Professional Documents
Culture Documents
Presus Bedah - BPH
Presus Bedah - BPH
Disusun oleh:
Andye Wahyu Putra S
2012 031 0175
Diajukan kepada:
dr. Wahyu Rathariwibowo, Sp.B
1
HALAMAN PENGESAHAN
BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
Disusun oleh:
Andye Wahyu Putra S
2012 031 0175
Mengetahui,
Dosen Pembimbing
2
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
penduduk Indonesia sekitar 206 juta, lima persennya adalah laki-laki yang berusia
60 tahun keatas maka diperkirakan yang menderita PPJ sekitar 5 juta dan
berdasarkan prevalensi kejadian PPJ pada usia 60 tahun sekitar 50% dan hal ini
semakin meningkat menjadi 80% pada peningkatan usia 80 tahun, bahkan 100%
pada usai diatas 90 tahun (Berry et al., 1984.Lilly & PRB, 2001.Stoller et al.,
2004).
Mengingat kejadian PPJ pada umumnya usia dekade lima keatas sekitar
50% dan semakin meningkat usianya maka semakin meningkat pula resiko
terjadi pada pasien PPJ yang akan dilakukan operasi prostatektomi terbuka(
prostatectomi =TURP
jaringan prostat secara terbuka transvesikal sesuai protokol yang ditetapkan oleh
3
adalah kondisi keadaan sakit pada pasien PPJ yang disebabkan oleh tindakan
operasi dimana selama periode pascaoperasi, pasien diamati terus hingga pasien
dinyatakan sembuh dari operasi yaitu dapat miksi dengan baik setelah kateter
digunakan sebagai salah satu landasan dasar dalam menilai prognosis terhadap
4
BAB II
IDENTITAS PASIEN
A. Identitas Pasien
Nama :S
Umur : 64 tahun
Pekerjaan : Petani
Agama : Islam
Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan sulit buang air kecil sejak 2 tahun yang
mengeluh sebelumnya sering kencing pada malam hari lebih dari 10 kali
dalam semalam. Pasien juga mengeluh tidak bisa menahan pipis, dan saat
pipis pancaranya lemah, dan perlu mengejan saat pipis. Keluah pusing,
pusing (-), mual (-), muntah (-). BAB tak ada keluhan
Keluhan Tambahan
5
Riwayat Penyakit Sekarang
Tidak diketahui
C. Pemeriksaan fisik
Status Generalis
KU : sedang, composmentis
36,0 oC
TB : 170 cm
BB : 54 kg
6
D. Pemeriksaan Laboratorium
Eosinofil 10 2-4 %
Basofil 0 0-1 %
Batang 4 2-5 %
Segmen 44 51-67 %
Limfosit 38 20-35 %
Monosit 4 4-8 %
Faktor Pembekuan
E. Diagnosis Kerja
Benign Prostat Hiperplasia
F. Penatalaksanaan
IVFD RL 20 tpm
Inj. Ceftriaxon 1gr/12jam
Inj. Ketorolac 1A/12jam
7
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
salah satu faktor resiko terjadinya pembesaran prostat jinak. Pada turunan
dihydrotestosterone (DHT).
B. Epidemiologi
8
penelitian di Amerika Serikat pada tahun 1995 bahwa sukarelawan yang
mikroskopis bahwa kejadian PPJ pada laki-laki usia 40– 50 tahun sekitar
25%, usia 50 – 60 tahun sekitar 50%, usia 60 – 70 tahun sekitar 65%, usia
dari bagian asiner prostat (zona sentral) berasal dari duktus wolfii.
jaringan fibromuskuler (30 – 50%) stroma dan asiner (50 – 70%) yang
terbalik seperti buah pear yang terletak pada rongga pelvis tepat di
9
bawah tepi inferior tulang simfisis pubis dan sebelah anterior ampula recti.
Bagian atas berlanjut sebagai leher buli-buli, apeknya menempel pada sisi
urethra dari basis ke arah apek membuat angulasi 35° pada veramontanum.
Ukuran prostat normal pada orang dewasa lebarnya 3–4 cm, panjangnya
Merupakan 70% dari volume prostat, muara dari kelenjarnya pada dinding
10
III. Zona transisional (transisional zone)
dan asinus yang tersebar dalam spingter preprostatika dan bermuara pada
Prostat hiperplasi berasal dari zona transisional dan periuretral yang berada
sepanjang uretra proksimal diantara spingter otot polos leher buli sampai
dengan veromontanum
Jaringan kelenjar dari zona transisi identik dengan zonal perifer hanya saja
Zone perifer dan sentral kira-kira 95% dari seluruh kelenjar prostat dan 5%
60 – 76% berasal dari zona periter, 10-20% dari zona transisional dan 5 –
11
Prostat mempunyai 4 permukaan yaitu,
1 fasies posterior
1 fasies anterior
2 fasiesinferior medial.
permukaan depan ampula recti dan dipisahkan oleh septum recto vesicalis
posterior mulai dari kandung kemih sampai spingter urethra bagian luar
dinding posterior urethra ini dimana terdapat sinus tempat keluar ductus
bagian dari lapisan visceral fascia pelvis. Diantara kapsul fibrosa dan
12
Dengan bertambahnya usia akan terjadi perubahan keseimbangan
dapat ditemukan pada usia 30-40 tahun. Bila perubahan mikroskopik ini
13
Pada tahap awal setelah terjadi pembesaran prostat, resistensi pada
leher vesika dan daerah prostat meningkat dan detrussor menjadi lebih
C. Patofisiologi
miksi
14
Gejala iritatif yaitu
2. Nokturia
15
pembesaran prostat menyebabkan rangsangan pada vesika, sehingga
sehingga pada akhir miksi masih ditemukan sisa urin didalam kandung
kemih, dan timbul rasa tidak tuntas pada akhir miksi. Jika keadaan ini
berlanjut pada suatu saat akan terjadi kemacetan total, sehingga penderita
tidak mampu lagi miksi. Karena produksi urin terus terjadi maka pada
suatu saat vesika tidak mampu lagi menampung urin sehingga tekanan
paradoks.
selalu terdapat sisa urin dapat terbentuk batu endapan di dalam kandung
hematuria. Batu tersebut dapat pula menyebabkan sistitis dan bila terjadi
hormon androgen.
16
Menurut Caine (1996) pembesaran kelenjar prostat, pada
kelenjar prostat
semen ke kandung kemih pada waktu ejakulasi. Sebelah dalam lapisan ini
17
terdapat kelenjar periurethral, dengan ductus–ductusnya yang meluas
kesamping dan sebelah luar lapisan tersebut pada titik pertemuan segmen
adalah zona transitional dan zona perifer urethral, yang mendesak kelenjar
capsul (False capsul) dari serabut otot polos. Dan mendesak ke arah
sejak umur dekade ke empat, meliputi 3 proses yang berdiri sendiri, yaitu
kelenjar prostat (Inner zone). Pada pria umur 50-70 tahun volume zona
transisional bertambah 2 kali lipat, dan nodule hanya merupakan 14% dari
nodul tersebut adalah khas suatu proses hiperplasia dari epitel dan stroma
18
Gambaran histologis menurut Franks (1976) ada lima tipe bentuk :
(1) Stroma,
(2) Fibromuscular,
(3) Muscular,
(4) Fibroadenomatous
(5) Fibromyoadenomatous.
bentuk asinus dan kistik. Pada proses hipertropi kelenjar prostat tidak
19
pengumpul urin dibelakang orificium urethra internum. Urine yang
atas otot polos dari proximal dan serabut seran lintang dari distal. Bagian
proximal terdiri atas serabut otot polos sirkuler urethra dan serabut otot
polos longitudinal lanjutan dari otot polos ureter distal, trigonum vesica
dan leher kandung kemih, sebagai spingter urethra interna diinervasi oleh
saraf otonom. Dan bagian distal serabut otot seran lintang berasal dari
1. Fase kompensata
20
sakkulae bila besar tonjolan ini terus bertambah besar dan menerobos
dilapisi otot maka tidak mampu untuk mengosongkan diri walaupun faktor
2. Fase dekompensata,
atoni musculus detrusor, sehingga pada akhir miksi masih terdapat sisa
dalam kandung kemih. Dan suatu saat, bila sumbatan bertambah hebat
dan sisa air kemih bertambah banyak dalam kandung kemih, pasien
D. Etiologi
telah kemukakan sebagai faktor penyebab terjadinya PPJ akan tetapi ada
21
normal oleh testis dan pengaruh dari peningkatan usia. Adapun teori-
berikut :
Dasar teori ini bahwa testosteron yang dihasilkan oleh sel Leydig pada
testis (90%) dan kelenjar adrenal (10%) akan diikat olehglobulin menjadi
sex hormon binding globulin (SHBG) sekitar 98% berda dalam peredaran
Testosteron bebas inilah yang menjadi target cell yaitu sel prostat
reseptor yang masuk kedalam inti sel (Nukleus) untuk kemudian melekat
22
proses penuaan kadar testosteron bebas dalam sirkulasi darah
tetap sehingga rasio menjadi kecil. Penurunan ini mulai usia 40-an sampai
terjadi sejak usia 35 tahun. Karena pada usia tua jumlah sel leydig
23
menurun sehingga jumlah hormon testosteronpun menjadi berkurang,
androgen melalui berbagai mediator yang berasal dari stroma ataupun sel-
E. Gambaran Klinik
rektum dan prostat. Pada perabaan melalui colok dubur harus diperhatikan
24
Pada karsinoma prostat, prostat teraba keras atau teraba benjolan yang
konsistensinya lebih keras dari sekitarnya atau ada prostat asimetri dengan
bagian yang lebih keras. Dengan colok dubur dapat pula diketahui batu
sisa urin setelah miksi spontan. Sisa urin ditentukan dengan mengukur
urin yang masih dapat keluar dengan kateterisasi. Sisa urin dapat pula
Sisa urin lebih dari 100 cc biasanya dianggap sebagai batas indikasi
secara teratur.
25
pembesaran prostat jinak. Istilah yang sering dipakai ialah BPH = Benign
mau kencing (urgency), kencing malam lebih dari satu kali (nokturia)
dan juga waktu miksi memanjang yang akhirnya menjadi retensi urine
G. Penatalaksanaan
26
Dalam hal ini penderita di observasi secara berkala sampai penderita merasa
prostat jinak dan masa ini dilakukan pada penderita dengan keluhan ringan
minum alkohol agar tidak terlalu sering kencing. Dilakukan evaluasi terhadap
berkala TRUS setiap tiga bulan sehingga apabila terjadi kemunduran maka
2. Medikomentosa
air kecil terus,frekuensi) sehingga hal-hal tersebut di atas dapat menjadi salah
jenis obat yang diberikan dan juga melakukan evaluasi terhadap hasil
kemih
27
b. Penghambatan androgen(Supresor androgen)→menghambat pertumbuhan
prostat
c. Phytoterapi
Adapun daya kerja dan jenis obat yang digunakan adalah sebagai berikut
1. Penghambat α adrenergik
28
oleh saraf parasimpatis dengan reseptornya α1adrenergik sehingga stimulasi
tekanan pada daerah uretra pars prostatika turun sehingga meringankan proses
terapi apalagi obat ini mempunyai efek samping antara lain penurunan
kencing menjadi lancar dan obat α blocker ini sudah direkomendasikan oleh
The 3rd and The 4thInternational Consultation on BPH 1995 and 1997
Asumsi dari teori ini yaitu dengan dilakukan kastrasi maka tidak terjadi
29
diatas maka supresi androgen dapat terjadi dengan memberikan sebagai
berikut :
Anti androgen
golongan episterid dan untuk melihat efek terapi di butuhkan waktu 3-6 bulan
diteruskan akan tetapi bila tidak ada perbaikan parameter antara sebelum dan
reversibel.
30
operasi
30%
- colok dubur
- USG
(optional)
bila biakan
positif perlu
diterapi lebih
dahulu
lebih lanjut
Specific pengobatan
Antigen) biasanya
menurun 50%
dalam 6 bulan
31
bila meningkat
perlu biopsi
Ada tiga hal problem dalam pengobatan dengan obat-obatan yaitu kapan
dan harga obat yang masih tinggi sementara pengobatan dalam waktu yang
lama serta disiplin pasien dalam meminum obat dalam waktu yang lama perlu
32
Konservatif Medika mentosa bila score IPSS < 18
DHT
3. Pembedahan
Pasien pembesaran prostat jinak pada umumnya sudah dalam stadium berat
yaitu mengalami retensi akut dengan atau tanpa komplikasi sehingga tindakan
pembesaran prostat pada umumnya usia dekade lima keatas sekitar 50% dan
baik secara TVP ataupun TURP. Faktor usia lanjut ini biasanya disertai juga
33
mendapat perhatian serius sebelum melakukan operasi prostatektomi baik
Indikasi relatifnya yaitu adanya residu urin lebih dari100 ml,Qmax kurang
berikut :
34
Perforasi : Apabila dinding buli-buli daerah trigonum ataupun
transurethral.
35
baiknya saat operasi dan mengontrol irigasi secara kontinue pasca
dekompensata→dipasang kateter
36
nervus pudendus tersebut terletak di posterolateral dari kelenjar
karena infeksi.
lama.
Catatan :
37
Operatif IPSS > 18
Indikasi 1. Hematuri
2. ISK berulang
5. Vesicolithiasisi
dilaporkan oleh Belfield dari Chicago pada tahun 1887 dan Sir Peter Freyer
dari London pada tahun 1900 melaporkan tehnik pembedahan yang sama
dalam penanganan pasien PPJ sekitar 95% akan tetapi ada juga pasien PPJ
38
PPJ yang besar yang diperkirakan tidak dapat di reseksi dengan
Bila tidak tersedia fasilitas untuk melakukan TURP baik sarana maupun
39
Pasang daur kateter no.24 dan kunci awal sekitar
20ml,pasang daur kateter no.14 untuk irigasi dan di
kunci 5 ml.
Jahit luka buli-buli pada mukosa dengan benang plan
cut gut 3.0 secara continous with locking kemudian
bagian muskulernya dijahit dengan benag cromic 2.0
secara continous without locking. Selam a penjahitan
buli-buli irigasi di alirkan dan daur kateter no.24 nya
di traksi terus.
Pasang drain cavum retzii
Tutup luka operasi lapis demi lapis
Operasi selesai
Perawatan pascaoperasi
Awasi keadaan umum,vital sign,aliran irigasi dan warnanya
Traksi kateter dipertahankan selama 24 jam
Berikan Antibiotik profilaktif bila hasil biakan urin belum ada dan
analgetik
Irigasi : -Hari 0→grojok
-Hari I→40tetes/detik
-Hari IV→coba di
PPJ di seluruh dunia sekitar 95% .Ada empat hal kelebihan TURP
40
Perdarahan lebih terkontrol karena bisa terlihat langsung
Catatan
(intoksikasi air)
Beberapa Istilah :
41
2. Partial TUR 30-90%
Paliative resection
Subtotal resection
melalui serat laser yang dapat membelokkan sinar laser 900(side firing
42
±50%(hyperthermi) dan 70%(thermoterapi).Sedangkan termoterapi
lainnya yaitu :
obstruksi.
HIFU
Electrovaporisation
Laser vaporization
4. Pengobatan Alternatif
Apabila sudah ada indikasi operasi prostatektomi akan tetapi pasien tidak
43
Komplikasi
1. Singh et al, 1973 dan Argawal et al, 1993, mengemukakan bahwa PPJ
merupakan penyakit yang sering diderita pria umur 40 tahun keatas. Pada
dari 40 tahun mempunyai resiko yang lebih besar bila dilakukan pembedahan
yaitu sebesar 10 % .
cermat terencana dan terarah dengan baik, sehingga hal-hal yang akan
Dini/awal,
5. Timbulnya kurang atau sama dengan 7 hari sejak saat pembedahan. meliputi :
kemih, gagal ginjal akut, henti jantung yang reversibel, infark myokard,
44
6. Untuk mengurangi terjadinya morbiditas awal karena retensi koagulum
diperlukan irigasi selama dan setelah reseksi prostat transuretra dengan cairan
normal salin. Bila memang masih terjadi retensi koagulum, maka perlu
7. Lanjut
8. Bila terjadi 7 hari sampai dengan 12 bulan pasca operasi, berupa : striktura
9. Pendarahan pasca reseksi prostat transuretra lebih banyak terjadi pada reseksi
kelenjar prostat yang besar. Kematian pasca operasi prostat (6-90 jam pasca
2. Hipotensi
3. Seringnya spuling
45
Diagnosis Banding
N
PENYAKIT KARAKTERISTIK
O
Pernah uretra
Pernah trauma
panggul/perineum
uretrografi terdapat
penyempitan
46
Buli bladder outlet” seperti
endoskopi
menyumbat
Foto rongen akan tampak batu
Uretra
bila bersifat radioopak
Posterior
Endoskopi untuk memastikan
diagnosa
Prostat
Prostate specific antigen (PSA)
47
5 Prostatitis/Pr Biasanya usia lebih muda
ostatodinia
Gejala iritatif lebih menonjol
Neuropati
Trans spingter melemah
sakroperineal
Perlu pemeriksaan
sistotometri/urodunamika
- Simpatolitik
- Psikotropik
- Alfa
Adregenik
48
BAB IV
PEMBAHASAN
49
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
50