You are on page 1of 10

ALIRAN TUNAK, AKUIFER SEMI TERKEKANG: ALIRAN AIR

TANAH PADA LEAKY AQUIFER DI BAWAH SUATU WADUK


MAKALAH
Tugas ini ditujukan untuk memenuhi mata kuliah Hidrogeologi yang diampu
oleh Dr. Hari Siswoyo, ST., MT.

Disusun oleh :

Novi Fadhilah Rahma (155060401111001)


Kurnia Yuliyanti Rahayu (155060400111025)
Monique Adriana Swandani (155060407111002)

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK PENGAIRAN
2018
ALIRAN TUNAK, AKUIFER SEMI TERKEKANG: ALIRAN AIR
TANAH PADA LEAKY AQUIFER DI BAWAH SUATU WADUK

Aliran air tanah terdapat dalam berbagai jenis formasi geologi yang paling penting
dikenal dengan nama akuifer (Danaryanto, 2008). Akuifer disebut juga tandon air tanah
(groundwater reservoir) dan formasi pembawa air (water bearing formation). Akuifer
adalah tempat penyimpanan air yang dibatasi lapisan kedap air atau lapisan penutup
(confining bed). Lapisan penutup dapat berupa akuifug, akuiklud, atau akuitar. Berikut ini
penjelasan mengenai akuifer serta lapisan penutupnya:
 Akuifer. Akuifer ialah suatu lapisan, formasi, atau kelompok formasi satuan
geologi yang lulus baik yang terkonsolidasi (contohnya : batu pasir) maupun yang
tidak terkonsolidasi (pasir) dengan kondisi jenuh air dan mempunyai suatu besaran
kehantaran hidraulik (K) sehingga dapat membawa air (atau air dapat diambil)
dalam jumlah (kuantitas) yang ekonomis (Kodoatie, 1996).
 Akuifug. Menurut Danaryanto,et al, (2008), akuifug adalah formasi batuan yang
relatif kedap air yang tidak menyimpan atau meneruskan air karena ruang-ruang
yang ada dalam batuan tersebut tidak saling berhubungan. Contohnya batu granit
pejal.
 Akuiklud. Akuiklud ialah suatu lapisan-lapisan, formasi, atau kelompok formasi
satuan geologi yang tidak lulus dengan nilai kehantaran hidraulik yang sangat kecil
sehingga tidak memungkinkan air melewatinya. Disebut juga, lapisan pembatas
atas dan bawah akuifer tak tertekan (Kodoatie, 1996).
 Akuitar. Akuitar ialah lapisan-lapisan, formasi, atau kelompok formasi satuan
geologi yang lulus dengan nilai kehantaran hidraulik yang kecil namun masih
memungkinkan air melewati lapisan ini walaupun dengan pergerakan yang lambat
(Danaryanto et al, 2008).
Akuifer adalah lapisan pembawa air. Akuifer merupakan lapisan bawah tanah yang
mengandung air dan mampu mengalirkan air. Hal ini disebabkan karena lapisan tersebut
bersifat permeable yaitu mampu mengalirkan air dengan baik karena adanya pori-pori pada
lapisan tersebut. Pelapisan batuan atau material yang berpotensi menyimpan dan
mengalirkan air ini sangat tergantung dari tingkat porositas dan permeabilitas yang ada
(Davis dan Weist, 1966). Porositas adalah kemampuan lapisan yang mengandung air dan

1
2

dinyatakan sebagai presentase rongga-rongga batuan atau pori batuan terhadap volume
total batuan. Sedangkan permeabilitas adalah ukuran mudahnya aliran airtanah melalui
akuifer (Todd,1980).
Sebagai sistem akuifer, air tanah dapat dibedakan menjadi beberapa tipe yaitu
akuifer/air tanah tidak tertekan dan akuifer/air tanah tertekan. Air tanah bebas/air tanah
tidak tertekan (unconfined aquifer) yaitu airtanah yang dibatasi oleh muka freatik (water
table) di bagian atas serta di bagian bawahnya dibatasi oleh lapisan kedap. Dalam jenis
akuifer ini juga dapat ditemukan air tanah menggantung (perched aquifer).
Tipe selanjutnya adalah air tanah tertekan yang terletak di bawah lapisan kedap
sehingga memiliki tekanan lebih besar dibandingkan tekanan atmosfir. Jenis akuifer
lainnya adalah akuifer bocor (leaky aquifer) yang merupakan kombinasi antara akuifer
bebas dengan tertekan, sehingga disebut airtanah semi tertekan (Purnama, 2010).

Gambar 1 Ilustrasi tiga jenis akuifer menurut kruseman dan deRieder, 1994

Pada makalah ini, akan dibahas lebih lanjut mengenai Aliran Tunak, Akuifer Semi
Terkekang: Aliran Air Tanah pada Leaky Aquifer di bawah suatu waduk.
Akuifer semi tertekan (semi confined/leaky akuifer) adalah akuifer yang jenuh air
yang dibatasi oleh lapisan yang berupa aquitard (semi kedap air) dan lapisan bawahnya
merupakan akuiklud. Pada lapisan pembatas di bagian atasnya karena bersifat aquitard
masih ada air yang mengalir ke akuifer tersebut (influx), walaupun hidraulik
konduktivitasnya jauh lebih kecil dibandingkan hidraulik konduktivitas akuifer. Tekanan
airnya pada akuifer lebih besar dari tekanan atmosfir.
3

Gambar 2 Perbedaan antara confined aquifer dan semi confined aquifer

Semi confined (leaky) aquifer, sering disebut juga akuifer bocor, yang merupakan
akuifer setengah tertekan atau setengah tak tertekan (semi unconfined) yang dapat
meloloskan dan memperoleh air melewati salah satu atau kedua batas formasinya baik
batas atas maupun bawah. Meskipun formasi semi lulus sebagai batasnya mempunyai daya
tahan yang tinggi terhadap aliran air yang melewatinya, kebocoran dapat terjadi sepanjang
area horizontal. Jumlah dan arah kebocoran dikarenakan perbedaan tinggi piezometrik
yang memotong lapisan semi lulus, sehingga dapat dikatakan lapisan batas atas dan bawah
merupakan lapisan lulus air, salah satu semi lulus, atau lapisan lulus dengan kelulusan
berbeda tergantung pada akuifer (Bear, 1979).

Gambar 3 Akuifer bocor

Apabila pemompaan dilakukan pada lapisan atas akan menyebabkan muka air tanah
pada lapisan tersebut akan mengalami penurunan. Akibatnya sumur-sumur penduduk akan
menjadi kering. Oleh karena itu sebaiknya pemompaan dilakukan dari lapisan di bawahnya
(di bawah lapisan setengah kedap air) sehingga di lapisan atas muka airtanah hanya turun
sedikit, tetapi meliputi daerah yang luas.
4

Gambar 4 Pemompaan pada Akuifer Setengah Terkekang

Persamaan dasar akuifer setengah terkekang:

 2 1    H1   H 2
   0
r 2 r r KDC1 KDC2
Untuk kebocoran dari satu arah saja amaka persamaan dasar menjadi:
 2 1    H1
  0
r 2 r r KDC
Pers. ini dapat dibawa menjadi pers. penurunan muka air:
Misal:
S  H1     KDC
Jika diambil r = x., dimana S dan X adalah variabel baru maka:
r x 1
x 
 r 

dimana:
s  dan  2 2s  1 
    
r r r 2 x 2   2 
Sehingga bila pers di atas dimasukkan ke dalam pers dasar akan menjadi:
2s 1 1 s  s
   0
x   r x  2
2 2

Jika disederhanakan menjadi:

 2 s 1 s
 S 0
x 2 x x
5

Sedangkan aliran tunak atau aliran permanen (permanent flow) adalah kondisi
dimana komponen aliran tidak berubah terhadap waktu. Contohnya adalah aliran di
saluran/sungai pada kondisi tidak ada perubahan aliran (tidak ada hujan, tidak banjir, dll).
Aliran tunak terjadi apabila ada keseimbangan antara air yang keluar dan masuk dari
atau ke akuifer. Keadaan ini dapat ditunjukkan jika tinggi pisometrik relative tidak berubah
terhadap pertambahan waktu dan hanya dapat diamati pada uji pemompaan sampai tahap
stabil tercapai.
Pada praktek di lapangan di bawah bangunan besar (misalnya seperti waduk) perlu
dicek dan dianalisis adanya aliran air tanah di bawahnya. Dalam hal ini bila aliran yang
terjadi cukup besar sehingga cukup mempengaruhi kapasitas dari waduk itu maka dapat
dilakukan upaya-upaya untuk mengurangi ataupun memperkecil laju aliran tersebut. Di
sini gabungan analisis perhitungan untuk jenis akuifer yang ada akan memberikan
kontribusi kapasitas debit dari aliran air tanah tersebut. Untuk aliran pada semi-confined
aquifer dan gabungan dengan akuifer lainnya (confined ataupun unconlined) akan
ditunjukkan uraian perhitungannya pada beberapa contoh berikut ini.
1. Aliran melalui potongan akuifer berbentuk persegi panjang
Suatu waduk yang pada hulu tanggulnya diperkuat dengan lapisan yang kedap air
(K” << K’) sehingga membentuk akuifer tertekan di bagian bawahnya. Suatu potongan
waduk diilustrasikan seperti gambar di bawah ini:

Gambar 5. Aliran pada akuifer bocor dibawah suatu waduk.


6

Persamaan umum dapat ditulis:


𝑑 𝑑ℎ
(𝑘 dx ) = -p
dx

Catatan untuk imbuhan p bila alirannya pada akuifer tertekan maka alirannya berdimensi
per satuan isi, namun bila terjadi pada akuifer tak-tertekan maka berdimensi per satuan
luas, sehingga titik A dengan detail sebagai berikut ini:

Gambar 6. Hulu potensial


−𝑥
𝐻1 − 𝐻2
qx = -K ( )𝑒 λ
λ

dalam hal ini diketahui bahwa e adalah ketahanan hidraulik dari lapisan tanah dengan nilai
keterhantaran hidrauliknya K’.
Mengacu pada persamaan diatas dapat dilihat bahwa untuk x = ∞, besarnya qx
adalah minimum. Dari persamaan ini dapat dicari panjang lantai huli waduk dalam upaya
perlindungan kebocoran didaerah tersebut. Yaitu dengan cara memperkecil harga K’ yang
tergantung dari jenis material dan memperpanjang lantai serta ketebalan lantai e. Selain itu
jenis tanah dan ketebalan akuifer dibawahnya juga berpengaruh.

2. Gabungan Akuifer Setengah Tertekan dan Akuifer Tertekan


Suatu waduk sama dengan gambar 5, hanya saja pada hulu tanggulnya diperkuat
dengan lapisan yang kedap air (K’’<< K’) sehingga membentuk akuifer tertekan dibagian
bawahnya. Secara detai potongan waduk sepperti gambar dibawah:
7

Gambar 7. Aliran pada akuifer setengah tertekan dan akuifer tertekan

Dengan adanya lapisan kedap air tersebut maka faktor resapan λ dari aliran waduk ke
dalam tanah di bawahnya menjadi lebih kecil dibandingkan dengan tanpa adanya lapisan
tersebut.
Dari kondisi seperti Gambar 5 maka hulu potensial tidak hanya H1 dan H4 saja,
namun pada titik x1 dan H2 dan pada titik x = 0 ada H3 sebagai parameter-parameter yang
tidak diketahui. Kedua parameter itu akan dicari besarnya dengan bantuan kondisi batas
berikut ini:
Kondisi batas yang ada dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Kondisi ∞ < x < 0
Pada kondisi ini terjadi rembesan ke atas dari akuifer ke saluran / waduk. Besarnya
debit yang didapat untuk H adalah:
𝐻3 − 𝐻4
Q=K( )A
λ

2. Kondisi 0 < x < x < 1 atau sepanjang Lo


Pada daerah ini tidak ada rembesan dari atas karena lapisannya kedap air. Besarnya
total debit di daerah ini yaitu pada lokasi x = 0
𝐻2 − 𝐻3
Q=K( )A
𝐿0

3. Kondisi x l < x < ∞


8

Pada kondisi ini terjadi rembesan air di waduk yang diaplikasikan. Sedangkan total
debit pada lokasi x = x1, sehingga persamaan debit yang didapat untuk H yang
berbeda adalah seperti berikut.

𝐻1 − 𝐻2
Q=K( )A
λ

Dari ketiga persamaan di atas, Q, H2, dan H3 merupakan parameter yang belum
diketahui. Berdasarkan hokum kontinuitas debit di ketiga lokasi besarnya sama, sehingga
dalam ketiga parameter dengan tiga persamaan tersebut dapat dicari besarnya, yaitu
masing-masing:
1𝐻 −𝐻4
H2 = H1 - λ ( 2λ+ )
𝐿 0

𝐻1 − 𝐻4
H3 = H4 + λ ( 2λ+ 𝐿 )
0

1 𝐻 −𝐻
4
Q = K . A ( 2λ+ )
𝐿 0

1 4𝐻 −𝐻
Rumus Q = K . A ( 2λ+ ) adalah besarnya total debit rembesan dari air waduk pada
𝐿 0

lokasi x = 0.
DAFTAR RUJUKAN

Anonim. 2010. Manajemen Air Tanah Berbasis Cekungan Air Tanah. Kementrian Energi
dan Sumber Daya Mineral.
Kodoatie, Robert J. 2012. Tata Ruang Air Tanah. Yogyakarta: Penerbit Andi.
https://farullahhasby.wordpress.com/2013/03/28/klasifikasi-aliran-fluida-fluids-flow-
classification/, diakses pada tanggal 29 April 2017
http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/2013/10/jenis-jenis-akuifer_20.html, diakses pada
tanggal 29 April 2017
http://tambangunp.blogspot.co.id/2013/10/jenis-jenis-akuifer.html, diakses pada tanggal 29
April 2017

You might also like