You are on page 1of 6

BAB II

KONSEP DASAR

1. Definisi

Epistaksis adalah satu keadaan pendarahan dari hidung yang keluar


melalui lubang hidung akibat sebab kelainan lokal pada rongga hidung
ataupun karena kelainan yang terjadi di tempat lain dari tubuh. Mimisan
terjadi pada hidung karena hidung punya banyak pembuluh darah, terutama
di balik lapisan tipis cupingnya. Mimisan sendiri bukan merupakan suatu
penyakit tetapi merupakan gejala dari suatu penyakit, itu artinya mimisan
bisa terjadi karena bermacam sebab dari yang ringan sampai yang berat.
Pada umumnya ini terjadi pada anak-anak karena pembuluh darahnya masih
tipis dan sensitif, selain karena pilek. Gangguan mimisan umumnya
berkurang sesuai dengan pertambahan usia. Semakin tambah usia,
pembuluh darah dan selaput lendir di hidungnya sudah semakin kuat, hingga
tak mudah berdarah. Epistaksis bukan suatu penyakit melainkan gejala
suatu kelainan.

2. Etiologi

Penyebab lokal :

a. Trauma misalnya karna mengorek hidung, terjatuh,terpukul, benda


asing di hidung,trauma pembedahan,atau iritasi gas yang
merangsang.
b. Infeksi hidung atau sinus paranasal,seperti rinitis,sinusitis,serta
granuloma spesifik seperti lepra dan sifilis.
c. Tumor,baik jinak maupun ganas pada hidung, sinus paranasal dan
nasofaring.
d. Pengaruh lingkungan, misalnya perubahan tekanan atmosfir
mendadak, seperti pada penerbang maupun penyelam(penyakit
Caisson), atau lingkungan yang udaranya sangat dingin.
e. Benda asing dan rinolit, dapat menyebabkan epistaksisringan
disertai ingus berbau busuk.
f. Idiopatik, biasanya merupakan epistaksis yang ringan dan
berulangpada anak dan remaja.

Penyebab sistemik :

a. Penyakit Kardiovaskular, seperti hipertensi dan kelainan pembuluh


darah
b. Kelainan darah, seperti trombositopenia, hemofilia, dan leukimia.
c. Infeksi sistemik, Seperti demam berdarah dengue, Influenza,
Morbiliatau demam tifoid.
d. Gangguan endokrin, Seperti pada kehamilan, menars, dan
menopous.
e. Kelainan kongenital, seperti penyakit Osler (hereditary hemorrhagic
telangiectasia)
3. Manifestasi Klinis

Perdarahan dari hidung, gejala yang lain sesuai dengan etiologi yang
bersangkutan. Epitaksis berat, walaupun jarang merupakan
kegawatdaruratan yang dapat mengancam keselamatan jiwa pasien, bahkan
dapat berakibat fatal jika tidak cepat ditolong. Sumber perdarahan dapat
berasal dari depan hidung maupun belakang hidung. Epitaksis anterior
(depan) dapat berasal dari pleksus kiesselbach atau dari a.etmoid anterior.
Pleksus kieselbach ini sering menjadi sumber epitaksis terutama pada anak-
anak dan biasanya dapat sembuh sendiri. Epitaksis posterior (belakang)
dapat berasal dari a.sfenopalatina dan a.etmoid posterior. Perdarahan
biasanya hebat dan jarang berhenti sendiri. Sering ditemukan pada pasien
dengan hipertensi, arteriosklerosis atau pasien dengan penyakit jantung.

4. Patofisiologi

Rongga hidung kita kaya dengan pembuluh darah. Pada rongga


bagian depan, tepatnya pada sekat yang membagi rongga hidung kita
menjadi dua, terdapat anyaman pembuluh darah yang disebut pleksus
Kiesselbach. Pada rongga bagian belakang juga terdapat banyak cabang-
cabang dari pembuluh darah yang cukup besar antara lain dari arteri
sphenopalatina.
Rongga hidung mendapat aliran darah dari cabang arteri maksilaris
(maksila=rahang atas) interna yaitu arteri palatina (palatina=langit-langit)
mayor dan arteri sfenopalatina. Bagian depan hidung mendapat perdarahan
dari arteri fasialis (fasial=muka). Bagian depan septum terdapat
anastomosis (gabungan) dari cabang-cabang arteri sfenopalatina, arteri
etmoid anterior, arteri labialis superior dan arteri palatina mayor yang
disebut sebagai pleksus kiesselbach (little’s area).Jika pembuluh darah
tersebut luka atau rusak, darah akan mengalir keluar melalui dua jalan, yaitu
lewat depan melalui lubang hidung, dan lewat belakang masuk ke
tenggorokan.
Epistaksis dibagi menjadi 2 yaitu anterior (depan) dan posterior
(belakang). Kasus epistaksis anterior terutama berasal dari bagian depan
hidung dengan asal perdarahan berasal dari pleksus kiesselbach. Epistaksis
posterior umumnya berasal dari rongga hidung posterior melalui cabang
a.sfenopalatina.
Epistaksis anterior menunjukkan gejala klinik yang jelas berupa
perdarahan dari lubang hidung. Epistaksis posterior seringkali menunjukkan
gejala yang tidak terlalu jelas seperti mual, muntah darah, batuk darah,
anemia dan biasanya epistaksis posterior melibatkan pembuluh darah besar
sehingga perdarahan lebih hebat jarang berhenti spontan.

5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Jika perdarahan sedikit dan tidak berulang, tidak perlu
dilakukan pemeriksaan penunjang.Jika perdarahan berulang atau
hebat lakukan pemeriksaan lainnya untuk memperkuat diagnosis
epistaksis.
b. Pemeriksaan darah tepi lengkap.
c. Fungsi hemostatis
d. EKG
e. Tes fungsi hati dan ginjal
f. Pemeriksaan foto hidung, sinus paranasal, dan nasofaring.
g. CT scan dan MRI dapat diindikasikan untuk menentukan adanya
rinosinusitis, benda asing dan neoplasma.
6. Penatalaksanaan Medis
Mempunyai prinsip :
1. Menghentikan pendarahan
2. Mencegah komplikasi
3. Mencegah berulang dengan mencari penyebabnya
1) Tentukan asal pendarahan dengan memasang tampon yang dibasahi
dengan adrenalin 1/1000 dan pontokain 2% dibantu dengan alat
penghisap. Sedapat mungkin penderita dalam posisi duduk.

Bila ternyata perdarajan berasal dari anterior :


2) Pasang kembali tampon yang dibasahi adrenalin 1/1000 dan
pontokain 2% selama 5-10 menit, dan ala nasi ditekan kea rah septum
3) Setelah tampon diangkat, asal perdarahan dikaustik dengan larutan
AgNO3 20-30% atau asam trikloroasetat 2-6% atau dengan
elektrokauter
4) Bila masih berdarah, pasang tampon anterior yang terdiri dari kapas
atau kasa yang diberi boorzalf atau bismuth iodine paraffin paste
(BIPP). Tampon ini dipertahankan selama 1-2 hari (bila
menggunakan boorzalf ) atau 3-4 hari (bila menggunakan BIPP.

Bila ternyata perdarajan berasal dari Posterior :


5) Coba atasi dengan kaustik dan tampon kaustik dan tampon anterior
6) Bila gagal, pasang tampon posterior (Bellocq); caranya :
- Tampon ini terdiri dari gulungan kasa yang mempinyai dua
benang di satu ujung dan satu benang diujung lain
- Masukan kateter karet dari nares anterior ke dalam sampai
tampak di orofaring dan ditarik keluar melalui mulut
- Pada ujung kateter diikatkan salah satu dari dua benang yang ada
pada satu ujung dan kateter ditarik kembali melalui hidung.
Dengan cara yang sama benang yang lain dikeluarkan melalui
lubang hidung yang lain.
- Kemudian kedua benang yang telah keluar melalui lubang hidung
itu ditarik, sedang telunjuk tangan yang lain membantu
mendorong tampon kea rah nasofaring, sampai tepat menutup
koana
- Lalu kedua benang itu diikat pada tampon lain yang terletak dekat
sekat rongga hidung. Benang dari ujung lain dikeluarkan melalui
mulut dan diletakkan secara longgar dipipi; benang ini berguna
untuk menarik keluar tampon bila akan dilepas
- Bila perlu dapat dipasang pula tampon anterior
- Penderita harus dirawat dan tampon diangkat setelah 1-2 hari.
Berikan antibiotic. Misalnya PS 8:1

Bila perdarahan menetap walaupun telah dilakukan tindakan diatas,


pertimbangkan operasi ligase arteri :

7) Untuk perdarahan anterior dilakukan ligase a.etmoidalis anterior


dengan membuat sayatan dari bagian medial alis mata ke bawah
sepanjang jembatan hidung sampai sedikit dibawah kantus internus;
setelah jaringan dipisahkan akan a.etmoidalis anterior
8) Untuk perdarahan posterior dilakukan ligase a.maksilaris interna
dengan membuat sayatan dilipatan gingivobukal seperti pada operasi
Caldwell Luc; setelah memasuki sinus maksilaris dinding posterior
sinus diangkat sehingga tampak a.maksilaris interna dan cabang-
cabangnya di fosa pterigomaksilaris

7. Komplikasi
Dari perdarahan :
- Anemi
- Syok

Dari pemasangan tampon :

- Sinusitis , otitis media, septikemi


- Hemotimpanum
- Laserasi palatum molle

You might also like