You are on page 1of 27

Hepatitis C Virus

(HCV)
The Epidemiology, transmission,
diagnosis, and outcome of Hepatitis C virus infection.

1. EMMY NOVIARINI N 176100100111026


2. SYAMSIKA TAHIR 176100100111027
3. PASCARADA JUANTY 176100100111028
4. RAUDHATUL JANNAH 176100100111030
OUTLINE
EPIDEMIOLOGI
01 THE EPIDEMIOLOGY

MEKANISME PENULARAN
02 THE TRANSMISSION

DIAGNOSIS
03 DIAGNOSIS

KASUS HCV DI INDONESIA


04 OUTCOME OF HCV INFECTION – THE
OUTBREAK CASE

PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN


05 THE PREVENTION AND ACCESS TO
TREATMENT
 Hepatitis C adalah suatu
penyakit yang disebabkan oleh
virus hepatitis C yang dapat
menimbulkan peradangan
bahkan kerusakan sel –sel hati.

 Virus ini dapat mengakibatkan


infeksi seumur hidup, sirosis
hari, kanker hati dan kematian.

 Belum ada vaksin yang dapat


melindungi terhadap HCV, dan
diperkirakan 3% masyarakat
Indonesia terinfeksi virus ini.

 Penyebab hepatitis C adalah Virus


hepatitis C yang temasuk kelas
Flaviviridae genus hepacivirus dan
memiliki selubung glikoprotein
dengan RNA rantai tunggal.
I. THE EPIDEMIOLOGY
EPIDEMIOLOGI VIRUS HEPATITIS C (HCV)
HEPATITIS C VIRUS (HCV)
Hepatitis virus akut merupakan infeksi sistemik yang
dominan menyerang hati.

Hampir semua kasus hepatitis akut disebabkan oleh salah


satu dari lima jenis virus meliputi virus hepatitis A (HAV),
virus hepatitis B (HBV), virus hepatitis C (HCV), virus
hepatitis D (HDV) dan virus hepatitis E (HEV).

Semua virus tersebut merupakan virus RNA kecuali virus


hepatitis B.

Umumnya genotip yang ada pada penderita adalah:

Tipe genotip 1, genotip ini lebih sulit untuk ditangani &


membutuhkan waktu pengobatan yang panjang yaitu
1 tahun,
Umumnya terdapat pada orang Indonesia.

Tipe genotip 2, membutuhkan waktu pengobatan relatif


singkat yaitu 6 bulan.
Di Indonesia belum terdapat laporan resmi mengenai
infeksi VHC, namun menurut laporan lembaga tranfusi
darah didapatkan sekitar 2% positif terinfeksi.

Pada studi populasi umum di Jakarta prevalensi VHC


sekitar 4%. Pada umumnya transmisi terbanyak adalah
berhubungan dengan tranfusi darah terutama yang
dilakukan sebelum penapisan donor darah untuk VHC
oleh PMI.

Infeksi VHC juga dihubungkan dengan status ekonomi


yang rendah, pendidikan kurang dan perilaku seksual
yang berisiko tinggi.

Beberapa laporan juga menyebutkan bahwa dapat terjadi


infeksi VHC melalui tindakan-tindakan medic seperti
endoskopi, perawatan gigi, dialysis maupun operasi.

Selain itu, VHC juga dapat ditransmisikan melalui luka


tusukan jarum. Pada umumnya, genotip yang didapatkan di
Indonesia adalah genotip 1 (sekitar 60-70%) diikuti oleh
genotype 2 dan 3.

Prevalensi yang tinggi didapatkan pada pasien pengguna


narkotika suntik (>80%) dan pasien dialysis (70%).
II. THE TRANSMISSION OF HEPATITIS C VIRUS
MEKANISME PENULARAN

Penularan Hepatitis C Hubungan seksual


biasanya melalui beresiko juga Melalui
kontak langsung tranfusi darah atau
dengan darah atau komponen produk
produknya dan jarum darah, hemodialisa,
atau alat tajam lainnya dan penyuntikan obat
yang terkontaminasi. secara intravena.

Dalam kegiatan
Perlengkapan pribadi
sehari-hari banyak
yang terkena kontak
resiko terinfeksi
oleh penderita dapat
Hepatitis C seperti
menularkan virus
darah yang berasal dari
Hepatitis C (seperti
luka yang terpotong
sikat gigi, alat cukur
atau mimisan dan
atau alat manicure).
lainnya.
THE TRANSMISSION OF HEPATITIS C VIRUS
Daur Hidup Virus Hepatitis C

HCV masuk ke dalam hepatosit Virus dapat membuat sel hati


Kemudian protein inti dari virus
dengan mengikat suatu reseptor memperlakukan RNA virus
menembus dinding sel dengan suatu
seperti miliknya sendiri.
permukaan sel yang spesifik. proses kimiawi dimana selaput
lemak bergabung dengan dinding sel Selama proses ini virus menutup
Reseptor ini belum dan selanjutnya dinding sel akan fungsi normal hepatosit atau
teridentifikasi secara jelas, melingkupi dan menelan virus serta m membuat lebih banyak lagi
namun protein permukaan CD8 embawanya ke dalam hepatosit. hepatosit yang terinfeksi
adalah suatu HCV binding kemudian membajak mekanisme
Di dalam hepatosit, selaput virus sintesis protein hepatosit dalam
protein yang memainkan (nukleokapsid) melarut dalam memproduksi protein yang
peranan dalam masuknya virus. sitoplasma dan keluarlah RNA dibutuhkannya untuk berfungsi
virus (virus uncoating) yang dan berkembang biak.
Salah satu protein khusus virus selanjutnya mengambil alih peran
yang dikenal sebagai protein E2 bagian dari ribosom hepatosit dalam RNA virus dipergunakan sebagai
menempel pada reseptor site di membuat bahan-bahan untuk cetakan (template) untuk
proses reproduksi. memproduksi masal poliprotein
bagian luar hepatosit.
(proses translasi).
Continue…

Poliprotein dipecah dalam Sekarang RNA virus mengopi dirinya se Proses ini berlangsung terus dan
unit-unit protein yang lebih kecil. ndiri dalam jumlah besar (miliaran kali) memberikan kesempatan untuk
Protein ini ada 2 jenis yaitu untuk menghasilkan bahan dalam mem terjadinya mutasi genetik yang
protein struktural dan regulatori. bentuk virus baru. menghasilkan RNA untuk strain baru
Protein regulatori memulai virus dan subtipe virus hepatitis C.
sintesis kopi virus RNA asli. Hasil kopi ini adalah bayangan cermin
RNA orisinil dan dinamai RNA negatif. Setiap copy virus baru akan
RNA negatif lalu bertindak sebagai berinteraksi dengan protein struktural,
cetakan (template) untuk memproduksi yang kemudian akan membentuk
serta RNA positif yang sangat banyak nukleokapsid dan kemudian inti virus
yang merupakan kopi identik materi baru. Amplop protein kemudian akan
genetik virus. melapisi inti virus baru.

Virus dewasa kemudian dikeluarkan


dari dalam hepatosit menuju ke
pembuluh darah menembus membran
sel.
III. DIAGNOSIS
Rangkaian tes yang digunakan umunya adalah tes EIA untuk
mengukur antibodi Hepatitis,tes HCV RNA hepatitis untuk mengukur
level virus & genotip virus, dan biopsi hati untuk mengukur tingkat ke
parahan akibat Hepatitis.

Biasanya, tes pertama pasien akan mendapatkan tes skrining yang


akan menunjukkan apakah dia telah mengembangkan antibodi
terhadap virus Hepatitis C atau tidak. (Antibodi adalah suatu zat
terdapat dalam darah yang diproduksi oleh tubuh sebagai respon
terhadap suatu virus).

Jika hasil tes antibodi positif berarti bahwa seseorang telah terkena
virus pada suatu waktu, kemudian dokter kemungkinan besar akan
melakukan tes kedua untuk mengkonfirmasi apakah virus masih ada
dalam aliran darah atau tidak.

Jika terdapat virus maka maka tes genetik akan dilakukan untuk
memeriksa tipe genotip HCV.
penelitian telah dilakukan di berbagai
wilayah terpencil penduduk asli
indonesia dan kelompok orang
(anggota meliter ) yg diduga terinfeksi,
dengan melakukan donor darah.

Penelitian ini dilakukan dr tahun 1990 –


1997 hasil yg diperoleh ternyata lebih ba
nyak terinfeksi Hepatitis B (37 sampai 68
% ) dibandingkan hepatitis C
( 1,5% di Jawa dan 1,0% di luar Jawa).
Untuk mendapatkan data tingkat nasional telah dilakukan pada tahun 2007 melalui
sebuah proyek surveilans nasional untuk mengumpulkan sampel dari 21 dari 33
provinsi
Di Indonesia, informasi tentang prevalensi HBV dan HCV
sangat kurang hal ini disebabkan oleh beberapa faktor sebagai
berikut;

proses pengumpulan data terhadap pasien yang sakit sangat kurang


(melaporkan infeksi akut dan kronis) hambatan geografis untuk pengumpulan data

fasilitas pengujian terbatas untuk deteksi HBV atau HCV kronis, yang menyebabkan
sebagian besar orang masih tidak terdiagnosis.

Kurangnya partisipasi dari pasien yang terinfeksi untuk melaporkan diri


Pengantar:
Paradigma penyakit HCV bervariasi menurut negara berdasarkan faktor risiko historis,
program skrining dan tingkat pengobatan.

Banyak penelitian telah meneliti tingkat infeksi HCV regional, pada pengukuran prevalensi anti-HCV
.
Pada penelitiian ini dalam mensensus penyakit HCV dilihat dari :
- Jumlah total infeksi viremik [HCV ribonucleic acid (RNA) positif],
- Jumlah total individu yang didiagnosis dengan viraemik,
- Jumlah viraemia baru didiagnosis,
- Jumlah tahunan pasien yang diobati dan
- jumlah transplantasi hati dikaitkan dengan HCV di setiap negara.
Metodologi: Melalui situs web, panel ahli di setiap negara memberikan proses konferensi lokal,
Hepatitis C di Indonesia
Indonesia Antara tahun 2007 dan 2009, Kementerian Kesehatan
Populasi HCV Prevalensi anti-HCV tahun 2007 melaporkan sekitar 18.000 orang didiagnosis dengan
diperkirakan 0,8% (kisaran 0,1% di Sumatera Barat HCV.
sampai 1,7% di Aceh).
Berdasarkan jumlah kasus terdiagnosis tahun ini sampai
Tingkat viraemik tahun 1992-2007 akan menunjukkan bahwa pada tahun
diperkirakan 66% berdasarkan studi yang lebih tua ; 2009 sebanyak 90.000 antiHCV atau 59 100 individu
Namun,perkiraan ini sejalan dengan perkiraan yang viraemik telah didiagnosis.
baru-baru ini tidak dipublikasikan (konsensus ahli).
Ini sesuai dengan prevalensi viraemik 0,5% (0,1-1,1%) Selain itu, dari tahun 2010 sampai 2014, dilaporkan
pada tahun 2007, atau 1. 214.000 (182.000-2 534.000) antara 8400 dan 12100 individu diagnosis HCV setiap
individu yang terinfeksi. tahun melalui donor darah atau sekitar 35 500 individu
yang didiagnosis dengan viraemi.
Didiagnosis ada 121.000 individu viraemik
(sekitar 10% populasi viraemik) dengan diagnosis HCV Secara keseluruhan, ini menunjukkan total 94 600 kasus
kronis yang diketahui pada tahun 2013. viraemia yang didiagnosis dan dilaporkan
Penanganan dan Pengobatan
Transplantasi hati
Transplantasi hati jarang terjadi di
Indonesia, karena banyak
Diperkirakan bahwa 230 pasien pasien bepergian ke luar negeri
diobati setiap tahun berdasarkan untuk melakukan
data IMS untuk unit standar transplantasi
Peg-IFN yang dijual setelah
disesuaikan dengan pelaporan
kurang dan peningkatan
pengobatan pasien genotipe 2.
Di satu rumah sakit besar di
Jakarta, telah ada total 13
tindakan transplantasi hati.
Tidak satu pun pasien yang
dirawat terinfeksi HCV.
Case
Berdasarkan jurnal ini, sekitar
80-150 juta orang terinfeksi virus Penelitian ini dilakukan dengan
hepatitis C (HCV) kronis di seluruh meninjau yang sistematis
dunia yang dan mengakibatkan berdasarkan survei pada bulan
499.000 kematian setiap tahun. September-Desember 2014.

Secara global sekitar 16 juta Dengan mengumpulkan data


menderita hepatitis kronis. Dari lima negara yaitu Georgia
Asia Tenggara dan Eropa Timur ,Rusia,Ukraina, Myanmar dan
termasuk di antara daerah tingkat Indonesia.
infeksi tertinggi yaitu 2% dan 2,9%.
Pada “People Who Inject
Infeksi HCV kronis umumnya Drugs” (PWID) yang
terjadi karena tida adanya gejala merupakan orang-orang yang
yang tampak dalam jangka waktu menyuntikkan zat psikotropika
yang lama sehingga kebanyakan untuk tujuan non medis di
individu yang terinfeksi tidak enam bulan terakhir.
menyadarinya
Continue…

Prevalensi HCV di antaraPWID ditemukan


Berdasaran data epidemiologi dan perkiraan 18-63 kali lipat lebih tinggi dibandingkan
burden of disease dari tinjauan literatur bahwa populasi umum. Dalam hal beban penyakit,
jumlah PWID di Indonesia mencapai 74,326 diperkirakan 7,37 juta orang dewasa telah terinfe
merupakan urutan kedua dari 5 negara yang diti ksi HCV di lima negara, termasuk 2.01 juta PWI
njau. D (27,3%).

Data dari tinjauan sistematis ini menunjukkan PWID membawa beban penyakit relatif
tingginya presentase koinfeksi HCV/HIV pada epidemi yang sangat tinggi, terutama 25,6%
PWID (infeksi yang terjadi secara bersamaan), di Georgia, 21,5% di Ukraina dan 40,4%
dengan tingkat prevalensi tertinggi Myanmar, di Rusia dari total infeksi HCV.
sedangkan indonesia sebanyak 9514.
Untuk dua negara di kawasan Asia, beban
penyakit relatif lebih rendah, namun tetap
signifikan sebanyak 5,6% di Myanmar dan 2,7%
di Indonesia.
Penanganan dan Pengobatan

Jumlah perawatan yang disediakan


pada tahun 2013
pada umumnya sangat rendah bila
dibandingkan dengan jumlah
penderita HCV kronis.
CONCLUSIONS
KESIMPULAN

Penularan Hepatitis C biasanya Program penanganan seperti


melalui kontak langsung dengan deteksi dan pengobatan terhadap
darah atau produknya dan jarum individu yang terjangkit
atau alat tajam lainnya yang HCV masih relatif rendah.
terkontaminasi.
Diperkirakan kurang dari 10%
Berbagi pakai Perlengkapan yang telah mendapatakan
pribadi yang terkena kontak perawatan pada saat kondisinya
oleh penderita dapat menularkan telah kronis
virus Hepatitis C (seperti sikat
gigi, alat cukur atau alat Jika masuk ke dalam darah maka HCV
manicure). akan segera mencari hepatosit (sel hati) dan
kemungkinan sel limfosit B.

Hanya dalam sel hati HCV bisa


berkembang biak. Sulitnya membiakkan
HCV pada kultur, juga tidak adanya
model binatang non-primata merupakan
faktor lambatnya laju terhadap riset HCV.
References
Bell, B. 2009. Chronic Hepatitis C. http://www.digestive.niddk.nih.gov/ddiseases/p diakses pada 12 Maret 2018

CDC: “Hepatitis C Information for the Public” http://www.cdc.gov/hepatitis/c/cfaq.htm diakses pada tanggal 13 Maret 2018

Liakina,V. Hamid,, S. Tanaka, J. Olafsson, S. et, al,. Historical epidemiology of hepatitis C virus (HCV) in select countries – volume 3. Journal of Viral Hep
atitis, 2015, 22 (Suppl. 3), 4–20

Sibley A, Han KH, Abourached A, Lesmana LA, Makara M, Jafri W, Salupere R, Assiri AM, Goldis A, Abaalkhail F, et al. The present and future disease b
urden of hepatitis C virus infections with today’s treatment paradigm – volume 3. J Viral Hepat 2015 Dec;22(Suppl 4):21-41.

WHO: “Hepatitis C” http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs164/en/ diakses pada tanggal 13 Maret 2018

WHO. Hepatitis B fact sheet no. 204. 2015. [cited Dec 30, 2016]. Available from: http://www.who.int/mediacentre/ factsheets/fs204/en/.

WHO Regional Office for South-East Asia. Report of an informal consultation to develop a “regional strategy” for the control of viral hepatitis. New Delhi:
WHO-SEARO; 2012. p. 16-18 [cited December 20, 2016]. Available from: http:// apps.who.int/iris/bitstream/10665/206217/1/B4887.pdf.
Thank you

You might also like