You are on page 1of 2

Nama : Rizky Indrayanto

NIM : 150511600832
Prodi : S1 Pend. Teknik Mesin

Penerapan Teori Piaget Pada Pembelajaran Thermodinamika Tentang Proses Adiabatis

Selama yang saya rasakan saat mengikuti kegiatan pembelajaran thermodinamika tentang
proses adiabatis, proses pembelajaran mengarah kepada sikap yang pasif, membuat teman-teman
kurang percaya diri dan tidak dilatih berfikir kritis guna mengembangkan penalarannya. Indikator
lain juga menunjukkan bahwa teman teman mengalami kesulitan dalam memahamim konsep
proses adiabatis, antara lain nampak dalam kegiatan proses belajar mengajar dimana siswa kurang
perhatian dan rasa ingin tahu terhadap materi yang dipelajari.
Hal ini tercermin dari kenyataan bahwa selama dalam proses pembelajaran hampir tidak
ada pertanyaan dari teman teman. Segala sesuatu yang disampaikan seolah-olah sudah merupakan
fakta final, dan tidak ada yang perlu dikembangkan. Selain itu, jika dosen melontarkan pertanyaan
kepada teman teman pada saat proses pembelajaran di kelas sedang berlangsung, jawaban yang
diberikan teman teman seringkali tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh dosen. Pembelajaran
proses adiabatis dengan model pembelajaran konstruktivisme merupakan salah satu alternatif
model pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk memperoleh
pengalaman belajar secara langsung.
Dalam hal ini peran dosen adalah sebagai fasilitator dan buku sebagai informasi. Piaget
menjabarkan implikasi teori kognitif pada pendidikan yaitu: 1) memusatkan perhatian kepada cara
berpikir atau proses mental mahasiswa, tidak sekedar kepada hasilnya. dosen harus memahami
proses yang digunakan mahasiswa sehingga sampai pada hasil tersebut. Pengalaman-pengalaman
belajar yang sesuai dikembangkan dengan memperhatikan tahap fungsi kognitif dan jika dosen
penuh perhatian terhadap pendekatan yang digunakan mahasiswa untuk sampai pada kesimpulan
tertentu, barulah dapat dikatakan dosen berada dalam posisi memberikan pengalaman yang
dimaksud., 2) mengutamakan peran mahasiswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif
dalam kegiatan belajar. Dalam kelas, Piaget menekankan bahwa pengajaran pengetahuan jadi
(ready made knowledge) seseorang didorong menentukan sendiri pengetahuan itu melalui
interaksi spontan dengan lingkungan, 3) memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal
kemajuan perkembangan. Teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh mahasiswa tumbuh dan
melewati urutan perkembangan yang sama, namun pertumbuhan itu berlangsung pada kecepatan
berbeda. Oleh karena itu dosen harus melakukan upaya untuk mengatur aktivitas di dalam kelas
yang terdiri dari individu –individu ke dalam bentuk kelompok-kelompok kecil mahasiswa dari
pada aktivitas dalam bentuk klasikal, 4) mengutamakan peran mahasiswa untuk saling
berinteraksi. Menurut Piaget, pertukaran gagasan–gagasan tidak dapat dihindari untuk
perkembangan penalaran. Walaupun penalaran tidak dapat diajarkan secara langsung,
perkembangannya dapat di simulasi.
Diperlukan pendekatan pembelajaran yang mengakomodir potensi kematangan berpikir
mahasiswa dalam tahap operasional formal. Implementasi proses pembelajaran di kelas perlu
diterapkan model pembelajaran yang membuat mahasiswa aktif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan dapat tercapai. Kenyataan yang ditemukan dalam pelaksanaan proses
pembelajaran proses adiabatis maupun evaluasinya selama ini terbukti bahwa aspek penalaran
tidak pernah dikelola secara langsung, terencana atau terprogram. Hal ini berdampak pada
lambannya perkembangan intelektual mahasiswa, artinya mahasiswa tidak mampu berfikir kritis,
bahkan malas untuk berfikir.
Dalam pandangan Piaget, pengetahuan datang dari tindakan, perkembangan kognitif
sebagian besar bergantung kepada beberapa jauh anak aktif memanipulasi dan aktif berinteraksi
dengan lingkungannya. Dalam hal ini peran dosen adalah sebagai fasilitator dan buku sebagai
informasi.
Dosen sebaiknya menyediakan diri sebagai model dalam cara menyelesaikan masalah
bersama mahasiswa. dosen hadir sebagai nara sumber dan bukan menjadi penguasa yang
memaksakan jawaban benar, biarkan mahasiswa bebas membangun pemahaman mereka sendiri.
dosen mengamati pembelajar selama beraktifitas dan mendengarkan secara seksama atas
pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari mahasiswa.
Menurut pandangan konstruktivisme proses belajar didasarkan pada suatu anggapan bahwa
pembelajar membangun atau mengkonstruksi sendiri pengalaman/pengetahuan dan memperoleh
banyak pengetahuan di luar sekolah (Dahar. R.W ; 1990: 160).
Pembelajaran yang mengacu pada pandangan konstruktivisme hendaknya menekankan
pada langkah-langkah berikut. Pertama dosen sebaiknya memilih pengalaman belajar yang
mendukung konsep yang akan dipelajari mahasiswa. Kedua, mahasiswa menyusun pengertian
pribadinya terhadap pengalaman belajar tersebut, sehingga pengetahuan yang disusun itu harus
bermakna bagi mahasiswa itu sendiri. Ketiga, pengetahuan yang telah dikonstruksi oleh
mahasiswa itu sendiri itu dievaluasi melalui diskusi, masing-masing mahasiswa mengemukakan
pendapatnya dan dosen berperan sebagai fasilitator dan mediator yang kreatif. Keempat, masing-
masing mahasiswa mengkonstruksi kembali tentang pengertiannya dengan dikaitkan pengalaman
aslinya. Konstruksi pengetahuan yang sesuai dengan kriteria, akan diterima secara ilmiah,
sedangkan yang tidak sesuai (cocok) akan dimodifikasi, adaptasi melalui akomodasi sampai
diterima secara ilmiah.

You might also like