You are on page 1of 8

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Metode asuhan keperawatan telah banyak dikembangkan di Indonesia. Salah
satu metodenya ialah MAKP (Model Asuhan Keperawatan Profesional)
yakni suatu kerangka kerja yang mendefinisikan empat unsur yakni standar,
proses keperawatan, pendidikan keperawatan dan sistem MAKP. Metode
asuhan keperawatan professional dikembangkan sebagai upaya peningkatan
kualitas pelayanan keperawatan dan pemenuhan kepuasan pasien (Nusalam
2015).

Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja perawat dalam melaksanakan


metode atau model asuhan keperawatan professional di sebuah rumah sakit.
Gibson menyatakan bahwa kinerja individu perawat dipengaruhi oleh 3
variabel yaitu variabel individu, variabel organisasi dan variabel
psikologis.Variabel individu, terdiri dari kemampuan, keterampilan,
pengetahuan, demografi dan latar belakang keluarga. Variabel psikologi
terdiri dari persepsi, sikap, motivasi, kepribadian dan belajar. Variabel
organisasi terdiri dari sumber daya, imbalan, beban kerja, struktur, supervisi
dan kepemimpinan (Nursalam, 2015).

Penelitian yang dilakukan oleh Putra dkk (2012) menemukan adanya


hubungan positif dan signifikan antara tingkat pengetahuan perawat dengan
pelaksanaan metode penugasan dalam pelaksanaan Model Praktek
Keperawatan Profesional (MPKP) di RSUD Wates dengan keeratan
hubungan yang kuat. Variable lain telah diteliti oleh Efliani (2014)
menunjukkan bahwa motivasi berpengaruh positif terhadap kinerja perawat
di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta. Badi’ah dkk, (2009)
dalam Nugrahandini (2015) motivasi yang rendah dari perawat akan
memberikan dampak terhadap kinerja perawat yang rendah sehingga secara

1
2

langsung menghasilkan mutu pelayanan yang rendah. Sedangkan motivasi


kerja yang tinggi dari perawat bisa menghasilkan kinerja yang tinggi
sehingga akan dapat mencapai tujuan dari asuhan keperawatan yang
maksimal kemudian tujuan dari rumah sakit yang pada akhirnya akan
tercapai mutu pelayanan rumah sakit yang tinggi dan memuaskan masyarakat
sebagai konsumen.

Berkaitan dengan faktor organisasi yakni aspek kepemimpinan, Walewangko


(2014) menyatakan seorang pemimpin diperlukan dalam menciptakan
suasana kerja yang dapat mendorong perawat untuk melakukan yang terbaik.
Pengaruh kepemimpinan dalam memberikan motivasi kerja menjadi faktor
penting agar pekerja bersedia melaksanakan pekerjaannya dengan semangat,
giat dan memberikan produktifitas yang tinggi. Faktor lain yang telah diteliti
oleh Mathius dkk (2014) didapatkan adanya hubungan fasilitas dan hubungan
insentif atau imbalan dengan kinerja perawat di Rumah Sakit Bhayangkara
Makassar.

Faktor organisasi lain yakni aspek desain pekerjaan. Desain pekerjaan yang
tidak jelas akan mempengaruhi kinerja perawat dalam menjalankan tugas
keperawatan. Hasil ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Ruky (2001)
bahwa desain pekerjaan akan memberikan ketegasan dan standar tugas yang
harus dicapai oleh setiap karyawan, apabila desain pekerjaan yang diberikan
kurang jelas akan mengakibatkan karyawan kurang mengetahui tugas dan
tanggung jawabnya sehingga menghasilkan kinerja yang kurang baik dalam
suatu organisasi (Khaerunisa, 2014).

Sebuah organisasi rumah sakit membutuhkan manajemen pengetahuan yang


tepat dalam menghadapi masalah kinerja diatas untuk meningkatkan kualitas
pelayanan. Hal ini sesuai dengan Yunika (2011) pada Santoso (2015) yang
menjelaskan bahwa aset yang paling berharga dalam manusia ialah
pengetahuan. Perawat membutuhkan pengetahuan untuk meningkatkan
3

kemampuan mereka untuk memperbaiki hasil kerja dan pelayanan mereka


dengan menyediakan kualitas pelayanan untuk klien atau konsumen.
Pengetahuan adalah kebutuhan untuk mengupdate hasil kerja dan pelayanan
sama pentingnya yang dibutuhkan organisasi untuk berkembang. Karyawan
mungkin saja keluar dan masuk, namun pengetahuan tidak dapat hilang di
dalam sebuah organisasi.

Penggunaan strategi manajemen pengetahuan (knowledge management) telah


digunakan oleh banyak organisasi untuk meningkatkan kinerja usaha dan
daya tahan organisasi mereka. Strategi ini menciptakan nilai, meningkatkan
efektifitas dan produktivitas organisasi serta keunggulan kompetitif
organisasi. Santoso dan Widodo (2013) melakukan penelitian untuk
meningkatkan kinerja pendokumentasian asuhan keperawatan di RSI Garam
Kalianget Kabupaten Sumenep berbasis Knowledge Management. Hasilnya
menunjukkan adanya perbedaan kinerja yang signifikan antara sebelum dan
sesudah intervensi. Knowledge Management melalui SECI’s Model
mempunyai peranan penting dalam meningkatkan kinerja pendokumentasian
asuhan keperawatan.

Syarir dkk pada tahun 2015 meneliti tentang Model development of


Profesional Nursing Care Method Based Knowledge Management
(PNCM+KM) to Improve Nursing Performance. Model yang dibuat telah
diberikan pada pelatihan perawat untuk meningkatkan pengetahuan dan
kinerja perawat. Hasil penelitian menunjukkan faktor psikologi, individu dan
organisasi sangat mempengaruhi secara signifikan pada pelaksanaan metode
asuhan keperawatan professional berbasis KM (knowledge management).

Dalam organisasi dibutuhkan transfer pengetahuan. Model transfer


pengetahuan tersebut juga SECI Model. Keuntungan dari penggunaan SECI
Model ini adalah untuk mengapresiasi dinamika dari sifat pengetahuan dan
4

penciptaan pengetahuan dan menyediakan kerangka kerja bagi manajemen


terkait Kosasih (2006) dalam Santoso (2015).

RSUD Dr. H Moch Ansari Saleh Banjarmasin telah melaksanakan sistem


penugasan asuhan keperawatan dengan metode TIM. Berdasarkan hasil
wawancara dengan Kepala Instalasi Rawat Inap telah menggunakan MAKP
metode TIM dimulai sejak tahun 2009 di dua ruangan rawat inap. Kemudian
tahun 2010 dilaksanakan di semua ruangan rawat inap. Pelatihan MAKP juga
telah diberikan. Saat ini metode tim telah berjalan di semua ruangan rawat
inap.

Kegiatan metode pemberian asuhan profesional terdiri dari pelaksanaan


asuhan keperawatan, dokumentasi keperawatan, supervisi, ronde
keperawatan, timbang terima, discharge planning dan sentralisasi obat
(Nursalam, 2015). Studi pendahuluan yang telah dilakukan penulis pada 10
perawat ketua tim di ruang rawat inap, menunjukkan pelaksanaan asuhan
keperawatan professional belum berjalan untuk beberapa kegiatan. Pada
kegiatan pelaksanaan pemberian asuhan keperawatan dan pendokumentasian
asuhan keperawatan, semua ketua tim menyatakan sudah dilakukan oleh
masing-masing tim. Kegiatan supervisi keperawatan dilakukan oleh
supervisor keliling yang mewakili Instalasi Rawat Inap telah dilaksanakan
dan terjadwal. Kegiatan sentralisasi obat telah dilakukan di semua ruangan,
pengawasan dan edukasi penggunaan obat dibantu oleh seorang farmasi
klinis. Selain itu kegiatan discharge planning telah dilaksanakan dan
didokumentasikan dengan baik. Kegiatan discharge planning ini dimulai pada
hari pertama pasien dirawat di ruangan tersebut hingga berakhir pada saat
sebelum pasien tersebut pulang. Pada pelaksanaan kegiatan timbang terima di
samping bed pasien (bedside handover) telah dilaksanakan secara rutin pada
shif pagi di semua ruangan, namun 8 dari 10 ruang rawat inap tidak
melakukan bedside handover pada awal shift siang dan malam. Kegiatan
ronde keperawatan yang terencana dan sesuai konsep tidak pernah dilakukan
5

10 ruangan kecuali jika ada mahasiswa profesi ners praktik stase manajemen,
namun diskusi bersama antara tim kesehatan lain dan tim keperawatan selalu
dilakukan tanpa ada dokumentasi dan perencanaan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi terlaksananya metode asuhan keperawatan


professional tersebut karena peran kepala ruangan sebagai pemimpin yang
memberi dukungan tegas disampaikan oleh 4 dari 10 ketua tim, pembagian
tugas yang jelas disampaikan oleh 6 dari 10 ketua tim, pengawasan dan
supervisi dari atasan disampaikan oleh 8 dari 10 ketua tim. Sedangkan faktor
yang menghambat tidak terlaksananya beberapa kegiatan seperti ronde
keperawatan dan timbang terima ialah disebabkan kesulitan mengumpulkan
tim keperawatan dan tim kesehatan lain pada satu waktu.

Berkaitan dengan fenomena diatas, penulis ingin mengembangkan model


asuhan keperawatan professional dengan menggunakan metode KM SECI
untuk meningkatkan kinerja perawat melakukan metode asuhan keperawatan
professional di ruang rawat inap RSUD Dr. H Moch Ansari Saleh
Banjarmasin. Diharapkan dengan penerapan Knowledge Management SECI
Model’s dalam pengembangan model asuhan keperawatan dapat
meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan di instalasi rawat inap rumah
sakit.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana pengaruh faktor individu perawat terhadap pelaksanaan
MAKP di ruang rawat inap?
1.2.2 Bagaimana pengaruh faktor psikologi perawat terhadap pelaksanaan
MAKP di ruang rawat inap?
1.2.3 Bagaimana pengaruh faktor organisasi perawat terhadap pelaksanaan
MAKP di ruang rawat inap?
1.2.4 Bagaimana bentuk pengembangan MAKP melalui metode KM SECI
di ruang rawat inap?
6

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Membuat pengembangan model asuhan keperawatan professional
(MAKP) melalui metode KM SECI untuk meningkatkan kinerja
Perawat dalam pelaksaaan MAKP di ruang rawat inap.

1.3.2 Tujuan Khusus


1.3.2.1 Menganalisis pengaruh variabel indvidu perawat terhadap
pelaksanaan MAKP di ruang rawat inap.
1.3.2.2 Menganalisis pengaruh variabel psikologi perawat terhadap
pelaksanaan MAKP di ruang rawat inap
1.3.2.3 Menganalisis pengaruh variabel organisasi perawat terhadap
pelaksanaan MAKP di ruang rawat inap.
1.3.2.4 Membuat pengembangan MAKP melalui KM SECI di ruang
rawat inap.

1.4 Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan kepada RSUD
Dr. H Moch Ansari Saleh Banjarmasin dalam meningkatkan kinerja perawat
melakukan MAKP di instalasi rawat inap.

1.5 Penelitian Terkait


Penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian ini ialah:
1.5.1 Model development of Profesional Nursing Care Method Based
Knowledge Management (PNCM+KM) to Improve Nursing
Performance yang dilakukan oleh Syarir dkk tahun 2015. Jenis
penelitian research and development (R&D) dengan variable Variabel
Independen: Individu (X1), Psikologi (X2), Organisasi (X3),
Knowledge transfer Process (X4) dan teknologi (X5). Model yang
dibuat telah diberikan pada pelatihan perawat meningkatkan
7

pengetahuan dan kinerja perawat, dan Metode asuhan keperawatan


professional (X6). Populasi dan sampel 140 perawat di rumah sakit.
Hasil penelitian Faktor Psiokologi, individu dan organisasi sangat
mempengaruhi secara signifikan pelaksanaan metode asuhan
keperawatan professional berbasis KM. Distingsi penelitian yang akan
dilaksanakan dibanding penelitian ini ialah model SECI digunakan
sebagai variable intervening yang merupakan salah satu metode
Knowledge Management.

1.5.2 A Knowledge Management Model: Implication for enhancing quality


in health care oleh Orzano pada tahun 2008. Metode penelitian
literature review dengan analisis a qualitative analysis of
transcriptions from observational and interview data. Hasil
penelitiannya ialah manajemen pengetahuan adalah sebuah konstruksi
yang relevan dengan analisis organisasi dan analisis perilaku
fungsional di tempat pelayanan pertama. Distingsi penelitian yang
akan dilaksanakan dibanding penelitian ini ialah jenis penelitian serta
populasi lebih khusus pada perawat instalasi rawat inap.

1.5.3 Pengaruh Faktor Knowledge Management terhadap kinerja petugas


pada Rumah Sakit Umum Daerah Tenriawaru Bone pada tahun 2013
oleh A Artifasari, Variable Dependen: Personal Knowledge, Job
procedur, learning organization, teknologi, Variabel Independen:
Kinerja. Metode analisis regresi. Hasil penelitian menunjukkan
terdapat pengaruh yang signifikan antara personal knowledge terhadap
kinerja. Job procedure tidak berpengaruh terhadap kinerja petugas.
Technology tidak berpengaruh kinerja petugas. Terdapat pengaruh
yang positif dan signifikan learning organization terhadap kinerja.
Distingsi penelitian yang akan dilaksanakan dibanding penelitian ini
ialah populasi lebih khusus pada perawat instalasi rawat inap.
8

1.5.4 Keselamatan Pasien Berbasis Knowledge Management SECI Sebagai


Peningkatan Kompetensi Mahasiswa Keperawatan pada tahun 2015
oleh Harianto dkk. Populasi dan sampel ialah mahasiswa keperawatan.
Dengan variable independen ialah pelaksanaan training, faktor
psikologis, organisasi. Variabel dependen ialah kompetensi
keselamatan pasien. Dengan hasil faktor psikologis dan organisasi
secara umum mempengaruhi kompeten keselamatan pasien pada
mahasiswa. Pengetahuan dapat meningkatkan kompetesi mahasiswa
perawat melakukan tindakan keselamatan pasien. Distingsi penelitian
yang akan dilaksanakan dibanding penelitian ini ialah populasi dan
tujuan penelitian untuk kinerja pelaksanaan MAKP.

1.5.5 Peningkatan Kinerja Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Berbasis


Knowledge Management SECI’s Model oleh Santoso dan
Pudjirahardjo pada tahun 2013. Populasi dan sampel dalam penelitian
ini adalah perawat di RSI Gara Kalianget Kabupaten Sumenep.
Variabel independen adalah knowledge, motivasi, beban kerja perawat.
Variabel dependen adalah kinerja pendokumentasian askep dan
komunikasi efektif SBAR. Metode penelitiannya adalah action
research. Analisis menggunakan uji paired t test. Hasil penelitian
menunjukkan ada perbedaan knowledge, kinerja pendokumentasian
dan kinerja komunikasi efektis SBAR sebelum dan sesudah intervensi.
Distingsi penelitian yang akan dilakukan dibanding penelitian ini ialah
tujuan penelitian untuk kinerja pelaksanaan kegiatan MAKP.

You might also like