Professional Documents
Culture Documents
PEMERIKSAAN PARASIT PADA HOSPES INTERMEDIER QQ
PEMERIKSAAN PARASIT PADA HOSPES INTERMEDIER QQ
Oleh :
Rizqi Nahriyati
B1A015088
Oleh :
Rizqi Nahriyati
B1A015088
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga laporan praktikum Parasitologi terselesaikan dengan baik dan tepat
pada waktunya. Laporan ini merupakan salah satu syarat untuk mengikuti ujian akhir
praktikum mata kuliah Parasitologi di Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman
Purwokerto.
Melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dosen pengajar mata kuliah Parasitologi Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman
2. Asisten praktikum Parasitologi yang telah memberi bimbingan dan pengarahan selama
praktikum maupun dalam penyusunan laporan ini.
3. Semua pihak yang telah membantu pelaksanaan praktikum dan penyusunan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
dari pembaca demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat berguna bagi penulis
khususnya dan pembaca pada umumnya.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL .................................................................................................................. i
PENGESAHAN .................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
I. Diagnosis Laboratorium Beberapa Penyakit Parasiter
II. Pemeriksaan Parasit pada Hospes Intermedier
PEMERIKSAAN PARASIT PADA HOSPES INTERMEDIER
Oleh :
Nama : Rizqi Nahriyati
NIM : B1A015088
Kelompok : 2
Rombongan : II
Asisten : Lovendo Ilham Widodo
LAPORAN PARASITOLOGI
A. Latar Belakang
Parasit adalah organisme yang hidup pada tubuh organisme lain dan
umumnya menimbulkan efek negatif pada organisme yang ditempati tersebut.
Organisme tersebut merupakan tempat parasit hidup dan memperoleh nutrien atau
disebut juga inang. Parasit ada yang berasal dari golongan protozoa maupun
metazoa. Parasit protozoa adalah parasit yang hanya terdiri dari satu sel dan parasit
metazoa adalah parasit yang terdiri lebih dari satu sel (Tobing, 2000). Terdapat dua
jenis parasit, diantaranya adalah endoparasit dan ektoparasit. Endoparasit adalah
parasit yang hidup di dalam organ tubuh inangnya, sedangkan ektoparasit adalah
parasit yang hidup dan berkembang di permukaan tubuh inangnya (Kurniawan,
2016).
Berdasarkan hospes yang menjadi tempat bagi parasit untuk menggantungkan
hidupnya maka dapat dibagi menjadi hospes definitif (hospes terminal/akhir)
misalnnya tempat parasit melakukan reproduksi seksual misalnya manusia, hewan
atau tumbuhan. Hospes sementara (intermediate host) merupakan tempat parasit
menyempurnakan sebagian dari siklus hidupnya atau dapat juga sebagai tempat
reproduksi aseksual (Juanda, 2006).
Spesies yang merupakan hospes intermedier antara lain siput (Natadisastra,
2009). Selain itu, terdapat penyakit parasit yang dapat menyerang ternak, seperti
fasciolosis yang disebabkan oleh cacing hati. Kejadian fasciolosis di Indonesia,
khususnya pada sapi dan kerbau menjadi kejadian yang sangat umum dan
penyebarannya sangat luas. Fasciolosis juga menjadi zoonosis penting di berbagai
negara di dunia. Penyakit ini tidak lagi terbatas pada daerah geografi spesifik, namun
sudah menyebar ke seluruh dunia. Kasus pada manusia dilaporkan meningkat di
Eropa, Amerika, Afrika, dan Asia. Cacing tersebut banyak menyerang hewan
ruminansia yang biasanya memakan rumput yang tercemar metaserkaria. Penularan
fasiolosis awalnya dipercaya akibat bekerja di peternakan yang terinfeksi. Namun
fakta lain menyebutkan bahwa penularan hanya dapat terjadi bila manusia
mengalami kontaminasi metasarkaria. Kasus fasciolosis pada manusia terjadi akibat
mengonsumsi tanaman air yang tercemar metaserkaria (Hambal et al., 2013). Infeksi
parasit dapat menyebabkan perubahan morfologi, penurunan bobot tubuh bahkan
dapat menyebabkan penyakit pada hewan. Parasit juga dapat menimbulkan penyakit
pada manusia (zoonosis) (Tobing, 2000).
B. Tujuan
A. Materi
A. Hasil
1. Terdapat beberapa spesies parasit yang di temukan pada sampel, yaitu Fasciola
gigantica pada hati sapi dan usus sapi, telur Fasciola sp. pada empedu sapi,
Raillietina sp. pada usus ayam dan telur & redia pada siput.
2. Siput atau keong merupakan hospes intermedier atau perantara dalam siklus
hidup cacing trematoda, di dalam tubuh siput larva mengalami 3 tahapan yaitu
tahap sporokista, redia, dan serkaria sebelum akhirnya keluar dari tubuh siput.
3. Telur Fasciola sp. telur memiliki operkulum, berukuran besar dan berwarna
kekuningan, Fasciola gigantica mempunyai bentuk pipih seperti daun, besarnya
kira-kira 30 x 13 mm. Bagian anterior berbentuk seperti kerucut dan pada
pundak kerucut terdapat batil isap mulut yang besarnya kira-kira 1 mm. Bagian
dasar kerucut terdapat batil isap perut yang besarnya kira-kira 1.6 mm.
DAFTAR REFERENSI
Adawiyah, R., Maryanti, E., & Siagian, F. E. 2017. Anisakis sp. dan Alergi yang
Diakibatkannya. JIK, 8(1), pp. 38-45.
Andriyani, Y. 2005. Serkarial Dermatitis. Medan: Fakultas Kedokteran USU.
Butboonchoo, P., Wongsawad, C., Rojanapaibul, A., & Chai, Jung-Yil. 2016.
Morphology and Molecular Phylogeny of Raillietina spp. (Cestoda:
Cyclophyllidea: Davaineidae) from Domestic Chickens in Thailand. Korean J
Parasitol. 54(6), pp. 777-786.
Grabner, D. S., Mohamed, F. A. M. M., Nachev, M., Meabed, E. M. H., Sabry, A. H.
A., & Sures, B. 2014. Invasion Biology Meets Parasitology: A Case Study of
Parasite Spill-Back with Egyptian Fasciola gigantica in the Invasive Snail
Pseudosuccinea columella. PLOS ONE. 9(2), pp. 1-7.
Hairani, B., Annida, Hidayat, S., & Fakhrizal, D. 2016. Identifikasi Serkaria
Fasciolopsis buski dengan PCR untuk Konfirmasi Hospes Perantara di
Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan, Indonesia. BALABA.
12(1), pp. 7-14.
Hambal, M., Sayuti, A., & Dermawan, A. 2013. Tingkat Kerentanan Fasciola
gigantica pada Sapi dan Kerbau di Kecamatan Lhong Kabupaten Aceh Besar.
Jurnal Medika Veterinaria. 7(1), pp. 49-53.
Juanda, H. A. 2006. TORCH (Toxo, Rubella, CMV dan Herpes) Akibat dan
Solusinya. Solo: Wangsa Jatra Lestari.
Kurniawan, M. 2016. Identifikasi dan Prevalensi Infeksi Cacing Saluran Pencernaan
pada Belut Rawa (Synbranchus bengalensis) yang Dipasarkan di Kota
Surabaya, Jawa Timur. Skripsi. Surabaya: Fakultas Perikanan dan Kelautan
Universitas Airlangga.
Levin., N.D. 1994. Buku Pelajaran Parasitologi Veteriner. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Muslim, M. H.2009. Parasitologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.
Natadisastra, Djaenudin. 2009. Parasitologi Kedokteran: Ditinjau dari Organ Tubuh
yang Diserang. Jakarta: EGC.
Ngurah, D. D. M. & Putra, A. A. G. P. 1997. Penyidikan Penyakit Hewan. Denpasar:
Bali Media.
Purwanta. 2006. Penyakit Cacing Hati (Fascioliasis) pada Sapi Bali Di Perusahaan
Daerah Rumah Potong Hewan Kota Makassar, Jurnal Agrisistem. Vol. 2, pp.
63-69.
Putra, R. D., Suratma, N. A., & Oka, I. B. M. 2014. Prevalensi Trematoda pada Sapi
Bali yang Dipelihara Peternak di Desa Sobangan, Kecamatan Mengwi,
Kabupaten Badung. Indonesia Medicus Veterinus. 3(5), pp. 394-402.
Soulsby, E.J.L. 1982. Helminths, Anthropods and Protozoa of Domesticated
Animals. 9th. Ed. Lea and Febiger.
Tobing, L. L. 2000. Inventarisasi Parasit Metazoa pada Ikan Gabus Laut (Saurida
undosquamis Richardson, 1848), Ikan Samgeh (Atrobucca nibe Jordan dan
Thompson, 1911), dan Ikan Gelang Mudin (Upenus taeniopterus Cuvier,
1829) dari Tempat Pelelangan Ikan Pelabuhan Ratu, Jawa Barat. Skripsi.
Bogor: Fakultas Ilmu Perikanan dan Kelautan Institut Pertanian Bogor.