You are on page 1of 16

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”Makalah dan Asuhan Keperawatan
pada Klien dengan ulkus peptikum” dengan baik.

Adapun maksud penulisan makalah ini adalah guna memenuhi tugas mata kuliah
”Keperawatan Medikal Bedah I”. Dengan terselesaikannya makalah ini, maka penyusun
menghaturkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak/Ibu Tim Dosen Ajar Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah I yang telah
memberikan masukan baik berupa materi perkuliahan maupun koreksi dalam
makalah ini.
2. Serta pihak-pihak yang turut mendukung dalam penyusunan makalah ini, baik secara
moril maupun materil.
Oleh karena itu kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih memiliki kekurangan
sehingga kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna perbaikan di masa
mendatang. Semoga makalah yang kami susun dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.
Amin.

Jambi, 1 november 2016

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ulkus peptikum merupakan suatu keadaan yang dikarenakan ketidakseimbangan
asam gastrik dan sekresi pepsin serta perubahan mukosa. Setiap orang menghasilkan
asam lambung dalam jumlah yang berlainan dan pola pembentukan asam ini cenderung
menetap sepanjang hidup seseorang. Sehingga hampir 1 diantara 10 orang akan
terbentuk ulkus peptikum. Kira-kira 5% dari semua tukak akan mengalami perforasi,
dan komplikasi ini akan mengakibatkan 65% terjadi kematian akibat tukak
peptikum. Insidensi yang lain, tukak duodenum menyusun sekitar 80% dari semua
tukak peptikum, dan menyerang sekitar 10-12% populasi. Individu dengan golongan
darah O 35% lebih rentan terjadi Ulkus, dibandingkan dengan orang yang bergolongan
darah A, B, atau AB. Hal ini belum diketahui secara pasti penyebabnya Ulkus peptikum
lebih sering terjadi pada usia 40-60 tahun. Pria 3 kali lebih sering daripada perempuan,
karena diduga bahwa laki-laki mempunyai kecenderungan gaya hidup yang
mengakibatkan rusaknya salah satu sawar pelindung lambung, misalnya merokok,
kafein, aspirin, alkohol dan penggunaan kronis obat anti inflamasi non steroid seperti
penggunaan NSAID.(pengarang, tahun)
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah bagaimana konsep dasar penyakit
ulkus peptikum dan bagaimana asuhan keperawatan dengan ulkus peptikum?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami konsep dan melaksanakan Asuhan Keperawatan
pada Pasien dengan ulkus peptikum
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami konsep ulkus peptikum
b. Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan
penyakit ulkus peptikum

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi:
Ulkus peptikum adalah suatu peronggaan yang dibentuk dalam dinding mukosa
lambung, pylorus, duodenum, atau esophagus.(Brunner dan Suddarth, 2000)
Ulkus peptikum merupakan keadaan di mana kontinuitas mukosa lambung terputus dan
meluas sampai ke bawah epitel (Price, Sylvia Anderson, 1995)
B. Etiologi:
Ketidakseimbangan asam gastrik dan sekresi pepsin serta perubahan mukosa. (Charlene
dkk, 2001) Faktor lain yang menyebabkan Ulkus Pepetikum: Genetik, merokok,
alkohol, kafeine, obat-obatan (NSAID), kuman Helicobacter Pylori.
C. Patofisiologi
Ulkus lambung disebabkan oleh rusaknya pertahanan mukosa lambung. Sel
mukosa merupakan barier pertama dalam melindungi permukaan lambung terhadap
berbagai zat iritan. Mukosa lambung tersusun oleh tiga tipe sistem pertahanan yaitu
a. Lapisan preepitel, memproduksi mucus yang mengandung bikarbonat. Bikarbonat
ini memiliki kandungan pH yang tinggi sehingga ia mampu menetralisir permukaan
lumen lambung menjadi 6-7. Sekresi bikarbonat distimulasi oleh kalsium,
prostaglandin, koli-nergik dan asidifikasi lumen.
b. Lapisan epitel, merupakan garis pertahanan kedua setelah preepitel dengan
memproduksi mucus yang memelihara pH intrasel dan produksi bikarbonat, dan
intasel tight junction.
c. Lapisan subepitel membentuk sistem mikrovaskuler. Lapisan mukosa yang kaya
sirkulasi mensuplai bikarbonat sebagai penetralisir asam hidroklorida sel-sel
parietal lambung dan mensuplai nutrien dan oksigen yang adekuat.
Asam asetil silisilat (aspirin), alkohol dan indomethasin (indocin) merusak
pertahanan mukosa lambung. Pertahanan mukosa yang rusak akan menyebabkan asam
klorida dan pepsin dapat merusak lapisan epitel. Lapisan epitel tidak mampu
memproduksi protaglandin yang merangsang sekresi bikarbonat sehingga bikarbonat
berkurang dan suasana dilambung menjadi sangat asam. Penurunan jumlah
prostaglandin diduga juga akibat kehadiran Helicobacter pylori. Injuri mukosa gaster
oleh H.pylori menyebabkan ketidakseimbangan antara produksi asam atau pepsin
dengan produksi mukus, biokarbonat, aliran darah. H.pylori merupakan basil gram

3
negatif, berkolonisasi pada lapisan gel mukosa padahal lapisan tersebutlah yang
melindungi mukosa dari berbagai kerusakan. Helicobacter pylori masuk ke dalam
lapisan mukusa antrum dan melekat kuat pada permukaan epitel. Lokasi bakteri ini
akan melindunginya dari sistem imun tubuh dan keasaman.Kemudian ia mengeluarkan
enzim urease yang menghasilkan amoniak dan meningkatkan pH disekitar
mikroorganisme.
Sel D pada antrum lambung dirusak oleh bakteri tersebut dan somatostatin
menurun, kemudian sel G terstimulasi oleh hipergastrinemia tersebut dan menyebabkan
sel parietal lambung meningkatkat sekresi HCl. Kerusakan pada mukosa juga
menyebabkan gangguan aliran darah, spingter pilorus tidak berfungsi normal atau tidak
berespon terhadap sekretin atau kolesistokinin, suatu subtrat yang meningkatkan
tekanan dilambung dan mencegah refluk. Tanpa adanya asam empedu dan klorida yang
berlebih di lambung menyebabkan difusi balik ion hidrogen, memacu terjadinya
inflamasi pada mukosa dan timbulnya ulkus. Berlebihnya produksi HCL, akan
mengiritasi lapisan epitel usus di duodenum sehingga dapat teriritasi dan memicu
terjadinya metaplasia perubahan epitel tipe intestin menjadi epitel tipe gaster H.pylori
dapat berkolonisasi di duodenum dan memicu kerusakan lebih lanjut serta ulserasi.
D. Manifestasi Klinis
1. Nyeri
a. Nyeri pekak, persisten; rasa terbakar pada mid epigastrium, atau dipunggung
b. Nyeri hilang dengan makan atau minum antasida; bila lambung telah kosong
dan alkali menghilang nyeri kembali timbul
c. Nyeri tekan tajam setempat yang ditimbulkan dengan memberi tekanan kuat
pada epigastrium atau sedikit tekanan garis tengah tubuh
2. Pirosis,(nyeri ulu hati)
Sensasi terbakar pada esophagus atau lambung; karena adanya asam.
3. Muntah
a. Jarang terjadi pada ulkus duodenum tak terkomplikasi
b. Mungkin didahului oleh mual atau bisa saja tidak; biasanya mengikuti serangan
nyeri hebat; hilang dengan ejeksi kandungan asam lambung
4. Konstipasi dan perdarahan
a. Sebagai akibat diet dan obat
b. Beberapa pasien yang mengalami perdarahan akibat ulkus akut tidak
mempunyai keluhan pencernaan sebelumnya, tetapi mengalami gejala
4
E. Pemeriksaan Penunjang
a. Endoskopi, digunakan untuk mengidentifikasi perubahan inflamasi, ulkus, dan
lesi.
b. Spesimen feses. yaitu untuk mengetahui adanya darah samar
c. Pemeriksaan cairan lambung, digunakan untuk menentukan dalam mendiagnosis
aklorhidria
d. Biopsi, merupakan tes laboratorium khusus yang digunakan untuk
mengetahui bahwa ulkus lambung dapat dihubungkan dengan infeksi bakteri
dengan agen seperti H. Pylori.
F. Penatalaksanaan
a. Diet
Tujuan diet untuk pasien ulkus peptikum adalah untuk menghindari sekresi asam
yang berlebihan dan hipermotilitas saluran gastrointestinal dengan menghindari
makanan yang sifatnya meningkatkan sekresi asam lambung. Pasien dianjurkan
untuk makan apa saja yang disukainya.Selain itu untuk menetralisir asam dengan
makan tiga kali sehari makanan biasa.
b. Berhenti Merokok
Pasien dianjurkan untuk berhenti merokok karena penelitian terbaru menunjukkan
bahwa merokok terus menerus dapat menghambat secara bermakna perbaikan
ulkus
c. Penurunan Stress dan Istirahat
Penurunan stress lingkungan adalah tugas sulit yang memerlukan intervensi fisik
dan mental pada pihak pasien dan bantuan serta kerjasama anggota keluarga.
Stress dapat meningkatkan sekresi asam lambung oleh karena itu intervensi
penurunan stress perlu dilakukan dengan melibatkan anggota keluarganya.
d. Obat- obatan seperti
1. Sucralfate
Cara kerjanya adalah dengan membentuk selaput pelindung melapisi dasar
ulkus untuk mempercepat penyembuhan. Sangat efektif untuk mengobati
ulkus peptikum dan merupakan pilihan ke dua dari antacid. Sucralfat diminum
3-4x/hari dan tidak diserap ke dalam darah, sehingga efek sampingnya sedikit
tetapi bisa menyebabkan sembelit.
2. Antagonis H2

5
Contohnya adalah cimetidine, ranitidine, famotidine, dan nizatidine. Obat ini
mempercepat penyembuhan ulkus dengan mengurangi jumlah asam dan enzim
pencernaan di dalam lambung dan duodenum. Diminum 1x/hari dan beberapa
diantaranya diperoleh tanpa resep dokter.
3. Omeprazole dan Iansoprazole
Merupakan obat yang sangat kuat menghambat pembentukan enzim yang
diperlukan lambung untuk membuat asam. Obat ini dapat secara total
menghambat pelepasan asam dan efeknya berlangsung lama.
4. Antibiotik
Digunakan bila penyebab utama terjadinya ulkus adalah Helicobacter Pylori.
Pengobatan ini bisa mengurangi gejala ulkus, bahkan bila ulkus tidak
memberikan respon terhadap pengobatan sebelumnya atau jika ulkus sering
mengalami kekambuhan.
5. Misoprostol
Digunakan untuk mencegah ulkus gastrikum yang disebabkan oleh obet-obet
anti peradangan non steroid.
G. Penatalaksanaan
1. Pemberian H2 bloker ; Ranitidin dan Cimetidin.
a. Jika ulkus disebabkan oleh H. pylori, dengan dua macam anti-biotik dan
inhibitor po0mpa proton sebagai contoh : Omeprazole 2 mg 2x/hari +
Metronidazole 400 mg 2x/hari + kalritromicin 250 mg 2x/hari, atau Omeprazole
2 mg 2x/hari + metronidazole 400 mg/hari + 1 gr amoksisilin 2x/hari
b. Jika penyebabnya adalah NSAID atau penyebab lain selain H. pylori,
pengiobatan yang dianjurkan adalah omeprazole atau lansoprazole atau
pantoprazole antagonis reseptor H2seperti simetidin, ranitidin dan famotidin.
2. Penatalaksanaan diet dan modifikasi diet.
3. Manajement stress
4. Pembendahan
- Hanya diindikasikan untuk kegagalan terapi medikamentosa dan komplikasi
- Operasi elektif untuk ulkus duodenum : vagotomi seletif tinggi ; saat ini jarang
digunakan : Operasi elektif untuk ulkus gaster : gastrektomi Billroth I
- Ulkus duodenum/gastrikum yang telah perforasi : penutupan sederhana pada
perforasi dan biopsi.

6
- Perdarahan : kontrol endoskopik dengan skleroterapi, menjahit pembuluh darah
yang rusak
- Stenosis pilorik : gastroenterostomi.
H. Komplikasi
Sebagian besar ulkus bisa disembuhkan tanpa disertai komplikasi lanjut. Tetapi
pada beberapa kasus, ulkus peptikum bisa menyebabkan komplikasi yang bisa
berakibat fatal, seperti penetrasi, perforasi, perdarahan dan penyumbatan. (Medicastore
News)
1. Penetrasi
Sebuah ulkus dapat menembus dinding otot dari lambung atau duodenum dan
sampai ke organ lain yang berdekatan, seperti hati atau pankreas. Hal ini akan
menyebabkan nyeri tajam yang hebat dan menetap, yang bisa dirasakan diluar
daerah yang terkena (misalnya di punggung, karena ulkus duodenalis telah
menembus pankreas). Nyeri akan bertambah jika penderita merubah posisinya. Jika
pemberian obat tidak berhasil mengatasi keadaan ini, mungkin perlu dilakukan
pembedahan.
2. Perforasi
Ulkus di permukaan depan duodenum atau (lebih jarang) di lambung bisa
menembus dindingnya dan membentuk lubang terbuka ke rongga perut. Nyeri
dirasakan secara tiba-tiba, sangat hebat dan terus menerus, dan dengan segera
menyebar ke seluruh perut. Penderita juga bisa merasakan nyeri pada salah satu
atau kedua bahu, yang akan bertambah berat jika penderita menghela nafas dalam.
Perubahan posisi akan memperburuk nyeri sehingga penderita seringkali mencoba
untuk berbaring mematung. Bila ditekan, perut terasa nyeri. Demam menunjukkan
adanya infeksi di dalam perut. Jika tidak segera diatasi bisa terjadi syok. Keadaan
ini memerlukan tindakan pembedahan segera dan pemberian antibiotik intravena.
3. Perdarahan
Perdarahan adalah komplikasi yang paling sering terjadi. Gejala dari perdarahan
karena ulkus adalah:
a. muntah darah segar atau gumpalan coklat kemerahan yang berasal dari makanan
yang sebagian telah dicerna, yang menyerupai endapan kopi
b. tinja berwarna kehitaman atau tinja berdarah.
Dengan endoskopi dilakukan kauterisasi ulkus. Bila sumber perdarahan tidak
dapat ditemukan dan perdarahan tidak hebat, diberikan pengobatan dengan
7
antagonis-H2 dan antasid. Penderita juga dipuasakan dan diinfus, agar saluran
pencernaan dapat beristirahat. Bila perdarahan hebat atau menetap, dengan
endoskopi dapat disuntikkan bahan yang bisa menyebabkan pembekuan. Jika
hal ini gagal, diperlukan pembedahan.
4. Penyumbatan.
Pembengkakan atau jaringan yang meradang di sekitar ulkus atau jaringan parut
karena ulkus sebelumnya, bisa mempersempit lubang di ujung lambung atau
mempersempit duodenum. Penderita akan mengalami muntah berulang, dan
seringkali memuntahkan sejumlah besar makanan yang dimakan beberapa jam
sebelumnya.
Gejala lainnya adalah rasa penuh di perut, perut kembung dan berkurangnya
nafsu makan. Lama-lama muntah bisa menyebabkan penurunan berat
badan, dehidrasi dan ketidakseimbangan mineral tubuh. Mengatasi ulkus bisa
mengurangi penyumbatan, tetapi penyumbatan yang berat memerlukan
tindakan endoskopik atu pembedahan
I. Asuhan keperawatan klien dengan ulkus peptikum
a. Pengkajian
- Keadaan Umum
- Tanda –Tanda Vital: Tensi; Suhu; Nadi; Respirasi.
- Riwayat pola makan pasien: pola makan tidak teratur, mengkonsumsi
makanan yang merangsang sekresi asam lambung seperti makanan pedas dan
masam
- Riwayat merokok; bila ya seberapa banyak konsumsi dalam sehari.
- Riwayat penggunaan obat anti inflamasi non steroid yang lama.
- Riwayat minuman; kafein, alkohol berapa banyak dalam sehari.
- Riwayat muntah; warna merah terang atau seperti kopi, jumlah.
- Riwayat psikologis ; stress terhadap pekerjaan, keluarga, penyakit
- Riwayat keluarga terhadap penyakit ulkus peptikum
- Kaji BAB Pasien; bercampur darah, atau tidak, berapa kali.
- Pemeriksaan fisik terfokus pada ulkus peptikum:
Mata: konjungtiva merah muda,
Abdomen : pada palpasi untuk melokalisir nyeri tekan dan didapatkan nyeri
tekan kuadran atas tengah.

8
b. Diagnosa Keperawatan dan intervensi
1. Nyeri akut berhubungan dengan lesi sekunder terhadap peningkatan asam
gastrik, iritasi mukosa dan spasme otot.
Tujuan : Setelah dilakukan perawatan 1x24 jam nyeri pasien dapat berkurang.
Kriteria evaluasi:
Klien dapat menggunakan obat-obatan sesuai resep yang telah dianjurkan
Klien menyatakan penurunan nyeri
Intervensi:
a. Jelaskan hubungan antara sekresi asam hidroklorida dan awitan nyeri
b. Berikan antasida, antikolinergik, sukralfat dan bloker H2 sesuai tujuan
c. Beri dorongan untuk melakukan aktivitas yang meningkatkan istirahat dan
relaksasi
d. Bantu klien untuk mengidentifikasi substansi pengiritasi, misalnya
merokok, kopi
e. Nasihatkan klien untuk makan dengan teratur
f. Dorong klien untuk menghindari merokok dan penggunaan alcohol
g. Dorong klien untuk menurunkan masukan minuman yang mengandung
kafein
h. Peringatkan klien berkenaan dengan penggunaan salisilat
i. Ajarkan klien tentang pentingnya pengobatan berkelanjutan bahkan saat
tidak nyeri sekalipun.
2. Ansietas berhubungan dengan koping penyakit akut, perdarahan,
penatalaksanaan jangka panjang.
Tujuan: Setelah dilakukan 1x24 jam perawatan terjadi penurunan kecemasan
pada klien.
Kriteria evaluasi:
Klien dapat mengekspresikan rasa takut dan masalah
Klien dapat memahami rasional untuk berbagai pengobatan dan pembatasan
Klien dapat mengidentifikasi situasi yang menimbulkan ansietas.
Klien dapat menggunakan strategi penatalaksanaan stress dengan tepat
Intervensi:
a. Kaji apa yang ingin pasien ketahui tentang penyakit dan evaluasi tingkat
ansietas; berikan dorongan untuk mengekspresikanperasaan secara terbuk
b. Jelaskan pemeriksaan diagnostik; berikan obat tepat jadwal
9
c. Pastikan pasien bahwa perawat selalu tersedia untuk membantu masalah
d. Berinteraksi dengan cara yang santai, Bantu dalam mengidentifikasi
stressor, dan jelaskan teknik koping efektif dan metode relaksasi
e. Berikan dorongan keikutsertaan keluarga dalam perawatan dan berikan
dukungan emosional.
f. Jelaskan mekanisme terjadinya perdarahan dan dalam perawatannya
3. Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nyeri
yang berkaitan dengan makan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan 2x24 jam kebutuhan nutrisi
pasien terpenuhi.mendapatkan tingkat nutrisi optimal.
Kriteria evaluasi:
Klien dapat menghindari makanan yang mengiritasi
Klien dapat makan makanan pada interval yang dijadwalkan secara teratur.
Klien dapat terpenuhi atau memilih lingkungan yang tenang untuk makan.
Intervensi
a. Anjurkan makan makanan dan minuman yang tidak mengiritasi, seperti
makanan yang tidak beralkohol, pedas, kecut.
b. Anjurkan makan sesuai jadwal
c. Anjurkan makan pada suasana yang tenang.
c. Implementasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan adalah inisiatif dari rencana tindakan
untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana
tindakan disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien
mencapai tujuan yang diharapkan.
d. Evaluasi
Tahap ini adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang berguna untuk
menilai perkembangan klien setelah dilakukan asuhan keperawatan selama satu
hari. Evaluasi dilaksanakan secara langsung melalui observasi atau catatan
keperawatan yang ada. Karena keterbatasan penulis dalam mengevaluasi asuhan
keperawatan maka dari itu penulis menanyakan kepada keluarga klien dan
perawat ruangan sehingga perkembangan klien dapat diketahui.

10
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian.
Seorang perempuan berusia 54 tahun di rawat di ruang penyakit dalam dengan
keluhan utama mual, muntah, dan rasa tidak enak di perut . hasil pengkajian di
peroleh data mual, muntah, rasa tidak enak di perut, serta BAB berwarna hitam sejak
3 hari yang lalu. Keadaan umum, pasien tampak lemah, tekanan darah 90/60 mmHg,
nadi 100 x/m, pernafasan 20 x/m, suhu 300 C. BB 45 Kg, TB 155 Cm, BB 3 bulan
yang lalu 48 Kg. pasien baru pindah ke kota 3 bulan yang lalu, dia sering membeli
makanan jajan dan nasi pecel di dekat rumahnya. Biasanya pasien makan 3 x sehari,
lauk yang sering di konsumsi ayam, telur,tahu, temped an sayuran. Hasil laboratorium
; Hb 9,6 g/dl, Ht 25%, leukosit 10,6 ribu/Ul.

Analisa data :
No Symtomp Etiologi Problem
1 DS : ketidakmampuan Ketidakseimbangan
 klien mengeluh mual, mencerna makanan nutrisi kurang dari
muntah. kebutuhan tubuh
 klien mengatakan rasa
tidak enak dibagian
perut
BB 3 bulan yang lalu
48 kg saat sakit
menjadi 45 kg dengan
TB 155 Cm, klien
kelihatan muntah-
muntah setelah makan
makanan, membrane
mukosa pucat.
2 Mual dan muntah Resiko kekurangan
volume cairan

11
3 d pasien mengeluh lemah ketidakseimbangan Intoleransi aktifitas
dan letih, pasien terlihat antara suplai dan
lemah, TD 90/60 mmHg, kebutuhan oksigen
Hb 9,6 g/dl, leukosit 10,6
ribu /uL, Ht 25 %.
4 Gangguan Resiko perdarahan
gastrointestinal (ulkus
lambung)

B. Diagnosa Keperawatan.
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan
mencerna makanan d.d klien mengeluh mual, muntah, klien mengatakan rasa
tidak enak dibagian perut, BB 3 bulan yang lalu 48 kg saat sakit menjadi 45 kg
dengan TB 155 Cm, klien kelihatan muntah-muntah setelah makan makanan,
membrane mukosa pucat.
2. Resiko kekurangan volume cairan b.d mual, muntah.
3. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen d.d pasien mengeluh lemah dan letih, pasien terlihat lemah, TD 90/60
mmHg, Hb 9,6 g/dl, leukosit 10,6 ribu /uL, Ht 25 %.
4. Resiko perdarahan b.d gangguan gastrointestinal (ulkus lambung).

12
Dx Tanggal/jam Tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasional
Ketidakseimbangan 1 November Setelah dilakukan  Berat badan  Tentukan kemampuan
pasien untuk memenuhi
nutrisi kurang dari 2016. asuhan keperawatan normal / Ideal.
kebutuhan nutrisi .
kebutuhan tubuh b.d Pukul 08.00 selama 3 x 24 jam,  Nutrisi terpenuhi.  Pantau kandungan nutrisi
ketidakmampuan WIB diharapkan kebutuhan dan kalori pada catatan
asupan.
mencerna makanan nutrisi terpenuhi.  Timbang pasien pada
interval yang tepat.
 Kaji dan dokumentasi
derajat kesulitan
mengunyah dan menelan.
 Siapkan kateter penghisap
disamping tempat tidur dan
alat pengisap selama
makan, bila diperlukan.
 Ubah posisi psien
semifowler atau fowler.
 Letakkan makanan pada
mulut yang tidak
bermasalah untuk
memudahkan menelan.
 Identifikasi factor pencetus
mual muntah.
 Catat warna, jumlah dan
frakuensi.
 Instruksikan pasien agar
menarik napas dalam
perlahan dan menelan
secara sadar untuk
mengurangi mual dan

13
muntah

Resiko kekurangan 1 November Setelah dilakukan  Tidak mual dan


volume cairan b.d 2016. asuhan keperawatan 1 muntah lagi.
mual dan muntah. Pukul 08.00 x 24 jam, diharapkan  Tidak terjadi
WIB resiko atau masalah resiko kekurangan
tidak terjadi. volume cairan
Intoleransi aktifitas
b.d
ketidakseimbangan
antara suplai dan
kebutuhan oksigen
Resiko perdarahan
b.d gangguan
gastrointestinal (ulkus
lambung).

14
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit ulkus peptikum meliputi erosi pada dinding mukosa lambung, pylorus,
duodenum, atau esophagus. Area yang terkikis mempunyai batas dan hanya terjadi pada
area saluran gastrointestinal yang terpajan pada asam hidroklorida dan pepsin. Ulkus
duodenum biasanya disesbabkan oleh hipersekresi asam lambung dan kerusakan barier
mukosa lambung.
Asuhan keperawatan ulkus peptikum meliputi pengkajian, diagnosa perawatan,
intervensi, implementasi dan evaluasi yang pada intinya mengurangi nyeri pasien
sehingga masalah nutrisi, ansietas, kurang pengetahuan pada pasien dapat diatasi
perawat dengan optimal.
Untuk mengatasi terulangnya kembali ulkus peptikum pada pasien, perlu
mendapatkan informasi tentang proses penyakit, perawatan di rumah, dan pencegahan
ulkus peptikum.
B. Saran
Kepada mahasiswa (khususnya mahasiswa perawat) atau pembaca disarankan
agar dapat mengambil pelajaran dari makalah ini sehingga apabila terdapat tanda dan
gejala penyakit diabetes mellitus dapat melakukan tindakan yang tepat agar penyakit
tersebut tidak berlanjut ke arah yang lebih buruk.

15
DAFTAR PUSTAKA

(Brunner dan Suddarth, 2000)


(Price, Sylvia Anderson, 1995)

16

You might also like