You are on page 1of 7

Jurnal JPE, VOL.19, No.

03, BULAN September-Desember, TAHUN 2013 JPE-UNHAS

Pemodelan dan Simulasi Pembangkit Listrik Tenaga Angin


untuk Koneksi Grid
Syafaruddin*, Muhammad Bachtiar Nappu, Adrian Mansur, Nurul Asma Nikmatullah
E-mail: *syafaruddin@unhas.ac.id

Energi angin merupakan energi terbarukan yang sangat massif digunakan dewasa ini dengan prosentase koneksi ke
jaringan listrik yang sangat signifikan. Meskipun demikian, penelitian tentang koneksi grid turbin angin masih tetap perlu
dilakukan terutama dalam hal desain dan teknologi untuk mendukung pengoperasian turbin mengacu pada karakteristik
angin yang sangat bergantung pada kondisi geografis wilayah. Dalam hal ini, untuk memahami kinerja sebuah turbin pada
saat dikoneksi dengan grid, maka diperlukan suatu pemodelan dan simulasi. Dalam penelitian ini digunakan Wind Turbine
Model pada Matlab/Simulink yang berbasis Self- Excitation Induction Generator (SEIG) yang menggambarkan secara
utuh proses kerja turbin angin. Hasil penelitian diharapkan menunjukkan pengaruh kecepatan angin terhadap tegangan
dan daya listrik keluaran dengan tingkat efisiensi yang tinggi. Pengetesan model simulasi akan dilakukan dengan
mengadopsi kecepatan angin Kota Makassar.

Kata-kunci: Pemodelan, simulasi, Turbin angin, Kecepatan angin, SEIG, koneksi grid.

I. Latar Belakang keuntungan dari sistem pitch control ini terlihat


pada kemampuan teknologi untuk membuat
Tuntutan akan kebutuhan energi yang
generator beroperasi pada daya maksimum
meningkat setiap tahunnya dan krisis energi fosil,
meskipun kecepatan angin bervariasi dengan
menyebabkan energi terbarukan menjadi
pengaturan pitch baling-baling dan kecepatan
teknologi yang sangat berkembang saat ini. Salah
generator [3-5].
satu energi terbarukan yang cukup potensial
Simulator turbin angin pada penelitian ini
adalah energi angin yang terus dikembangkan
mengacu pada model generator induksi. Dengan
baik dari segi desain maupun teknologi untuk
simulasi ini, pengguna dapat mengobservasi
mendukung sistem operasi pada setiap daerah
karakteristik daya listrik turbin angin, misalnya
memiliki karakteristik angin yang berbeda-beda.
dengan menampilkan daya mesin generator dan
Berbagai penelitian model turbin angin
karakteristik torsi berdasarkan variabilitas
digunakan untuk studi sistem tenaga.
kecepatan angin [6].
Pengembangan ini didasarkan pada berbagai
Teknologi turbin angin telah mencapai
fokus penelitian seperti pada baling-baling turbin
tingkat kematangan sehingga terjadi peningkatan
yang terdiri dari parameter luas area turbin,
kapasitas yang signifikan pada koneksi grid di
kepadatan udara, kecepatan angin, rasio lift/drag
seluruh dunia. Beberapa alasan yang
dan koefisien daya, parameter aerodinamis
memungkinkan perkembangan yang pesat ini
operasional memiliki efek langsung pada
misalnya ketercukupan kecepatan angin untuk
prioritas tertinggi aerodinamis yang harus
pembangkit listrik, proses pembangkitan yang
dipertimbangkan untuk pembuatan serta cocok
listrik yang hampir independent dari intervensi
untuk generasi baru turbin angin [1-2]. Saat ini
operator, hemat biaya operasi, bebas polusi
teknologi turbin angin skala besar banyak
sehingga ramah terhadap lingkungan [7].
dikembangkan, permasalahan serius turbin angin
Sementara itu untuk pengaturan koneksi grid,
adalah kecepatan angin yang mempengaruhi
dengan kontrol yang tepat dan memenuhi kriteria
besar keluaran torsi dan kualitas daya. Banyak
koneksi, sangat mungkin untuk PLT bayu ini
kontrol diperkenalkan dalam turbin angin untuk
bertindak seperti pembangkit listrik untuk beban
mendapatkan nilai output daya konstan. Salah
dasar yang secara aktif berkontribusi pada
satunya adalah teknologi pitch control, di mana
pengaturan frekuensi dan kontrol tegangan dalam

1
Jurnal JPE, VOL.19, No.03, BULAN September-Desember, TAHUN 2013 JPE-UNHAS

Gbr. 1: Model Turbin angin

sistem grid. Oleh karena itu, terjadi II. Deskripsi sistem


kecendrungan sekarang bahwa pembangkit listrik
Gambar 1 dengan notasi sebagai main
tenaga angin dapat diintegrasikan dengan
controller. Secara rinci, kontrol utama ini
eksisting grid tanpa menyebabkan kendala yang
ditampilkan pada Gambar 2 dengan inputan wind
berarti [8].
speed dan wind direction. Main controller ini
Pada penelitian, kita menggunakan model
selanjutnya dengan melalui Demux, kedua
simulator turbin angin yang dikembangkan oleh
inputan dipisahkan, di mana Wind Speed
MathWork.Inc berbasis software
kemudian melalui inputs WS PC yang terdiri atas
Matlab/Simulink r2013a. Sistem ini dirancang
wind speed, rotor speed position, pitch brake dan
dan didesain khusus untuk model tubin angin
parking brake selanjutnya terhubung pada
Vestas V82-1.65 MW. Sistem ini
multiplexer dengan output berupa port PC yang
dikonfigurasikan menyerupai kondisi real sistem
terhubung dengan pitch controller. Selain itu
yang dibangun dengan Simscape, yang secara
informasi/signal melalui lookup extension to
garis besar terdiri atas SimPowerSystems,
angle untuk memberikan informasi besar pitch
SimMechanics, SimHydraulics dan lain-lain. Hal
angle. Selain itu, hasil demux berupa sinyal Wind
ini tentu berbeda dengan pemodelan
input berfungsi untuk mengetahui besar yaw
konvensional yang banyak dirancang
angle dan menjadi port output yang terhubung
berdasarkan persamaan matematis pembangkit
dengan yaw controller (YC). Sinyal Wind speed
listrik tenaga angin seperti turbin, gearbox dan
kemudian melalui turbine state machine. Pada
komponen lainnya.
bagian ini, sinyal wind speed dibandingkan

2
Jurnal JPE, VOL.19, No.03, BULAN September-Desember, TAHUN 2013 JPE-UNHAS

Gbr. 2: Sistem Main controller

dengan sinyal balikan turbine speed yang berasal b. Parking brake mengirim informasi pada main
dari generator trip. Hal ini menghasilkan 4 controller scopes yaitu parking brake dan
parameter output sinyal yakni pitch brake, juga mengirimkan sinyal pada inputs WC PC
parking brake, generator trip, dan turbine state. untuk mengetahui besar pitch angle pada
berikut: input dan mengirimkan informasi pada pitch
a. Pitch brake mengirim informasi menuju controller. Selain itu parking brake
brakes untuk dijumlahkan (add) dengan terhubung dengan two way koneksi dimana
sinyal park brake, besaran tersebut diubah salah satu koneksi terhubung dengan gain
menjadi signal physical berupa pressure yang mengonversi besaran (radps) kedalam
untuk memberi tekanan agar brake bekerja (rpm) menuju scope geartrain ratio. koneksi
ketika persyaratan terpenuhi, selain itu pitch lainnya terhubung dengan port Br yang
brake juga terhubung dengan inputs WC PC terhubung pada geartrain.
yang telah dijelaskan diatas.

Gbr.3 : Turbine state machine

3
Jurnal JPE, VOL.19, No.03, BULAN September-Desember, TAHUN 2013 JPE-UNHAS

c. Generator trip terhubung pada two-way in upper dan wind speed lebih besar dari wind
koneksi, dimana salah satunya terhubung speed cut in lower maka akan terjadi proses
dengan MC turbine speed dan mengirim brake. Pada kondisi generating terjadinya brake
sinyal feedback turbine speed pada turbine disebabkan oleh wind speed lebih kecil dari wind
state machine. Koneksi lainnya terhubung speed cut in lower, wind speed lebih besar dari
dengan port G menuju sistem generator. wind speed cut out, turbine speed lebih besar dari
d. Turbine state hanya mengirim sinyal menuju turbine speed cut out, dan turbine speed lebih
scope untuk melihat besar dan kondisi kecil dari turbine speed cut in dikalikan 0.9.
turbine state. Hal lain dari Gambar 1 adalah model matlab
Persyaratan semua Turbine State Machine yang dari generator induksi yang secara rinci
dinyatakan di atas, diperlihatkan pada Gambar 3. ditampilkan pada Gambar 4. Pada inputan sistem
Keadaan turbin terbagi atas 4 kondisi proses ini merupakan output geartrain, melalui sebuah
yakni park, startup, generating dan brake. Setiap speed sensor. Input pada generator dalam per
kondisi terdiri atas 4 parameter yang sebelumnya unit. Generator yang digunakan berupa Self
telah dijelaskan, yaitu parking brake, generator Excitation Induction Generator (SEIG) 3 fasa
trip, pitch brake dan turbine state. Ketiga dengan model rotor squirrel-cage. Ketika
parameter hanya terdiri atas 2 keadaan yakni 0 inputan w bernilai positif maka mesin asinkron
yang berarti tidak bekerja dan 1 artinya kondisi ini akan bertindak sebagai motor, begitu pula
bekerja. Sedangkan untuk turbine state terdiri sebaliknya. Setelah melalui generator output
atas 4 keadaan yakni 0= park, 1= startup, 2= berupa sinyal 3 fasa akan melewati suatu tip
generating dan 3= brake. breaker yang terpasang seri dan pararel sebagai
Park merupakan bagian di mana turbin proses switching.
diam, dalam hal ini turbin_state = 0 untuk Output sinyal 3 fasa dihubungkan dengan
mencapai proses startup maka turbin harus kapasitor secara pararel sebagai sumber eksitasi
memenuhi persyaratan Wind Speed lebih besar pada generator induksi, kemudian dihubungkan
dari wind speed cut in lower dan wind speed pada sebuah trafo step up hubung YY sebelum
lebih kecil dari wind speed cut out. Setelah ditransmisikan ke sistem grid. Jaringan transmisi
kondisi startup saat tubine speed lebih besar dari dirancang dengan line resistance, bus connector
turbine speed cut in maka menyebabkan tubine dan beban 3 fasa yang terhubung secara pararel.
dalam kondisi generating atau membangkitkan Koneksi grid ini ditampilkan pada Gambar 5
energi listrik. Saat proses startup terjadi kondisi Untuk menjalankan model turbin angin ini
wind speed lebih lebih kecil dari wind speed cut dibutuhkan parameter baling-baling turbin,

Gbr. 4: Sistem generator

4
Jurnal JPE, VOL.19, No.03, BULAN September-Desember, TAHUN 2013 JPE-UNHAS

Gbr. 5: Sistem Grid

generator dan bagian kontrol utama sebagai Hasil simulasi menunjukkan bahwa daya
skema kontrol input yang disimulasikan keluaran dalam jangkauan waktu 0-8 detik
menggunakan Matlab/Simulink. Semua bernilai 0, meskipun kecepatan angin bernilai 16
parameter ini ditampilkan pada Tabel 1. m/s. Hal ini disebabkan putaran minimum
generator belum terpenuhi. Selanjutnya pada
Tabel 1. Spesifikasi teknis waktu 8-10 detik, putaran generator and
kecepatan angin telah terpenuhi sehingga terjadi
Baling-baling proses switching menyebabkan daya keluaran
Type description AL 40
Blade length 40 m turbin angin meningkat cukup signifikan.
Generator Selanjutnya power mengalami penurunan secara
Rated power 1650 kW bertahap mengikuti penurunan kecepatan angin,
Rated current 1740 A hingga pada waktu simulasi 70 detik, di mana
Synchronous rotation speed 1200 rpm daya keluaran kembali bernilai 0 karena
Rotation speed at rated power 1214 rpm kecepatan angin berada di bawah cut in speed.
Slip at rated power 0.0117 Kecendrungan pola daya keluaran pada kondisi
Voltage 3 x 600 V yang dijelaskan di atas bisa dilihat di Gambar 6.
Frequency 60Hz
Kontrol Utama
Cut-in lower speed 4 m/s
Cut-out speed 20 m/s
Rated speed 18 m/s

III. Hasil simulasi dan Pembahasan

Untuk menguji keberhasilan kinerja model


turbin angin dengan parameter yang
dispesifikasikan pada Tabel 1, maka model
disimulasikan pada Matlab /Simulink 2013a
dengan menggunakan variabel input data system
Gbr. 6: Profil daya aktif dan reaktif pada kondisi penurunan drastis
seperti kecepatan angin yang berubah secara kecepatan angin
linear dari cut-out speed hingga cut-in speed dan
arah angin yang konstan.

5
Jurnal JPE, VOL.19, No.03, BULAN September-Desember, TAHUN 2013 JPE-UNHAS

kondisi output power berubah secara linear


dengan perubahan kecepatan angin.
Pada Region IV, di mana kondisi kecepatan
angin di bawah cut-in speed (di bawah 4 m/s).
Sama halnya dengan region I, daya output
keluaran pada kondisi ini juga sama dengan nol.
Kondisi pada region IV ini biasa disebut kondisi
break. Energi angin yang bisa dikonversi
menjadi energy listrik tidak cukup untuk
Gbr.7: Profil daya aktif dan reaktif dengan kecepatan angin 18 m/s mengkompensasi rugi-rugi mekanik mulai dari
baling-baling, gear-box hingga rugi-rugi gesek
Investigasi penting berikutnya adalah
dalam generator. Oleh karena itu generator tidak
menampilkan hasil simulasi berkaitan dengan
diharapkan bekerja pada kondisi ini.
profil daya aktif dan daya reaktif untuk beberapa
region kecepatan angin. Region I di mana Tabel 2. Power coefficient (Cp)
kondisi kecepatan angin melewati cut-out speed Pmek Pout
dengan nilai 20 m/s ke atas. Kondisi angin ini Keadaan angin Cp
(kW) (kW)
cukup tinggi sehingga main control akan Region I (25 m/s) 9821 0 0
memberikan perintah brake pada sistem untuk
Region II ( 18 m/s) 3666 1650 0.45
bekerja menahan rotor baling-baling untuk tidak
berputar. Daya keluaran pada keadaan ini tentu Region III (10 m/s) 629 283 0.45
tidak ada, Sedangkan untuk kondisi Region II di Region IV (4m/s) 40 0 0
mana kecepatan angin berada pada daya keluaran
rating. Kondisi ini yang sangat diperlukan pada Dari semua region yang telah diinvestigasi
instalasi turbin angin terutama ketika terkoneksi (Tabel 2), kita bisa menentukan power koefisien
dengan grid. Kondisi pengoperasian ini terjadi (Cp) pada Region II dan Region III, yaitu kondisi
ketika kecepatan angin berada pada 12 m/s di mana turbin angin bekerja. Nilai Cp yang
hingga 18 m/s. Hasil simulasi kecepatan 18 m/s diperoleh sebesar 0,45 di mana nilai ini tidak
terlihat pada Gambar 7. terlalu jauh dari nilai Cp ideal yang sebesar 0.59.
Hal ini mengkonfirmasi bahwa model simulasi
ini benar dan akurat.

Gbr.8: Profil daya aktif dan reaktif dengan kecepatan angin 10 m/s

Sementara pada Region III (linear output


power), di mana kecepatan angin inputan pada
kondisi peralihan antara cut-in speed dan rated Gbr.9: Validasi model
speed yaitu pada kecepatan 4 m/s dan 12 m/s.
Misalkan pada pada kecepatan 10 m/s, daya aktif Validasi model yang lain yang dapat
keluaran pada kecepatan angin 10 m/s ini. mengkonfirmasi keabsahan model yang
adalah 1.22 MW (Gambar 8). Perubahan digunakan adalah dengan membandingkan
kecepatan angin pada region ini menyebabkan karakteristik kondisi daya keluaran dari hasil

6
Jurnal JPE, VOL.19, No.03, BULAN September-Desember, TAHUN 2013 JPE-UNHAS

simulasi dengan karakteristik data sheet turbin turbin, dengan kecepatan 0-4 m/s daya output
angin yang telah terimplementasi secara real bernilai 0, hal ini karena kecepatan angin berada
yang di tampilkan pada Gambar 9. di bawah cut-in speed. Sementara pada kecepatan
5-12 m/s daya output turbin angin linear terhadap
IV. Potensi Energi angin di Kota Makassar kecepatan angin. Adapun kecepatan angin antara
Simulasi turbin angin yang dikembangkan 12 m/s-18m/s, keluaran daya turbin angin pada
oleh Matwork inc. ini akan dioperasikan untuk daya ratingnya, 1,65MW, dengan power
menguji potensi energi angin di kota Makassar coefficient 0,45. Berdasarkan hasil simulasi juga
dengan kecepatan angin pada ketingginan 100m dikonfirmasi bahwa aplikasi turbin angin di kota
ini berada diatas cut-in speed yaitu 4 m/s. Namun Makassar tidak terlalu menjanjikan karena profil
berdasarkan data kecepatan angin kota Makassar kecepatan angin yang rendah.
Sulawesi selatan, Indonesia tahun 2011 terlihat
bahwa simulasi turbin angin ini yang telah Kepustakaan
tervalidasi dengan turbin angin jenis Vestas V82-
[1] Almukhtar. “Effect of drag on the performance for an efficient wind
1.65 hanya dapat menghasilkan daya keluaran
turbine blade design” Energy Procedia 18 (2012) 404-415
pada bulan januari, juni, juli, agustus, dan
[2] Yishuang Qi, Qingjin Meng “The application of fuzzy PID Control
September. Gambar 10 memperlihatkan bahwa
in Pitch Wind Turbine” 2012 international conference on future
nilai output daya ketika turbin angin jenis ini
energy, environment, and materials. Energy procedia 16 (2012)
terinstalasi di kota Makassar belum dapat
1635-1641
mencapai nilai output daya maksimal yaitu 1,65
[3] ying ye, yang fu, shurong wei. “ Simulation for Grid Connected
MW. Idealnya suatu pembangkit listrik tenaga
Wind Turbines with Fluctuating” ” 2012 international conference on
angin yang grid connected membutuhkan output
future energy, environment, and materials. Energy procedia 24
power, tegangan tegangan yang konstan. Untuk
(2012) 253-260
mendapatkan kondisi ini, dibutuhkan kecepatan
[4] xu baoqing, tian de. “ Simulation and Test of the Blade Models
angin yang berada pada daerah saturasi yaitu 12
Output Characteristic of Wind Turbine” 2012 international
m/s hingga 18 m/s. Namun pada data kecepatan
conference on future energy, environment, and materials. Energy
angin di Makassar didapatkan nilai yang lebih
procedia 17 (2012) 1201-1208
rendah dari daerah saturasi sehingga untuk
[5] Djohra Saheb-Koussa ,Mourad Haddadi ,Maiouf
aplikasi teknologi turbin angin di kota Makassar
Belhamel,Mustapha koussa &Said noureddine. “Modeling and
belum menjanjikan berdasarkan rendahnya
simulation of windgenerator with fixed speed wind turbine under
kecepatan angin.
Matlab-Simulink” Energy Procedia 18 ( 2012 ) 701 – 708
[6] Jorun I. Marvika, Atsede G. Endegnanewa “Wind turbine model
validation with measurements” DeepWind, 19-20 January 2012,
Trondheim, Norway Energy Procedia 24 ( 2012 ) 143 – 150
[7] Phlearn Jansuya and Yuttana Kumsuwan “Design of
MATLAB/Simulink Modeling of Fixed-Pitch Angle Wind Turbine
Simulator” 10th Eco-Energy and Materials Science and Engineering
(EMSES2012) Energy Procedia 34 ( 2013 ) 362 – 370
Gbr. 10: Profil daya keluaran turbin angin berdasarkan kecepatan angin di
Makassar tahun 2011 [8] Xu Baoqinga,Tian Deb “Simulation and Test of the Blade Models’
Output Characteristics of Wind Turbine “2012 International
Conference on Future Electrical Power and Energy Systems Energy
V. Simpulan
Procedia 17 ( 2012 ) 1201 – 1208
Berdasarkan hasil simulasi, terlihat bahwa [9] http://www.mathworks.com/ diakses pada 12 Januari 2014
kecepatan angin mempengaruhi output daya dari

You might also like