You are on page 1of 53

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

ASI eksklusif adalah pemberian air susu ibu yang dilakukan pada 6 bulan

pertama setelah kelahiran tanpa diberikan makanan pendamping tambahan

lainnya. ASI merupakan makanan terbaik bayi untuk 6 bulan pertama sejak

dilahirkan karena dapat mencukupi seluruh kebutuhan gizi bayi. Zat-zat gizi

ASI berfungsi untuk membangun dan menyediakan energi dalam jumlah yang

diperlukan bayi serta menghasilkan pertumbuhan fisik yang optimum. Selain

itu, ASI dapat juga menjamin status gizi bayi baik karena memiliki faktor

protektif dan nutrient yang sesuai, serta dapat menurunkan angka kesakitan

dan kematian pada anak. Hal ini dibuktikan dari beberapa penelitian

epidemiologis yang mengatakan bahwa ASI dapat melindungi bayi dan anak

dari penyakit infeksi, misalnya diare, ottitis media akut, dan infeksi saluran

pernapasan bagian bawah.1

United Nation Childrens Fund (UNICEF) dan World Health Organization

(WHO) merekomendasikan sebaiknya anak diberikan air susu ibu selama

paling sedikit enam bulan yang bertujuan untuk mengurungi angka kesakitan

dan kematian pada anak. Sesudah anak berusia enam bulan makanan padat

dapat diberikan dan pemberian ASI dapat dilanjutkan sampai anak berusia 2

1
tahun. Berdasarkan rekomendasi tersebut, pemerintahan Indonesia pada tahun

2003 mengubah rekomendasi lamanya pemberian ASI eksklusif 4 bulan

menjadi 6 bulan.2

ASI eksklusif menurut World Health Organization adalah memberikan hanya

ASI saja tanpa memberikan makanan dan minuman lain kepada bayi sejak

lahir sampai berumur 6 bulan, kecuali obat dan vitamin. Namun bukan berarti

setelah pemberian ASI eksklusif pemberian ASI eksklusif pemberian ASI

dihentikan, akan tetapi tetap diberikan kepada bayi sampai bayi berusia 2

tahun. ASI merupakan makanan pertama, utama, dan terbaik bagi bayi,

bersifat ilmiah. ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI selama 6 bulan

tanpa tambahan makanan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh,

dan air putih, serta tanpa tambahan makanan padat , seperti pisang, bubur susu,

biscuit, bubur nasi, dan nasi tim, kecuali vitamin, mineral, dan obat.3

Makanan terbaik untuk seorang bayi adalah Air susu ibu (ASI) secara

eksklusif yang dimulai saat kelahiran sampai 6 bulan tanpa memberikan

makanan tambahan. Program ASI eksklusif dicanangkan pemerintah sejak

tahun 1980. Namun demikian pada tahun 1990 program ini pertama kali

disosialisasikan secara luas di Indonesia. Program berlanjut dengan

dikeluarkannya Keputusan Menteri Kesehatan RI No.450/MENKES/IV/2004

tentang pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif pada bayi Indonesia. 4

Pentingnya pemberian ASI Eksklusif terlihat dari peran dunia yaitu pada tahun

2006 WHO (World Health Organization) mengeluarkan Standar Pertumbuhan

Anak yang kemudian diterapkan di seluruh dunia yang isinya adalah

2
menekankan pentingnya pemberian ASI saja kepada bayi sejak lahir sampai

usia 6 bulan. Setelah itu, barulah bayi mulai diberikan makanan pendamping

ASI sambil tetap disusui hingga usianya mencapai 2 tahun. Sejalan dengan

peraturan yang di tetapkan oleh WHO, Di Indonesia juga menerapkan

peraturan terkait pentingnya ASI Eksklusif yaitu dengan mengeluarkan

Peraturan Pemerintah (PP) nomor 33/2012 tentang pemberian ASI Eksklusif.

Peraturan ini menyatakan kewajiban ibu untuk menyusui bayinya sejak lahir

sampai bayi berusia 6 bulan.5

Berdasarkan data yang diperoleh dari cakupan pemberian air susu ibu

eksklusif bagi bayi usia 0-6 bulan pada 2013 di Indonesia sebesar 61,5%, pada

tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 12,9% menjadi 48,6% dan pada

tahun 2013 mengalami peningkatan sebesar 5,7% menjadi 54,3% pada tahun

2014 relatif turun menjadi 52,4% sedangkan target progam pada tahun 2014

sebesar 80%.Target pencapaian ASI eksklusif di Indonesia adalah 80%,

namun dalam pelaksanaannya baru tercapai sebesar53%.4

Masalah mengenai penacapaian ASI eksklusif juga terjadi pada Puskesmas

wilayah kerja Kota Karang. Pada tahun 2016, cakupan pemberian ASI

eksklusif pada wilayah kerja Puskesmas Kota Karangdidapatkan pada angka

yang kurang dari target yang ditentukan sebesar 90 %. Dari uaraian diatas

maka penulis tertarik untuk melakukan evaluasi program ASI eksklusif di

Puskesmas Kota Karangtahun 2016.6

3
B. Rumusan Masalah

Mengapa pencapaian pelaksanaan Program ASI eksklusif di Puskesmas Kota

Karang pada tahun 2016 masih belum mencapai target ?

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mengetahui program ASI eksklusif di Puskesmas Kota

Karangsecara menyeluruh, sehingga dapat meningkatkan mutu dan

derajat kesehatan yang optimal.

2. Tujuan khusus

1. Mengidentifikasi masalah dari program ASI eksklusif di

Puskesmas Kota Karang Tahun 2016.

2. Mengetahui kemungkinan penyebab masalah dari program ASI

eksklusif di Puskesmas Kota Karang Tahun 2016

3. Merumuskan altematif pemecahan masalah dari program ASI

eksklusif di Puskesmas Kota Karang Tahun 2016

D. Manfaat Penulisan

Bagi penulis dapat memperdalam ilmu kedokteran komunitas mengenai

evaluasi program ASI eksklusif.

Bagi Puskesmas yang Dievaluasi

a. Mengetahui masalah dan penyebab masalah dalam Program ASI eksklusif.

b. Memperoleh alternatif pemecahan masalah sehingga dapat meningkatkan

angka pencapaian program dalam rangka peningkatan derajat kesehatan

yang optimal.

4
Bagi Masyarakat dapatmemperoleh pelayanan kesehatan yang lebih optimal

dan peningkatan status gizi dan kesehatan ibu dan anak khususnya bayi di

wilayah kerja Puskesmas Kota Karang

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ASI Eksklusif

Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa

dan garam-garam anorganik yang di sekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang

berguna sebagai makanan bagi bayinya.7 ASI eksklusif adalah pemberian ASI

tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi berumur nol sampai

enam bulan. Bahkan air putih tidak diberikan dalam tahap pemberian ASI

eksklusif ini.4

Pemberian ASI eksklusif selama enam bulan pertama hidup bayi tanpa

pemberian makanan tambahan lainnya adalah yang terbaik. Dengan demikian,

ketentuan sebelumnya (bahwa ASI eksklusif itu cukup empat bulan) sudah

tidak berlaku lagi .7

Untuk mendukung program pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan

pertama yang harus dilakukan petugas gizi Puskesmas adalah :

1. Menanamkan pemahaman kepada ibu menyusui tentang pentingnya ASI

secara fisiologis terhadap usus bayi.

2. Mengajarkan dan mempraktekkan cara menyusui yang benar .

3. Mengajarkan dan mempraktekkan perlunya menjaga gizi seimbang pada

ibu menyusui untuk menjaga kualitas zat gizi dan volume ASI.

4. Menyelesaikan masalah gizi yang diderita ibu menyusui.8

6
B. Manfaat ASI dan Menyusui

ASI bermanfaat baik bagi bayi maupun ibunya. Pada bayi, asi akan membentuk

suatu kekebalan alamiah dan melindungi bayi dari kerentanan terhadap infeksi

gastrointestinal. Manfaat menyusui ASI terhadap ibu salah satunya dapat

meningkatkan hubungan emosional antara bayi dan ibu.

Manfaat pemberian ASI meningkat seiring dengan lama pemberian eksklusif

hingga enam bulan. Setelah itu, dengan tambahan makanan pendamping ASI

pada usia enam bulan, manfaat pemberian ASI lebih meningkat seiring dengan

meningkatnya lama pemberian ASI sampai dua tahun. Manfaat pemberian ASI

adalah sebagai berikut:

1. Manfaat ASI untuk bayi

ASI merupakan makanan alamiah yang baik untuk bayi, praktis, ekonomis,

mudah dicerna untuk memiliki komposisi, zat gizi yang ideal sesuai dengan

kebutuhan dan kemampuan pencernaan bayi, dapat juga melindungi infeksi

gastrointestinal. ASI tidak mengandung beta-lactoglobulin yang dapat

menyebabkan alergi pada bayi. ASI juga mengandung zat pelindung

(antibodi) yang dapat melindungi bayi selama 5-6 bulan pertama, seperti:

Immunoglobin Lysozyme, Complemen C3dan C4, Antistapiloccocus,

lactobacillus, Bifidus, Lactoferrin. ASI dapat meningkatkan kesehatan dan

kecerdasan bayi serta meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan anak

(bonding) .9

2. Manfaat ASI untuk ibu

Dapat menimbulkan suatu rasa kebanggaan dari ibu, bahwa ia dapat

memberikan “kehidupan” kepada bayinya dan hubungan yang lebih erat

karena secara alamiah terjadi kontak kulit yang erat, sehingga

7
meningkatkan bagi perkembangan psikis dan emosional antara ibu dan anak.

Dengan menyusui, rahim ibu akan berkontraksi yang dapat menyebabkan

pengembalian rahim keukuran sebelum hamil serta mempercepat

berhentinya pendarahan post partum. Dengan menyusui kesuburan ibu akan

menjadi berkurang untuk beberpa bulan dan dapat menjarangkan kehamilan.

ASI juga dapat mengurangi kemungkinan kanker payudara pada masa yang

akan datang .9

Pola menyusui dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu menyusui eksklusif,

menyusui predominan, dan menyusui parsial sesuai definisi WHO.7

1. Menyusui eksklusif adalah tidak memberi bayi makanan atau minuman

lain, termasuk air putih, selain menyusui (kecuali obat-obatan dan vitamin

atau mineral tetes; ASI perah juga diperbolehkan).

2. Menyusui predominan adalah menyusui bayi tetapi pernah memberikan

sedikit air atau minuman berbasis air, misalnya teh,

sebagaimakanan/minuman prelakteal sebelum ASI keluar.

3. Menyusui parsial adalah menyusui bayi serta diberikan makanan buatan

selain ASI, baik susu formula, bubur atau makanan lainnya sebelum bayi

berumur enam bulan, baik diberikan secara kontinyu maupun diberikan

sebagaimakanan prelakteal.

C. Komposisi ASI

Komposisi yang terkandung di dalam ASI meliputi asam amino dan kandungan

protein yang optimal untuk bayi normal. Asam lemak esensial dalam jumlah

yang berlimpah tetapi tidak berlebihan, kandungan natrium yang relatif rendah

tetapi adekuat, beban solut yang rendah dibandingkan dengan susu sapi, dan

absorbs yang sangat baik untuk zat besi, kalsium dan seng, yang menyediakan

8
jumlah yang adekuat dari zat-zat nutrisi ini untuk bayi yang disusui ASI secara

penuh selama 4-6 bulan .10

ASI tidak saja mengandung makronutrien, vitamin, dan mineral tatapi juga

faktor pertumbuhan, hormon, dan faktor protektif. Paling sedikit terdapat 100

komponen pada ASI, termasuk zat yang belum teridentifikasi dan belum jelas

perannya. Adapun komposisi ASI antara lain mengandung protein, lemak,

karbohidrat, garam mineral, air, Vitamin seperti pada kolostrum. Kandungan

laktosa, sistein, kolestrol, dan tromboplastin yang terkandung dalam ASI

merupakan komponen yang diperlukan untuk sintesis jaringan system syaraf

pusat. Maka dari itu, susu formula tidak akan secara sempurna menyerupai ASI.

Kandungan kolostrum dalam ASI mengandung zat kekebalan, vitamin A yang

tinggi, lebih kental dan berwarna kekuning-kuningan. Oleh karena itu,

kolostrum harus diberikan kepada bayi. Sekalipun produksi ASI pada hari-hari

pertama baru sedikit, namun mencukupi kebutuhan bayi. Pemberian air gula,

air tajin dan masakan pralaktal (sebelum ASI lancar diproduksi) lain harus

dihindari.8

Kolostrum merupakan sekresi payudara yang bersifat alkali, yang mungkin

mulai dihasilkan selama bulan-bulan terakhir kehamilan dan pada 2- 4 hari

pertama setelah melahirkan. Mempunyai berat jenis yang lebih besar (1,040 -

1,060), kandungan protein yang lebih tinggi, vitamin larut lemak, mineral,

kandungan karbohidrat, dan lemak yang lebih rendah daripada ASI biasa.

Kolostrum mengandung IgA sekretori, leukosit, dan zat-zat imun lainnya yang

berperan dalam mekanisme pertahanan neonatus.10

9
D. Produksi ASI

Proses terjadinya pengeluaran ASI dimulai atau dirangsang oleh isapan mulut

bayi pada putting susu ibu. Gerakan tersebut merangsang kelenjar hipofisis

anterior untuk memproduksi sejumlah prolaktin, hormon utama yang

mengandalkan pengeluaran Air Susu. Proses pengeluaran air susu juga

tergantung pada Refleks Let Down atau refleks ejeksi susu , dimana hisapan

putting dapat merangsang kelenjar hipofisis posterior untuk menghasilkan

hormon oksitosin. Di bawah pengaruh oksitosin, sel-sel di sekitar alveoli

berkontraksi, mengeluarkan susu melalui system duktus kedalam mulut bayi.

Laktasi dapat dianggap terdiri atas dua fase, laktogenesis, inisiasi laktasi, dan

galaktopoiesis, pemeliharaan sekresi air susu. Inisiasi laktasi berkaitan dengan

penurunan estrogen, progesteron, dari sirkulasi ibu saat persalinan. Dua hormon

terpenting yang berperan dalam laktasi adalah prolaktin yang merangsang

produksi air susu, dan oksitosin yang berperan dalam penyemprotan (ejeksi)

susu .10

Menurut berdasarkan waktu diproduksi ASI dapat dibagi menjadi 3 yaitu:

1. Colostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar

mamae yang mengandung tissue debris dan redual material yang terdapat

dalam alveoli dan ductus dari kelenjar mamae sebelum dan segera sesudah

melahirkan anak. Disekresi oleh kelenjar mamae dari hari pertama sampai

hari ketiga atau keempat, dari masa laktasi. Komposisi colostrum dari hari

ke hari dapat berubah, dan merupakan cairan kental yang ideal yang

berwarna kekuning-kuningan, lebih kuning dibandingkan ASI mature. ASI

juga merupakan suatu laxanif yang ideal untuk membersihkan meconeum

usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan bayi

10
untuk menerima makanan selanjutnya. Dengan ASI Mature dimana protein

yang utama adalah casein pada colostrum protein yang utama adalah

globulin, Lebih banyak mengandung protein dibandingkan ASI mature,

tetapi berlainan sehingga dapat memberikan daya perlindungan tubuh

terhadap infeksi. Lebih banyak mengandung antibodi dibandingkan ASI

Mature yang dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai 6 bulan

pertama. Lebih rendah kadar karbohidrat dan lemaknya dibandingkan

dengan ASI Mature. Total energi lebih rendah dibandingkan ASI Mature

yaitu 58 kalori/100 ml colostrum. Vitamin larut lemak lebih tinggi.

Sedangkan vitamin larut dalam air dapat lebih tinggi atau lebih rendah.

Bila dipanaskan menggumpal, ASI Mature tidak. PH lebih alkalis

dibandingkan ASI Mature. Lemaknya lebih banyak mengandung

Cholestrol dan lecitin di bandingkan ASI Mature. Terdapat trypsin

inhibitor, sehingga hidrolisa protein di dalam usus bayi menjadi krang

sempurna, yangakan menambah kadar antobodi pada bayi. Volumenya

berkisar 150-300 ml/24 jam.

2. Air Susu Masa Peralihan (Masa Transisi) Merupakan ASI peralihan dari

colostrum menjadi ASI Mature. Disekresi dari hari ke 4 – hari ke 10 dari

masa laktasi, tetapi ada pula yang berpendapat bahwa ASI Mature baru

akan terjadi pada minggu ke 3 – ke 5. Kadar protein semakin rendah,

sedangkan kadar lemak dan karbohidrat semakin tinggi serta volume

semakin meningkat.

3. Air Susu mature merupakan ASI yang disekresi pada hari ke 10 dan

seterusnya, yang dikatakan komposisinya relatif konstan, tetapi ada juga

yang mengatakan bahwa minggu ke 3 sampai ke 5 ASI komposisinya baru

11
konstan. ASI matur ini juga merupakan makanan yang dianggap aman bagi

bayi, bahkan ada yang mengatakan pada ibu yang sehat ASI merupakan

makanan satu-satunya yang diberikan selama 6 bulan pertama bagi bayi.

Air susu matur merupakan cairan putih kekuning-kuningan, karena

mengandung casienat, riboflavin dan karotin.Tidak menggumpal bila

dipanaskan. Terdapat anti microbaterial factor, yaitu: Antibodi terhadap

bakteri dan virus, Enzim (lysozime, lactoperoxidese), Protein (lactoferrin,

B12Ginding Protein), Faktor resisten terhadap staphylococcus,

Complecement ( C3dan C4).

E Pemberian ASI

Agar pemberian ASI eksklusif dapat berhasil, selain tidak memberikan

makanan lain perlu pula diperhatikan cara menyusui yang baik dan benar

yaitu tidak dijadwal, ASI diberikan sesering mungkin termasuk menyusui

pada malam hari. Ibu menggunakan payudara kiri dan kanan secara

bergantian tiap kali menyusui. Disamping itu, posisi ibu bisa duduk atau

tiduran dengan suasana tenang dan santai. Bayi dipeluk dengan posisi

menghadap ibu. Isapan mulut bayi pada puting susu harus baik yaitu sebagian

besar areola (bagian hitam sekitar puting) masuk kemulut bayi. Apabila

payudara terasa penuh dan bayi belum mengisap secara efektif, sebaiknya

ASI dikeluarkan dengan menggunakan tangan yang bersih.

Keadaan gizi ibu yang baik selama hamil dan menyusui serta persiapan

psikologi selama kehamilan akan menunjang keberhasilan menyusui. Seorang

ibu yang menyusui harus menjaga ketenangan pikiran, menghindari kelelahan,

12
membuang rasa khawatir yang berlebihan dan percaya diri bahwa ASI-nya

mencukupi untuk kebutuhan bayi .8

Posisi dan Teknik Menyusui.3

a. Posisi Badan Ibu dan Badan Bayi

1) Ibu duduk atau berbaring dengan santai

2) Pegang bayi pada belakang bahunya, tidak pada dasar kepala

3) Rapatkan dada bayi dengan dada ibu atau bagian bawah payudara

4) Tempelkan dagu bayi pada payudara ibu

5) Dengan posisi seperti ini telinga bayi akan berada dalam satu garis

dengan leher dan lengan bayi

6) Jauhkan hidung bayi dari payudara ibu dengan cara menekan

pantat bayi dengan lengan ibu.

b. Posisi Mulut Bayi dan Putting Susu Ibu

1) Payudara dipegang dengan ibu jari diatas jari yang lain menopang

dibawah (bentuk C) atau dengan menjepit payudara dengan jari

telunjuk dan jari tengah (bentuk gunting), dibelakang areola

(kalang payudara)

2) Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting reflek)

dengan cara menyentuh puting susu, menyentuh sisi mulut puting

susu.

3) Tunggu samapi bayi bereaksi dengan membuka mulutnya lebar

dan lidah ke bawah

4) Dengan cepat dekatkan bayi ke payudara ibu dengan cara menekan

bahu belakang bayi bukan bagian belakang kepala

13
5) Posisikan puting susu diatas bibir atas bayi dan berhadapan-

hadapan dengan hidung bayi

6) Kemudian masukkan puting susu ibu menelusuri langit- langit

mulut bayi

7) Usahakan sebagian aerola (kalang payudara) masuk ke mulut bayi,

sehingga puting susu berada diantara pertemuan langit- langit yang

keras (palatum durum) dan langit- langit lunak (palatum molle)

8) Lidah bayi akan menekan dinding bawah payudara dengan

gerakan memerah sehingga ASI akan keluar dari sinus lactiferous

yang terletak dibawah kalang payudara

9) Setelah bayi menyusu atau menghisap payudara dengan baik,

payudara tidak perlu dipegang atau disangga lagi

10) Beberapa ibu sering meletakkan jarinya pada payudara dengan

hidung bayi dengan maksud untuk memudahkan bayi bernafas.

Hal itu tidak perlu karena hidung bayi telah dijauhkan dari

payudara dengan cara menekan pantat bayi dengan lengan ibu

11) Dianjurkan tangan ibu yang bebas dipergunakan untuk mengelus-

elus bayi

12) Cara Menyendawakan Bayi

 Letakkan bayi tegak lurus bersandar pada bahu ibu dan

perlahan-lahan diusap punggung belakang sampai bersendawa

 Kalau bayi tertidur, baringkan miring ke kanan atau

tengkurap. Udara akan keluar dengan sendirinya

14
BAB III

METODE EVALUASI

A. Tolak Ukur Penilaian

Evaluasi dilakukan pada Program Perbaikan Gizi Masyarakat khususnya

cakupan ASI eksklusif di Puskesmas Kota Karang.Adapun sumber rujukan

tolak ukur penilaian yang digunakan adalah Rencana Kerja Pembinaan Gizi

Masyarakat Kementerian Kesehatan RITahun 2014 dengan target 80%

untuk program ASI eksklusif.

B. Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan berupa :

1. Sumber data primer

a. Pengamatan di Puskesmas Kota Karang

b. Wawancara dengan koordinator pelaksana Program ASI eksklusif di

Puskesmas Kota Karang

2. Sumber data sekunder

Laporan per 6 bulan (Juni dan Desember) dan tahunan Program ASI

Eksklusif di Puskesmas Kota Karang pada periode 2016.

15
C. Cara Analisis

Evaluasi Program Perbaikan Gizi Masyarakat khususnya cakupan ASI eklusif

di Puskesmas Kota Karang dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Menetapkan tolak ukur dari unsur keluaran

Langkah awal untuk dapat menentukan adanya masalah dari pencapaian

hasil output adalah dengan menetapkan tolak ukur atau standar yang ingin

dicapai. Nilai standar atau tolak ukur ini dapat diperoleh dari Rencana

KerjaPembinaan Gizi Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI, Tahun

2014 adalah 40%

2. Membandingkan pencapaian keluaran program dengan tolak ukur keluaran.

Bila terdapat kesenjangan, ditetapkan sebagai masalah.Setelah diketahui

tolak ukur, selanjutnya adalah membandingkan hasil pencapaian keluaran

Puskesmas (output) dengan tolak ukur tersebut. Bila pencapaian keluaran

Puskesmas tidak sesuai dengan tolak ukur, maka ditetapkan sebagai

masalah.

3. Menetapkan prioritas masalah masalah-masalah pada komponen output

tidak semuanya dapat diatasi secara bersamaan mengingat keterbatasan

kemampuan Puskesmas. Oleh sebab itu, ditetapkan prioritas masalah yang

akan dicari solusi untuk memecahkannya.

4. Membuat kerangka konsep dari masalah yang diprioritaskan.

Untuk menentukan penyebab masalah yang telah diprioritaskan tersebut,

maka dibuatlah kerangka konsep masalah. Hal ini bertujuan untuk

menentukan faktor-faktor penyebab masalah yang telah diprioritaskan tadi

yang berasal dari komponen sistem yang lainnya, yaitu komponen input,

16
proses, lingkungan dan umpan balik. Dengan menggunakan kerangka

konsep diharapkan semua faktor penyebab masalah dapat diketahui dan

diidentifikasi sehingga tidak ada yang tertinggal.

5. Identifikasi penyebab masalah

Berbagai penyebab masalah yang terdapat pada kerangka konsep

selanjutnya akan diidentifikasi. Identifikasi penyebab masalah dilakukan

dengan membandingkan antara tolak ukur atau standar komponen-

komponen input, proses, lingkungan dan umpan balik dengan pencapaian

di lapangan. Bila terdapat kesenjangan, maka ditetapkan sebagai penyebab

masalah yang diprioritaskan tadi. Analisis penyebab masalah dilakukan

dengan menggunakan diagram fishbone. Diagram fishbone merupakan

suatu alat visual untuk mengidentifikasi, mengeksplorasi, dan secara grafik

menggambarkan secara detail semua penyebab yang berhubungan dengan

suatu permasalahan. Konsep dasar dari diagram fishbone adalah

permasalahan mendasar diletakkan pada bagian kanan dari diagram atau

pada bagian kepala dari kerangka tulang ikannya. Penyebab permasalahan

digambarkan pada sirip dan durinya. Kategori penyebab permasalahan

yang sering digunakan meliputi minute (waktu), materials (bahan baku),

machines and equipmen, manpower (sumberdaya manusia), methods

(metode), Mother Nature/ environment (lingkungan), dan measurement

(pengukuran). Ketujuh penyebab munculnya masalah ini sering disingkat

dengan 7M. Dalam analisis penyebab masalah pada tulisan ini digunakan

kategori 5 M (Man, Money, Material, Method, Machine). Setelah

didapatkan faktor-faktor penyebab masalah selanjutnya ditentukan

17
prioritas faktor penyebab masalah dengan menggunakan teknik kriteria

matriks. Untuk menyusun prioritas masalah ada beberapa indikator yang

sering dipergunakan yaitu :

a. Severity (S) yaitu berat tingginya masalah yang dihadapi, serta

seberapa jauh akibat yang ditimbulkan oleh masalah tersebut.

b. Prevalence (P), jumlah suatu masyarakat yang terkena masalah,

semakin besar maka semakin harus diprioritaskan.

c. Rate of increase (RI) yaitu jumlah kenaikan angka penyakit dalam

periode waktu tertentu.

d. Degree of unmeet need (DU) yaitu adanya keinginan/dorongan besar

dari masyarakat agar masalah tersebut dapat segera diselesaikan.

e. Social Benefit (SB), sejauh mana keuntungan sosial yang diperoleh

dari penyelesaian masalah tersebut.

f. Public concern (PB), menyangkut besarnya keprihatinan masyarakat

terhadap suatu masalah.

g. Political climate (PC), besarnya dukungan politik dari pemerintah

sangat menentukan besarnya keberhasilan penyelesaian masalah.

h. Technical feasibility (T), ketersediaan teknologi dalam mengatasi suatu

masalah.

i. Resource availability (R), menyangkut ketersediaan sumber daya yang

dapat dipergunakan untuk menyelesaikan suatu masalah.

6. Identifikasi Alternatif cara pemecahan masalah

Setelah diketahui semua penyebab masalah, dicari dan dibuat beberapa

alternative pemecahan masalah. Alternatif-alternatif pemecahan masalah

18
tersebut dibuat untuk mengatasi penyebab-penyebab masalah yang telah

ditentukan. Alternatif pemecahan masalah ini dibuat dengan memperhatikan

kemampuan serta situasi dan kondisi Puskesmas.

7. Menentukan prioritas cara pemecahan masalah

Dari berbagai alternative cara pemecahan masalah yang telahdibuat, maka

akan dipilih satu cara pemecahan masalah (untuk masing-masing penyebab

masalah) yang dianggap paling baik dan memungkinkan.

Pertama ditetapkan nilai efektifitas untuk setiap alternatif jalan keluar, yakni

dengan memberikan angka 1 (paling tidak efektif) sampai angka 3(paling

efektif). Prioritas jalan keluar adalah yang nilai efektifitasnya paling tinggi.

Untuk menilai efektifitas jalan keluar, diperlukan criteria tambahan sebagai

berikut:

1. Besarnya masalah yang dapat di selesaikan (Magnitude). Makin

besarmasalah yang dapatdiatasi, makin tinggi prioritas jalan keluar

tersebut.

2. Pentingnya jalan keluar (Importancy). Pentingnya jalan keluar dikaitkan

dengan kelangsungan masalah. Makin baik dan sejalan selesainya

masalah, makin penting jalan keluar tersebut.

3. Sensitifitas jalan keluar (Vulnerrability). Sensitifitas dikaitkan dengan

kecepatan jalan keluar dalam mengatasi masalah, makin cepat masalah

teratasi, makin sensitif jalan keluar tersebut.

Selanjutnya ditetapkan nilai efisiensi (efficiency) untuk setiap alternative

jalan keluar. Nilai efisiensi biasanya dikaitkan dengan biaya (cost ) yang

diperlukan untuk melaksanakan jalan keluar. Makin besarbiaya yang

19
diperlukan makin tidak efisien jalan keluar tersebut. Beri angka 1 (biaya

palingsedikit) sampai angka 5 (biaya paling besar). Nilai prioritas (P)

dihitung untuk setiap alternative jalan keluar. Dengan membatasi hasil

perkalian nilai MxIxV dengan C. jalan keluar dengan nilai P tertinggi,

adalah prioritas jalan keluar terpilih.

20
BAB IV

GAMBARAN WILAYAH KERJA PUSKESMASKOTA KARANG

4.1 Data Geografis Wilayah Kerja Puskesmas Kota Karang

Puskesmas Rawat Inap Kota Karang berada di Kelurahan Kota Karang Raya

Kecamatan Teluk Betung Timur. Berikut adalah gambaran pemetaan wilayah

Kecamatan Teluk Betung Timur.

Gambar 1. Peta wilayah administrasi Kecamatan Teluk Betung Timur

Adapun batas-batas dari wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Kota

Karangterdiri dari sebagai berikut:

Sebelah Utara : Teluk Betung Utara

Sebelah Selatan : Teluk Betung Selatan

Sebelah Barat : Teluk Betung Barat

Sebelah Timur : Teluk Lampung

21
Pada awalnya, Puskesmas Rawat Inap Kota Karang adalah Puskesmas Kota

Karang yang dibangun sejak tahun 1985 yang wilayah kerjanya terdiri dari

seluruh kelurahan yang di bawahi oleh Kecamatan Teluk Betung Barat yang

pada waktu itu terdiri dari 8 kelurahan, yaitu:

1. Kelurahan Kota Karang : 3 Lingkungan, 28 RT, 10 RW

2. Kelurahan Kuripan : 3 Lingkungan, 13 RT, 5 RW

3. Kelurahan Sukarame II : 3 Lingkungan, 19 RT, 6 RW

4. Kelurahan Negeri Olok Gading : 3 Lingkungan, 10 RT, 2 RW

5. Kelurahan Keteguhan : 3 Lingkungan, 20 RT, 7 RW

6. Kelurahan Sukamaju : 3 Lingkungan, 13 RT, 8 RW

7. Kelurahan Perwata : 3 Lingkungan, 12 RT, 3 RW

8. Kelurahan Bakung : 3 Lingkungan, 16 RT, 5 RW

Pada tahun 2001 Puskesmas Kota Karang membawahi 6 unit Puskesmas

Pembantu. Namun setelah tanggal l2 Februari tahun 2005 Puskesmas Kota

Karang ditingkatkan statusnya menjadi Puskesmas Rawat Inap. Pada tahun

2008 Pustu Sukamaju diubah menjadi Puskesmas Rawat Inap, sehingga

Kecamatan Teluk Betung Barat memiliki 2 Puskesmas Rawat Inap yaitu :

Puskesmas Rawat Inap Kota Karang dan Puskesmas Rawat Inap Sukamaju.

Wilayah kerja puskesmas di Teluk Betung Barat akhirnya dibagi menjadi dua

wilayah, namun dengan adanya pemecahan wilayah kelurahan., maka tanggal

17 September 2012 kembali mengalami perubahan wilayah kerja menjadi 3

kelurahan, yaitu:

22
1. Kelurahan Kota Karang : 3 Lingkungan, 36 RT

2. Kelurahan Kota Karang Raya : saat ini masih belum ada pembagian

wilayah yang jelas, karena masih

bersatu dengan Kel. Kota Karang

3. Kelurahan Perwata : 3 Lingkungan, 13 RT

Secara geografi wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Kota Karang merupakan

daerah pesisir dan tergolong wilayah padat penduduk.

4.2 Data Demografis Wilayah Kerja Puskesmas Kota Karang

Adapun keadaan jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap

Kota Karang pada tahun 2016 adalah seperti ditunjukkan pada Tabel 1,

dengan proporsi usia produktif penduduk di wilayah kerjaPuskesmas Kota

Karang adalah 30-45 %.

Tabel 1. Data Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Jumlah KK Di


Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Kota Karang Tahun
2016
Luas Wilayah
No. Kelurahan Jumlah Penduduk
(Ha)
1. Kota Karang 57 19.999
2. Perwata 40 3.796
3. Kota Karang (saat ini masih bergabung dengan
Raya jumlah penduduk kelurahan Kota
Karang, belum ada pemisahan
yang jelas untuk jumlah
penduduk)
Total 2098 23.795

Pada Tabel data dibawah ini menunjukan jumlah penduduk berdasarkan

kelompok sasaran di setiap kelurahan yang menjadi wilayah kerja Puskesmas

Rawat Inap Kota Karang pada tahun 2016.

23
Tabel 2. Data Penduduk Sasaran Puskesmas Rawat Inap Kota Karang
Tahun 2016
Kelurahan
Kota Karang
No Sasaran Jumlah
dan Kota Perwata
Karang Raya
1 Bayi 463 88 551
2 Balita 2.305 440 2.745
3 Anbal 1.842 351 2.193
4 Apras 1.064 203 1267
5 AnakUsiaSekolah 5.915 1.128 7.043
6 Remaja 1.775 338 2.113
7 PUS 2.916 556 3.472
8 Bumil 532 101 633
9 Buresti 106 20 126
10 Bulin 486 93 579
11 Busui 926 177 1.103
12 WUS 5.178 988 6.166
13 Balita 887 169 1.056
14 BBLR 51 10 61
15 Lansia (45-59 Th) 1.620 309 1.929
16 Lansia (60-69 Th) 820 156 976
17 Lansia (>=70 Th) 148 28 176

Kecamatan Teluk Betung Timur terletak di wilayah pesisir dan dapat

dijangkau oleh kendaraan roda empat dan roda dua dengan suhu udara 32oC

serta curah hujan antara 400-2000 mm/tahun.Berdasarkan laporan profil

kesehatan Bandar Lampung tahun 2016, Kecamatan Teluk Betung masih

menjadi wilayah dengan jumlah penduduk miskin terbanyak kedua setelah

kecamatan Teluk Betung Selatan, yaitu sebesar 6.159 penduduk miskin pada

tahun 2005 dan sebesar 6.110 penduduk miskin pada tahun 2008. Untuk

tingkat pendidikan di wilayah kerja Puskesmas Kota Karang adalah mayoritas

lulusan SD. Untuk mata pencaharian pada umumnya adalah nelayan, tukang

dan buruh.

24
4.3 Sumber Daya Kesehatan Puskesmas Kota Karang

Sumber daya kesehatan bergantung kepada sumber daya manusia atau tenaga

kerja yang ada maupun sumber dana. Berikut adalah Tabel perincian

mengenai jumlah tenaga kerja di wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap

Kota Karang.

Tabel 3. Data Ketenagaan di Puskesmas Kota Karang Tahun 2016

No. Jenis Tenaga Jumlah Keterangan


I. Puskesmas Induk
1 Dokter Umum 3 1 dr Ka.Puskesmas
2 Dokter Gigi 1 PNS
3 S 1 Keperawatan 1 PNS
4 D III Keperawatan 4 PNS
5 Perawat Gigi 2 PNS / CPNS
6 D III Kebidanan 4 PNS
7 Sanitarian 1 PNS
8 Asisten Apoteker 1 PNS
9 Pelaksana Gizi 2 PNS
10 Pekarya Kesehatan 2 PNS
11 Analis Kesehatan 1 PNS
II. Pustu
1 Pustu Kuripan
D III Kebidanan 1 PNS
D III Keperawatan 1 PNS
2 Pustu Negri.O.G
D III Kebidanan 1 PNS
PekaryaKes 1 PNS
III. Bidan PTT 4 di Poskeskel
Jumlah 30

4.4 Sarana Pelayanan Kesehatan Puskesmas Kota Karang

Upaya kesehatan dapat berdaya guna dan berhasil bila terpenuhi sumber daya

tenaga, sarana pembiayaan kesehatan dengan seimbang sesuai kebutuhan.

25
Tabel 4. Sarana Pelayanan Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Kota
Karang Tahun 2016
No. Nama Tempat Pelayanan Jumlah
1. Puskesmas Rawat Inap Kota Karang 1
2. Puskesmas 2
3. Poskeskel 4
4. Balai Pengobatan 2
5. Dokter Praktek Swasta 1
6. Bidan Praktek Swasta 5
7. Apotek 2
8. Posyandu 26

Untuk sarana pendidikan yang menjadi Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap

Kota Karang dibuat pada Tabel berikut

Tabel 5. Jumlah Sarana Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Rawat


Inap Kota Karang Tahun 2016
Kelurahan
Sarana Pendidikan Jumlah
Kota Karang Perwata
TK - - -
SD/MI 5 - 5
SLTP/MTS 1 - 1
SLTA/MA 1 - 1

Adapun sarana beribadah keagamaan yang digunakan di wilayah Kerja

Puskesmas Rawat Inap Kota Karang hanya masjid mengingat mayoritas

penduduk di wilayah ini adalah pemeluk agama Islam.

26
Tabel 6. Jumlah Sarana Ibadah di Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap
Kota Karang Tahun 2016

Kelurahan
Sarana Ibadah Jumlah
Kota Karang Perwata
Masjid 9 1 10

4.5 Data Umum Puskesmas

Puskesmas Kota Karang ini merupakan puskesmas rawat inap satu-satunya

yang terletak di dalam gang sehingga akses masyarakat ke unit kesehatan ini

agak mengalami kendala.Puskesmas ini dapat melayani peserta BPJS, P2KN

dan umum pelayanan umum di Puskesmas Kota Karang sudah jarang

semenjak berjalannya program Jamkesda.

Hingga saat ini beberapa beberapa perkembangan telah terjadi di puskesmas

Kota Karang antara lain :

1. Perbaikan gedung pada tahun 1998

2. Peningkatan jumlah pengunjung

Pada tanggal 12 Februari 2005 puskesmas Kota Karang ditetapkan sebagai

puskesmas rawat inap.Sejak berdiri sampai sekarang, puskesmas Kota Karang

telah mengalami pergantian pimpinan, antara lain:

1. dr. Timotius Bunawan Tahun 1986

2. dr. Lutfi Gatam Tahun 1987

3. dr. Lisman Gaya Datuk Simorasati Tahun 1988

4. dr. Toni Ad Marwan Tahun 1989

5. dr. Sukarliono Tahun 1990

6. dr. Asep Syaiful Karim Tahun 1992

27
7. dr.Endang Sri Haryanti Tahun 1993

8. dr. Eravita W. Samil Tahun 1996

9. drg. M. Fairizal Idwan Desember 1999-Agustus

2006

10. dr. Hj. Hilda Fitri Agustus 2006-Februari 2008

11. dr. Hj. Susi Kania, M.Kes Februari 2008-Sekarang

Puskesmas Kota Karang memiliki beberapa tenaga kesehatan yang terdiri

dari:

 Dokter Umum

 Dokter Gigi

 Bidan

 Perawat

 Perawat gigi

 Bagian sanitasi/AKL

 Bagian gizi

 Analis kesehatan (LAB)

 Asisten Apoteker Tenaga kesehatan sukarela

 Pegawai honorer

 Ibu-ibu Kader Posyandu

4.6 Visi dan Misi Puskesmas Kota Karang

a. Visi Puskesmas

Visi pembangunan kesehatan Bangsa Indonesia adalah Indonesia Sehat

yang diselenggarakan oleh Puskesmas Rawat Inap Kota Karang adalah

28
tercapainya Kecamatan Teluk Betung Timur Sehat menuju terwujudnya

Indonesia sehat. Kecamatan Teluk Betung Timur Sehat adalah gambaran

masyarakat Kecamatan Teluk Betung Timur masa depan yang ingin

dicapai melalui pembangunan kesehatan yakni masyarakat yang hidup

dalam lingkungan dan perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk

menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata

serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

b. Misi Puskesmas

Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas

Rawat Inap Kota Karang mendukung tercapainya misi pembangunan

kesehatan Kota Bandar Lampung. Misi tersebut adalah:

1) Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah

kerja Puskesmas Rawat Inap Kota Karang.

2) Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan

keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan

Puskesmas Rawat Inap Kota Karang akan selalu berupaya

menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan

standar dan memuaskan masyarakat, mengupayakan pemerataan

pelayanan kesehatan serta meningkatkan efisiensi pengelolaan dana

sehingga dapat dijangkau oleh seluruh masyarakat.

3) Menurunkan angka kematian ibu

4) Menurunkan angka kematian bayi

5) Menekan terjadinya gizi buruk

6) Menurunkan penyakit-penyakit yang berbasis lingkungan

29
7) Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan

masyarakat beserta lingkungannya di wilayah kerja Puskesmas

Rawat Inap Kota Karang.

30
4.7 Struktur Organisasi Puskesmas Kota Karang

STRUKTUR ORGANISASI
PUSKESMAS PERAWATAN KOTA KARANG
SESUAI SK WALI KOTA NO. 39 TAHUN 2008
TANGGAL 28 FEBRUARI 2008

KEPALA DINAS KESEHATAN


Dr. Hj. WIRMAN

KEPALA PUSKESMAS
Dr. Hj. SUSI KANIA

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL KA. SUB BAGIAN TATA USAHA


HAPSAH
 P 2 : Sri Sarismawati, A.Md Kep
UMUM
 KIA : Sumiyati, A.Md Keb KEUANGAN
SP2TP
 KB : Apin Rofina, A.Md Keb INVENTARIS : Widayanti,
 PROMKES: Sulaiman AR A.md Kep

 KESLING: Rusmayenni, AKL


 BP UMUM: dr. Suherman
 BP GIGI: drg. SUSI
PUSTU KURIPAN
 FARMASI: Ika Haryani
Ka. Pustu Yusmaini, A.Md Keb
 LAB : Maidayanto, A.Md AK
Yusmaini, A.Md Keb
 USILA: Nuraina Indah L, A.Md Keb
Titi Reno Benarti, A.Md Kep
 KES JIWA : dr. Suherman
Septi Epa Diana (TKS)

PUSTU N.O.G
Ka. Pustu Wanuriza, A.Md
Keb
Gambar 2. Struktur Organisasi Puskesmas Kota Karang
A
Wanuriza, A.Md Keb
Ropian

31
Keterangan :

 SP2TP : Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas

 P2PM : Pemberantasan dan Pencegahan Penyakit Menular

 P2Paru : Pemberantasan dan Pencegahan Penyakit paru

 AFP : Accute Flacid Paralysis

 KESGA : Kesehatan Keluarga

 BP : Balai Pengobatan

 KESLING : Kesehatan Lingkungan

 PSM : Peran Serta Masyarakat

 UKGS : Usaha Kesehatan Gigi Sekolah

 Yansus : Pelayanan Khusus

 Pustu : Puskesmas Pembantu

4.8 Denah Bangunan Puskesmas Kota Karang

Gambar 3. Denah Bangunan Puskesmas Kota Karang

32
Ruangan – ruangan yang berada di Puskesmas Kota Karang terdiri dari:

1) Ruang pendaftaran : ruangan tempat para pasien mendaftarankan diri

sebelom dilakukan pemeriksaan.

2) BP Umum : ruang periksa penyakit secara umum. Penyakit yang

terbanyak ditangani adalah ISPA, penyakit kulit, penyakit gangguan

pencernaan, gangguan sendi dan gastroenteritis.

3) Ruang PAL : digunakan untuk pasien TBC, astma

4) Ruangan Imunisasi: digunakan sebagai ruang pemberian vaksin

5) Laboratorium : ruang pemeriksaan darah, sputum, dan specimen lainnya

6) Ruang KIA : ruangan yang memeriksa keluhan pada ibu dan anak.

7) UGD : ruang kedawatdaruratan. Ruangan ini dilengkapi 3 bed, alat

nebulizer, set oksigenasi, obat-obatan kegawatdaruratan, EKG, alat

kauterisasi dan lain – lain.

8) Ruang Kebidanan (Partus) : ruangan tempat kelahiran yang memiliki 2

kasur litotomi. Hampir setiap hari di puskesmas ini selalu ada proses

persalinan.

9) Ruang Apotek : Tempat menyimpan obat- obatan, dan ruang tempat

pemberian obat. Ruangan ini memiliki apoteker, asisten apoteker dan

beberapa tenaga pembantu.

10) Ruang gigi : ruangan untuk pemeriksaan semua keluhan penyakit gigi.

4.9 Program PuskesmasKota Karang

Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui puskesmas yakni

terwujudnya Kecamatan sehat menuju Indonesia Sehat, puskesmas

bertanggung jawab untuk menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan

33
upaya kesehatan masyarakat, yang keduanya jika ditinjau dari system

kesehatan nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya

kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi dua yaitu:

A. Upaya Kesehatan Wajib

Upaya kesehatan wajib adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan

komitmen nasional, regional, dan global serta yang mempunyai daya

ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya

Kesehatan Wajib terdiri dari:

1) Upaya Promosi Kesehatan

a) Kegiatan : Promosi hidup bersih dan sehat

b) Indikator:

- Tatanan sehat

- Perbaikan perilaku Sehat

2) Upaya Kesehatan Lingkungan

a) Kegiatan : Penyehatan pemukiman

b) Indikator :

– Cakupan air bersih

– Cakupan jamban keluarga

– Cakupan SPAL ( SaluranPembuangan Air Limbah)

– Cakupan rumah sehat

3) Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana

a) Kegiatan :

- ANC

- Pertolongan persalinan

34
- MTBS

- Imunisasi

- KB

b) Indikator :

– Cakupan K1 dan K4

– Cakupan Linakes

– Cakupan MTBS ( Manajemen Terpadu Balita Sakit )

– Cakupan imunisasi

– Cakupan MKET

4) Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

a)Kegiatan:

- Distribusi Vit A/ Fe/ yodium

- PSG

- Promosi Gizi

b)Indikator :

- Cakupan Vit A/ Fe/ yodium

- % Gizi Kurang/ Gizi Buruk

- % Kadarzi

- SKDN

5) Upaya pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular

a)Kegiatan :

- Diare

- ISPA

- Malaria

35
- Tuberculosis

b)Indikator :

- Cakupan Kasus Diare

- Cakupan Kasus ISPA

- Cakupan Pneumonia Balita

- Cakupan Kasus Malaria

- Cakupan Kelambunisasi

- Cakupan Penemuan Kasus Angka Penyembuhan

6)Upaya Pengobatan :

a)Kegiatan :

- Medik dasar

- UGD

- Laboratorium sederhana

b)Indikator :

- Cakupan pelayanan

- Jumlah kasus yang ditangani

- Jumlah pemeriksaan

B. Upaya Kesehatan Pengembangan

Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang

ditetapkanberdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan dimasyarakat

serta yang disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan

pengembangan ini terdiri dari:

36
1)Upaya Kesehatan Sekolah

a) Kegiatan : UKS/ UKGS (Usaha Kesehatan Sekolah/ Usaha Kesehatan Gigi

Sekolah)

b) Indikator:

– Jumlah sekolah dengan kegiatan UKS dan UKGS

– Sekolah Sehat

2)Upaya kesehatan olah raga

a) Kegiatan : Memasyarakatkan olah raga untuk kesehatan

b) Indikator :

- Jumlah Kelompok Senam

- Jumlah Klub Jantung sehat

3)Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat

a) Kegiatan: kunjungan rumah, konseling

b) Indikator : keluarga rawan yang dikunjungi

4)Upaya Kesehatan kerja

a) Kegiatan : memasyarakatkan norma sehat dalam bekerja

b) Indikator :

– Pos UKK

– tingkat perkembangan pos UKK

5)Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut

a) Kegiatan : Poliklinik Gigi

b) Indikator : Jumlah kasus gigi

6)Upaya Kesehatan Jiwa

a) Kegiatan : Konseling

37
b) Indikator : Jumlah kasus penyakit jiwa

7)Upaya Kesehatan Mata

a) Kegiatan : Mencegah kebutaan

b) Indikator :

– Jumlah penderita katarak yang dioperasi

– Jumlah kelainan visus yang dikoreksi

8)Upaya Kesehatan Usia Lanjut

a) a)Kegiatan : Memasyarakatkan perilaku sehat di usia lanjut

b) b)Indikator :

– posyandu usila

– tingkat perkembangan posyandu usila

9)Upaya Pembinaan Obat Tradisional

a) a)Kegiatan : Membina pengobatan tradisional yang rasional

b) b)Indikator :

– Jumlah sarasehan battra

– Jumlah battra yang dibina

38
4.10 Alur Pelayanan di Puskesmas

Alur Pelayanan

BPJS Ruang gigi,UGD

Loket Pedaftaran Balai pengobatan dan Ruang Bersalin

Umum Ruang KIA

Rujukan Pulang

Gambar 4.Alur Pelayanan Puskesmas Kota Karang

Jika berkunjung ke pusat pelayanan kesehatan masyarakat (puskesmas)

terdekat, tentu ada perbedaan alur pelayanan yang harus diikuti, khususnya

antara puskesmas rawat jalan dan puskesmas rawat inap (perawatan).

Perbedaan utama alur pelayanan tergantung pada kasus yang bersifat darurat

(emergency) seperti: serangan penyakit akut, kecelakaan lalulintas. Kondisi

seperti ini kemungkinan tidak mengikuti alur baku, bisa langsung menuju

ruang gawat darurat atau ruang tindakan yang terdapat di puskesmas.

Bila keadaannya normal dan wajar saja, maka pada umumnya, pengunjung

puskesmas seperti pada puskesmas harus mengikuti prosedur alur pelayanan

standar rawat jalan, seperti paparan ringkas berikut ini:

39
a. Mendaftarkan identitas pasien di ruang loket/kartu

Pengunjung harus mendaftarkan diri di loket/kartu agar tercatat dalam

kartu kunjungan pasien, dengan menunjukkan kartu identitas (KTP,

askes, jamkesmas) yang masih berlaku

b. Menunggu giliran panggilan di ruang tunggu

Pengunjung dipersilakan menuju ruang tunggu puskesmas, menanti

giliran panggilan pelayanan yang diperlukan

c. Menuju ruang periksa pelayanan rawat jalan

Setelah mendapatkan giliran dipanggil oleh petugas, pasien diarahkan

langsung menuju tempat pemeriksaan dokter (poli umum atau poli gigi)

sesuai keluhan yang dialaminya.

d. Mengambil resep obat di apotek

Pengunjung yang mendapatkan resep obat, setelah diperiksa dokter,

menyerahkan resep ke bagian apotek, kemudian dimohon menunggu

untuk pelayanan obat yang bisa ditebus langsung.

e. Meninggalkan ruangan puskesmas

Para pengunjung mengecek kembali perlengkapan yang dibawa dan

diwajibkan selalu berpartisipasi aktif menjaga kebersihan dan keasrian

ruangan pelayanan dan halaman puskesmas

Puskesmas Kota Karang buka setiap hari Senin – Sabtu mulai dari jam 08.00–

14.00 di hari senin-kamis dan 08.00-11.00 pada hari Jumat, serta 08.00-13.00

di hari Sabtu. Puskesmas ini juga memiliki Unit Gawat Darurat (UGD) yang

selalu buka 24 jam.

40
Jangkauan pelayanan puskesmas rawat jalan terbatas kepada pelayanan medis

sederhana, atau pelayanan kesehatan dasar (yankesdas).Tahap penanganan

kasus selanjutnya melalui mekanisme pelayanan rujukan menuju pusat

layanan lanjutan di Rumah Sakit.Rujukan puskesmas ini biasanya paling

banyak dirujuk ke Rumah Sakit Umum Abdul Moeloek dan Rumah Sakit

Umum Daerah Bandar Lampung, bisa juga dilakukan rujukan ke rumah sakit

swasta. Rujukan pada pasien inap di rumah sakit swasta ditempatkan di ruang

kelas 3 dengan maksimal pembiayaan rawat inap selama 5 hari.

Alur pelayanan ini terdapat dan terpasang di tempat pendaftaran di

puskesmas Kota Karang. Para pengunjung bisa membaca dan menanyakan

lebih lanjut kepada petugas yang ada. Pola alur pelayanan standar puskesmas

rawat jalan ini, biasanya dikembangkan sesuai dengan kondisi pelayanan

setiap puskesmas, agar para pengunjung bisa mendapatkan pelayanan yang

terbaik.

41
BAB V

HASIL EVALUASI

A. Membandingkan pencapaian keluaran program dengan tolak ukur

keluaran

Suatu masalah ditetapkan jika terdapat kesenjangan antara keluaran dengan

tolak ukurnya, sedangkan penyebab masalah ditentukan bila ada

kesenjangan antara unsur sistem lainnya dengan tolak ukur. Tolak ukur

yang digunakan yaitu dari Rencana Kerja Pembinaan Gizi Masyarakat tahun

2014. Proses identifikasi masalah dilakukan secara bertahap, dimulai dari

keluaran (output) dari program kerja puskesmas, kemudian apabila ditemukan

adanya kesenjangan antara indikator dengan data keluaran (output) tersebut

maka harus dicari kemungkinan penyebab masalah pada unsur masukan (input)

baik dari faktor internal ataupun faktor eksternal hingga prosesnya.

Berikut hasil pencapaian Program Perbaikan Gizi Masyarakat

khususnyacakupan Pemberian ASI Eksklusif Puskesmas Kota Karang tahun

2016

42
Tabel 5. Pencapaian Program Perbaikan Gizi Masyarakat khususnya

Pemberian ASI Eksklusif Puskesmas Kota Karang tahun 2016

No Variabel Keluaran Tolak Ukur Pencapaian Masalah


1 Cakupan ASI Target pencapaian +
Periode Jan –juni 40 % 29%
2016
40
2 Periode Juli- Target pencapaian
224
x 100% = 35,7 +
Desember 2016 40%
%
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Kota Karangtahun 2016.

Keterangan:

Cakupan ASI Eksklusifadalah gambaran besaran bayi yang berusia 0-6 bulan

yang mendapatkan ASI Eksklusif, dalam hal ini hanya mendapat asupan ASI

saja tanpa makanan ataupun minuman lainnya. Data yang diperoleh

merupakan data ASI Eksklusif per 6 bulan, bayi usia 0-6 bulan didata sesuai

kriteria diatas. Jumlah sasaran bayi yang menerima ASI eksklusif sesuai

dengan pendataan banyaknya jumlah bayi yang berusia 0-6 bulan.

Cara Perhitungan/Rumus

Cakupan = Jumlah bayi usia 0 – 6 bulan yang mendapat hanya ASI saja X 100%

ASI Jumlah seluruh bayi usia 0-6 bulan

Eksklusif

Pembilang :Jumlah bayi yang mendapat hanya ASI saja

sejak lahir sampai usia 6 bulan di satu wilayah kerja pada

kurun waktu tertentu.

Penyebut : Jumlah seluruh bayi usia 0-6 bulan di satu

wilayah kerja pada kurun waktu yang sama.

Ukuran/Konstanta: Persentase (%).

43
B. Menetapkan Prioritas Masalah

Berdasarkan Tabel 5, masalah yang ditemukan pada program ASI Eksklusif di

Puskesmas Kota Karang tahun 2016adalah presentase pencapaian program bayi

usia 0-6 bulan mendapat ASI eksklusif masih lebih rendah dibandingkan

dengan tolak ukur. Masalah ini ditegakkan karena adanya perbedaan antara

hasil yang diharapkan dengan tolak ukur dimana hasil yang diperoleh adalah

29% dan 35,7 %. Padahal target pencapaian cakupan bayi usia 0-6

bulanmendapat ASI eksklusif adalah 40%.

C. Membuat kerangka konsep dari masalah yang diprioritaskan

Untuk mempermudah identifikasi faktor penyebab masalah perbaikan gizi

masyarakat khususnya Cakupan ASI Eksklusifdi Puskesmas Kota Karang pada

tahun 2016 diperlukan kerangka konsep dengan menggunakan pendekatan

sistem.
Input
- Promosi kesehatan Output
Proses
- Kader Posyandu Jumlah cakupan
Membentuk pola pikir
- Bidan desa bayi usia 0-6 bulan
dan kesadaran
- Pemahaman dan motivasi ibu mendapat ASI
mengenai ASI
- Keluarga dan Tokoh masyarakat eksklusif meningkat.
eksklusif

Gambar 7. Kerangka konsep pelaksanaan ASI eksklusif

D. Identifikasi Penyebab Masalah

Sesuai dengan pendekatan sistem, ketidakberhasilan pencapaian cakupan ASI

eksklusif merupakan suatu hasil/cakupan yang tidak sesuai dengan

target/sasaran. Untuk mengatasinya, dengan pendekatan sistem harus

diperhatikan kemungkinan adanya masalah pada komponen lain pada sistem,

44
mengingat suatu sistem merupakan keadaan yang berkesinambungan dan

saling mempengaruhi. Setelah mengetahui faktor atau masalah dominan,

langkah berikutnya adalah mencari akar masalah dalam hal ini kami mencari

akar masalah dengan menggunakandiagram fishbone.


Kurang Keaktifan
Tenaga kesehatan
dalam melakukan
Man pendataan dan
Money Method
pengkajiaan ulang
Dana Promosi Persepsi ibu pada ibu ibu yang
kesehatan tentang sikap tidak memberikan
keluarga/ ayah asi ekslusif
Penyuluhan yang tidak
Biaya untuk ruang dan sosialisasi memotivasi taraf pendidikan Cakupan ASI
laktasi serta ibu yang rendah Eksklusif sebesar
rendahnya 35,7 % dari
target 40%
Media
Kurangnya peran aktif promosi/
Kurangnya kontrol
tokoh masyarakat tentang penyuluhan
terhadap program
pentingnya pemberian
pemberian ASI
ASI eksklusif.
Eksklusif termasuk
KP ASI

Machine Material

Gambar 8. Diagram fishbone

Setelah dilakukan pencarian masalah utama pada komponen-komponen diatas,

diperoleh beberapa masalah utama, antara lain :

1. Permasalahan kurang keaktifan tenaga kesehatan dalam melakukan pendataan

dan pengkajiaan ulang kepada ibu ibu yang tidak memberika asi , dan upaya

tenaga kesehatan membuat agar ibu ibu tersebut mengubah kembali pola

pemberiaan ASI yang benar kepada bayi mereka persepsi masyarakat bahwa

ketika bayi berusia 4 bulan atau lebih maka pemberian ASI saja tidak cukup

dan harus di berikan makanan selain ASI, terutama asuhan yang diberikan

nenek dari bayi tersebut.

45
2. Pendanaan untuk membuat kelompok pendukung ASI dan penyediaan sarana

seperti ruang menyusui juga menjadi permasalahan lain.

3. Kurangnya peran aktif tokoh masyarakat tentang pentingnya pemberian ASI

eksklusif.

4. Permasalahan media promosi yang dapat menarik perhatian dan dapat

membuat Ibu mengerti pentingnya ASI eklusif dan akhirnya melakukan

program ASI eksklusif.

5. Ibu yang memiliki taraf pendidikan yang rendah sehingga harus dilakukan

berbagai upaya untuk memberikan pemahaman, menyadarkan dan memotivasi

mengenai pentingnya Asi Eksklusif

Dari diagram fishbone di atas, masih perlu mencari masalah-masalah yang paling

memiliki peranan dalam mencapai keberhasilan program. Dengan menggunakan

model teknik kriteria matriks pemilihan prioritas dapat dipilih masalah yang

paling dominan.

Tabel 6. Teknik Kriteria Matriks Pemilihan Prioritas Penyebab Masalah

I
Daftar Masalah JUM
No T R
IxTxR
P S RI DU SB PB PC
1. Man

Sikap ibu memberi 5 5 3 3 5 2 2 4 5 500


makanan tambahan
(roti, kerokan
pisang, susu
formula).

Persepsi ibu tentang 3 3 3 2 3 2 3 2 2 162


sikap ayah yang
tidak memotivasi.
Ibu yang memiliki
taraf pendidikan 4 3 3 2 4 2 2 2 2 224

46
yang rendah 5 5 3 3 2 5 3 5 4 500

Kurang Keaktifan
Tenaga kesehatan
dalam melakukan
pendataan dan
pengkajiaan ulang
pada ibu ibu yang
tidak memberikan
asi ekslusif

2 Method

Penyuluhan dan 4 5 3 3 5 3 3 4 5 520


sosialisasi

3. Money

Dana Promosi 3 3 2 3 2 2 4 3 3 171


kesehatan

Biaya untuk ruang 3 2 2 3 2 2 4 3 3 162


laktasi

4. Machine

Kurangnya kontrol 3 4 3 3 3 4 3 3 3 207


terhadap program
pemberian ASI
Eksklusif termasuk
KP ASI

Kurangnya peran 3 4 3 2 3 3 4 3 4 264


aktif tokoh
masyarakat tentang
pentingnya
pemberian ASI
eksklusif

5. Material

Media
promosi/penyuluh 4 5 4 3 4 3 3 4 6 416
an

Keterangan :

 Pentingnya masalah (Importancy)

– Besarnya masalah (Prevalence)

47
– Akibat yang ditimbulkan masalah (Severity)

– Kenaikannya besarnya masalah (Rate of Increase)

– Derajat keinginan masyarakat yang belum terpenuhi (Degree of

Unmeet Need)

– Keuntungan sosial karena selesainya masalah (Social Benefit)

– Rasa prihatin masyarakat tentang masalah (Public Concern)

– Suasana politik (Political Climate)

 Kelayakan Tekhnologi (Technical Feasibility)

 Sumberdaya yang tersedia (Resources Availibility)

Dari data Tabel matriks diatas dapat dilihat komponen-komponen yang

memiliki nilai tertinggi sebagai berikut, konsistensi tenaga kesehatan dalam

program ASI eksklusif, penyuluhan dan sosialisasi, sikap ibu memberi

makanan tambahan (roti, kerokan pisang, susu formula), media

promosi/penyuluhan. Penyuluhan/sosialisasi memiliki keterkaitan dengan

media promosi yang menghasilkan pengetahuan dan sikap ibu terhadap ASI

eksklusif.

48
BAB VI

ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

A. Menyusun Alternatif Jalan Keluar

Belum tercapainya cakupan ASI eksklusif pada Puskesmas Kota Karang

dipengaruhi oleh beberapa faktor, dimana faktor-faktor yang paling dominan

yaitu; Kurang Keaktifan Tenaga kesehatan dalam melakukan pendataan dan

pengkajiaan ulang pada ibu ibu yang tidak memberikan asi ekslusif ,rendahnya

taraf pendidikan ibu, penyuluhan dan sosialisasi, sikap ibu memberi makanan

tambahan (roti, kerokan pisang, susu formula), media promosi/penyuluhan.

Penyuluhan/sosialisasi memiliki keterkaitan dengan media promosi yang

menghasilkan pengetahuan dan sikap ibu terhadap ASI eksklusif.

Dari penyebab masalah diatas masalah yang dipriotaskan untuk disusun

alternatif jalan keluar yaitukonsistensi tenaga kesehatan dalam program ASI

eksklusif:

Tabel 7. Menetapkan Alternatif Pemecahan Masalah (Jalan Keluar)

Masalah Penyebab Alternatif


Cakupan pelaksanaan Konsistensi tenaga Pengawasan berkala oleh
program ASI eksklusif kesehatan dalam Kepala Puskesmas
di wilayah kerja program ASI eksklusif setempat.
Puskesmas Kota
Karangyang hanya Sistem pelaporan
mencapai 29% dan sederhana dan
35,7 % dari target terintegrasi.

49
40%
Pemberian sanksi kepada
oknum yang nakal.
B. Menentukan Prioritas Cara Pemecahan Masalah

Tabel 8. Memilih Prioritas Pemecahan Masalah (Jalan Keluar)

No Daftar Alternatif Jalan Efektivitas Efisiensi Jumlah


Keluar M I V C (MIV/C)
1 Pengawasan berkala oleh 3 3 3 4 10

2 Kepala Puskesmas setempat. 3 3 3 3 9


Sistem pelaporan sederhana dan
terintegrasi.

3 Pemberian sanksi kepada 3 2 2 3 4


oknum yang melanggar.

Dari perumusan diatas dapat disimpulkan alternatif jalan keluar untukmasalah

konsistensi tenaga kesehatan dalam program ASI eksklusif adalah dengan

membuat sistem pelaporan sederhana dan terintegrasi. Hal ini terlihat dari hasil

perhitungan besarnya masalah yang dapat diselesaikan , pentingnya alternatif

jalan keluar sebagai pemecahan masalah, sensitifitas atau kecepatan masalah

yang dapat teratasi dengan alternatif jalan keluar tersebut dan biaya yang harus

dikeluarkan untuk alternatif jalan keluar masalah.

Sistem pelaporan sederhana dan terintegrasi berasal dari laporan masyarakat

yang dapat langsung diteruskan ke pihak terkait apabila mengetahui terdapat

oknum tenaga kesehatan yang bertindak tidak sesuai dengan aturan. Sistem ini

dapat memberi fungsi pengawasan yang efektif sehingga dapat mengatur

petugas dilapangan berkerja dan bertindak sesuai aturan dan dapat menunjang

tercapainya target ASI eksklusif.

50
BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Masalah dari program ASI eksklusif di Puskesmas Kota Karang Tahun

2016 adalah cakupan bayi usia 0-6 bulan yang mendapat ASI eksklusif

di wilayah kerja Puskesmas Kota Karang lebih rendah dari tolak ukur,

yaitu hanya mencapai 29 % pada Jan –Juni dan 35,7% pada periode Juli-

Desember

2. Kemungkinan penyebab masalah dari program ASI eksklusif di

Puskesmas KotaKarang Tahun 2016 adalah Kurang Keaktifan Tenaga

kesehatan dalam melakukan pendataan dan pengkajiaan ulang pada ibu ibu

yang tidak memberikan asi ekslusif , penyuluhan dan sosialisasi, sikap ibu

memberi makanan tambahan (roti, kerokan pisang, susu formula), media

promosi/penyuluhan.

3. Altematif pemecahan masalah bagi pelaksanaan program ASI eksklusif

di Puskesmas Kota Karang Tahun 2016 khususnya yang disebabkan

kurang keaktifan tenaga kesehatan dalam melakukan pendataan dan

pengkajiaan ulang kepada ibu ibu yang tidak memberika asi , dan upaya

tenaga kesehatan membuat agar ibu ibu tersebut mengubah kembali pola

pemberiaan ASI yang benar kepada bayi mereka dalam program ASI

51
eksklusif dan melakukannya dengan sistem pelaporan sederhana dan

terintegrasi agar memberikan pengawasan yang lebih efektif.

B. SARAN

1. Dapat mengadakan pertemuan dengan tenaga kesehatan setempat untuk

penegasan pemberian ASI eksklusif untuk bayi usia 0-6 bulan.

2. Penyusunan pemberian sanksi pada petugas dilapangan yang bekerja tidak

sesuai aturan.

3. Perbaikan sistem penyuluhan ASI eksklusif dengan meningkatkan kualitas

media promosi penyuluhan.

4. Pendataan ASI eksklusif berkala setiap bulan.

52
DAFTAR PUSTAKA

1. Banjarnahor BFP. Gambaran Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ibu dalam


Pemberian Makanan Pendamping ASI pada Bayi 0-6 Bulan di Wilayah Kerja
Puskesmas Tiga Balata.2011.

2. CDC.InfantMortality.2014.(http://www.cdc.gov/reproductivehealth/maternali
nfathealth/infantmortality.html)

3. Depkes RI. 2005. Manajemen Laktasi Buku Panduan Bagi Bidan dan Petugas
Kesehatan di Puskesmas. Dit Gizi Masyarakat-Depkes RI, Jakarta.

4. Kementerian Kesehatan RI. 2014. Pusat Data dan Informasi. Situasi dan
Analisis ASI Eksklusif, Pekan ASI Sedunia.

5. WHO. 2006. Child Growth Standards.

6. Laporan Tahunan Puskesmas Kota Karang. 2016.

7. WHO.2015.ExclusiveBreastfeeding.(http://www.who.int/nutrition/topics/excl
usive_breastfeeding/en/)

8. Kementerian Kesehatan RI. 2015. Asuhan Gizi di Puskesmas.

9. Mustofa A. Pemberian ASI Eksklusif dan Problematika Ibu Menyusui. 2011.


download.portalgaruda.org/article.php?article=49190&val=3910

10. Badriul, dkk. (2008). Bedah ASI. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

53

You might also like