You are on page 1of 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Reaktor merupakan alat utama pada industri yang digunakan untuk
proses kimia yaitu untuk mengubah bahan baku menjadi produk. Reaktor
dapat diklasifikasikan atas dasar cara operasi, fase maupun geometrinya.
Berdasarkan cara operasinya dikenal reaktor batch, semi batch, dan kontinyu.
Berdasarkan fase reaksi yang terjadi didalamnya reaktor diklasifikasikan
menjadi reaktor homogen dan reaktor heterogen, sedangkan ditinjau dari
geometrinya dibedakan reaktor tangki berpengaduk, reaktor kolom, reaktor
fluidisasi dan lain lain.
Dari berbagai macam reaktor yang digunakan untuk kontak fase gas-
cair, diantaranya dikenal reaktor kolom gelembung (bubble column reaktor)
dan reaktor air-lift. Reaktor jenis ini banyak digunakan pada proses industri
kimia dengan reaksi yang sangat lambat, proses produksi yang menggunakan
mikroba (biorektor) dan juga pada unit pengolahan limbah secara biologis
menggunakan lumpur aktif.
Pada perancangan reaktor, fenomena hidrodinamika yang meliputi
hold up gas dan cairan, laju sirkulasi merupakan faktor yang penting yang
berkaitan dengan laju perpindahan massa. Pada percobaan ini akan
mempelajari hidrodinamika pada reaktor kolom gelembung dan reaktor air-
lift, terutama berkaitan dengan pengaruh laju alir udara, viskositas dan
densitas terhadap hold up dan laju sirkulasi pada sistem sequencial batch.

B. Tujuan percobaan
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa mampu menjelaskan mengenai
beberapa hal berikut :
1. Pengaruh Variabel berubah terhadap hold-up gas (ε).
2. Pengaruh Variabel Berubah terhadap laju sirkulasi (VL).
3. Koefisien transfer massa gas-cair (KLa)
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Reaktor Kolom Gelembung dan Air-Lift

Reaktor adalah suatu alat tempat terjadinya suatu reaksi kimia untuk
mengubah suatu bahan menjadi bahan lain yang mempunyai nilai ekonomis
lebih tinggi. Rector air lift yang berbentuk kolom dengan sirkulasi aliran
merupakan kolom yang berisi cairan atau slurry yang terbagi menjadi dua
bagian dan pada salah satu dari kedua daerah tersebut selalu disemprotkan
lagi. Perbedaan hold up gas () pada daerah yang dialiri gas maupun tidak
dialiri gas merupakan akibat dari perbedaan viskositas fluida pada kedua
daerah tersebut. Perbedaan itu mengakibatkan terjadinya sirkulasi fluida pada
reaktor. Bagian reaktor yang mengandung cairan dengan aliran ke atas
disebut zona riser dan bagian reaktor yang mengandung aliran fluida turun
adalah zona downcomer. Pada zona downcomer atau riser memungkinkan
terdapat plate penyaringan dan baffle pada dinding. Jadi banyak sekali
kemungkinan bentuk reaktor dengan keuntungan penggunaan dan tujuan yang
berbeda-beda.
Secara teoritis reaktot air lift digunakan untuk beberapa proses kontak gas-
cairan atau slurry. Reaktor ini sering digunakan untuk beberapa fermentasi
aerob, pengolahan limbah, dan operasi-operasi sejenis. Secara umum reaktor
air lift dikelompokkan menjadi dua, yaitu reaktor air lift dengan internal loop
dan eksternal loop (Christi. 1988., William. 2002). Ractor air lift dengan
internal loop merupakan kolom bergelemubung yang dibagi menjadi dua
bagian, riser dan downcomer dengan internal baffle. Reaktor air lift dengan
eksternal loop merupakan kolom bergelembung dimana riser dan downcomer
merupakan dua tabung yang terpisah dan dihubungkan secara horizontal
antara bagian atas dan bawah reaktor. Selain itu reaktor air lift juga
dikelompokkan berdasarkan sparger yang dipakai, yaitu statis dan dinamis.
Pada reaktor air lift dengan sparger dinamis, sparger ditempatkan padariser
dan atau downcomer yang dapat diubah-ubah letaknya.
Parameter yang penting dalam perancangan reaktor air lift adalah hold up gas.
Hold up gas pada bagian riser dan downcomer yang besarnya dipengaruhi
oleh laju sirkulasi cairan dan koefisien disperse cairan dalam berbagai dareah.
Dalam aplikasi reaktor air lift terdapat dua hal yang mendasari mekanisme
kerja dari reaktor tersebut, yaitu hidrodinamika dan transfer gas-cair.
Hidrodinamika reaktor mempelajari perubahan dinamika cairan dalam reaktor
sebagai akibat laju alir yang masuk reaktor dan karakterisik cairannya.
Hidrodinamika reaktor meliputi hold up gas (rasio volume gas terhadap
volume gas cairan dalam reaktor) dan laju sirkulasi cairan disperse dalam fase
tersebut.

Internal Loop Eksternal Loop


Gambar 2.1 Tipe reaktor air lift

Keuntungan penggunaan reaktor air lift disbanding reaktor konvensional


lainnya, diantaranya:
1. Perancangannya sederhana, tanpa ada bagian yang bergerak.
2. Aliran dan pengadukan mudah dikendalikan.
3. Wakti tinggal dalam reaktor seragam.
4. Kontak area lebig luas dengan energy input yang rendah.
5. Meningkatkan perpindahan massa.
6. Memungkinkan tangki yang besar sehingga meningkatkan produk.
Kelemahan rekator air lift antara lain:
1. Biaya investasi awal mahal terutama skala besar.
2. Membutuhkan tekanan tinggi untuk skala proses yang besar.
3. Efisiensi kompresi gas rendah.
4. Pemisahan gas dan cairan tidak efisien ketika timbul busa (foaming)

B. Hidrodinamika Reaktor

Di dalam perancangan bioreaktor, faktor yang sangat berpengaruh


adalah hidrodinamika reaktor, transfer massa gas-cair, rheologi proses dan
morfologi produktifitas organisme. Hidrodinamika reaktor meliputi hold up
gas (fraksi gas saat penghaburan) dan laju sirkulasi cairan. Kecepatan
sirkulasi cairan dikontrol oleh hold up gas, sedangkan hold up gas
dipengaruhi oleh kecepatan kenaikan gelembung. Sirkulasi juga
mempengaruhi turbulensi, koefisien perpindahan massa dan panas serta
tenaga yang dihasilkan.
Hold up gas atau fraksi kekosongan gas adalah fraksi volume fase gas pada
disperse gas-cair atau slurry. Hold up gas keseluruhan ().
𝑉
 = 𝑉 +𝜀𝑉 ....(1)
𝜀 𝐿

Dimana  = hold up gas


V =volume gas
VL = volume cairan
Hold up gas digunakan untuk menentukan waktu tinggal gas dalam cairan.
Hold up gas dan ukuran gelembung mempengaruhi luas permukaan gas cair
yang dierlukan untuk perpindahan massa. Hold up gas tergantung pada
kecepatan kenaikan gelembung, luas gelembung dan pola aliran, inverted
manometer adalah manometer yang digunakan untuk mengetahui beda tinggi
cairan akibat aliran gas, yang selanjutnya dipakai pada perhitungan hold up
gas () pada riser dan downcomer. Besarnya hold up gas pada riser dan
downcomer dapat dihitung dengan perdamaan :
𝜌𝐿 ∆ℎ
=𝜌 𝑥 ....(2)
𝐿 + 𝜌𝜀 𝑧
𝜌𝐿 ∆ℎ𝑟
𝑟 = 𝜌 𝑥 ....(3)
𝐿 + 𝜌𝑔 𝑧

𝜌𝐿 ∆ℎ𝑑
𝑑 = 𝜌 𝑥 ....(4)
𝐿 + 𝜌𝑔 𝑧
Dimana :  = hol up gas

r = hold up gas riser

d = hol up gas downcomer

L = densitas cairan (kg/m3)

 = densitas gas (kg/m3)

∆ℎ𝑟 = perbedaan tinggi manometer riser

∆ℎ𝑑 = perbedaan tinggi manometer downcomer

Z =perbedaan antara taps tekanan (m)

Hold up gas total dalam reaktor dapat dihitung dari keadaan tinggi dispersi
pada saat aliran gas masuk reaktor sudah mencapai keadaan tunak (steady
state). Persamaan untuk menghitung hol up gas total adalah sebagai berikut:
ℎ𝑜 −ℎ𝑖
𝜀= ....(5)
ℎ𝑜

Dimana  = hold up gas


ho = tinggi campuran gas setelah kondisi tunak (m)
hi = tinggi cairan mula-mula dalam reaktor (m)
Hubungan antara hol up gas riser (r) dan donwcomer (d)dapat dinyatakan
dengan persamaan 6 :
𝐴𝑟𝜀𝑟+ 𝐴𝑑𝜀𝑑
𝜀= ....(6)
𝐴𝑟+𝐴𝑑

Dimana : Ar = luas bidang zona riser (m2)


Ad = luas bidang zona downcomer (m2)
Sirkulasi cairan dalam reaktorair lift disebabkan oleh perbedaan bulk densitas
fluida, riser dan downcomer. Sirkulasi fluida ini dapat dilihat dari perubahan
fluida, yaitu naiknya aliran fluida pada riser dan menurunnya aliran pada
downcomer. Besarnya laju sirkulasi cairan (Uld) diberikan oleh Blanke, 1979
dengan persamaan 7:
𝐿𝑐
𝑈𝐿𝑑 = ....(7)
𝑡𝑐

Dimana : ULd = laju sirkulasi cairan downcomer (m/jam)


Lc = panjang lintasan dalam reaktor
tc = waktu (jam)
Laju sirkulasi tidak dihitung pada semua bagian, rata-rata laju sirkulasi cairan
dihitung hanya pada satu daerah. Sedang hubungan antara laju aliran cairan
pada riser dan downcomer ditunjukan oleh Coulson and Richardson, 1997 :
ULr.Ar = ULd.Ad ....(8)
Dimana : ULr = laju sirkulasi cairan riser (m/jam)

ULd = laju sirkulasi cairan downcomer (m/jam)

Ar = luas bidang zona riser (m2)

Ad = luas bidang zona downcomer (m2)


Kecepatan permukaan harus dibedakan dari kecepatan linear cairan yang
sesungguhnya dengan kecepatan interstifial sebab dalam kenyataannya cairan
hanya menempati sebagian aliran air, sedangkan lainnya ditempati oleh gas.
Hubungan kecepatan interstafial (VL) dan kecepatan permukaan (UL) dapat
ditunjukan pada persamaan 9 dan 10 :
𝑉𝐿𝑟
𝑉𝐿𝑟 = 1−𝜀 ....(9)
𝑉𝐿𝑑
𝑉𝐿𝑑 = 1−𝜀 ....(10)

Dimana : VLr = kecepatan intersial cairan riser ( m/jam)

VLd = kecepatan intersial cairan downcomer (m/jam)

C. Perpindahan Massa

Perpindahan massa antar fasa gas-cair terjadi karena adanya beda konsentrasi
antara kedua fasa. Perpindahan massa yang terjadi yaitu oksigen dari fase gas
ke fase cair. Kecepatan perpindahan massa ini dapat ditentukan dengan
koefisien perpindahan massa.
Koefisien perpindahan masssa volumetric (kLa) adalah kecepatan spesifik
dari perpindahan massa (gas teradsobsi per unit waktu, per unit luas kontak,
per beda konsentrasi). kLa tergantung pada sifat fisik dari system dan
dinamika fluida. Terdapat dua istilah tentang koefisien transfer massa
volumetric, yaitu:
1. Koefisien transfer massa kL, dimana tergantung pada sifat fisik dan
cairan dari dinamika fluida yang dekat dengan permukaan cairan.
2. Luas dari gelembung per unit volum dari reaktor
Ketergantungan kL pada energy masuk adalah kecil, dimana luas kontak
adalah fungsi dari sifat fisik desain geometrid an hidrodinamika.
Luas kontak adalah parameter gelembung dan tidak bias ditetapkan. Di sisi
lain koefisien transfer massa pada kenyataannya merupakan faktor yang
proposional antara fluks massa dan substrat (atau bahan kimia yang
ditransfer), Ns, dan gradient ynag mempengaruhi fenomena beda konsentrasi.
Hal ini dapat dirumuskan dengan persamaan 11:
N = kL (C1-C2) ....(11)
Dimana : N = fluks massa
kLa = koefisien transfer massa gas-cair
C1 = konsentrasi O2 masuk (mol/L)
C2 = konsentasi O2 keluar (mol/L)
Untuk perpindahan massa oksigen ke dalam cairan dapat dirumuskan sebagai
kinetika proses, seperti di dalam persamaan10 :
𝑑𝑐
= 𝑘𝐿𝑎(𝐶1 − 𝐶) ....(12)
𝑑𝑡

Dimana: C = konsentrasi udara (gr/L)


Koefisien perpindahan massa dinyatakan sebagai bilangan Sherwood
mengikuti persamaan 13:
𝑁𝑠ℎ = 12𝐶4 𝜋 −0,5 1,070,5 𝑆𝑐 1/2 𝑅𝑒𝑔3/4 𝐹𝑟 7/60 𝐵𝑜3/3 ....(13)
Dimana : Nsh = bilangan Sherwood
Sc = bilangan schmid
Reg = bilangan Reynold
Fr = bilangan Frandh
Bo = bilangan Bodenstein
Propovic dan Robinson (1989) memperoleh hubungan kLa setelah melakukan
penelitian dalam bioreaktor air lift dengan eksernal loop dengan larutan CMC
(Carboxyl Methyl Cellulosa) seperti disajikan dalam persamaan 14:
𝐴𝑑
𝑘𝐿𝑎 = 1,911 𝑥10−4 (𝑗𝑔)0,525 (1 + 𝐴𝑟 )0,553 𝜇𝑎𝑝𝑝−0,89 ....(14)

Dimana : Jg = laju alir udara atau kecepatan superficial gas (m/jam)


𝜇 = viskosotas
Koefisien perpindahan gas-cair merupakan fungsi ddari laju alir udara atau
kecepatan superficial gas, viskositas, dan luas area riser dan
downcomer/geometric alat.
Pengukuran konstanta perpindahan massa gas-cair dapat dlakukan dengan
metode sebagai berikut:
1. Metode OTR-Cd
Dasar dari metode ini adalah persamaan perpindahan massa
(persamaan 12) semua variable kecuali koA dapat terukur. Ini berarti
bahwa dapat digunakan dalam system kebutuhan oksigen, konsentrasi
oksigen, konsentrasi oksigen dari fase gas yang masuk dan meninggalkan
bioreaktor dapat dianalisa. Dengan data ini OTR (oxygen transfer rate)
dapat dihitung dengan neraca bioreaktor:
𝐶0𝑔𝑜
Vi OTR = Fg (Cogi – Cogo) = Vi koi A [ − 𝐶𝑜𝑖] (mol s-1) ....(15)
𝜋

Dimana : OTR = laju perpindahan oksigen (mol/m3s)


Vi = koefisien transfer massa
Fg = laju alir volumetric fluida gas (m3/s)
koi = konstanta transfer massa oksigen
A = luas perpindahan massa (m2)
Coi = konsentrasi oksigen masuk (mol/m3)
Cogo = konsentrasi oksigen udara keluar (mol/m3)
2. Metode Dinamik
Metode ini berdasarkan pengukuran Coi dari cairan, deoksigenasi
sebagai fungsi waktu, setelah aliran udara masuk.Deoksigenasi dapat
diperoleh dengan mengalirkan oksogen melaluibcairan atau menghentikan
aliran udara, dalam hal ini kebutuhan oksigen dalam fermentasi. Hal ini
dapat dilihat dari neraca massa dibawah ini:
𝐶𝑜𝑖 (𝑡)
= 𝑘𝑜𝑖 𝐴 (𝐶 ∗ 𝑜𝑖 − 𝐶 ∗ 𝑜𝑖 (𝑡)) − 𝑂𝑈𝑅 (𝑚𝑜𝑙 𝑚−3 𝑠 −1 ) ....(16)
𝑑𝑡

Dimana: C*oi = konsentrasi oksigen sisa fungsi t


koi =konstanta transfer massa oksigen
OUR = laju perpindahan oksigen (mol/m3s)
t = waktu (jam)
Dengan asumsi bahwa koi A dan Coi konstan, tidak terpengaruh waktu.
Hal ini juga berlaku :
Coi (∞) = konsentrasi keseimbangan pada kondisi tetap.
OUR = koi A (Coi –Coi (∞)) (𝑚𝑜𝑙𝑚−3 𝑠 −1 ) ....(17)
Persamaan 16 dan 17 dapat dikombinasikan menjadi persamaan18.
𝐶𝑜𝑖(∞)−𝐶𝑜𝑖(𝑡1 )
ln[ ]
𝐶𝑜𝑖(∞)−𝐶𝑜𝑖(𝑡2 )
𝑘𝑜𝑖𝐴 = (𝑠 −1 ) ....(18)
𝑡2 −𝑡1

Dimana : t1 = waktu
t2 = waktu
Persamaan ini dapat diaplikasikan dalam model system tanpa konsumsi
oksogen dimana
Coi (∞)= Coi (OUR=0) sama baiknya dengan konsumsi oksogen pada
fermentasi.
3. Metode Serapan Kimia
Metode ini berdasarkan reaksi kimia dari absorpsi gas (O2, CO2)
dengan penambahan bahan kimia pada fase cair (Na2SO3, KOH). Reaksi
ini sering digunakan pada reaksi bagian dimana konsentrasi bulk cairan
dalam komponen gas sama dengan nol dan absorpsi dapat mempertinggi
perpindahan kimia.
4. Metode Kimia OTR-Coi
Metode ini pada dasarnya sama dengan metode OTR-Cd. Namun,
seperti diketahui beberapa sulfit secara terus-menerus ditambahkan pada
cairan selama kondisi reaksi tetap dijaga pada daerah dimana nilai Coi
dapat dideteksi. Coi dapat diukur dikalkulasi dari penambahan sulfit. Juga
reaksi konsumsi oksigen yang lain dapat digunakan.
5. Metode Sulfit
Metode ini berdasarkan pada reaksi reduksi natrium sulfit.
Mekanisme reaksi yang terjadi :
Reaksi dalam reaktor :
Na2SO3 + 0,5 O2 Na2SO4 + Na2SO3(sisa)
Reaksi saat analisa :
Na2SO3(sisa) + KI + KIO3 Na2SO4 + 2KIO2 + I2(sisa)
I2 (sisa) + 2 Na2S2O3 Na2S4O6 + 2NaI
Perubahan konsentrasi Na2SO3 dengan waktu + menit = ro – r mmol/L
O2 yang bereaksi = ½ (ro-rn) mmol/L
= 13 mmol/L
O2 yang masuk reaktor = 13 mmol/L x 32 gr O2 1 mol (gr/L.s)
[C∗− q]−1 PO2 – 13 Lt atm/mmol
Data kelarutan pada t tertentu (henry) = 1 t = 𝐿.60.𝑡5

Dengan PO2 = tekanan parsial oksigen


𝑃𝑂2
Kelarutan O2 = C* . q = 𝐻
1𝑎𝑡𝑚𝑂2 𝑔𝑚𝑜𝑙𝑂2 / 𝑚𝑜𝑙𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎
= 𝑎𝑡𝑚
𝑂2 .1𝑚𝑜𝑙𝑂2 /32𝑔𝑟
𝑚𝑚𝑜𝑙

= C*q
𝑞
𝑞 𝐶4 . 𝑠
kLa = 𝐶∗𝑞−𝐿𝐿 = 𝑞 = E s-1
𝐶 0 4−
𝑙
1
𝐶𝑂2 𝑑(𝑁𝑎2 𝑆𝑂3 )
2
= (−𝑑 )= = 𝑘𝑎𝑙 (𝑔. 𝐶𝑙)
𝑑𝑡 𝑑𝑡

BAB III
PELAKSANAANPERCOBAAN

A. Bahan dan Alat yang Digunakanan


1. Bahan yang digunakan
a. Na2S2O3.5H2O 0,05 N
b. KI 0,1 N
c. Na2SO3 0,2 N
d. Larutan amylum
e. Zat Warna
f. Aquadest
2. Alat yang digunakan
a. Statif dan klem i. Rotameter
b. Beaker glass j. Inverted manometer
c. Buret k. Erlenmeyer
d. Kompresor l. Sparger
e. Pipet tetes m. Tangki cairan
f. Gelas ukur n. Reaktor
g. Sendok reagen o. Picnometer
h. Gelas arloji

B. Gambar Alat

Gambar 3.1 Rangkaian Alat Hidrodinamika Reaktor


Keterangan :
A. Kompresor
B. Sparger
C. Rotameter
D. Tangki Cairan
E. Pompa
F. Reaktor
G. Inverted manometer daerah riser
H. Inverted manometer daerah downcomer

C. Variabel Operasi
a. Variabel tetap
….
b. Variabel berubah
……

D. Respon Uji Hasil


1. Tinggi riser dan down comer
2. Volume titran Na2S2O3.5H2O
3. Densitas cairan
4. Kecepatan Sirkulasi

E. Prosedur percobaan
1. Menetukan hold-up pada riser dan downcomer
a. Merangkai alat
Menghubungkan reaktor dengan kompresor melalui
venturimeter dan manometer yang telah berisi air raksa seperti
yang digunakan pada saat kalibras laju alir udara. Memasang
inverted manometer pada riser dan downcomer yang
dihubungkan dengan perbedaan tinggi bagian bawah dan atas
dari inverted manometer.
b. Mengisi reaktor dengan cairan
c. Melihat ketinggian inverted manometer
d. Menghidupkan kompresor kemudian menambahkan Na2SO3
e. menghitung besarnya hold-up
2. Menentukan konstanta perpindahan massa cair-gas
a. mengambil sampel sebanyak 10 mL
b. menambah KI sebanyak 5 mL ke dalam sampel
c. menitrasi dengan Na2S2O3.5H2O sampai terjadi perubahan
warna dari coklat tua menjadi kuning jernih
d. menambahkan 3 tetes amilum
e. menitrasi sampel kembali dengan larutan Na2S2O3.5H2O
f. TAT didapat setelah warna biru hampir hilang
g. mencatat kebutuhan titran
h. ulangi sampai volume titran tiap 5 menit konstan
i. hitung densitas setelah 3 akali konstan
3. Menentukan kecepatan sirkulasi
a. merangkai alat yang digunakan
b. mengisi reaktor dengan air dan Na2SO3
c. menghidupkan kompresor
d. memasukkan zat warna pada reaktor downcomer
e. mengukur waktu yang dibutuhkan oleh cairan dengan indikator
zat warna tertentu untuk mencapai lintasan yang telah digunakan
f. Menghitung besarnya kecepatan sirkulasi

BAB IV

HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

Laporkan hasil percobaan Anda (bisa dalam bentuk grafik atau tabel) dan bahas
dengan bantuan pustaka untuk menajamkan pembahasan Anda, yaitu:

1. Profil konsentrasi CO32- dan jumlah CO2 yang terserap sebagai fungsi
waktu, pengaruh variabel yang dikaji terhadap waktu untuk mencapai
keadaan steady.
2. Profil nilai kla terhadap variabel yang dikaji
3. Profil nilai kGa terhadap variabel yang dikaji
4. profil nilai k2 terhadap variabel yang dikaji
5. Pembandingan antara nilai kga teroritik dan empirik
DAFTAR PUSTAKA

Christi, M.Y. 1989. “Air Lift Bioreactor”. El Sevier Applied Science, London.

Christi, M.Y., and Mooyoung, M. 1988. “Prediction of Liquid Circulation Velocity in Air-Lift
Reactor with Biological Media”. J. Chem. Technol Biotechnol.

Christi, M.Y., and Mooyoung, M. 1988. “Relationship Between Riser and Downcommer Gas
Hold Up in Internal Loop Air-Lift reactor with Gas-Liquid separators”. Chem. Eng.

Wilson, J.M., and Richardson, J.F. 1997. “Chemical Engineering”. 3rd ed. Pergamon Press :
Oxford.

Ground, G.A., Schumple, and W.D. Decker. 1992. “Gas-Liquid Mass Transfer in Bubble
Column with Organic Liquids”. Chemical Engineering Science page 3509-3516.
Pergamon Press Ltd.

Martinov, M., And S.D. Vlaev. 2002. “Increasing Gas-Liquid Mass Transfer Instirred Power
Law Fluids by Using a New Energy Saving Impeller”. Chemical Biochemical
Engineering.

Merchuk, U.C., and S. Ben Zui (yona). 1992. “ A Novel Approach to the Corelation of Mass
Transfer Rates in Bubble Column with Non Newtonian Liquids. Chemical Engineering
Science page 3517-3523. Pergamon Press Ltd.

Daftar pustaka bisa bertambah , disesuaikan dengan kebutuhan, terutama pustaka-pustaka yang
mendukung ketika Anda membahas hasil percobaan.

You might also like