You are on page 1of 5

A.

JUDUL PERCOBAAN
Elektrolisis larutan kalium Iodida
B. TUJUAN PERCOBAAN
Mempelajari reaksi redoks dalam sel elektrolisis
C. LANDASAN TEORI
Elektrolisis adalah peristiwa berlangsungnya reaksi kimia oleh arus listrik.
Alat eletrolisis terdiri atas sel elektrofilik yang berisi elektrolit (larutan atau
leburan) dan dua elektroda (anoda dan katoda). Pada anoda terjadi reaksi oksidasi
sedangkan katoda terjadi terjadi reaksi reduksi. Pada suatu percobaan elektrolisi,
reaksi yang terjadi pada katoda bergantung pada kecendrungan terjadinya reaksi
oksidasi reduksi (Tim Dosen, 2018: 33).
Menurut Goldberg (2008: 167), berikut ini adalah persyaratan untuk elektrolisis:
1. Ion (harus ada parikel bermuatan untuk menghantar arus. Namun, mungkin
bukan ion yang bereaksi).
2. Cairan, baik cairan murni atau larutan, agar ion-ion dapat bermigrasi.
3. Sumber potensial (dalam sel galvani, reaksi kimia merupakan sumber
potensial, tetapi tidak dalam sel elektrolisis).
4. Ion-ion yang bergerak, rangkaian lengkap (termasuk kawat untuk membawa
elektron), dan elektrode (tempat arus berubah dari aliran elektron ke gerakan
ion atau sebaliknya).
Hubungan antara jumlah energi listrik yang dikonsumsi dan perubahan
kimia yang dihasilkan dalam elektrolisis merupakan salah satu persoalan penting
yang dicarikan jawabannya oleh Michael Faraday (1791 – 1867). Hukum faraday
pertama tentang elektrolisis menyatakan bahwa: “jumlah perubahan kimia yang
dihasilkan sebanding dengan besarnya muatan listrik yang melewati suatu sel
elktrolisis”. Hukum kedua tentang elektrolisis menyatakan bahwa: “sejumlah
tertentu arus listrik menghasilkan jumlah ekivalen yang sama dari benda apa saja
dalam suatu elektrolisis”(Petrucci, 1989: 33).
Banyaknya perubahan kimia yang dihasilkan oleh arus listrik berbanding
lurus dengan kuantitas listrik yang lewat. Fakta ini ditemukan oleh Michael
Faraday dalam tahun 1834 sebelum sifat dasar elektron (dari) arus listrik
diketahui. Kuanitas satuan standar kelistrikan yang menyatakan banyaknya
elektron yang melewati elektrolit adalah coulomb. Berdasarkan muatan satu
elektron perhitungan memberikan harga 96.500 C (lebih tepat 96.487 C)
berpadanan dengan lewatnya 1 mol elektron. Besarnya kelistrikan ini disebut satu
faraday :
1 faraday = 1 mol elektron = 9, 65 x 104C
Dalam elektrolisis, lewatnya 1 faraday pada rangkaian mengakibatkan oksidasi
satu bobot ekuivalen suatu zat pada satu electrode dan reduksi satu bobot
ekuivalen pada elekrode yang lain. Ini bunyi hokum faraday (Keenan, 1992: 54).
Menurut Chang (2005: 219, 220), dalam keadaan meleleh, natrium
klorida, suatu senyawa ionik, dapat dielektrolisis agar membentuk logam natrium
dan klorin. Diagram sel Downs, yang digunakan untuk elektrolisis NaCl dalam
skala besar. Dalam lelehan NaCl, kation dan anionnya masing-masing adalah ion
Na+ dan Cl-. Sel elektrolik mempunyai sepasang elektroda yang dihubungan ke
baterai. Baterai berfungsi sebagai “pompa elektron”, yang menggerakkan elektron
ke katoda (tempat terjadinya reduksia), dan menarik elektron dari anoda (tempat
terjadinya oksidasi).
Anoda (oksidasi): 2Cl-(l) → Cl2(g) + 2e-
Katoda (reduksi): 2Na+(l) + 2e- → 2Na(l)
Keseluruhan: 2Na+(l) + 2Cl-(l) → 2Na(l) + Cl2(g)
Proses ini merupakan sumber utama logam natrium murni dan gas klorin.
Menurut Partana (2003: 66), reaksi oksidasi reduksi banyak yang dapat
dilangsungkan pada kondisi tertentu untuk membangkitkan listrik. Dasarnya
bahwa reaksi oksidasi reduksi itu harus berlanung spontan didalam larutan air jika
bahan pengoksidasi dan pereduksi tidak sama. Susunan yang demikian yang
berguna untuk membangkitkn arus listrik disebut sel galvani atau sel elektrokimia.
Syarat-syarat dari sel elektrokimia adalah:
1. Bahan pengoksidasi dan pereduksi tidak terjadi kontak fisik satu sama lain,
tetapi terdapat pada kompartemen terpisah yang disebut setengah sel.
2. Bahan pengoksidasi dan pereduksi dalam setengah sel apakah elektroda itu
sendiri atau zat padat yang diendapkan pada elektroda itu atau gelembung gas
di sekitar elektroda atau zat terlarut dalam larutan dimana elektroda itu
berada.
3. Larutan kedua setengah sel dihubungkan dengan jembatan garam sehingga
ion-ion dapat bergerak di antara keduanya.
Dalam setiap reaksi yang bilangan oksidasi unsurnya (atau unsur-
unsurnya) dalam satu reaktan naik, maka bilangan oksidasi unsur (atau unsur-
unsur) pada reaktan lain harus turun. Naiknya bilangan oksidasi disebut oksidasi
(oxidation). Turunnya bilangan oksidasi disebut reduksi (reduction). Istilah redoks
(redox) (kependekan dari reduksi dan oksidasi) sering digunakan sebagai sinonim
oksidasi-reduksi. Bilangan oksidasi total yang diperoleh dalam suatu reaksi harus
sama dengan total dari hilangnya bilangan oksidasi, sebab banyaknya elektron
“yang diperoleh” dan “yang hilang” harus sama. Jadi, dapat diseimbangkan
spesies yang unsurnya teroksidasi dan tereduksi akibat perubahan bilangan
oksidasi (Goldberg, 2008: 164).
Oksidasi adalah perubahan kimia jika suatu spesies (atom / unsur /
molekul / kelompok atom melepaskan elektron, sedangkan reduksi adalah
perubahan kimia jika spesies (atom / unsur / molekul / kelompok atom)
menangkap elektron. Reaksi oksidasi dan reduksi selalu berjalan serempak oleh
karena itu jumlah elektron yang dilepas pada reaksi oksidasi harus sama dengan
jumlah elektron yang ditangkap pada reaksi reduksi. Keadaan oksidasi (oxidation
state) merupakan konsep yang amat berguna untuk mendiagnosa dengan cepat
keadaan oksidasi atau reduksi suatu atom dalam senyawa. Keadaan oksidasi
merupakan penunjukan yang lebih sederhana dan tidak memerlukan informasi
variabel elektron pada ikatan tunggal, ikatan rangkap dan struktur oktet atau non
oktet (Partana, 2003: 60).
Perubahan penting yang terjadi dalam suatu reaksi reduksi oksidasi paling
mudah terlihat dengan cara memisahkan reaksi keseluruhan kedalam dua setengah
reaksi. Dalam setengah reaksi oksidasi atom-atom tertentu mengalami
peningkatan bilangan oksidasi, dan elektron tampak pada sebelah kanan
persamaan setengah reaksi. Dalam suatu persamaan oksidasi reduksi keseluruhan,
jumlah elektron yang sama harus tampak dalam masing-masing persamaan
setengah reaksi. Ketentuan ini merupakan dasar persamaan keseimbangan
oksidasi reduksi (Pettrucci, 1989: 39).
Kaidah dasar untuk menentukan keadaan oksidasi adalah: (a) dalam
senyawa ion biner, keadaan oksidasi adalah muatan per atom. (b) untuk senyawa
kovalen atau ion maka elektron yang terlibat dalam pembentukan ikatan tidak
sepenuhnya diberikan dari unsur yang satu ke unsur yang lain, tetapi menjadi
milik bersama bagi atom yang saling berikatan. Berdasarkan kedua kaidah
tersebut memberikan konsekuensi yaitu: keadaan oksidasi unsur bebas sama
dengan nol, keadaan oksidasi hidrogen dalam senyawa umumnya +1 kecuali
dalam senyawa hidrida logam sama dengan -1, keadaan oksidasi oksigen dalam
senyawa umumnya –2 kecuali dalam peroksida sama dengan –1, hasil
penjumlahan keadaan oksidasi yang positif dan negative dalam suatu molekul atau
senyawa ialah nol (Partana, 2003: 61).
Reaksi kimia terjadi pada dua elektrode. Elektrode tempat terjadinya
oksidasi disebut anode, tempat terjadinya reduksi disebut katode. Lisrtik
dilewatkan melalui rangkaian (circuit) dibwah pengaruh potensial atau voltase,
yaitu gaya dorong pergerakan muatan. Terdapat dua jenis interaksi antara listrik
dan materi, yaitu elektrolisis dan aksi sel galvani (Goldberg, 2008: 167).
Menurut Partana (2003: 62-64), persamaan reaksi redoks sederhana dapat
diberimbangkan dengan memeriksa setiap spesies yang terlibat dalam reaksi,
tetapi untuk reaksi yang rumit harus ditangani secara bersistem. Dua metode
sistematik untuk menyeimbangkan persamaan reaksi redoks adalah
metode bilangan oksidasi (oxidation state method) dan metoda ion elektron
(ion electron method). Dalam kedua metode itu perlu untuk memberikan
bilangan oksidasi pada tiap keadaan dari tiap zat yang muncul dalam persamaan
reaksi. Persamaan parsial ditulis untuk oksidasi dan untuk reduksi, melalui
perimbangan banyaknya oksidasi dan banyaknya reduksi akan didapatkan
koefisien yang diperlukan untuk keseluruhan persamaan reaksi. Metode
metodenya yaitu:
1. Metode bilangan oksidasi
2. Metode ion elektron
DAFTAR PUSTAKA

Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga.


Goldberg, David E. 2008. Kimia Untuk Pemula. Jakarta: Erlangga.
Keenan., dkk. 1992. Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.
Partana, Crys Fajar., dkk. 2003. Kimia Dasar 2. Yogyakarta: JICA.
Petrucci, Ralph H dan Suminar. 1989. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern.
Jakarta: Erlangga.
Tim Dosen. 2018. Penuntun Praktikum Kimia Dasar Lanjut. Makassar:
Universitas Negeri Makassar

You might also like