You are on page 1of 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dakwah menuju jalan Allah itu memerlukan metode tertentu dalam menghadapi
segala kerusakan akidah, perundang-undangan, dan perilaku. Oleh sebab itu kita banyak
mendapati para pengemban petunjuk yang tediri atas para sahabat, tabiin dan generasi
sesudahnya yang meneliti dengan cermat tempat turunnya Al-Qur’an ayat demi ayat, baik
dalam hal waktu ataupun tempatnya. Penelitian ini merupakan pilar kuat dalam sejarah
perundang-undangan yang menjadi landasan bagi para peneliti untuk mengetahui metode
dakah, macam-macam seruan, dan pentahapan dalam penetapan hukum dan perintah.
Seperti yang dikatakan oleh Ibn Mas’ud r.a: “Demi Allah yang tiada tuhan selain Dia,
setiap surah Qur’an diketahui dimana surah itu diturukan; dan tiada satu ayat pun dari
kitab Allah kecuali pasti kuketahui mengenai apa ayat itu di turunkan. Sekiranya aku tahu
ada seseorang yang lebih tahu daripada ku mengenai kitab Allah, dan dapat ku jangkau
orang itu dengan unta ku, pasti aku pacu unta ku kepadanya.”1
Orang yang membaca Al-Qur’anul Karim akan melihat bahwa ayat-ayat Makkiah
mengandung karakteristik yang tidak ada dalam ayat-ayat Madaniah, baik dalam irama
maupun maknanya; sekalipun yang kedua ini didasarkan pada yang pertama dalam
hukum-hukum dan perundang-undangan.
Demikianlah, akan kita lihat Qur’an surah Makkiah itu penuh dengan ungkapan-
ungkapan yang kedengarannya amat keras ditelinga, huruf-hurufnya seolah melontarkan
api ancaman dan siksaan, masing-masing sebagai penahan dan pencegah. Berbeda
dengan ayat-ayat Madaniah yang panjang-panjang membicarakan hukum-hukum islam
serta ketentuan-ketentuannya, mengajak berjihad dan ber-qurban di jalan Allah kemudian
menjelaskan dasar-dasar perundang-undangan, dsb.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Makki dan Madani?
2. Apa perbedaan ayat-ayat Makki dan Madani?
3. Bagaimana ketentuan dan ciri khas ayat-ayat Makki dan Madani?
4. Apa manfaat mengerti ayat-ayat Makki dan Madani?

1
H.R. Bukhari

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Makki dan Madani
2. Untuk mengetahui perbedaan ayat-ayat Makki dan Madani
3. Untuk mengetahui ketentuan dan ciri khas ayat-ayat Makki dan Madani
4. Untuk mengetahui manfaat mengerti ayat-ayat Makki dan Madani

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Makki dan Madani


Makkiyah yaitu ayat yang diturunkan kepada Rasulullah sebelum hijrah
kemadinah. Madaniyah yaitu ayat yang diturunkan kepada Rasulullah setelah hijrah ke
Madinah ( Muhammad Gufron:2017).
B. Perbedaan ayat-ayat Makki dan Madani
Untuk mengetahui Makkiyah dan Madaniyah dapat ditempuh dengan dua metode:
1. Sima’ie Naqli. Maksudnya, mengetahui Makkiah dan Madaniah dengan cara melalui
riwayat.
2. Qiyasi Ijtihadi. Maksudnya, mengetahui Makkiah dan Madaniah dengan cara
penerapan ijtihad yang didasarkan pada ciri-ciri Makkiah dan Madaniah.
Untuk membedakan Makki dan Madani, para ulama mempunyai tiga macam
pandangan yang masing-masing mempunyai dasar senidri, yaitu:
1. Dari segi waktu turunnya.
Makki adalah yang diturunkan sebelum hijrah meskipun bukan di Mekkah.
Madani adalah yang diturunkan sesudah hijrah sekalipun bukan di Madinah. Yang
diturunkan sesudah hijrah sekalipun di Mekkah atau Arafah, adalah Madani, seperti
yang diturunkan pada tahun peaklukan kota Mekkah, misalnya frman Allah :

“sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak


menerimanya...” (An-Nisa’/4:58).
Ayat ini diturunkan di Mekkah, dalam Ka’bah pada tahun penaklukan
Mekkah; atau yang diturunkan pada haji Wada’, seperti firman Allah:

“...Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku
cukupkan nekmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridhoi Islam sebagai Agamamu...” (Al-
Maidah/5:3)2
2. Dari segi tempat turunnya.
Makki ialah yang turun di Mekkah dan sekitarnya, seperti Minah, Arafah, dan
Hudaibiyah. Dan Madani ialah yang turun di Madinah dan sekitarnya, seperti Uhud,

2
Dalam hadits shahih dari Umar dijelaskan, ayat itu turun pada malam Arafah hari Jum’at tahun Haji Wada’.

3
Quba, dan Sil’. Pendapat ini mengakibatkan tidak adanya pembagian secara konkrit
yang mendua, sebab yang turun dalam perjalanan, di Tabuk atau di Baitul Maqdis
tidak termasuk kedalam salah satu bagiannya,3 sehingga ia tidak dinamakan Makki
dan tidak juga Madai. Juga mengakibatkan bahwa yang diturunkan di Mekkah
sesudah hijrah disebut Makki.
3. Dari segi sasarannya
Makki adalah yang seruannya ditujukkan kepada penduduk Mekkah. Dan
Madani adalah yang seruannya ditujukkan pada penduduk Madinah. Berdasarkan
pendapat ini, para pendukungnya meyatakan bahwa ayat Qur’an yang mengandung
seruan ya ayyuhan nas (wahai manusia) adalah Makki; sedankan ayat yang
mengandung seruan ya ayyuhal ladzina amanu (wahai orang-orang yang beriman)
adalah Madani.
C. Ketentuan dan ciri khas ayat-ayat Makki dan Madani
Ketentuan Makki, diantaranya adalah:
1. Setiap surah yang didalamnya mengandung “sajdah” maka surah itu Makki.
2. Setiap surah yang mengandung lafal kallā, berarti Makki. Lafal ini hanya terdapat
dalam separuh terakhir dari Al-Qur’an. Dan disebutkan sebanyak tiga puluh kali
dalam lima belas surah.
3. Setiap surah yang mengandung yā ayyuhan nas, dan tidak mengandung yā ayyuhal
lazina āmanu, berarti Makki, kecuali surah Al-Hajj yang pada akhir surah terdapat yā
ayyuhal lazina āmanur-ka ‘u wasjudu. Namun demikian sebagian besar ulama
berpendapat bahwa ayat tersebut adalah ayat Makki.
4. Setiap surah yang mengandung kisah para nabi dan umat terdahulu adalah Makki,
kecuali surah Al-Baqarah.
5. Setiap surah yang mengandung kisah Adam dan Idris adalah Makki, kecuali surah Al-
Baqarah.
6. Setiap surah yang dibuka dengan huruf-huruf singkatan, seperti Alif Lām Mim, Alif
Lām Rā, Hā Mim dan lain-lainnya, adalah surah Makki, kecuali surah Al-Baqarah dan
Ali ‘Imran. Sedangkan surah Ar-Ra‘d masih diperselisihkan.3

3
Surah AL-Fath turun dalam perjalanan. Dan firman Allah: “sekiranya (yang kamu serukan kepada mereka) ada
keuntungan yang mudah diperoleh dan perjalanan yang tidak seberapa jauh, niscaya mereka mengikutimu...”
(At-Taubah/9:42), turun di Tabuk. Sedang firman Allah: “dan tanyakanlah (Muhammad) kepada raul-rasul kami
yang telah kami utus sebelum engkau..” (Az-Zukhruf/43:45), turun di Baitul Maqdis pada malam Isra’.

4
Sedangkan dari segi ciri khas tema dan gaya bahasa Makki, diantaranya
adalah:
1. Ajakan kepada tauhid dan beribadah hanya kepada Allah, pembuktian mengenai
risalah, kebangkitan dan hari pembalasan, hari kiamat dan kengeriannya, neraka dan
2. siksaanya, surga dan nikmatnya, argumentasi terhadap orang musyrik dengan
menggunakan bukti-bukti rasional dan ayat-ayat kauniah.
3. Peletakan dasar-dasar umum bagi perundang-undangan dan akhlak mulia yang
menjadi dasar terbentuknya suatu masyarakat; dan penyingkapan dosa orang musyrik
dalam penumpahan darah, memakan harta anak yatim secara zalim, penguburan
hidup-hidup bayi perempuan, dan tradisi buruk lainnya.
4. Menyebutkan kisah para nabi dan umat-umat terdahulu sebagai pelajaran bagi mereka
sehingga mengetahui nasib orang yang mendustakan sebelum mereka; dan sebagai
hiburan buat Rasulullah sehingga ia tabah dalam menghadapi gangguan mereka dan
yakin akan menang.
5. Suku katanya pendek-pendek disertai kata-kata yang mengesankan sekali,
pernyataanya singkat, ditelinga terasa menembus dan terdengar sangat keras,
mengetarkan hati, dan maknanya pun meyakinkan dengan diperkuat dengan lafal-
lafal sumpah; seperti surah-surah yang pendek-pendek. Dan perkecualiannya hanya
sedikit.
Ketentuan Madani, diantaranya adalah:
1. Setiap surah yang berisi keajiban atau had (sanksi) adalah Madani.
2. Setiap surah yang didalam nya disebutkan orang-orang munafik adalah Madani,
kecuali surah Al-‘Ankabut adalah Makki.
3. Setiap surah yang didalamnya terdapat dengan ahli kitab adalah Madani.
Sedangkan dari segi ciri khas tema dan gaya bahasa Madani, diantaranya
adalah:
1. Menjelaskan ibadah, muamalah, had, kekeluargaan, warisan, jihad, hubungan sosial,
hubungan internasional, baik diwaktu damai maupun diwaktu perang, kaidah hukum
dan masalah perundang-undangan.
2. Seruan terhadap Ahli Kitab dari kalangan Yahudi dan Nasrani, dan ajakan kepada
mereka untuk masuk islam, penjelasan mengenai penyimpangan mereka terhadap
kitab-kitab Allah, permusuhan mereka terhadap kebenaran dan perselisihan mereka
setelah ilmu datang kepada mereka karena rasa dengki diantara sesama mereka.

5
3. Menyingkap perilaku orang munafik, menganalisis kewajibannya, membuka
kedoknya, dan menjelaskan bahwa ia berbahaya bagi agama.
4. Suku kata dan ayatnya panjang-panjang dan dengan gaya bahasa yang memantapkan
syariat serta menjelaskan tujuan dan sasarannya.

D. Manfaat mengerti ayat-ayat Makki dan Madani


Pengetahuan tentang Makki dan Madani banyak manfaatnya, diantaranya:
1. Bukti ketinggian bahasa Al-Qur’an. Sebab didalam nya Allah mengajak bicara setiap
kaum sesuai keadaan mereka baik dengan penyampaian yang keras maupun lembut.
2. Sebagai pelaksanaan syariat Islam secara bertahap. Sebab Al-Qur’an turun secara
berangsur-angsur sesuai keadaan dan kesiapan umat di dalam menerima dan
melaksanakan syari’at yang diturunkan.
3. Sebagai pendidikan para dai untuk mengikuti metode Al-Qur’an dalam tata cara
peyampaian tema, yaitu memulai dari perkara yang paling penting serta menggunakan
kekerasan dan kelembuta sesuai kondisi.
4. Pembeda antara nasikh dan mansukh. Kalau ada dua ayat yaitu madaniyah dan
makkiyah yang keduanya memenuhi syarat-syarat hukum naskh, maka ayat
madaniyah menjadi nasikh, sebab ayat madaniyah datang setelah ayat makkiyah.
5. Mengetahui sejarah hidup Nabi melalui ayat-ayat Al-Qur’an. Sebab turunnya wahyu
kepada Rasulullah sejalan dengan sejarah dakwah dengan segala peristiwanya, baik
pada periode Mekkah maupun periode Madinah, sejak permulaan turun wahyu hingga
ayat terakhir diturunkan.

6
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Al-Qur’an diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad tidak secara langsung,
tetapi secara berangsur angsur dan terjadi pada beberapa tempat dan beberapa periode.
Karena perbedaan tempat dan perbedaan periode inilah ayat-ayat Al-Qur’an memiliki
penggolongan yang berbeda-beda. Ada yang digolongkan sebagai ayat Makki dan ayat
Madani. Penggolongan ayat-ayat Makki dan Madani selain didasarkan pada periode
turunnya dan tempat turunnya, didasarkan pula pada sasaran dari isi kandungan yang
terdapat pada ayat tersebut.
Ketentuan dan ciri khas yang dimiliki antara ayat-ayat Makki dan Madani pun
berbeda-beda. Hal ini dapat memudahkan kita dalam mempelajari yang mana saja yang
termasuk kedalam ayat Makki dan Madani, sehingga dalam membedakannya pun
menjadi tidak sulit.
Mempelajari dan mengetahui ayat-ayat yang menjadi bagian dari Makki dan
Madani memilki beberapa manfaat seperti pembeda antara ayat-ayat yang nasikh dan
mansukh, dll.
B. Kritik dan Saran
Demikianlah makalah ini kami buat, kami menyadari baha makalah yang kami
buat masih jauh dari kata sempurna dan masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena
itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat kami harapkan demi
perbaikan kedepannya.

7
DAFTAR PUSTAKA

A.S., Mudzakir (Penterjemah). 2016. Studi Ilmu-ilmu Qur’an. Bogor: Litera AntarNusa.

Gufron, Mohammad, dan Rahmawati. 2017. Ulumul Qur’an Praktis dan Mudah. Yogyakarta:
Kalimedia.

Chair, Abdul. 2014. Perkenalan Awal Dengan Al-Qur’an. Jakarta. PT Rineka Cipta.

You might also like