi secara terus-menerusterhadap
anggota keluarga yang di binanya.Secara garis besar data dasar yang di
pergunakan mengkaji status keluarga adalah :
1. Struktur dan karakteristik keluarga.
2. Sosial,ekonomi dan budaya.
3. Faktor lingkungan.
4. Riwayat kesehatan dan medis dari setiap anggota keluarga.
5. Psikososial keluarga.

23
Hal-hal yang perlu di kaji seorang perawat adalah sebagai berikut :

1. Data umum
a. Nama kepala keluarga, umur, alamat, dan telepon jika ada, pekerjaan,
pendidikan kepala keluarga, komposisi keluarga, yang terdiri atas
nama atau inisial, jenis kelamin, tanggal lahir atau umur, hubungan
kepala keluarga, status imunisasi dari masing-masing anggota
keluarga, dan genogram.
b. Tipe keluarga, menjelaskan jenis tipe keluarga beserta kendala atau
masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga.
c. Suku bangsa atau latar belakang budaya. Mengkaji asal suku bangsa
keluarga tersebut, serta mengidentifikasi budaya suku bangsa terkait
dengan kesehatan (latar belakang budaya, tempat tinggal keluarga,
kegiatan-kegiatan sosial budaya, bahasa yang digunakan dalam
keluarga, dan penggunaan jasa pelayanan kesehatan).
d. Agama. Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan
yang dapat mempengaruhi kesehatan.
e. Status sosial ekonomi keluarga yang ditentukan berdasarkan
pendapatan.
f. Aktivitas rekreasi keluarga dan waktu luang, rekreasi keluarga tidak
hanya dilihat dari kapan keluarga pergi berama-sama untuk
mengunjungi tempat rekreasi, namun dengan menonton TV dan
mendengarkan radio sudah termasuk aktivitas rekreasi.
2. Genogram.
Genogram adalah sebuah diagram yang menggambarkan kontelasi
keluarga (pohon keluarga).

24
Simbol-simbol Dalam Genogram

Laki-laki Perempuan Kawin

Pisah Cerai

Klien yang di Identifikasi Tidak Menikah

Anak Adopsi/Angkat Anggota Serumah

Kembar Meninggal
Sumber: Harmoko, 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga, hal.108

3. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga


Tahap ,perkembangan keluarga merupakan pengkajian keluarga
berdasarkan tahap kehidupan keluarga,tahap perkembangan keluarga di
tentukan dengan anak tertua dari keluarga inti dan mengkaji sejauh
manakeluarga melaksanakantugas serta tahapan perkembangan
keluarganya.

25
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini,di tentuan oleh anak tertua dari
keluarga inti.
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terenuhui, Menjelaskan
perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, menjelaskan mengenai
tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi oleh keluarga
serta kendala-kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum
terpenuhi
c. Riwayat keluarga inti,menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada
keluarga inti, meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan
masing-masing anggota keluarga, perhatian keluarga terhadap
pencegahan penyakit termasuk status imunisasi, sumber pelayanan
kesehatan yang biasa yang digunakan keluarga dan pengalaman
terhadap pelayanan kesehatan.
d. Riwayat keluarga sebelumnya,menjelaskan mengenai riwayat
kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan istri.

4. Pengkajian lingkungan
a. Karakteristik rumah.
Gambaran tipe tempat tinggal(rumah,apatermen,sewa kamar,kontrak
atau lainnya).apakah keluarga memiliki sendiri tempat tinggal atau
sewa.Kondisi rumah meliputi bagian interior dan eksternor,interior
rumah meliputi :jumlah kamar dan tipe kamar serta bagaimana
kondisi dan kecukupan perabot,penerangan,ventilasi,lantaidan
kondisi banguan tempat tinggal dapur,suplai air minum,kamar
mandi,sanitasi air dan fasilitas toilet serta kebersihan dan sanitasi
rumah.
b. Karakteristik lingkungan dan komunitas tempat tinggal.
Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas
setempat meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan atau

26
kesepakatan penduduk setempat serta budaya setempat yang
mempengaruhi kesehatan.
c. Mobilitas geografis keluarga
Mobilitas geografis di tentuakn apakah keluarga mempunyai
kebiasaan berpindah-pindah tempat tinggal atau tidak.
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat.
Menjelaskan waktu yang di gunakan keluarga untuk berkumpul serta
perkumpulan keluarga yang ada.
e. Sistem pendukung keluarga
Meliputi jumlah anggota keluarga yang sehat,fasilias sosial atau
dukungan masyarakat setempat serta jaminan pemeliharaan kesehatan
yang di miliki keluarga.

5. Struktur keluarga.
a. Pola-pola komunikasi keluarga
Menjelaskan cara berkomunikasi antara anggota keluarga,bahasa yang
di gunakan,adakah hal-hal yang di tutupi dalam keluarga.
b. Struktur kekuatan keluarga
Menjelaskan tentang pengambilan keputusan dalam pekerjaan dan
penggunaan keuangan.
c. Struktur peran
Menjelaskan peran masing-masing anggota keluarga baik secara
formal maupun informal.
d. Struktur nilai atau norma keluarga
Menjelaskan mengenai norma yang di anut dalam keluarga dengan
kelompok komunitas apakah sudah sesuai dengan norma dan nilai
yang di anut.
6. Fungsi keluarga.
1. Fungsi efektif

27
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga,
perassan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan
keluarga terhadap anggota keluarga lainnya.
2. Fungsi sosialisasi
Dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga,
sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya
serta prilaku.
3. Fungsi perawatan kesehatan
Menjelaskan bagaiman keluarga menyediakan makanan,
pakaian, perlindungan serta merawat anggota keluarga yang
sakit.
7. Fugnsi reproduksi.
Mengkaji beberapa jumlah anak,merencanakan jumlah anggota keluarga
dalam mengendalikan jumlah anggota keluarga.
8. Fungsi ekonomi.
Mengkaji sejauhmana keluarga memenuhi kebutuhan sandang,pangan dan
bagaimana keluarga memanfaatkan sumber yang ada dalam masyarakat
guna meningkatkan status kesehatan dalam keluarganya.
9. Stres dan koping.
a. Stresor jangka pendek.
Stres yang di alami keluarga yang memerlukan penyelesaiannya dalam
waktu kurang lebih 6 bulan.
b. Stresor jangka panjang.
Stresor yang di alamai memerlukan tahap penyelesaian lebih dari 6
bulan.
c. Kemampuan dalam keluarga dalam merespon stressor.
Mengkaji sejauh mana keluarga merespon terhadap situasi stressor.
d. Strategi koping yang di gunakan.
Mengkaji strategi apa yang di gunakan dalam keluarga bila
menghadapi permasalahan dalam keluargannya.

28
e. Strategi disfungsional
Mengkaji adaptasi disfungsional yang di gunakan keluarga bila
menghadapi permasalahan.
10. Pemerikksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode yang
digunakan sama dengan pemeriksaan fisik klinik.
11. Harapan keluarga
Perawat menanyakan harapan keluarga terhadap petugas.

2.3.2. Diagnosa keperawatan

Diagnosis keperawtan adalah keputusan klinis mengenai individu,keluarga


ataupun kelompk masyarakat yang di peroleh dalam suatu proses
pengkajian dan analisis data secara cermat dan memberikan dasar-dasar
dalam menetapkan suatu tindakan dimana seorang perawat berperan penuh
untuk melakukannya, Mubarak,Cahyatin dan Santoso(2009).

Diagnosis keperawatan keluarga dianalisis dari hasil pengkajian terhadap


masalah dalam tahap keluarga ,baik yang bersifat aktual,risikp maupun
sejahtera dimana peran perawat mempunyai kewenangan dan tanggung
jawab untuk melakukan tindakan keperawatan, Mubarak,Cahyatin dan
Santoso(2009).

Diagnsis keperawatan keluarga di rumuskan berdasarkan data yang di


dapatkan dalam pengkajian,kompnen dalam menentukan diagnosa
keperawatan mencakup problem,etilogi,sign yang di kenal dengan sebutan
PES, Mubarak,Cahyatin dan Santoso(2009).

Diagnosa yang bisa didapat dari (Muhlisin 2012 dalam Lestari 2014)
diagnosa keluarga dengan hipertensi adalah sebagai berikut :

1. Nyeri (akut), sakit kepala berhubungan dengan ketidak mampuan


keluarga merawat anggota keluarga yang sakit hipertensi.

29
2. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi.
3. Resiko injury (jatuh) berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga
mengenal penyakit hipertensi
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga
merawat anggota keluarga yang sakit.
5. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan ketidak mampuan
keluarga merawat anggota keluarga yang sakit hipertensi.

Menurut Harmko (2012),diagnosa keperawatan mencakup tiga bagian


yaitu:

1. Diagnosis akutual (terjadinya devisit atau gangguan kesehatan).


Dari hasil pengkajian di adapatkan data umummengenai tanda dan
gejaladari gangguan kesehatan,di mana masalah kesehatan yang di alami
oleh keluarga memerlukan bantuan untuk memerlukan penangan dengan
cepat.Secara umum faktor-faktor yang berhubungan dengan diagnosis
keperawatan keluarga adalah sebagai berikut :

a. Ketidak tahuan (kurangnya pengetahuan,pemahaman dan kesalahan


persepsi).
b. Ketidak mauan (Sikap dan Motivasi).
c. Ketidak mauan (Kurangnya keterampilan terhadap sesuatu prosedur
atau tindakan,kurangnya sumber daya keluarga,baik finansial,sistem
pendukung,lingkungan fisik,dan psikologis).

2. Diagnosis resiko tinggi (Ancaman kesehatan).


Sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi gangguan, tetapi
tanda tersebut dapat menjadi masalah aktual apabila tidak segera
mendapatkan bantuan pemecahan dari timkesehatan dan keperawatan.

30
3. Diagnosis potensial (Keadaan sejahtera atau wellnes).
Suatu keadaan jika keluarga dalam keadaan sejahterah maka kesehatan
dalam keluarga dapat di tingkatkan.

Menurut Balion dan Maglaya (1978) dalam Harmoko (2012) menyatakan


bahwa prioritas masalah kesehatan keluarga dpat di ukur dengan
menggunakan proses skoring sebagai berikut:

Tabel : 3 kriteria masalah

No Kriteria Skor Bobot


1. Sifat masalah 1
Tidak atau kurang sehat 3
Ancaman kesehatan 2
Krisis atau keadaan sejahtera 1
2 Kemungkinan masalah dapat di ubah 2
Dengan mudah 2
Hanya sebagian 1
Tidak dapat 0
3 Potensial masalah untuk dapat di cegah 1
Tinggi 3
Cukup 2
Rendah 1
4 Menonjolnya masalah 1
Masalah berat,harus segera di tangani 2
Ada masalah,tetapi tidak perlu segera di 1
tangani
Masalah tidak di rasakan 0

Proses skoring di lakukan untuk setiap diagnosis keperawatan dengan cara


berikut ini.

31
1. Tentukan skor untuk setiap kriteria yang telah di buat.
2. Selanjutnya skor dibagi dengan angka tertinggi yang dikalikan dengan
bobot 𝑆𝑘𝑜𝑟
𝑥 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡
𝐴𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖

3. Jumlahkan skor untuk semua kriteria, skor tertinggi adalah 5, sama


dengan seluruh bobot.

2.3.3. Intervensi

Rencana keperawatan keluarga merupakan kumpulan tindakan yang


direncanakan oleh perawat untuk dilaksanakan dalam menyelesaikan atau
mengatasi masalah kesehatan/masalah keperawatan yang telah diidentifikasi
(Mubarak,Cahyatin dan santoso 2009).

Freeman (1970),dalam Padila (2012) mengklasifikasikan intervensi


keperawatan keluarga menjadi:

a. Intervensi suplemental

Perawat sebagai pemberi perawatan langsung dengan mengintervensi


bidang-bidang yang keluarga tidak dapat melakukannya.

b. Intervensi fasilitatif

Perawat berusaha memfasilitasi pelayanan yang diperlukan keluarga


seperti pelayanan medis, kesejahteraan sosial, transportasi dan
pelayanan kesehatan di rumah.

c. Intervensi perkembangan

Perawat melakukan tidakan dengan tujuan memperbaiki dan


meningkatkan kapasitas keluarga dalam perawatan diri dan tanggung
jawab pribadi.

32
2.3.4 Implementasi

Pada kegiatan implementasi perawat perlu melakukan kontrak terlebih


dahulu agar keluarga dapat siap dari segi fisik maupun psikologisnya dalam
menerima asuhan keperawatan ,kontrak meliputi waktu
pelaksanaan,materi,siapa yang melaksanakan,siapa anggota keluarga yang
perlu mendapatkan pelayanan( Widyanto,2014).

Implementasi keperawatan keluarga mencakup hal-hal sebagai berikut:

a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan


kebutuhan kesehatan dengan cara:
1. Memberikan informasi
2. Mengidentifikasikan kebutuhan harapan dan tentang kesehatan
3. Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah.

b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat


dengan cara:
1. Mengidentifikasikan konsekuensi tidak melakukan tindakan
2. Mengidentifikasikan sumber-sumber yang di miliki keluarga
3. Mendiskusikan tentang konsekuensi tiap tindakan.

c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit


dengan cara:
1. Mendemonstrasikan cara perawatan.
2. Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah.
3. Mengawasi keluarga melakukan tindakan keluarga.

d. Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat


lingkungan menjadi sehat dengan cara :
1. Menemukan sumber-sumber yang dapat di gunakan keluarga.

33
2. Melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin.

e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada


dengan cara :
1. Mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan keluarga
2. Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.
(Widyanto,2014).

2.3.5. Evaluasi

Evaluasi merupakan kegiatan yang di lakukan untuk menilai keberhasilan


rencana tindakan yang di lakukan perawat,apabila tidak atau belum
berhasil perlu di susun rencana baru yang susai.Semua tindakan
keperawaan mungkin tidak dapat di laksanakan dalam satu kali kunjungan
rumah ke keluarga (Widyanto,2014).

Evaluasi di bagi menjadi dua jenis yaitu :

1. Evaluasi berjalan (formatif)


Merupakan evaluasi yang di kerjakan dalam bentuk kegiatan pengisian
catatan perkembangan berorientasi pada masalah yang di lami
klien.format yang di gunakan dalam evaluasi ini adalah SOAP.
2. Evaluasi akhir (Sumatif).
Evaluasi yang di kerjakan dengan membandingkan antara tindakan yang
telah di kerjakan dengan tujuan ingin di capai.jika kesenjangan,maka
proses keperawatan dapat di tinjau kembali untuk mendapatkan data
guna memodifikasi perencanaan.Format yang di gunakan dalam evaluasi
sumatif adalah SOAPIER.

2.4. Konsep Asuhan Keperwatan Nyeri Dengan Hipertensi

34
2.4.1. Pengertian.

Nyeri merupakan kondisi di mana perasaan tidak menyenangkan


bersifat sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap
orang dalam skala atau tingkatnya, berikut adalah pendapat ahli
tentang nyeri :
a. Mc.coffery 1979 dalam aziz alimun (2010) menyatakan nyeri
adalah suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang yang
kebertadaannya di ketahui hanya jika orang tersebut pernah
mengalaminya.
b. Wolf Weifsel Feurst 1974 dalam Aziz Alimun(2010)
menyatakan bahwa nyeri adalah suatu keadaan menderita secara
fisik dan mental atau perasaan yang bisa menimbulkan
kelegangan.
c. Arthur C Curton 1983 dalam Aziz Alimun (2010) menyatakan
bahwa suatu mekanisme produksi bagi tubuh,timbul ketika
jaringan sedang rusak dan menyebabkan individu tersebut
breaksi untuk menghilangkan rangsangan nyeri.

2.4.2. Klasifikasi

1. Nyeri akut
Biasanya berdurasi singkat (kurang dari 6 bulan),memiliki onset
yang tiba-tiba dan terlokalisir.Nyeri ini biasanya di akibatkan
oleh trauma,bedah atau inflamasi (Prasetyo,2010).

2. Nyeri kronik
Nyeri kronik biasanya berlangsung lebih lama dari pada nyeri
akut,intensitasnya bervaryasi (ringan sampai berat),dan biasanya
berlangsung lebih dari 6 bulan Prasetyo,2010).

35
Tabel : 4 Perbedaan antara nyeri akut dan nyeri kronis

Karakteristik Nyeri akut Nyeri kronis


Tujuan Memperingatkan klien Memberikan alasan
terhadap adanya pada klien untuk
cedera/masalah mencari informasi
berkaitan dengan
perawatan dirinya
Awitan Mendadak Terus –menerus
Durasi dan Durasi singkat(dari Durasi lama (lebih dari
intensitas beberapa detik sampai 6 6 bulan ) ringan sampai
bulan) berat
Respon otonom Frekuensi jantung Tidak terdapat respon
meningkat otonom
Volume sekuncup
meningkat
Tekanan darah meningkat
Dilatasi pupil meningkat
Tegangfan otot meningkat
Motilitas gastrointestinal
menurun
Aliran saliva menurun
Respon psikologis Ansietas Deprei keputus asaan
mudah tersinggung dan
menarik diri
Respon fisik/prilaku Meringis/menggerang Keterbatasan gerak
Waspada Kelesuan
Mengerutkan dahi Penurunan libido
Mengeluh sakit Kelemahan/kelelahan
Mengeluh sakit hanya

36
ketika di kaji
Contoh Nyeri bedah trauma Nyeri
kanker,arthritis,euralga
terminal

Sumnber : Prasetyo 2010.

3. Nyeri superfical
Ada dua bentuk nyeri superfical bentuk yang pertama adalah
nyeri dengan onsetyang tiba-tiba dan mempunyai kwalitas yang
tajam dan yang kedua adalah nyeri dengan onset rasa terbakar
(Prasetyo,2010).

4. Nyeri somatis dalam


Nyeri somatis merupakan fenomena nyeri yang
komplek.Struktur somatis merupakan bagian pada tubuh seperti
otot dan tulang nyeri somatis dalam biasanya bersifat difus atau
menyebar,(Sigit Prasetyo,2010).
Tabel :5 Perbedaan antara nyeri seuperfical dan nyeri
somatis dalam.

Karakteris Nyeri superficial Nyeri somatis dalam


tik
Kualitas Tajam sensasi Biasanya bersifat tumpul
terbakar dan berdenyut
Durasi Berdurasi pendek Biasanya lebih lama di
bandingkan nyeri
superfical
Lokasi Cendrung dapat di Cendrung difus dan sulit
lokalisir nyeri dapat untuk di lokalisir

37
dapat di rasarkan
pada suatu titik area
pada permukaan
Tanda dan Rasa Berhubungan dengan
gejala yang ternakar,gatal,hyperal respon otonom
menyertai gesia :mual,muntah,berkeringat,
muka pucat,penurunan
tekanan darah

2.4.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri.

Menurut Prasetyo (2010) menyarakan beberapa faktor penyebab


nyeri di antaranya adalah :
a. Usia
b. Jenis kelamin
c. Lokasi dan tingkat keparahan nyeri
d. Perhatian
e. Ansietas (kecemasan)
f. Keletihan
g. Pengalaman sebelumnya.

2.4.4. pengkajian nyeri

Pada tahap pengkajian nyeri terdapat beberapa komponen yang


harus di perhatikan perawat dalam mengkaji respon nyeri yang di
alami klien.(Donovan dan Girton,1984 dalam Prasetyo
2010).Mengidentifikasikan komponen komponen tersebut di
antaranya:

38
1. Penentuan ada tidaknya nyeri
Dalam melakukan pengkajian terhadap nyeri,perawat harus
mempercayai ketika pasien melaporkan adanya perasaan nyeri
yang di rasakan pasien walaupun dalam observasi tidak
menemukan adanya cedera atau luka.

2. Karakteristik nyeri (metode P,Q,R,S,T)


a. Faktor pencetus (P: Provocate)
Perawat mengkaji tentang penyebab atau stimulus-stimulus
nyeri pada klien dalam hal ini perawat harus mengobservasi
baagian tubuh yang cedera.
b. Kualitas (Q:quality).
Kualitas nyeri merupakan sesuat yang subjektif yang di
ungkapkan oleh klien,seringkali klien mengungkapkan nyeri
dengan kalimat-kalimat seperti tajam,tumpul, berdenyut,
berpindah- pindah,seperti terbakar, tertusuk dan lain-lain.

c. Lokasi (R:Region)
Untuk mengkaji lokasi nyeri maka perawat meminta klien
yntuk menunjukan semua bagian atau daerah yang di rasakan
tidak nyaman oleh klien.
d. Keparahan ( S: severe)
Ingkat keparahan pasien tentang nyeri merupakan
karakteristik yang paling subjektif pada pengkajian ini klien
di minta perawat untuk menggambarkan nyeri yang ia
rasakan sebagai nyeri ringan, nyeri sedang atau nyeri berat.

Gambar 2 : Skala intensitas nyeri Numerik (0-10)

39
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Keterangan:
0 : Tidak nyeri
1-3 : nyeri ringan
4-6 : nyeri sedang
7-9 :nyeri berat terkontrol
10 : nyeri berat tidak terkontrol

e. Durasi (T :time)
Perawat menanyakan pada pasien untuk mentukan awitan,
durasi, dan rangkaian nyeri.

f. Faktor yang memperberat nyeri.


Perawat perli mengkaji faktor yang dpat memperberat nyeri
misalnya peningktan aktivitas,perubahan suhu,stres sehingga
perawat akan memberikan tindakan yang tepat pada pasien.

3. Respon fisiologis
Pada saat impuls nyeri naik ke medula spinalis menuju ke batang
otak dan thalamus,sistem saraf otonom menjadi terstimulasi
sebagai bagian dari respon stres.
4. Respon prilaku
Respon perilaku yang di tujukan terhadap nyeri yang biasa di
tunjukan oleh pasien antara lain merubah posisi tubuh,mengusap

40
bagian yang sakit,menopang bagian yang sakit,menunjukan
ekspresi wajah yang meringis,menggerang dan menjeri.

2.4.5. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Nyeri
Menurut Prasetyo 2010 ada beberapa intervensi yang dapat
dilakukan dalam menangani diagnosa keperawatan nyeri akut:

a. Kaji faktor yang menyebabkan nyeri


b. Kurangi faktor-faktor yang menyebabkan nyeri
c. Lakukan teknik relaksasi
d. Berikan penyuluhan kesehatan sesuai indikasi
e. Ajarkan beberapa teknik pilihan pada klien dan keluarga
f. Kolaborasi pemberian analgesik.

2.5.Implemenasi keperawatan nyeri akut pada hipertensi.

Doenges,Moorhouse & Geissler,(1999) menyatakan bahwa


implementasi hipertensi dengan masalah nyeri adalah sebagai
berikut:
1. Kompres hangat
Kompres hangat adalah memberikan rasa hangat pada daerah
tertentu dengan menggunakan kantung yang berisi air hangat
sehingga menimbulkan rasa hangat pada bagian tubuh yang
memerlukan dengan suhu ari 40-50 oC. tujuan dari tindakan
kompres hangat yaitu : untuk memperlancar sirkulasi
darah,mengurangi nyeri,memberikan rasa nyaman pada pasien.
Asmadi, (2008). dalam Siti & Eli (2015).

41
Penggunaan kompres hangat/panas untuk area yang tegang dan
nyeri dianggap mampu meredakan nyeri. Panas dapat
mengurangi spasme otot yang disebabkan oleh iskemia neuron
yang memblok transmisi lanjut rangsang nyeri yang
menyebabkan terjadinya vasodilatasi dan peningkatan aliran
darah di daerah yang dilakukan. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Rasysidah (2011) dalam Siti & Eli (2015).
2. Relaksasi Nafas Dalam
Relaksasi adalah suatu tindakan yang bertujuan untuk
membebaskan ketegangan dan stres sehingga dapat
meningkatkan toleransi terhadap nyeri.contoh tindakan relaksasi
yang dapat di gunakan untuk menurunkan nyeri adalah relaksasi
nafas dalam dan relaksasi otot (Prasetyo,2010).
Nyeri kepala karena hipertensi ini dikatagorikan sebagai nyeri
kepala intrakranial yaitu jenis nyeri kepala migren dimana nyeri
kepala tipe ini sering diduga akibat dari venomena vascular
abnormal. Relaksasi dipercaya dapat menurunkan nyeri dengan
merilekskan ketegangan otot atau bagian yang dirasa nyeri.
Teknik relaksasi progresif pasif melibatkan penggunaan
pernafasan perut yang dalam dan pelan ketika otot mengalami
relaksasi dengan keteganggan sesuai urutan yang diperintahkan.
Teknik relaksasi yang efektif dapat menurunkan denyut jantung,
tekana darah, mengurangi tension headache, menurunkan
ketegangan otot, meningkatkan kesejahteraan dan mengurangi
tekanan gejala pada individu yang mengalami berbagai situasi.
Agar relaksasi dapat dilakukan dengan efektif maka diperlukan
partisipasi individu dan kerjasama ,Potter & Perry (2010) dalam
Mulyadi (2015).
3. Imajinasi terbimbing

42
Imajinasi terbimbing dapat di gunakan bersamaan saat
melakukan tindakan relaksasi.imajinasi terbimbing adalah upaya
untuk menciptakan kesan dalam pemikiran klien,kemudian
berkonsentrasi pada kesan tersebut sehingga secara bertahap
dapat menurunkan persepsi nyeri pada klien.
Tindakan ini membuhtuhkan konsentrasi yang cukup,upayakan
kondisi klien mendukung untuk tindkan
ini.Kegaduhan,kebisingan,bau menyengat atau cahaya yang
sangat terang perlu di pertimbangkan agar tidak mengganggu
klien untuk berkonsentrasi.
Contoh tindakan relaksasi imajinasi terbimbing : “Bayangkan
diri anda sekkaranf berbaring di atasd rumput yang hijau,segar,di
atas bukit yang indah.Udara sejuk,anda melihat ke atas langit
cerah,biru,sinar matahari yang redup tidak
menyilaukan.Semerbak wangi bunga menyelimuti,sunggu
Susana yang sangat indah”. Teknik ini agar dapat berhasil di
lakukan perlu intonasi suara yang tepat dan alunan music yang
menenangkan,( Prasetyo,2010).
4. Distraksi
Distraksi merupakan suatu tindakan pengalihan pasien ke hal-hal
di luar nyeri dengan demikian pasien di harapkan dapat
menurunkan kewaspadaan terhadap nyeri,distraksi nyeri terbagi
menjadi dua yaitu distraksi visual dan audiotory.
( Prasetyo,2010).

Distraksi merupakan manajemen nyeri dengan tehnik


memfokuskan perhatian klien pada sesuatu selain dari rasa
nyerinya.Teknik distraksi dapat mengaktivasi sistem reticular
yang dapat menghambat stimulus yang menyakitkan (Urden et al
(2010).dalam Hayati (2014).

43
Teknik Relaksasi distraksi nyeri merupakan strategi kognitif
yang memberikan kesembuhan secara fisik dan mental,
kelebihan dari teknik ini yaitu ketika pasien mencapai relaksasi
penuh maka persepsi nyeri berkurang,sehingga sangat efektif
apabila tehnik distraksi digunakan untuk menangani masalah
nyeri,Potter & Perry(2009) dalam Hayati (2014).
5. Stimulasi kataneus
Stimulasi kutaneus adalah stimulasi kulit untuk menghilangkan
nyeri dengan melakukan massase dan sentuhan, salah satunya
dengan Slow Stroke Back Massage (SSBM). Selain untuk
menghilangkan nyeri terapi SSBM juga dapat menghilangkan
rasa cemas dan memberikan efek menenangkan apabila
dikombinasikan dengan wangiwangian seperti aromaterapi.
Aromaterapi lavender merupakan salah satu aromaterapi yang
paling digemari. Bunga lavender yang berbentuk kecil dan
berwarna ungu ini dapat memberikan efek relaksasi bagi saraf
dan otot-otot yang tegang setelah beraktivitas,Wahyuni,( 2014
dalam Primayanthi,Aziz & Puspita ( 2016 ).
Terapi SSBM dengan minyak essensial lavender bermanfaat
untuk menurunkan intensitas nyeri pada pasien dengan low back
pain. Keuntungan lain dari stimulus kutaneus (SSBM) adalah
tindakan ini dapat dilakukan di rumah, sehingga memungkinkan
pasien dan keluarga melakukan upaya dalam mengontrol nyeri
Potter & Perry (2006),dalam Primayanthi,Aziz & Puspita (
2016).
Aromaterapi yang digunakan melalui cara inhalasi atau dihirup
akan masuk ke sistem limbik dimana nantinya aroma akan
diproses sehingga kita dapat mencium baunya. Pada saat kita
menghirup suatu aroma, komponen kimia akan masuk ke bulbus
olfaktorius kemudian ke system atau limbik pada otak. Sistem

44
limbik sebagai pusat nyeri, senang, marah, depresi, dan berbagai
emosi lainnya Dewi, (2013), dalam Primayanthi,Aziz & Puspita(
2016).
Keuntungan dari teknik ini adalah banyak metode yang dapat di
pilih klien dan mudah untuk di implementasikan pada
klien,keuntungan lainnya adalah teknik ini mudah untuk di
ajarkan pada klien dan keluarga sehingga klien dapat
melaksanakannya secara mandiri di rumah contohnya adalah,
mandi air hangat,masase,pijat dengan mentol atau TENS
(Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation),(prasetyo,2010).
6. Pemberian obat
Pemberian obat analgesik,yang di lakukan guna mengganggu
atau memblok transmisi stimulus agar terjadi perubahan persepsi
dengan cara mengurangi kortikal terhadap nyeri,(Aziz
Alimul,2010).

45

You might also like