Professional Documents
Culture Documents
Trauma Dada
Trauma Dada
Trauma Dada
Disusun Oleh:
Aniya Aprillia AKX 15.105
Ari Octaviani AKX 15.106
Ariel Arliansyah AKX 15.107
Nurul Khairiah AKX 15.121
Mia Puspa Gandana AKX 15.116
KATA PENGANTAR
0
Puji syukur yang dalam kami ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat-Nyalah makalah ini dapat kami selesaikan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan. Dalam makalah ini, kami membahas mengenai “Trauma Dada”. Makalah ini
dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman mengenai konsep dasar trauma dada.
Seorang perawat profesional harus mengerti, memahami dan dapat menerapkan
dengan baik yang kemudian dipakai sebagai dasar dalam pemberian asuhan keperawatan.
Seorang perawat dikatakan profesional apabila dalam memberikan asuhan keperawatan
berdasarkkan teori dan konsep keperawatan.
Makalah ini juga dibuat untuk memenuhi tugas Keperawatan Gawat Darurat.
Dalam proses penyusunan makalah ini, tentunya kami mendapatkan bimbingan, arahan,
koreksi, dan saran.
Kami menyadari bahwa sebagai manusia biasa tidak luput dari kesalahan dan
kekurangan maka dari itu makalah tentunya jauh dari kata sempurna. Kami juga sangat
mengaharapkan kritikan dan saran dari para pembaca sehingga kami dapat memperbaiki
kesalahan-kesalahan dalam penyusunan makalah selanjutnya.
Demikian makalah ini, semoga bermanfaat bagi kita semua.Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
1
KATA PENGANTAR…………………………………………………….i
DAFTAR ISI………………………………………………………………ii
BAB I (PENDAHULUAN)……………………………………………….1
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………3
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………...3
1.3 Tujuan………………………………………………………………….3
BAB II (PEMBAHASAN)………………………………………………...
Definisi……………………………………………………………………..4
Etiologi……………………………………………………………………..4
Patofisiologi………………………………………………………………..5
Klasifikasi……………………………………………………………….....6
Gejala klinis……………………………………………………………......6
Pemeriksaan Fisik………………………………………………………….7
Pemeriksaan Diagnostik……………………………………………………8
Penatalaksanaan…………………………………………………………….8
Komplikasi………………………………………………………………….9
Pencegahan…………………………………………………………………9
Konsep Asuhan Keperawatan Trauma Dada………………………………10
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………...34
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
a. Mengetahui definisi Trauma thorax
b. Mengetahui etiologi Trauma thorax
c. Mengetahui tanda dan gejala Trauma thorax
d. Mengetahui patofisiologi Trauma thorax
e. Mengetahui penatalaksanaan kegawatdaruratan Trauma thorax
f. Mengetahui teori asuhan keperawatan pada pasien Trauma thorax.
3
BAB II
PEMBAHASAN
1. DEFINISI
- Trauma adalah cedera/rudapaksa atau kerugian psikologis atau emosional
(Dorland, 2002).
- Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis akibat
gangguan emosional yang hebat (Brooker, 2001).
- Trauma adalah penyebab kematian utama pada anak dan orang dewasa kurang
dari 44 tahun. Penyalahgunaan alkohol dan obat telah menjadi faktor
implikasi pada trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau
tidak disengaja (Smeltzer, 2001).
- Trauma dada adalah trauma tajam atau tembus thoraks yang dapat
menyebabkan tamponade jantung, perdarahan, pneumothoraks,
hematothoraks, hematompneumothoraks (FKUI, 1995).
- Trauma thorax adalah semua ruda paksa pada thorax dan dinding thorax, baik
trauma atau ruda paksa tajam atau tumpul. (Hudak, 1999).
Jadi, trauma thorax secara umum adalah luka atau cedera yang mengenai rongga
thorax yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari
cavum thorax yang disebabkan oleh benda tajam atau bennda tumpul dan dapat
menyebabkan keadaan gawat thorax akut.
2. ETIOLOGI
Etiologi penyakit terdiri dari :
a. Trauma tembus
• Luka Tembak
• Luka Tikam / tusuk
b. Trauma tumpul
• Kecelakaan kendaraan bermotor
• Jatuh
• Pukulan pada dada
3. PATOFISIOLOGI
4
Trauma dada sering menyebabkan gangguan ancaman kehidupan. Luka pada rongga
thorak dan isinya dapat membatasi kemampuan jantung untuk memompa darah atau
kemampuan paru untuk pertukaran udara dan oksigen darah. Bahaya utama berhubungan
dengan luka dada biasanya berupa perdarahan dalam dan tusukan terhadap organ
Hipoksia, hiperkarbia, dan asidosis sering disebabkan oleh trauma thorax. Hipokasia
jaringan merupakan akibat dari tidak adekuatnya pengangkutan oksigen ke jaringan oleh
karena hipivolemia ( kehilangan darah ), pulmonary ventilation/perfusion mismatch
( contoh kontusio, hematoma, kolaps alveolus )dan perubahan dalam tekanan intratthorax
( contoh : tension pneumothorax, pneumothorax terbuka ). Hiperkarbia lebih sering
disebabkan oleh tidak adekuatnya ventilasi akibat perubahan tekanan intrathorax atau
penurunan tingkat kesadaran. Asidosis metabolik disebabkan oleh hipoperfusi dari jaringan
( syok ).
Fraktur iga. Merupakan komponen dari dinding thorax yang paling sering mngalami
trauma, perlukaan pada iga sering bermakna, Nyeri pada pergerakan akibat terbidainya iga
terhadap dinding thorax secara keseluruhan menyebabkan gangguan ventilasi. Batuk yang
tidak efektif intuk mengeluarkan sekret dapat mengakibatkan insiden atelaktasis dan
pneumonia meningkat secara bermakna dan disertai timbulnya penyakit paru – paru.
Pneumotoraks diakibatkan masuknya udara pada ruang potensial antara pleura viseral dan
parietal. Dislokasi fraktur vertebra torakal juga dapat ditemukan bersama dengan
pneumotoraks. Laserasi paru merupakan penyebab tersering dari pnerumotoraks akibat
trauma tumpul.Dalam keadaan normal rongga toraks dipenuhi oleh paru-paru yang
pengembangannya sampai dinding dada oleh karena adanya tegangan permukaan antara
kedua permukaan pleura. Adanya udara di dalam rongga pleura akan menyebabkan
kolapsnya jaringan paru. Gangguan ventilasi-perfusi terjadi karena darah menuju paru
yang kolaps tidak mengalami ventilasi sehingga tidak ada oksigenasi. Ketika
pneumotoraks terjadi, suara nafas menurun pada sisi yang terkena dan pada perkusi
hipesonor. Foto toraks pada saat ekspirasi membantu menegakkan diagnosis. Terapi terbaik
pada pneumotoraks adalah dengan pemasangan chest tube lpada sela iga ke 4 atau ke 5,
anterior dari garis mid-aksilaris. Bila pneumotoraks hanya dilakukan observasi atau
aspirasi saja, maka akan mengandung resiko. Sebuah selang dada dipasang dan
dihubungkan dengan WSD dengan atau tanpa penghisap, dan foto toraks dilakukan untuk
mengkonfirmasi pengembangan kembali paru-paru. Anestesi umum atau ventilasi dengan
tekanan positif tidak boleh diberikan pada penderita dengan pneumotoraks traumatik atau
5
pada penderita yang mempunyai resiko terjadinya pneumotoraks intraoperatif yang tidak
terduga sebelumnya, sampai dipasang chest tube
Hemothorax. Penyebab utama dari hemotoraks adalah laserasi paru atau laserasi dari
pembuluh darah interkostal atau arteri mamaria internal yang disebabkan oleh trauma
tajam atau trauma tumpul. Dislokasi fraktur dari vertebra torakal juga dapat menyebabkan
terjadinya hemotoraks
4. KLASIFIKASI
a) Tamponade jantung : disebabkan luka tusuk dada yang tembus ke
mediastinum/daerah jantung.
b) Hematotoraks : disebabkan luka tembus toraks oleh benda tajam,
traumatik atau spontan
c) Pneumothoraks : spontan (bula yang pecah) ; trauma (penyedotan luka
rongga dada) ; iatrogenik (“pleural tap”, biopsi paaru-
paru, insersi CVP, ventilasi dengan tekanan positif)
(FKUI, 1995).
5. GEJALA KLINIS
Tanda-tanda dan gejala pada trauma thorak :
a) Ada jejas pada thorak
b) Nyeri pada tempat trauma, bertambah saat inspirasi
c) Pembengkakan lokal dan krepitasi pada saat palpasi
d) Pasien menahan dadanya dan bernafas pendek
e) Dispnea, hemoptisis, batuk dan emfisema subkutan
f) Penurunan tekanan darah
g) Peningkatan tekanan vena sentral yang ditunjukkan oleh distensi vena leher
h) Bunyi muffle pada jantung
i) Perfusi jaringan tidak adekuat
j) Pulsus paradoksus (tekanan darah sistolik turun dan berfluktuasi dengan
pernapasan) dapat terjadi dini pada tamponade jantung
6. PEMERIKSAAN FISIK
6
a. Inspeksi
- Kalau mungkin penderita duduk, kalau tidak mungkin tidur. Tentukan luka
masuk dan keluar.
- Gerakkan dan posisi pada akhir inspirasi.
- Gerakkan dan posisi pada akhir dari ekspirasi.
b. Palpasi
- Diraba ada/tidak krepitasi
- Nyeri tekan anteroposterior dan laterolateral.
- Fremitus kanan dan kiri dan dibandingkan
c. Perkusi
- Adanya sonor, timpanis, atau hipersonor.
- Adanya pekak dan batas antara yang pekak dan sonor seperti garis lurus atau
garis miring.
d. Auskultasi
- Bising napas kanan dan kiri dan dibandingkan.
- Bising napas melemah atau tidak.
- Bising napas yang hilang atau tidak.
- Batas antara bising napas melemah atau menghilang dengan yang normal.
- Bising napas abnormal dan sebutkan bila ada:
Pemeriksaan tekanan darah.
Kalau perlu segera pasang infus, kalau perlu s yang besar
Pemeriksan kesadaran.
Pemeriksaan Sirkulasi perifer.
Kalau keadaan gawat pungsi.
Kalau perlu intubasi napas bantuan.
Kalau keadaan gawat darurat, kalau perlu massage jantung.
Kalau perlu torakotomi massage jantung internal
Kalau keadaan stabil dapat dimintakan pemeriksaan radiologik (Foto thorax
AP, kalau keadaan memungkinkan).
7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a.Pemeriksaan Laboratorium
- Gas darah arteri (GDA), untuk melihat adanya hipoksia akibat kegagalan
pernafasan
7
- Torasentesis : menyatakan darah/cairan serosanguinosa.
b. Radio Diagnostik
- Radiologi : foto thorax (AP) untuk mengkonfirmasi pengembangan kembali
paru-paru dan untuk melihat daerah terjadinya trauma
- EKG memperlihatkan perubahan gelombang T – ST yang non spesifik atau
disritmia
- Pemerikksaan USG (Echocardiografi) merupakan metode non invasif yang
dapat membantu penilaian pericardium dan dapat mendeteksi cairan di kantung
perikard
8. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk menangani pasien trauma thorax, yaitu:
9. KOMPLIKASI
a. Iga : fraktur multiple dapat menyebabkan kelumpuhan rongga dada.
b. Pleura, paru-paru, bronkhi : hemo/hemopneumothoraks-emfisema pembedahan.
8
c. Jantung : tamponade jantung ; ruptur jantung ; ruptur otot papilar ; ruptur klep
jantung.
d. Pembuluh darah besar : hematothoraks.
e. Esofagus : mediastinitis.
f. Diafragma : herniasi visera dan perlukaan hati, limpa dan ginjal (Mowschenson)
10. PENCEGAHAN
Pencegahan trauma thorax yang efektif adalah dengan cara menghindari faktor
penyebab nya, seperti menghindari terjadinya trauma yang biasanya banyak dialami
pada kasus kecelakaan dan trauma yang terjadi berupa trauma tumpul serta
menghindari kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum thorax yag
biasanya disebabkan oleh benda tajam ataupun benda tumpul yang menyebabkan
keadaan gawat thorax akut.
1. Pengkajian Kegawatdaruratan
a) Pengkajian Primer
1. Data Subjektif
Riwayat Penyakit Pasien
- Pasien mengeluh sesak
- Pasien mengeluh nyeri pada dada (biasanya pada pasien fraktur rusuk dan
sternum)
- Pasien mengeluh batuk berdarah, berdahak
- Pasien mengeluh lemas, lemah
- Pasien mengatakan mengalami kecelakaan dan terbentur dan tertusuk di
bagian dada
Riwayat Kesehatan Pasien
9
- Riwayat penyakit sebelumnya
- Riwayat pengobatan sebelumnya
- Adanya alergi
2. Data Objektif
Airway (A)
Batuk dengan sputum kental atau darah, terkadang disertai dengan muntah
darah, krekels (+), jalan nafas tidak paten.
Breathing (B)
Adanya napas spontan, dengan gerakan dada asimetris (pada pasien tension
pneumotoraks), napas cepat, dipsnea, takipnea, suara napas kusmaul, napas
pendek, napas dangkal.
Circulation (C)
Terjadi hipotensi, nadi lemah, pucat, terjadi perdarahan, sianosis, takikardi
Disability (D)
Penurunan kesadaran (apabila terjadi penanganan yang terlambat)
b) Pengkajian Sekunder
Eksposure (E)
Adanya kontusio atau jejas pada bagian dada. Adanya penetrasi penyebab
trauma pada dinding dada
Five Intervention / Full set of vital sign (F)
Tanda – tanda vital : RR meningkat, HR meningkat, terjadi
hipotensi
Pulse oksimetri : mungkin terjadi hipoksemia
Aritmia jantung
Pemeriksaan Lab :
o Gambaran pada hasil X ray yang biasa dijumpai :
Kontusio paru : bintik-bintik infiltrate
Pneumotoraks : batas pleura yang radiolusen dan tipis, hilangnya
batas paru (sulit mendiagnosa pada foto dengan posisi supinasi).
Injury trakeobronkial : penumomediastinum, udara di servikal.
Rupture diafragma : herniasi organ abdomen ke dada, kenaikan
hemidiafragma.
Terdapat fraktur tulang rusuk, sternum, klavikula, scapula dan
dislokasi sternoklavikular.
o CT scan dapat ditemukan gambaran hemotoraks, pneumotoraks,
kontusi paru atau laserasi, pneumomediastinum, dan injuri diafragma.
o Esofagogram dan atau esofagografi dilakukan jika dicurigai injury
esophagus.
10
o Broncoskopy untuk terjadi trakeobronkial injury.
o Echokardiogram akan memperlihatkan gambaran tamponade jantung
(pada umumnya echokariogram digunakan utuk melihat cedera pada
katup jantung)
o EKG akan memperlihatkan adanya iskemik, aritmia berhubungan
dengan miokardia kontusion atau iskemia yang berhubungan dengan
cedera pada arteri koronaria.
o Pemeriksaan cardiac enzym kemungkinan meningkat berhubungan
dengan adanya iskemik atau infak yang disebabkan dari hipotensi
miokardia kontusion.
11
Nama : Tn. Z Jenis Kelamin : Laki-laki
Keluhan Lain: -
12
Nafas : Spontan √ Tidak Spontan
RR : .> 30 x/mnt
Keluhan Lain: … …
13
Nadi : √ Teraba Tidak teraba N: < 60 x/mnt
Pucat : √ Ya Tidak
Sianosis : √ Ya Tidak
14
Kesadaran: √ Composmentis Delirium Somnolen Apatis Koma
555 555
Keluhan Lain : -
Masalah Keperawatan: -
DISABILITY
15
Deformitas : Ya √ Tidak Lokasi ... ...
EXPOSURE
Grade : .- %
Luas Luka :-
Kedalaman : -
Lain-lain :-
16
Masalah Keperawatan: Kerusakan Integritas Jaringan
Lain-lain:
Skala :8
Timing : Saat inspirasi, badan digerakkan, tangan kanan diangkat, dan batuk
Lain-lain :-
Sign/ Tanda Gejala : nyeri dada kanan bawah, sesak nafas, nyeri perut atas,
batuk-batuk (+), darah (-), dahak (-), mual (-), muntah (-)
Allergi :-
17
mengeluarkan
udara yang ada di cavum pleura, klien diberikan O2 10-12 lt/mnt, serta dapat diberikan
analgetik untuk mengurangi rasa sakit.
Past Medical History : klien mengatakan tidak memiliki riwayat sesak nafas,
klien tidak merokok.
Event leading injury : Pasien laki-laki 45 tahun datang post KLL + 2 jam
SMRS, dada samping kanan bawah dan perut kanan atas terbentur stang motor, pasien
mengeluh nyeri dada kanan bawah disertai sesak nafas dan nyeri perut kanan atas. Nyeri
dada bertambah jika pasien bernafas, badan digerakkan, dan batuk. Pasien ingat
kejadian, riwayat pingsan disangkal.
18
(Fokus pemeriksaan pada daerah trauma/sesuai kasus non trauma)
Leher :-
Palpasi : emfisema subkutan, penurunan hingga tidak adanya taktil fremitus pada sisi
(H2) HEAD TO TOE
yang sakit.
Auskultasi : pernafasan : penurunan atau tidak adanya nafas di atas daerah yang sakit,
penurunan atau tidak adanya bunyi yang berbisik, penurunan atau tidak adanya vokal
fremitus.
Kardiovaskular : takikardi
Ekstremitas :-
Masalah Keperawatan: -
Lain-lain :
19
INSPEKSI BACK/ POSTERIOR SURFACE
Masalah Keperawatan: -
20
Diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas:
Berdasarkan prioritas kegawatdaruratan, diagnosa yang diangkat adalah
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan nafas akibat sekret darah
2. Pola Nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
3. Kerusakan Pertukaran Gas berhubungan dengan gangguan pertukaran O2 dan CO2
4. PK Perdarahan
5. PK Syok Kardiogenik
6. PK Syok Hipovolemik
7. Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan gagal jantung
8. Gangguan Perfusi Jaringan Perifer berhubungan dengan gangguan transport O2
9. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik, luka pada dada
10. Kerusakan Integritas Jaringan berhubungan dengan laserasi paru
11. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kebutuhan O2 tubuh tidak adekuat
12. Risiko Infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat (kulit tidak utuh)
1. Bersihan jalan Setelah diberikan askep selama Mandiri a) bunyi ronchi menandakan
21
nafas tidak 3 x 24 jam, klien diharapkan terdapat penumpukan
efektif bersihan jalan nafas kembali sekret atau sekret berlebih
berhubungan efektif dengan kriteria hasil: a) Airway Management di jalan nafas.
dengan obstruksi (manajemen jalan nafas): b) posisi memaksimalkan
jalan nafas akibat Respiratory status: airway a) Au ekspansi paru dan
sekret darah patency (status pernapasan: skultasi bunyi nafas tambahan; menurunkan upaya
kepatenan jalan napas) ronchi, wheezing. pernapasan. Ventilasi
Frekuensi pernapasan maksimal membuka area
dalam batas normal (16- b) Be atelektasis dan
20x/mnt) (skala 5 = no rikan posisi yang nyaman untuk meningkatkan gerakan
deviation from normal mengurangi dispnea. sekret ke jalan nafas besar
range) untuk dikeluarkan.
Irama pernapasn normal c) mencegah obstruksi atau
(skala 5 = no deviation aspirasi. Penghisapan
from normal range) dapat diperlukan bia klien
c) Be
Kedalaman pernapasan tak mampu mengeluarkan
rsihkan sekret dari mulut dan
normal (skala 5 = no sekret sendiri.
trakea; lakukan penghisapan sesuai
deviation from normal d) memaksimalkan
keperluan.
range) pengeluaran sputum.
d) Ba
Klien mampu e) membantu mempermudah
ntu klien untuk batuk dan nafas
mengeluarkan sputum pengeluaran sekret.
dalam.
secara efektif (skala 5 = no f) mengoptimalkan
e) Aj
deviation from normal keseimbangan cairan dan
arkan batuk efektif.
range) membantu mengencerkan
Tidak ada akumulasi sputum sekret sehingga mudah
(skala 5 = none) f) An dikeluarkan.
jurkan asupan cairan adekuat.
22
g) meringankan kerja paru
untuk memenuhi
Kolaborasi kebutuhan oksigen.
h) broncodilator
g) Ko meningkatkan ukuran
laborasi pemberian oksigen lumen percabangan
h) K trakeobronkial sehingga
olaborasi pemberian broncodilator menurunkan tahanan
sesuai indikasi. terhadap aliran udara.
23
NO DIAGNOSA RENCANA KEPERAWATAN
2. Pola Nafas tidak Setelah diberikan askep Monitoring respirasi a. Monitoring respirasi
1. Ketidakefektifan pola
efektif selama …x24 jam diharapkan Pantau RR,
napas dapat dilihat dari
berhubungan pola napas klien efektif irama dan kedalaman pernapasan
peningkatan atau
dengan dengan kriteria hasil: klien
penurunan RR, serta
penurunan Pantau adanya
Status pernapasan: ventilasi perubahan dalam irama
ekspansi paru penggunaan otot bantu
dan kedalaman
- Kedalaman pernapasan pernapasan dan retraksi dinding
pernapasan
normal (skala 5 = no dada pada klien
2. Penggunaan otot bantu
deviation from normal Memfasilitasi ventilasi
pernapasan dan retraksi
range) 1. Berikan posisi semifowler pada
dinding dada
- Tidak tampak penggunaan klien
menunjukkan terjadi
otot bantu pernapasan 2. Pantau status pernapasan dan
gangguan ekspansi paru
(skala 5 = no deviation oksigen klien b. Memfasilitasi ventilasi
1. Posisi semifowler dapat
from normal range) 3. Berikan dan pertahankan
membantu meningkatkan
- Tidak tampak retraksi masukan oksigen pada klien
toleransi tubuh untuk
dinding dada (skala 5 = sesuai indikasi
inspirasi dan ekspirasi
no deviation from normal
2. Kelainan status
range)
pernapasan dan perubahan
24
Tanda-tanda vital saturasi O2 dapat
menentukan indikasi
- Frekuensi pernapasan
terapi untuk klien
dalam batas normal (16-
3. Pemberian oksigen
20x/mnt) (skala 5 = no
sesuai indikasi
deviation from normal
diperlukan untuk
range)
mempertahankan
masukan O2 saat klien
mengalami perubahan
status respirasi
25
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
26
4. PK Perdarahan Setelah diberikan Askep Bleeding Reduction Bleeding Reduction
selama … x 24 jam diharapkan
a. Identifikasi penyebab perdarahan a. Untuk mencegah adanya
perdarahan dapat berkurang b. Berikan penekanan pada area
trauma sekunder akibat
bahkan berhenti. perdarahan
penyebab perdarahan
c. Identifikasi jumlah perdarahan dan
b. Meminimalisir terjadinya
warna darah
perdarahan hebat dan
d. Perhatikan kondisi TTV dan status
membatasi perdarahan
kesadaran klien
c. Perdarahan dengan volume
e. Perhatikan asupan oksigen ke jaringan
besar dapat meningkatkan
: cek CRT klien
f. Anjurkan klien untuk mengurangi risiko terjadinya syok
aktivitas atau pergerakan hipovolemik
d. Penurunan status kesadaran
Kolaborasi : dan kondisi TTV klien
dapat mengindikasikan
a. Lakukan pemerikasaan komponen
klien mengalami
darah
b. Pemasangan infus perburukkan kondisi
c. Pemberian tranfusi (sesuai indikasi) e. Penurunan asupan oksigen
ke jaringan dapat
meningkatkan risiko
terjadinya shock pada
pasien
f. Meningkatnya pergerakan
berisiko terhadap
27
perdarahan yang lebih
hebat dan meningkatkan
terjadinya ruptur
Kolaborasi :
28
NO DIAGNOSA RENCANA KEPERAWATAN
5. PK Syok Setelah diberikan Askep Shock Management: Cardiac Shock Management: Cardiac
Kardiogenik selama … x 24 jam
a. Monitor tanda dan gejala dari a. Penurunan cardiac output
diharapkan syok kardiogenik
penurunan cardiac output dapat menyebabkan
dapat diatasi
penurunan kondisi pasien
b. Auskultasi suara paru-paru
b. Adanya suara paru-paru
c. Kaji kondisi TTV dan status mental
tambahan dapat
pasien
mengindikasikan adanya
obstruksi atau gangguan
29
Kolaborasi: pada jalan nafas
d. Untuk memperbaiki
vaskularisasi pasien
30
terutama dari jantung
e. Membantu meningkatkan
asupan oksigen ke jaringan
IMPLEMENTASI
Implementasi dilaksanakan berdasarkan perencanaan yang telah dibuat.
EVALUASI
Evaluasi dinyatakan berhasil apabila kriteria hasil dari masing – masing diagnose telah tercapai.
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan nafas akibat sekret darah
Klien mampu batuk dan mengeluarkan sputum dengan efektif.
Bunyi napas klien normal tidak ada ronchi.
Frekuensi, irama, dan kedalaman pernapasan normal dengan RR : 12-20 x/menit
4. PK Perdarahan
Setelah diberikan Askep selama … x 24 jam diharapkan perdarahan dapat berkurang bahkan berhenti.
5. PK Syok Kardiogenik
Setelah diberikan Askep selama … x 24 jam diharapkan syok kardiogenik dapat diatasi
32
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Trauma Dada / Thorax adalah suatu kondisi dimana terjadinya benturan baik tumpul maupun tajam pada dada atau dinding
thorax, yang menyebabkan abnormalitas (bentuk) pada rangka thorax. Perubahan bentuk pada thorax akibat trauma dapat
menyebabkan gangguan fungsi atau cedera pada organ bagian dalam rongga thorax seperti jantung dan paru-paru, sehingga dapat
terjadi beberapa kondisi patologis traumatik seperti Haematothorax, Pneumothorax, Tamponade Jantung, dan sebagainya.
3.2 Saran
Dalam melakukan asuhan keperawatan khususnya dengan gangguan sistem pernafasan trauma toraks hendaknya mengetahui
terlebih dahulu gambaran keadaan pasien dan rencana asuhan keperawatan yang tepat untuk penanganan yang lebih.
33
DAFTAR PUSTAKA
34