You are on page 1of 7

Metode Penelitian Administratif

dalam Buku Prof. Dr. Sugiyono 2013

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan
tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat kata kunci yang perlu
diperhatikan yaitu cara ilmiah, data, tujuan dan kegunaan. Cara ilmiah berarti kegiatan
penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yaitu Rasional berarti kegiatan penelitian itu
dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran
manusia. Empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indera manusia,
sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan. Sistematis
yaitu peroses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu yang
bersifat logis.
Data yang diperoleh melalui penelitian itu adalah data empiris (teramati) yang
mempunyai kriteria tertentu yaitu valid (sugiono,2013,1). Valid yaitu menujukan derajad
ketepatan antara data yang sesungguhnya terjadi pada obyek dengan data yang dapat
dikumpulkan oleh peneliti. Untuk mendapatkan data yang langsung valid dalam sering sulit
dilakukan, oleh karena itu data yang telah terkumpul sebelum diketahui validitasnya, dapat diuji
melalui pengujian realibitas dan obyektivitas. Data yang valid pasti relibilitas dan obyektif,
realibel berkenaan derajad konsistensi/keajegan data dalam interval waktu tertentu. Data yang
reiabel belum tentu valid dan data yang onbyektif juga belum tentu valid. Validitas data hasil
penelitian dapat diperoleh dengan cara menggunakan instrumen penelitian yang valid,
menggunakan data dan cukup jumlahnya, serta menggunakan metode penggumpulan data
analisis data yang benar(sugiono,2013,2).
B. Jenis-Jenis Penelitian
Penelitian akademik merupakan penelitian yang dilakukan oleh para mahasiswa dalam membuat
skripsi, tesis dan desertasi. Penelitian ini merupakan sarana edukatif, sehingga lebih
mementingkan validitas internal (caranya yang harus betul).
Penelitian profesional merupakan penelitian yang dilakukan oleh orang yang berprofesi
sebagai peneliti misalnya Dosen, Perguruan Tinggi, Penelitian di LIPI. Tujuannya untuk
mendapatkan pengetahuan baru yang berkenaan dengan ilmu, teknologi dan seni.variabel peneliti
lengkap, kecanggihan analisis disesuaikan dengan kepentingan masyarakat ilmiah. Untuk itu
peneliti harus dilakukan dengan cara yang betul (validitasi internal), dan hasilnya berguna
untukk pengemnbangan ilmu (validitas eksternal).
Penelitian institusional merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan
informasi yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi yang dapat digunakan untuk
pengembangan kelembagaan.
Jenis-jenis penelitian dapat dikelompokan menurut, tujuan, pendekatan, tingkat ekplanasi
(level of explanation), dan analisis dan jenis data(sugiono,2013,4).
1. Penleitian Menurut Tujuan
Penleitian Menurut Tujuan dapat dikelompokan menjadi penelitian murni dan terapan (pure
research & applied research) Uma Sekaran dalam bukunya Resaerch Menhods Business(1994)
menyatakan bahwa, bila penelitian diarahkann untuk mendapatkan informasi yang dapat
digunakan untuk memecahkan masalah, maka penelitian tersebut diarahkan untuk memecahkan
masalah, maka penelitian tersebut dinamakan penelitian terapan, tetapi bila penelitian yang
dilakukan diarahkan sekedar untuk memahami maslah organisasi secara mendalam (tanpa ingin
menerapkan hasilnya) maka hal itu dinamakan penelitian dasar/murni.(sugiono,2013,6)
2. Penelitian Menurut Metode
a) Penelitian Survey
Penelitian Survey Pada umumnya dilakukan untuk mengambil suatu generalisasi dari
pengamatan yang tidak mendalam. Walaupun metode survey ini tidak memerlukan kelompok
kontrol seperti halnya pada metode eksperimen, namun generalisasi yang dilakukan bisa lebih
akurat bila menggunakan sampel yang representatif (David Kline : 1980).
b) Peneliti Ex Post Facto
Peneliti Ex Post Facto adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk meneliti peristiwa yang
telah terjadi dan kemudian merunut ke belakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat
menyebabkan timbulnya kejadian tersebut.
c) Penelitian Eksperimen
Peneliti dengan pendekatan eksperimen adalah suatu peneliti yang berusaha mencari pengaruh
variabel tertentu tentu terhadap variabel yang lain dalam kondisi yang terkontrol secara ketat.
d) Peneliti Naturalistik
Metode penelitian ini sering disebut dengan metode kualitatif, metode kualitatif adalah metode
penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek alamiah.(sebagai lawannya adalah
eksperimen)dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan
secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kuantitatif lebih
menekankan makna dari pada generalisasi.
e) Policy Reseach (Penelitian Kebijaksanaan)
Policy Reseach (Penelitian Kebijaksanaan) dimulai karena adanya masalah dan masalah ini pada
umumnya dimiliki oleh para administrator/manajer atau para pengambil keputusan pada suatu
organisasi.
f) Action Reseach (Penelitian Tindakan)
Penelitian tindakan merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan metode kerja
yang paling efesien, sehingga biaya produksi dapat ditekan dan produktivitas lembaga dapat
meningkat. Penelitian tingkatan adalah suatu proses yang dilalui oleh perorangan atau kelompok
yang menghendaki perubahan dalam situasi tertentu untuk menguji prosedur yang diperkirakan
akan menghasilkan perubahan tersebut dan kemudian, setelah tahap kesimpulan yang dapat
dipertanggung jawabkan melaksanakan prosedur ini. Tujuan utama penelitian ini adalah
mengubah 1.Situasi, 2.Prilaku, 3.organisasi termasuk struktur mekanisme kerja, iklim kerja dan
pranata.
g) Penelitian evaluasi
Dalam hal yang khusus, penelitian evaluasi dapat dinyatakan sebagai evaluasi tetapi dalam hal
ini juga dapat dinyatakan sebagai penellitian. Hal ini merupakan bagian dari proses pembuatan
keputusan yaitu untuk membandingkan suatu kejadian, kegiatan produk dengan standar dan
program yang telah ditetapkan. Evaluasi sebagai penelitian berarti akan berfungsi untuk
menjjelaskan fenomena.
h) Penelitian Sejarah
Penelitian sejarah berkenaan dengan analisis yang logis terhadap kejadian-kejadian yang
berlangsung dimasa lalu. Jadi penelitian tidak mungkin lagi mengamati kejadian yang akan
diteliti, walaupun demikian sumber datanya bisa primer yaitu orang terlibat langsung dalam
kejadian itu atau sumber-sumber dokumentasi yang berkenaan dengan kejadian itu.
3 Penelitian Menurut Tingkat Ekplanasinya
Penelitian menurut tingkat ekplanasinya adalah penelitian yang berrmaksud menjelaskan
kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta hubungan antara satu variabel dengan variabel
yang lain.(sugiono,2013,11)
 Penelitian Deskriptif
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri,
baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan
antara variabel satu dengan variabel yang lain.
 Penelitian Komparatif
Penelitian komparatif adalah suatu penelitian yang bersifat menbandingkan.
 Penelitian Asosiatif/hubungan
Penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua
variabel atau lebih.

4. Penelitian Menurut Jenis & Data


Bahwa pada dasarnya meneliti itu adalah ingin mendapatkan data yang valid, relibel
dan obyektif tentang gejala tertentu. Jenis data & analisisnyan dalam penelitian dapat
dikelompokan menjadi tiga hal utama yaitu data kualitatif, kuantitatif dan gabungan
keduanya. Pada suatu proses penelitian sering hanya terdapat satu jenis data yaitu kuantitatif
atau kualitatif saja, tetapi mungkin juga gabungan keduanya. Data Kuantitatif adalah data yang
berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan. Data Kualitatif adalah data yang
berbentuk kata, kalimat, skema dan gambar.(sugiono,2013,13)
C. Macam-macam Data Penelitian
Data kualitatif dibagi menjadi dua yaitu data diskrit/nominal adalah data yang hanya
dapat digolong-golongkan secara terpisah secara diskrit/kategori. Data Kontinum adalah data
bervariasi menurut tingkatan dan ini diperoleh dari hasil ukuran. Data Internal adlah data yang
jaraknya sama tetapi tidak mempunyai nilai nol (0) absolut/mutlak.
 populasi, Sampel dan Sampling
A. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi (baca: penyamarataan) yang terdiri atas: obyek/subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013, 90).
Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain.
Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi
seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek yang diteliti itu.
B. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut
(Sugiyono, 2013: 91).
Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi,
misal karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel
yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel, kesimpulannya akan dapat
diberlakukan untuk populasi. Untuk sampel yang diambil dari populasi harus betu-betul
representative (mewakili).
C. Teknik Sampling
Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel (Sugiyono, 2013, 91).
Untuk menentukan sampel dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan.
Secara sistematis
teknik sampling pada dasarnya dapat dikelompokan menjadi dua yaitu Probability
Sampling dan Nonprobability Sampling. Probability Sampling meliputi Simple Random,
Proportionate Stratified Random, Disproportionate Stratified
Random dan Cluster Random. Nonprobability
Sampling meliputi Systematic Sampling (Sampling Sistematis), Quota Sampling(Sampling Kuot
a), Accidental/Incidental Sampling (Sampling aksidental/Insidental),Purposive Sampling, Sampli
ng Jenuh (Sampling Sensus) dan Snowball Sampling.
Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing teknik sampling di atas.
1. Probability Sampling
Probability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang
sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel (Sugiyono,
2013: 92).
Berikut ini adalah jenis-jenis dari Probability Sampling beserta penjelasannya.
a. Simple Random Sampling
Simple Random Sampling adalah pengambilan anggota sampel dari populasi yang
dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu (Sugiyono, 2013:
93).
b. Proportionate Stratified Random Sampling
Proportionate Stratified Random Sampling adalah teknik sampling yang digunakan bila
populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional
(Sugiyono, 2013: 93).
Sebagai contoh suatu organisasi/perusahaan yang memiliki pegawai dari latar belakang
pendidikan yang berstrata, maka populasi pegawai itu berstarata. Misalnya jumlah pegawa yang
lulus S1=45, S2=30, STM=800, ST=900, SMA=400, SD=300. Jumlah sampel yang harus
diambil meliputi strata pendidikan tersebut.
c. Disproportionate Stratified Random Sampling
Disproportionate Stratified Random Sampling adalah teknik sampling yang digunakan bila
populasi berstrata tetapi kurang proporsional (Sugiyono, 2013: 93).
Misalnya pegawai perusahaan X dari divisi produksi mempunyai 3 orang lulusan S3, 4
orang lulusan S2, 90 orang S1, 800 orang SMU, 700 orang SMP, maka 3 orang lulusan S3 dan 4
orang lulusan S2 itu diambil semuanya sebagai sampel, karena dua kelompok ini terlalu kecil
bila dibandingkan dengan kelompok S1, SMU dan SMP.
d. Cluster Random Sampling (Area Sampling)
Cluster Random Sampling merupakan teknik sampling daerah yang digunakan untuk
menentukan sampel bila obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas, misalnya
penduduk dari suatu negara, propinsi atau kabupaten (Sugiyono, 2013: 94).
Untuk menentukan penduduk mana yang akan dijadikan sumber data, maka pengambilan
sampel ditetapkan secara bertahap dari wilayah yang luas (negara) sampai ke wilayah terkecil
(kabupaten). Setelah terpilih sampel terkecil, kemudian baru dipili sampel secara acak.
Misalnya di Indonesia terdapat 34 propinsi, dan sampel akan menggunakan 17 propinsi,
maka pengambilan 17 propinsi tersebut dilakukan secara random (acak). Tetapi perlu diingat
karena propinsi-propinsi di Indonesia berstrata (tidak sama) maka pengambilan sampelnya perlu
menggunakan Stratified Random Sampling. Propinsi di Indonesia ada yang penduduknya padat,
ada yang tidak; ada yang mempunyai hutan yang banyak ada yang tidak, ada yang kaya bahan
tambang dan adayang tidak. Karakteristik semacam ini perlu diperhatikan sehingga pengambilan
sampel menurut strata populasi itu dapat ditetapkan.
Teknik sampling daerah ini sering digunakan melalui dua tahap, yaitu tahap pertama
menentukan sampel daerah dan tahap kedua menentukan orang-orang yang ada pada daerah itu
secara sampling juga.
2. Nonprobability Sampling
Nonprobability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang
atau kesempatan sama bagi setaip unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel
(Sugiyono, 2013:95).
Berikut ini adalah jenis-jenis dari Nonprobability Sampling beserta penjelasannya.
a. Systematic Sampling (Sampling Sistematis)
Sampling Sistematis adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota
populsai yang telah diberi nomor urut (Sugiyono, 2013:95).
Misalnya anggota populasi yang terdiri dari 100 orang. Dari semua anggota diberi nomor
urut yaitu nomor 1 sampai nomor 100. Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan hanya
mengambil nomor ganjil saja, genap saja atau kelipatan dari bilangan tertentu, misalnya
kelipatan dari bilangan lima. Untuk ini maka yang diambil sebagai sampel adalah nomor 1, 5, 10,
15, 20, dan seterusnya sampai 100.
b. Quota Sampling (Sampling Kuota)
Sampling Kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai
cirri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan (Sugiyono, 2013:95).
Sebagai contoh, sebuah penelitian tentang pendapat masyarakat terhadap pelayanan
masyarakat dalam urusan Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Jumlah sampel yang ditentukan 500
orang. Kalau pemenuhan data belum memenuhi kuota 500 orang tersebut, maka penelitian
dipandang belum selesai.
Bila pengumpulan data dilakukan secara kelompok yang terdiri atas 5 orang pengumpul
data, maka setiap anggota kelompok harus dapat menhubungi 100 orang anggota sampel, atau 5
orang tersebut harus dapat mencari data dari 500 anggota sampel.
c. Incidental Sampling (Sampling Insidental)
Sampling Insidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja
yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila
dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok dengan sumber data (Sugiyono, 2013:96).
d. Purposive Sampling
Purposive Sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu
(Sugiyono, 2013:96).
Misalkan akan melakukan penelitian tentang kualitas makanan, maka sampel sumber
datanya adalah orang yang ahli makanan, atau peneitian tentang kondisi politik di suatu daerah,
maka sampel sumber datanya adalah orang yang ahli politik. Sampel ini lebih cocok digunakan
untuk penelitian kualitatif, atau penelitian-penelitian yang tidak melakukan generalisasi.
e. Sampling Jenuh (Sampling Sensus)
Sampling Jenuh adalah teknik penentuan sampel apabila semua anggota populasi digunakan
sebagai sampel (Sugiyono, 2013:96). Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil,
kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang
sangat kecil. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan
sampel.
f. Snowball Sampling
Snowball Sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil,
kemudian membesar (sugiyono, 2013, 97). Ibarat bola salju yang menggelinding yang lama-lama
menjadi besar. Dalam penentuan sampel, pertama-tama dipilih satu atau dua orang, tetapi dengan
dua orang ini belum merasa lengkap terhadap data yang diberikan, maka peneliti mencari orang
lain yang dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi data yang diberikan dua orang sebelumnya.
Begitu seterusnya sehingga jumlah sampel menjadi semakin banyak.
 Skala Pengukuran Dan Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kuantitatif, peneliti akan menggunakan instrumen untuk mengumpulkan
data, sedangkan dalam penelitian kualitatif-naturalistik, peneliti akan lebih banyak menjadi
instrumen, karena dalam penelitian kualitatif peneliti merupakan key instruments.
Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti. Dengan
demikian jumlah instrumen yang akan digunakan untuk penelitian akan tergantung pada jumlah
variabel yang akan diteliti. Instrumen Penelitian digunakan untuk melakukan pengukuran dengan
tujuan menghasilkan data kuantitatif yang akurat, maka setiap instrumen harus mempunyai skala.
A. Macam-macam Skala Pengukuran
Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk
menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur.sehingga alat ukur tersebut
bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif. Sebagai contoh, misalnya
timbangan emas sebagai instrumen untuk mengukur berat emas, dibuat dengan skala mg dan
akan menghasilkan data kuantitatif berat emas dalam satuan mg bila digunakan untuk mengukur,
meteran sebagai instrumen untuk mengukur panjang dibuat dengan skala mm, dan akan
menghasilkan data kuantitatif panjang dengan satuan mm.
Berbagai skala sikap yang dapat digunakan untuk penelitian administrasi, pendidikan dan
sosial antara lain:
a) Skala Likert
b) Skala Guttman
c) Rating Scale
d) Semantic Deferential
Kelima jenis skala tersebut bila digunakan dalam pengukuran, akan mendapatkan data interval,
atau rasio. Hal ini akan tergantung pada bidang yang akan diukur.
1. Skala Likert
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah
ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian.
Contoh jawaban setiap item dalam instrumen yang menggunakan skala Likert berupa kata-
kata dalam pilihan ganda ataupun checklist dan diuraikan secara lebih terperinci, misal
penggunaan kata-kata sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, sangat tidak setuju.
b. Contoh bentuk pilihan ganda
Pertanyaan:
Kurikulum baru itu akan segera diterapkan di lembaga pendidikan Anda?
Pilihan jawaban:
1. Sangat Setuju
2. Setuju
3. Ragu-ragu
4. Tidak Setuju
5. Sangat Tidak Setuju
2. Skala Guttman
Skala pengukuran dengan tipe ini, akan didapat jawaban yang tegas, yaitu ya-tidak, benar-
salah, pernah-tidak pernah, positif-negatif, dan lain-lain. Jadi kalau pada skala Likert terdapat
3,4,5,6,7 interval, dari kata sangat setuju sampai sangat tidak setuju, maka dalam skala Guttman
hanya ada 2 interval yaitu setuju atau tidak setuju. Penelitian ini dilakukan bila ingin mendapat
jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan.
Skala Guttman selain dapat dibuat dalam bentuk pilihan ganda, juga dapat dibentuk dalam
bentuk cheklist.
Contoh;
Pertanyaan:
Bagaimana pendapat anda, bila orang itu menjabat Kepala Sekolah di sini?
Jawab:
1. Setuju
2. Tidak Setuju

3. Semantic Defferensial
Skala pengukuran yang berbentuk semantic differensialdikembangkan oleh Osgood. Skala
ini juga digunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya tidak pilihan ganda maupun cheklist,
tetapi tersusun dalam satu garis kontinum yang jawaban “sangat positifnya”terletak dibagian
kanan garis, dan jawaban yang “sangat negative” terletak dibagian kiri garis, atau sebaliknya.
4 Rating Scale
Dari ketiga skala pengukuran diatas, data yang diperoleh semuanya adalah data kualitatif
yang kemudian dikuantitatifkan. Tetapi dengan rating scale data mentah yang diperoleh berupa
angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif.
Rating scale ini lebih fleksibel, tidak terbatas untuk pengukuran sikap saja tetapi untuk
mengukur persepsi reponden terhadap fenomena lainnya, seperti skala untuk mengukur status
sosial ekonomi, kelembagaan, pengetahuan, kemampuan, dan proses kegiatan lainnya.
Yang penting bagi penyusun instrumen dengan rating scale adalah harus dapat mengartikan
setiap angka yang diberikan pada alternatif jawaban pada setiap item instrumen.

B. Instrumen Penelitian
Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena sosial maupun
alam. Meneliti dengan data yang sudah ada lebih tepat kalau dinamakan membuat laporan dari
pada melakukan penelitian. Namun demikian dalam skala yang paling rendah laporan juga dapat
dinyatakan sebagai bentuk penelitian (Emory, 1985).
Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang
baik. Alat ukur penelitia disebut instrumen penelitian.
Apabila kita katakan bahwa untuk memperoleh data kita gunakan metode wawancara,
maka didalam melaksanakan pekerjaan wawancara ini, pewawancara menggunakan alat bantu.
Secara minimal alat bantu tersebut berupa ancer-ancer pertanyaan yang akan ditanyakan sebagai
catatan, serta alat tulis untuk menuliskan jawaban yang diterima. Ancer-ancer ini disebut
pedoman wawancara. Oleh karena pedoman wawancara ini merupakan alat bantu, maka disebut
juga instrumen pengumpulan data. dengan demikian jika menggunakan metode wawancara,
instrumennya adalah pedoman wawancara.

You might also like