You are on page 1of 18

BAB IV

EVALUASI

A. Komunikasi SBAR

Hasil kuesioner

1. Pengetahuan tentang komunikasi SBAR

PENGETAHUAN TENTANG KOMUNIKASI


SBAR
TAHU TIDAK TAHU
87.5

69

31
12.5

SEBELUM SESUDAH

Keterangan:

Dari diagram diatas didapatkan bahwa lebih dari separuh perawat (69%)

telah memahami tentang komunikasi SBAR

31
2. Sikap tentang komunikasi SBAR

SIKAP TERHADAP KOMUNIKASI SBAR


BAIK TIDAK BAIK

100
75
25

0
SEBELUM SESUDAH

Keterangan:

Dari diagram diatas didapatkan data bahwa seluruh perawat (100 %)

memiliki sikap yang baik tentang komunikasi SBAR

Observasi

1. Perawat melakukan komunikasi SBAR

MELAKUKAN KOMUNIKASI SBAR


DILAKUKAN TIDAK DILAKUKAN
100

100
0

OBSERVASI 1 OBSERVASI 2

Keterangan:

1) Dari diagram diatas didapatkan data bahwa pada saat observasi

pertama seluruh (100%) dari item teknik komunikasi SBAR telah

dilakukan saat overan

32
2) Dari diagram diatas didapatkan data bahwa pada saat observasi kedua

seluruh (100%) dari item teknik komunikasi SBAR telah dilakukan

saat overan

2. Situation

SITUATION
DILAKUKAN TIDAK DILAKUKAN2

75
50

50

25
OBSERVASI 1 OBSERVASI 2

Keterangan:
1) Dari diagram observasi 1 didapatkan bahwa pada saat overan
telah disebutkan separuh (50 %) dari teknik SBAR pada item
Situation
2) Dari diagram observasi 2 didapatkan bahwa pada saat overan
telah disebutkan lebih dari separuh (75 %) dari teknik SBAR pada
item Situation

33
3. Background

BACKGROUND
DILAKUKAN TIDAK DILAKUKAN

75
50

50

25
OBSERVASI 1 OBSERVASI 2

Keterangan:

1. Dari diagram observasi 1 didapatkan bahwa pada saat overan telah


disebutkan separuh (50 %) dari teknik SBAR pada item Background
2. Dari diagram observasi 1 didapatkan bahwa pada saat overan telah
disebutkan lebih dari separuh (75 %) dari teknik SBAR pada item
Background

3. Assesment

34
ASSESMENT

75

50

50
25

OBSERVASI 1 OBSERVASI 2

DILAKUKAN TIDAK DILAKUKAN

Keterangan:

1) Dari diagram observasi 1 didapatkan bahwa pada saat overan telah


disebutkan kurang dari separuh (25%) dari teknik SBAR pada item
Assesment
2) Dari diagram observasi 2 didapatkan bahwa pada saat overan telah
disebutkan separuh (50 %) dari teknik SBAR pada item Assesment

4. Recomendation

35
RECOMENDATION
DILAKUKAN TIDAK DILAKUKAN

50

50

50
33.3

OBSERVASI 1 OBSERVASI 2

Keterangan:

1) Dari diagram observasi 1 didapatkan bahwa pada saat overan


telah disebutkan separuh (50%) dari teknik SBAR pada item
Recommendation
2) Dari diagram observasi 2 didapatkan bahwa pada saat
overan telah disebutkan separuh (50 %) dari teknik SBAR
pada item Recommendation

B. Cuci tangan 6 langkah

36
6 LANGKAH CUCI TANGAN
DILAKUKAN TIDAK DILAKUKAN

100

88

88
81

56
50
50

44
19

12
12
0

LANGKAH 1 LANGKAH 2 LANGKAH 3 LANGKAH 4 LANGKAH 5 LANGKAH 6

1) Dari diagram langkah 1 didapatkan bahwa semua perawat (100%)

sudah melakukan langkah 1 cuci tangan

2) Dari diagram langkah 2 didapatkan bahwa lebih dari separuh perawat (

81%) sudah melakukan langkah 2 cuci tangan

3) Dari diagram langkah 3 didapatkan bahwa lebih dari separuh ( 88%)

perawat sudah melakukan langkah 3 cuci tangan

4) Dari diagram langkah 4 didapatkan bahwa lebih dari separuh ( 88%)

perawat sudah melakukan langkah 4 cuci tangan

5) Dari diagram langkah 5 didapatkan bahwa separuh perawat (50%)

sudah melakukan langkah 5 cuci tangan

6) Dari diagram langkah 6 didapatkan bahwa kurang dari separuh

perawat (44%) sudah melakukan langkah 6 cuci tangan

Kesimpulan : Dari observasi 6 langkah cuci tangan terdapat lebih dari

separuh perawat ( 56 % ) tidak melakukan langkah ke 6 mencuci

tangan

37
C. 5 Moment cuci tangan

5 MOMENT CUCI TANGAN


dilakukan tidak dilakukan

88

75

69
62

50

50
38

31
25
12
SEBELUM SEBELUM SETELAH SETELAH SETELAH
KONTAK MELAKUKAN KONTAK KONTAK KONTAK
DENGAN PASIEN PROSEDUR DENGAN DARAH DENGAN PASIEN DENGAN
INVASIF DAN CAIRAN LINGKUNGAN
TUBUH PASIEN PASIEN

1) Dari diagram moment 1 didapatkan bahwa kurang dari separuh

perawat (38%) sudah melakukan cuci tangan sebelum kontak dengan

pasien

2) Dari diagram moment 2 didapatkan bahwa separuh perawat (50%)

sudah melakukan cuci tangan sebelum melakukan prosedur invasif

3) Dari diagram moment 3 didapatkan bahwa semua perawat (88%)

sudah melakukan cuci tangan setelah kontak dengan darah dan cairan

tubuh pasien

4) Dari diagram moment 4 didapatkan bahwa semua perawat (75%)

sudah melakukan cuci tangan setelah kontak dengan pasien

5) Dari diagram moment 5 didapatkan bahwa semua perawat (69%)

sudah melakukan cuci tangan setelah kontak dengan lingkungan pasien

38
Kesimpulan : dari observasi 5 moment cuci tangan didapatkan bahwa lebih dari

separuh ( 62%) perawat tidak melakukan cuci tangan pada moment sebelum

kontak dengan pasien

BAB V
REKOMENDASI

Hasil dari Lokakarya Mini I yang diadakan pada tanggal 28 Februari 2017,
disepakati bahwa perlunya dilakukan pengoptimalan metode penugasan tim,
overan/timbang terima, pre-post conference serta pelaksanaan ronde keperawatan
di ruang Wing A Rumah Sakit Umum Aisyiyah Padang 2017. Pada tanggal 2
Maret 2017 telah dilakukan disiminasi ilmu tentang metode penugasan tim,
overan/timbang terima, pre-post conference serta pelaksanaan ronde
keperawatan.. Penampilan Role Play tentang metode penugasan tim, pre-post
conference, overan/timbang terima serta pelaksanaan ronde keperawatan tanggal
4-5 Maret 2017 dan tanggal 6-7 Maret 2016 dilakukan evaluasi dengan
menyebarkan kuesioner dan melakukan observasi kepada perawat di ruang Wing
A Rumh Sakit Umum Aisyiyah Padang.

A. Pengoptimalan Metode Penugasan Tim


1. Kuesioner
Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner mengenai tingkat
pengetahuan perawat tentang metode penugasan tim yang diberikan
kepada perawat di ruangan Wing A Rumah Sakit Umum Aisyiyah
Padang didapatkan data sebagai berikut:
a. Sebelum dilakukan implementasi (pre test) didapatkan sebanyak
50% responden mengetahui tentang metode penugasan tim

39
sedangkan setelah dilakukan implementasi (post test) didapatkan
73.4% responden mengetahui tentang metode penugasan tim.
2. Observasi
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, hasil pre test
menunjukkan bahwa 50% perawat ruangan belum terlalu paham tentang
metode penugasan tim. Sedangkan dari hasil post test didapakan bahwa
65% perawat ruangan masih belum terlalu paham tentang metode
penugasan tim pada hari pertama dan kedua. Sedangkan pada hari ketiga,
lebih dari separuh perawat ruangan (73.4%) mulai memahami dan
menerapkan metode penugasan tim.
Berdasarkan kondisi di atas, yang menjadi masalah utama perawat
di ruangan tidak melakukan kegiatan post conference adalah :
a. Kurangnya pengetahuan perawat tentang metode penugasan
tim.
b. Situasi dan kondisi yang kurang mendukung pelaksanaan
metode penugasan tim, seperti jumlah pasien yang sedikit dan
tidak menentu.
Menindaklanjuti keadaan ini, solusi yang ditawarkan kelompok
antara lain :
a. Melaksanakan desiminasi tentang metode penugasan tim
b. Melakukan simulasi dan roleplay tentang metode penugasan tim
Secara keseluruhan, kepala ruangan dan tenaga keperawatan
diharapkan dapat mempertahankan penerapan metode penugasan tim di
ruangan serta menjaga sarana dan prasarana yang telah disediakan demi
mengoptimalkan penerapan metode penugasan tim.

B. Pengoptimalan Pre-Post Conference


1. Kuesioner
Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner mengenai pelaksanaan
pre-post conference di ruangan Wing A Rumah Sakit Umum Aisyiyah
Padang didapatkan data sebagai berikut:

40
a. Sebelum dilakukan implementasi (pre test) didapatkan sebanyak
36% responden melaksanakan pre-post conference sedangkan
setelah dilakukan implementasi (post test) didapatkan 85.4%
responden melaksanakan pre-post conference.

Berdasarkan kondisi di atas, yang menjadi masalah utama perawat


di ruangan tidak melakukan kegiatan pre-post conference adalah :
a. Kurangnya motivasi perawat dalam pelaksanaan pre-post conference
b. Situasi dan kondisi yang kurang mendukung pelaksanaan pre-post
conference, seperti jadwal visite dokter yang tidak terjadwal
sehingga sering mengganggu waktu pelaksanaan pre-post conference
dan hambatan kondisi ruangan yang terdiri dari dua lantai.
Menindaklanjuti keadaan ini, solusi yang ditawarkan kelompok antara
lain :
a. Kepala ruangan menjalankan fungsi manajemen (actuating) dengan
memberikan pengarahan serta motivasi kepada ketua tim dan
perawat pelaksana sehingga dapat meningkatkan motivasi perawat
untuk melakukan kegiatan pre-post conference.
b. Kepala ruangan menyediakan jadwal khusus untuk kegiatan pre-
post conference.
Hal tersebut sejalan dengan penelitian Putra (2011) yang
mengatakan bahwa Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP)
sebagai salah satu sistem pemberian asuhan keperawatan yang telah dan
sedang dikembangkan, salah satu program MPKP yaitu pre-post
conference. Pelaksanaannya membutuhkan adanya pengetahuan dan
kompetensi dari perawat. Adanya perbedaan tingkat pengetahuan pada
kepala ruangan dan perawat pelaksana akan memberikan perbedaan pada
pelaksanaan MPKP di ruangan.

C. Pengoptimalan Overan/Timbang Terima


1. Kuesioner

41
Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner mengenai tingkat
pengetahuan perawat tentang overan/timbang terima yang
diberikan kepada perawat di ruangan Wing A Rumah Sakit Umum
Aisyiyah Padang didapatkan data bahwa 85 % perawat mengetahui
tentang overan/timbang terima.

2. Observasi

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, hasil pre test


menunjukkan bahwa 100% perawat ruangan melakukan overan,
akan tetapi masih mengalami kendala dalam hal yang harus
disampaikan dalam operan. Diantaranya :
a. Pada point Situation didapatkan point yang bermasalah yaitu
point hari rawatan. Pada Pre test observasi pertama hanya
10% perawat yang menyebutkan hari rawatan saat overan.
Sedangkan pada post test observasi ketiga didapatkan
sebanyak 89% responden menyebutkan hari rawatan saat
overan.
b. Pada point Background didapatkan point yang bermasalah
yaitu point Respon Pasien. Pada Pre test observasi pertama
sebanyak 28% tidak menyebutkan hari rawatan. Sedangkan
pada post test observasi ketiga sebanyak 80% responden
menyebutkan Respon Pasien saat overan
c. Pada point Assesment didapatkan point yang bermasalah
yaitu point Pain Score Pasien. Pada Pre test observasi
pertama didapatkan sebanyak 0% tidak menyebutkan Pain
Score. Sedangkan pada post test 67% responden
menyebutkan Pain Score saat overan
d. Pada point Recomendation didapatkan point yang bermasalah
yaitu point edukasi pada keluarga Pasien. Pada Pre test
observasi pertama didapatkan sebanyak 25% melakukan
edukasi pada keluarga pasien. Sedangkan pada post test

42
observasi ketiga 92% responden melakukan edukasi keluarga
saat overan
Berdasarkan kondisi di atas, yang menjadi pokok utama
perawat di ruangan tidak melakukan overan menggunakan teknik
SBAR dikarenakan ketersediaan waktu bagi perawat yang dirasakan
masih kurang sehingga sering tergesa-gesa serta belum adanya
sosialisasi menggunakan teknik SBAR saat overan di depan bed
pasien oleh pihak manajemen Rumah Sakit dan ini menjadi faktor
penghambat perawat untuk melakukan Overan.
Menindaklanjuti keadaan ini, solusi yang dapat ditawarkan kelompok
antara lain :
Kepala ruangan menjalankan fungsi manajemen (actuating)
dengan memberikan pengarahan serta motivasi kepada ketua tim dan
perawat pelaksana sehingga dapat meningkatkan motivasi perawat
untuk melakukan kegiatan operan menggunakan teknik SBAR
walaupun belum adanya sosialisasi oleh pihak Manajemen Rumah
Sakit, karena ini menjadi penting dalam upaya meningkatkan
pelayanan kesehatan.

D. Pengoptimalan Ronde Keperawatan


1. Kuesioner
Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner mengenai tingkat
pengetahuan perawat tentang ronde keperawatan yang diberikan
kepada perawat di ruangan Wing A Rumah Sakit Umum Aisyiyah
Padang didapatkan data sebagai berikut:
a. Sebelum dilakukan implementasi (pre test) didapatkan
sebanyak 67% responden mengetahui tentang ronde
keperawatan sedangkan setelah dilakukan implementasi (post
test) didapatkan 88.9% responden mengetahui tentang ronde
keperawatan.

43
Berdasarkan kondisi di atas, yang menjadi masalah utama
perawat di ruangan tidak melakukan kegiatan ronde keperawatan
adalah :
a. Kurangnya pengetahuan perawat tentang ronde keperawatan.
b. Situasi dan kondisi yang kurang mendukung pelaksanaan
ronde keperawatan, seperti jumlah pasien yang sedikit dan
tidak menentu.
Menindaklanjuti keadaan ini, solusi yang ditawarkan kelompok
antara lain :
a. Melaksanakan desiminasi tentang ronde keperawatan
b. Melakukan simulasi dan roleplay tentang ronde keperawatan
c. Memberikan bahan dan contoh tentang ronde keperawatan
Secara keseluruhan, kepala ruangan dan tenaga keperawatan
diharapkan dapat mempertahankan penerapan ronde keperawatan
di ruangan serta menjaga sarana dan prasarana yang telah
disediakan demi mengoptimalkan penerapan ronde keperawatan.

44
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil validasi data yang dilaksanakan 20-22 Februari
2017, kelompok menemukan masalah pelayanan asuhan keperawatan di
ruang rawat Wing A Rumah Sakit Aisyiyah Padang, antara lain :
a. Masalah yang dirumuskan berdasarkan kesepakatan dari hasil Lokakarya
Mini I adalah belum optimalnya penerapan metode penugasan tim,
pelaksanaan pre-post conference, overan menggunakan teknik SBAR dan
ronde keperawatan di ruang Wing A RSU Aisyiyah Padang. Perencanaan
yang disusun untuk mengatasi masalah yang terjadi yaitu diseminasi
ilmu serta roleplay, di ruang Wing A RSU Aisyiyah Padang.
b. Implementasi berupa pelaksanaan Desiminasi ilmu dan Role play telah
dilaksanakan pada tanggal 2 hingga 4 Maret 2017. Evaluasi dilaksanakan
pada tanggal 6-7 Maret 2017, didapatkan bahwa terjadi peningkatan

45
persentasi responden dalam pelaksanan metode penugasan tim, pre-post
conference, ronde keperawatan dan overan.
c. Melakukan evaluasi terhadap efektifitas dari implementasi dengan
menggunakan instrumen berupa kuesioner dan lembar observasi di ruang
Wing A RSU Aisyiyah Padang. Hasil implementasi menunjukkan
persentase pengetahuan pre-post conference mengalami peningkatan
dengan hasil sebelumnya 36% dan hasil sekarang 85,4%.
d. Di dapatkan bahwa Kegiatan yang telah dilaksanakan seperti
Diseminisasi Ilmu bertemakan Peningkatan Kualitas Asuhan
Keperawatan Di RSU Aisyiyah Padang Melalui Metode Penugasan Tim
dapat meningkatkan pengetahuan dan kesadaran perawat untuk
memaksimalkan pemberian pelayanan keperawatan.

B. Saran
1. Diharapkan perawat dapat melaksanakan pre-post conference, Overan
berbasis SBAR, ronde keperawatan dan mengoptimalkan penerapan
metode penugasan tim di ruang Wing A RSU Aisyiyah Padang
2. Diharapkan kepala ruangan meningkatkan fungsi pengorganisasian dan
fungsi pengarahan dalam penerapan pelaksanaan pre-post
conference dan ronde keperawatan di ruang Wing A RSU Aisyiyah
Padang

46
DAFTAR PUSTAKA

Kuntoro, A. (2010). Buku ajar Manajemen Keperawatan. Jakarta : Nuha Medika.

Kurniadi, A. (2013). Manajemen Keperawatan dan Prospektifnya teori, konsep

dan aplikasi.Jakarta : Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia.

47
Manurung, S. (2011). Keperawatan Profesional. Jakarta : Trans Info Media.

Nursalam. (2011). Konsep dan Penerapan metodelogi penelitian ilmu

keperawatan.Jakarta : Salemba Medika.

Nursalam. (2014). Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam praktek

keperawatan Profesional, Edisi 4.Jakarta : Salemba Medika.

Sitorus & Panjaitan. (2011). Manajemen Keperawatan :Manajemen

Keperawatan di Ruang rawat. Jakarta: Agung Seto.

Sitorus, R. (2006). Model praktik keperawatan profesional di Rumah

sakit.Jakarta : EGC.

48

You might also like