You are on page 1of 11

UJM 6 (1) 2017

UNNES Journal of Mathematics


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujm

PEMODELAN MATEMATIKA PADA PENYEBARAN PENYAKIT DIFTERI


DENGAN PENGARUH KARANTINA DAN VAKSINASI

Gina Puspita, Muhammad Kharis , Supriyono

Jurusan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Semarang, Indonesia


Gedung D7 Lt. 1, Kampus Sekaran Gunungpati, Semarang 50229

Info Artikel Abstrak


______________________ _________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Penyakit menular di Indonesia merupakan penyakit yang penularannya sangat cepat
Diterima Mei 2016 salah satunya penyakit menular difteri. Agar tidak meluasnya penyebaran penyakit
Disetujui Agustus 2016 menular program vaksinasi dan karantina diintensifkan. Tujuan penelitian adalah
Dipublikasikan Mei 2017 menurunkan, menganalisis, dan menginterpretasikan simulasi model matematika
penyebaran penyakit difteri dengan pengaruh karantina dan vaksinasi. Dalam
pembangunan model diperoleh model matematika. Dari model tersebut diperoleh
bilangan reproduksi (𝑅0 ), titik kesetimbangan endemik berbeda yang stabil untuk
______________________ 𝑅0 > 1 dan memiliki titik kesetimbangan tak endemik sama yang stabil untuk 𝑅0 < 1
dan tak stabil untuk 𝑅0 > 1. Agar penyebaran penyakit dapat dicegah dengan sukses
Keywords:
maka tingkat vaksinasi harus lebih dari 0,884 dan tingkat 𝛼 harus lebih dari 0,049
Diphteria;
sehingga penyakit secara berangsur-angsur akan menghilang dari populasi.
Mathematic model;
Quarantined;
Vaccination.
Abstract
_________________________________________________________________
Infectious disease in Indonesia is a disease that is transmitted very quickly one infectious disease
diphtheria. To avoid the spread of infectious diseases and quarantine pressed vaccination
programs to prevent the spread of diseases research objective is to reduce, analyze, and interpret
mathematical models simulating the spread of diphtheria with the influence of quarantine and
vaccination. In the construction of the model is obtained mathematical models. The models
derived from reproduction number (𝑅0 ), different endemic equilibrium point stable for 𝑅0 > 1
and have the same endemic equilibrium point is not stable for 𝑅0 < 1 and unstable for 𝑅0 > 1.
In order for the spread of disease can be prevented with a vaccination rate to be successful it is
more than 0.884 and α levels should be more than 0,049 so that the disease will gradually
disappear from the population.

How to Cite
Puspita G., Kharis M., & Supriyono. (2017). Pemodelan Matematika pada
Penyebaran Penyakit Difteri dengan Pengaruh Karantina dan Vaksinasi. Unnes
Journal of Mathematics, 6(1), 25-35.

© 2017 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: p – ISSN 2252-6943
E-mail: ginapuspi8@gmail.com e – ISSN 2460-5859
G. Puspita et al./ UNNES Journal of Mathematics 6 (1) (2017)

PENDAHULUAN MSEIR dengan kompartemen M adalah


pengaruh imun pasif yang telah dimiliki pada
Pada negara berkembang khusunya saat baru lahir dan komapartemen E adalah
Indonesia, kesehatan masih menjadi beban periode laten atau masa inkubasi yang terjadi
ganda dikarenakan penyakit menular yang kini selama 5 hari yang relatif singkat sehingga untuk
penyeberannya sangat cepat. Salah satunya dua kelas tersebut tidak berpengaruh. Model
adalah penyakit menular difteri. Penyakit difteri yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu SIQR
merupakan salah satu penyakit yang sangat yang merupakan pengembangan model SIR
menular (contagious disease) yang menyerang dengan upaya karantina untuk mengendalikan
pada saluran pernafasan bagian atas. Penyakit ini penyebaran penyakit difteri. Penelitian tentang
akibat terjangkit bakteri yang bersumber dari pengaruh karantina juga pernah dilakukan oleh
Corynebacterium Diphetriae. peneliti-peneliti sebelumnya yaitu Jumpen &
Di negara berkembang menurut World Tiantian. Pengaruh karantina untuk penyakit
Health Organization (WHO) tahun 2013 terbanyak menular anak-anak juga pernah dilakukan oleh
di dunia dan Indonesia merupakan negara peneliti terdahulu (Gerberry, 2009).
tertinggi kedua setelah India dan selalu Penelitian-penelitian terkait model
mengalami peningkatan tiap tahunnya. penyebaran penyakit dengan tindakan vaksinasi
Berdasarkan data dari WHO, penyebaran dapat dilihat pada Kholisoh et al (2012),
penyakit difteri dapat ditekan dengan program Anggoro et al (2013), Nashrullah et al (2013),
vaksinasi. Sampai saat ini, program vaksinasi dan Aulia (2016). Tujuan dari penelitian ini
masih dipercaya sebagai cara yang paling efektif menurunkan model, menganalisis dan
dalam menekan penyebaran penyakit difteri. menginterpretasikan simulasi model matematika
Salah satu cabang dari ilmu matematika pada penyebaran penyakit difteri dengan
modern yang penting dan mempunyai cakupan pengaruh karantina dan vaksinasi.
wilayah penelitian yang luas adalah persamaan
diferensial. Persamaan diferensial merupakan
METODE
cabang dari matematika yang cukup strategis
karena berkaitan dengan bagian-bagian sentral Metode yang digunakan pada penelitian ini
dalam Aljabar, Analisis, Geometris, dan lainnya adalah studi literatur atau kajian pustaka dengan
yang akan sangat berperan dalam pengenalan tahap-tahap : (1) penentuan masalah, (2)
konsep maupun pemecahan masalah yang perumusan masalah, (3) studi pustaka, (4)
berkaitan dengan dunia nyata (Waluya, 2006). analisis dan pemecahan masalah, (5) penarikan
Konsep persamaan diferensial juga kesimpulan. Pemilihan dan perumusan masalah
seringkali digunakan untuk memodelkan diperlukan untuk membatasi permasalahan
masalah-masalah yang berkaitan dengan ilmu sehingga diperoleh bahan kajian yang jelas.
kesehatan. Salah satu masalah yang dapat Sehingga akan lebih mudah untuk menentukan
dimodelkan dengan persamaan diferensial langkah dalam memecahkan masalah tersebut.
sebagai cabang ilmu matematika modern yakni Tahap studi pustaka dilakukan dengan mengkaji
penyebaran penyakit menular. Hal itu dijelaskan sumber-sumber pustaka sehingga diperoleh
dalam Lekone & Finkestädt (2006) yang gambaran umum penyakit difteri, model
mengatakan bahwa model matematika muncul matematika, model epidemik SIR, sistem
sebagai alat yang berharga untuk memperoleh persamaan diferensial, titik ekuilibrium, nilai
pengetahuan dari dinamika penyebaran penyakit eigen dan vektor eigen, analisis kestabilan titik
menular. ekuilibrium dan simulasi model dengan software
Salah satu model matematika epidemik Maple. Dalam pembahasan masalah dilakukan
untuk menganalisis penyebaran penyakit di beberapa langkah pokok yaitu sebagai berikut.
antaranya adalah SIR. Model epidemi SIR (1) Menurunkan model matematika pada
dikenalkan oleh Kermack dan McKendrik pada penyebaran penyakit difteri dengan pengaruh
tahun 1929. Hethcote (2000) menyebutkan karantina dan vaksinasi (2) Mencari titik
bahwa pada model SIR populasi dibagi menjadi kesetimbangan dari model matematika, (3)
tiga kelompok yakni kelompok individu yang Menentukan bilangan reproduksi dasar (𝑅0 ), (4)
rentan penyakit (susceptible), kelompok individu Menganalisis kestabilan titik kesetimbangan, (5)
yang terinfeksi (infected), dan kelompok individu Menginterpretasikan solusi model matematika.
yang telah sembuh dan kebal dari penyakit
(recovered). HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian tentang model matematika
terhadap penyebaran penyakit difteri juga Pada penyebaran penyakit difteri, populasi
manusia dapat diklasifikasikan menjadi empat
dilakukan oleh Wulandari (2013), dalam
klas yang terdiri dari klas susceptible meliputi
kajiannya model yang dibentuk adalah model
individu yang rentan dinotasikan dengan 𝑆, klas

26
G. Puspita et al./ UNNES Journal of Mathematics 6 (1) (2017)

infected meliputi individu yang terinfeksi P Proporsi individu yang 0≤p≤1


divaksinasi
dinotasikan dengan 𝐼, klas quarantined meliputi
Β Peluang antara individu β>0
individu yang dikarantina dinotasikan dengan 𝑄, yang rentan dengan
dan klas recovered meliputi individu yang telah individu yang terinfeksi
sembuh dinotasikan dengan 𝑅. Α Laju individu yang α>0
Pada model matematika penyebaran dikarantina tiap satuan
waktu
penyakit difteri ini diberikan batasan atau
Γ Laju kesembuhan γ>0
asumsi: (1) Jumlah populasi diasumsikan cukup
Μ Laju kelahiran dan laju μ>0
besar. (2) Laju kelahiran dan laju kematian kematian
diasumsikan sama, sehingga total populasi
diasumsikan konstan.(3) Populasi diasumsikan
Diagram transfer penyebaran penyakit
tertutup (tidak ada proses emigrasi dan
difteri dengan pengaruh karantina dan vaksinasi
imigrasi).(4) Setiap individu yang baru lahir
disajikan dalam Gambar 1.
diasumsikan dalam keadaan sehat tetapi masih
dapat terinfeksi penyakit karena belum kebal
terhadap penyakit. (5) Penyakit difteri menular
melalui kontak langsung dengan penderita. (6)
Diasumsikan hanya terdapat satu penyakit yang
menyebar dalam populasi. (7) Individu yang
terinfeksi dapat sembuh dari penyakit dan dapat
meninggal akibat penyakit. (8) Setiap anak yang
lahir rentan dari imun pasif (maternal antibodies)
karena tidak bekerja efektif disebabkan waktu
yang relatif singkat. (9) Setiap individu yang
sembuh dari infeksi pasti melalu proses
karantina. Gambar 1. Diagram Transfer Penyebaran
Untuk vaksinasinya diberikan asumsi : (1) Penyakit Difteri dengan Pengaruh Karantina
Vaksin hanya diberikan pada individu yang baru dan Vaksinasi
lahir. (2) Keampuhan vaksinasi adalah 100%.
Hal tersebut berarti setiap individu yang telah Model epidemi SIQR diberikan pada sistem 1
mendapatkan vaksin akan kebal dari penyakit.
(3) Kekebalan yang terjadi karena vaksin bersifat 𝑑𝑆 𝑆
pemanen. Hal tersebut berarti individu yang = (1 − 𝑝)𝜇𝑁 − 𝜇𝑆 − 𝛽 𝐼,
𝑑𝑡 𝑁
mendapat vaksin tidak dapat terinfeksi oleh
penyakit yang sama sampai waktu yang tidak 𝑑𝐼 𝐼
= 𝛽𝑆 − 𝜇𝐼 − 𝛼𝐼,
terbatas. Dari kedua model diperoleh daftar 𝑑𝑡 𝑁
variabel-variabel yang disajikan dalam Tabel 1. 𝑑𝑄
Tabel 1. Daftar Variabel-variabel = 𝛼𝐼 − 𝜇𝑄 − 𝛾𝑄,
𝑑𝑡
Variabel Keterangan Syarat 𝑑𝑅
N(t) Banyak populasi pada N(t) ≥0 = 𝑝𝜇𝑁 + 𝛾𝑄 − 𝜇𝑅,
waktu t 𝑑𝑡
S(t) Banyak individu yang S(t) ≥0
rentan terinfeksi 𝑁 = 𝑆 + 𝐼 + 𝑄 + 𝑅.
penyakit pada waktu t
I(t) Banyak individu yang I(t) ≥0 Karena 𝑁(𝑡) konstan, sistem diatas
terinfeksi penyakit dapat disederhanakan dengan menghitung
pada waktu t proporsi untuk masing-masing kelas. Proporsi
Q(t) Banyak individu yang Q(t) ≥0
di karantina pada
banyak individu pada masing-masing kelompok
waktu t dapat dinyatakan sebagai berikut:
Dari model diperoleh daftar parameter- 𝑆 𝐼 𝑄 𝑅
parameter yang disajikan dalam Tabel 2. 𝑠= ,𝑖 = ,𝑞 = ,𝑟 = .
𝑁 𝑁 𝑁 𝑁
Diperoleh
Tabel 2. Daftar Parameter-parameter 𝑆 𝐼 𝑄 𝑅 𝑁
𝑠+𝑖+𝑞+𝑟 = + + + = = 1.
Parameter Keterangan Syarat
𝑁 𝑁 𝑁 𝑁 𝑁
Μ Laju kelahiran dan laju μ>0 Sehingga dapat dituliskan sebagai Sistem (2)
kematian

27
G. Puspita et al./ UNNES Journal of Mathematics 6 (1) (2017)

𝑑𝑠 𝛽𝑠 ∗ 𝑖 ∗ − 𝜇𝑖 ∗ − 𝛼𝑖 ∗ = 0,
= (1 − 𝑝)𝜇 − 𝜇𝑠 − 𝛽𝑠𝑖,
𝑑𝑡
𝛼𝑖 ∗ − 𝜇𝑞 ∗ − 𝛾𝑞 ∗ = 0,
𝑑𝑖
= 𝛽𝑠𝑖 − 𝜇𝑖 − 𝛼𝑖,
𝑑𝑡 𝑝𝜇 + 𝛾𝑞 ∗ − 𝜇𝑟 ∗ = 0.
𝑑𝑞
= 𝛼𝑖 − 𝜇𝑞 − 𝛾𝑞, Untuk kasus 𝑖 ∗ ≠ 0:
𝑑𝑡
𝜇+𝛼
𝑑𝑟 Dari persamaan (3) jelas 𝑠 ∗ = (8)
𝛽
= 𝑝𝜇 + 𝛾𝑞 − 𝜇𝑟.
𝑑𝑡
Persamaan pertama dari Sistem (7) dapat
𝑠 + 𝑖 + 𝑞 + 𝑟 = 1. (1−𝑝)𝜇−𝜇𝑠 ∗
menjadi 𝑖 ∗ = diperoleh (9)
𝛽𝑠 ∗
Selanjutnya dilakukan analisis terhadap
𝜇+𝛼
model matematika pada Sistem (2) untuk (1 − 𝑝)𝜇 − 𝜇 ( )
𝛽
menentukan titik ekuilibriumnya. Untuk 𝑖∗ =
𝜇+𝛼
menentukan titik ekuilibriumnya, masing- 𝛽 (
𝛽
)
masing persamaan pada Sistem (2) dibuat
menjadi nol. 𝜇[
𝛽(1 − 𝑝)
− 1]
𝜇+𝛼
Dari persamaan kedua Sistem (2) diperoleh =
𝛽
𝛽𝑠𝑖 − 𝜇𝑖 − 𝛼𝑖 = 0
⇔ (𝛽𝑠 − 𝜇 − 𝛼)𝑖 = 0 Persamaan ketiga dari Sistem (7) dapat menjadi
𝜇+𝛼 𝛼𝑖 ∗
⇔𝑖 =0 ∨𝑠 = 𝛽 (3) 𝑞 ∗ = 𝜇+𝛾 diperoleh (10)
Dari persamaan pertama Sistem (2)
Untuk kasus 𝑖 = 0 : 𝛽(1 − 𝑝)
𝜇 [ 𝜇 + 𝛼 − 1]
(1 − 𝑝)𝜇 − 𝜇𝑠 − 𝛽𝑠𝑖 = 0 𝛼( )
⇔ (1 − 𝑝)𝜇 − 𝜇𝑠 − 𝛽𝑠. 0 = 0 𝛽
⇔ (1 − 𝑝)𝜇 − 𝜇𝑠 = 0 𝑞∗ =
⇔ ((1 − 𝑝) − 𝑠)𝜇 = 0 𝜇+𝛾
⇔ (1 − 𝑝) − 𝑠 = 0 𝛽(1 − 𝑝)
⇔ 𝑠 = 1−𝑝 (4) 𝛼𝜇 [ 𝜇 + 𝛼 − 1]
=
𝛽(𝜇 + 𝛾)
Dari persamaan ketiga Sistem (2) diperoleh
𝛼𝑖 − 𝜇𝑞 − 𝛾𝑞 = 0 Persamaan keempat dari Sistem (7) dapat
⟺ 𝛼𝑖 − (𝜇 + 𝛾)𝑞 = 0 𝑝𝜇+𝛾𝑞∗
⟺𝑞=0 (5) menjadi 𝑟 ∗ = diperoleh
𝜇

Substitusikan persamaan (5) ke dalam persamaan 𝛽(1 − 𝑝)


𝛼𝜇 [ − 1]
keempat dari Sistem (2) diperoleh 𝜇+𝛼
𝑝𝜇 + 𝛾 𝛽(𝜇 + 𝛾)
𝑝𝜇 + 𝛾𝑞 − 𝜇𝑟 = 0 𝑟∗ =
⇔ 𝑝𝜇 + 𝛾. 0 − 𝜇𝑟 = 0 𝜇
⇔ 𝑝𝜇 − 𝜇𝑟 = 0
⇔ (𝑝 − 𝑟)𝜇 = 0 𝛽(1 − 𝑝)
𝑝 + (𝛾𝛼 ( 𝜇 + 𝛼 − 1))
⇔ 𝑝−𝑟 = 0 =
⇔𝑟=𝑝 (6) 𝛽(𝜇 + 𝛾)

Dengan demikian diperoleh titik keseimbangan Jadi diperoleh titik keseimbangan endemik 𝐸1 =
bebas penyakit yaitu (𝑠 ∗ , 𝑖 ∗ , 𝑞 ∗ , 𝑟 ∗ ) dengan

𝐸0 = (𝑠, 𝑖, 𝑞, 𝑟) = (1 − 𝑝, 0 , 0 , 𝑝) 𝛽(1 − 𝑝)
𝜇 + 𝛼 𝜇 [ 𝜇 + 𝛼 − 1]
𝑠∗ = , 𝑖∗ = ,
Selanjutnya untuk menentukan titik 𝛽 𝛽
keseimbangan endemik, diasumsikan 𝑖 ≠ 0 .
𝛽(1 − 𝑝)
Misalkan 𝐸1 = (𝑠 ∗ , 𝑖 ∗ , 𝑞 ∗ , 𝑟 ∗ ) merupakan titik 𝛼𝜇 [ 𝜇 + 𝛼 − 1]
keseimbangan endemik, sehingga Sistem (2) 𝑞∗ = ,
𝛽(𝜇 + 𝛾)
menjadi Sistem (7)

(1 − 𝑝)𝜇 − 𝜇𝑠 ∗ − 𝛽𝑠 ∗ 𝑖 ∗ , = 0,

28
G. Puspita et al./ UNNES Journal of Mathematics 6 (1) (2017)

−𝜇 − 𝛽𝑖 −𝛽𝑠 0 0
𝛽(1 − 𝑝)
𝑝 + (𝛾𝛼 ( 𝜇 + 𝛼 − 1)) 𝐽 ∗ (𝐸)
=(
𝛽𝑖 −𝜇 − 𝛼 + 𝛽𝑠 0 0
)
0 𝛼 −𝜇 − 𝛾 0
𝑟∗ = , 𝛾 −𝜇
𝛽(𝜇 + 𝛾) 0 0

Untuk menganalisis 𝐸1 diperlukan Kemudian berdasarkan matriks jacobian,


bilangan reproduksi dasar (𝑅0 ) untuk dianaisis pada kedua titik ekuilibrium. Sehingga
mengetahui apakah penyakit difteri akan diperoleh matriks jacobian pada titik non-
menyebar atau tidak . Pada sistem (7) diperoleh endemik 𝐸0 sebagai berikut.
𝛽(1−𝑝)
𝑅0 = Berdasarkan 𝑅0 dari sistem (7) −𝜇 −𝛽(1 − 𝑝) 0 0
𝜇+𝛼
0 −𝜇 − 𝛼 + 𝛽(1 − 𝑝) 0 0
diperoleh titik kesetimbangan 𝐸1 = (𝑠 , 𝑖 , 𝑞 , 𝑟 )
∗ ∗ ∗ ∗ 𝐽 ∗(𝐸0) =( )
0 𝛼 −𝜇 − 𝛾 0
0 0 𝛾 −𝜇
𝜇+𝛼𝜇
,(𝑅 − 1),
𝛽 𝛽 0 Dari jacobian titik ekuilibrium 𝑃0 diperoleh nilai
= 𝛼𝜇 𝑝 + 𝛾𝛼 eigen sebagai berikut.
(𝑅0 − 1), (𝑅 − 1)
(𝛽(𝜇 + 𝛾) 𝛽(𝜇 + 𝛾) 0 )
𝜆1 = −𝜇
Analisis eksistensi titik kesetimbangan
dilakukan untuk memperoleh batas 𝑅0 dimana 𝜆2 = −𝜇
terdapat titik kesetimbangan 𝐸0 atau 𝐸1 . Dari 𝜆3 = −(𝜇 + 𝛾)
hasil analisis eksistensi titik kesetimbangan
sistem (7) diperoleh Teorema 1. Kemudian dianalisis untuk 𝜆4.

Teorema 1 (𝜆 + 𝜇 + 𝛼 − 𝛽(1 − 𝑝)) = 0

Dipunyai 𝑅0 =
𝛽(1−𝑝)
. Jadi nilai eigennya
𝜇+𝛼
𝜆4 = 𝛽(1 − 𝑝) − (𝜇 + 𝛼)
Dari sistem (7), berdasarkan nilai 𝑅0 tersebut
diperoleh = (𝜇 + 𝛼)(𝑅0 − 1)
(1) Jika 𝑅0 ≤ 1 , maka sistem (7) hanya Jelas λ4 = 0 apabila R 0 = 1 yang berakibat titik
mempunyai 1 titik kesetimbangan yaitu titik E0 tidak hiperbolik. Berdasarkan definisi titik
kesetimbangan bebas penyakit 𝐸0 = (1 − hiperbolik, berakibat dinamika sistem linier dari
𝑝, 0,0, 𝑝) sistem (2) tidak dapat menggambarkan dinamika
sistem (2) tersebut. Berdasarkan uraian di atas
(2) Jika 𝑅0 > 1 , maka sistem (7) hanya
diperoleh Teorema 5.
mempuyai 2 titik kesetimbangan yaitu titik
kesetimbangan bebas penyakit 𝐸0 = (1 − Teorema 5
𝑝, 0,0, 𝑝) dan titik kesetimbangan endemik
𝛽(1−𝑝)
𝐸1 = (𝑠 ∗ , 𝑖 ∗ , 𝑞 ∗ , 𝑟 ∗ ) Diberikan 𝑅0 = dan titik ekuilibrium 𝐸0 =
𝜇+𝛼
𝜇+𝛼 𝜇
(𝑅 − 1),
(𝑠, 𝑖, 𝑞, 𝑟) = (1 − 𝑝, 0 , 0 , 𝑝).
,
𝛽 𝛽 0
= 𝛼𝜇
(𝑅 − 1),
𝑝 + 𝛾𝛼
(𝑅 − 1)
1) Jika 𝑅0 < 1 maka titik kesetimbangan
(𝛽(𝜇 + 𝛾) 0 𝛽(𝜇 + 𝛾) 0 ) 𝐸0 stabil asimtotik lokal,

2) Jika 𝑅0 > 1 maka titik kesetimbangan


Kestabilan kedua titik kesetimbangan 𝐸0 tidak stabil.
yang diperoleh dari masing-masing sistem Selanjutnya dianalisis matriks jacobian
dianalisis dengan menggunakan nilai eigen dari untuk mengetahui kestabilan titik ekuilibrium
matriks jacobian sistem (2). Berikut ini
endemik 𝐸1.
merupakan analisis kestabilan titik
kesetimbangan sistem (2). Pada mulanya −𝜇 − 𝛽𝑖 ∗ −𝛽𝑠 ∗ 0 0
𝛽𝑖 ∗ −𝜇 − 𝛼 + 𝛽𝑠 ∗ 0 0
dibentuk matriks jacobian dari sistem (2) 𝐽 ∗(𝐸1 ) =( )
0 𝛼 −𝜇 − 𝛾 0
sehingga diperoleh 0 0 𝛾 −𝜇

Persamaan karakteristik untuk matriks jacobian


di atas

29
G. Puspita et al./ UNNES Journal of Mathematics 6 (1) (2017)

(𝜆 + 𝜇)(𝜆 + 𝜇 + 𝛾) {𝜆2 + (𝜇 + 𝛽𝑖 ∗ + 𝜇 + 𝛼 − Diberikan 𝑅0 =


𝛽(1−𝑝)
dan titik ekuilibrium
𝜇+𝛼
𝛽𝑠 ∗ )𝜆 + (𝜇2 + 𝜇𝛼 − 𝛽𝜇𝑠 ∗ + 𝜇𝛽𝑖 ∗ + 𝛼𝛽𝑖 ∗ )} = 0
𝐸1 = (𝑠 ∗ , 𝑖 ∗ , 𝑞 ∗ , 𝑟 ∗ )
Diperoleh jelas 𝜆1 = −𝜇 dan 𝜆2 = −(𝜇 + 𝛾)
𝜇+𝛼 𝜇 𝜇𝛼
Akan dianalisis bagian real nilai eigen persamaan 𝛽
, 𝛽 (𝑅0 − 1), 𝛽(𝜇+𝛾) . (𝑅0 − 1),
=( 𝑝+𝛾𝛼 ).
𝜆2 + (𝜇 + 𝛽𝑖 ∗ + 𝜇 + 𝛼 − 𝛽𝑠 ∗ )𝜆 + (𝜇2 + 𝜇𝛼 − 𝛽(𝜇+𝛾)
(𝑅0 − 1)
𝛽𝜇𝑠 ∗ + 𝜇𝛽𝑖 ∗ + 𝛼𝛽𝑖 ∗ ) = 0 2
Jika 𝑅0 > 1 dan (𝜇𝑅0 − 2(𝜇 + 𝛼)) > 4𝛼(𝜇 +
2
⟺ 𝜆 + (𝜇𝑅0 )𝜆 + (𝜇 + 𝛼)𝜇(𝑅0 − 1) = 0 𝛼) maka titik kesetimbangan 𝐸1 stabil asimtotik
Didefinisikan 𝑎 = 1, 𝑏 = 𝜇𝑅0 , lokal

𝑐 = (𝜇 + 𝛼)𝜇(𝑅0 − 1) Selanjutnya dilakukan interpretasi


model ke dalam bentuk simulasi berbantuan
Jelas akar-akar persamaannya adalah software Maple. Simulasi diawali dengan
memberikan nilai awal pada parameter-
−𝑏±√𝐷
𝜆3,4 = dengan parameter dan mengubah-ubah nilai untuk
2𝑎
parameter tertentu pada model matematika.
𝐷 = 𝜇2 𝑅02 − 4𝜇(𝜇 + 𝛼)𝑅0 + 4𝜇(𝜇 + 𝛼) Untuk model matematika pada penyebaran
2 penyakit difteri dengan pengaruh karantina dan
Diasumsikan (𝜇𝑅0 − 2(𝜇 + 𝛼)) > 4𝛼(𝜇 + 𝛼) vaksinasi dimasukkan nilai parameter-parameter
sebagai berikut.
Ditunjukkan 𝐷 > 0
2 𝜇 = 0,00138
Jelas (𝜇𝑅0 − 2(𝜇 + 𝛼)) > 4𝛼(𝜇 + 𝛼) 𝛽 = 0,57
α=0,05
γ=0,5
⟺ 𝜇2 𝑅02 − 4𝜇(𝜇 + 𝛼)𝑅0 + 4𝜇(𝜇 + 𝛼) > 0

⟺𝐷>0 Dari nilai parameter di atas didapat nilai 𝑝


minimum 𝑝 = 0,878. Untuk pengaruh vaksinasi
Akan di tunjukkan 𝜆3,4 < 0
akan dianalisis rasio reproduksi dasar untuk
−𝑏−√𝐷 tingkat vaksinasi lebih besar dari 𝑝 = 0,878
Jelas 𝜆3 = <0
2𝑎 diberikan pada Tabel 3.
Jelas 𝑏 2 > 𝐷 > 0 ⟺ 𝑏 > √𝐷 Tabel 3. Pengaruh nilai 𝑝 dengan 𝑝 > 88%
terhadap Rasio Reproduksi Dasar
⟺ −𝑏 + √𝐷 < 0 (𝑅0 ) dengan 𝛼 = 0,05
−𝑏 + √𝐷 𝑝 Rasio Reproduksi Dasar (𝑅0 )
⟺ <0
2𝑎 0,9 0,8174
−𝑏+√𝐷
0,93 0,5722
Jadi 𝜆4 = 2𝑎
< 0 dengan syarat 0,97 0,2452
1 0
2
(𝜇𝑅0 − 2(𝜇 + 𝛼)) > 4𝛼(𝜇 + 𝛼)

Diperoleh 𝜆3 < 0 dan 𝜆4 < 0 apabila Gambar 2 menunjukkan proporsi individu yang
terinfeksi untuk tingkat vaksinasi yang bervariasi
2
(𝜇𝑅0 − 2(𝜇 + 𝛼)) > 4𝛼(𝜇 + 𝛼) yang lebih besar dari tingkat vaksinasi minimum.

Berdasarkan analisa di atas diperoleh


semua nilai eigen matriks jacobian 𝐽∗ (𝐸1 )
bernilai negatif dengan syarat
2
(𝜇𝑅0 − 2(𝜇 + 𝛼)) > 4𝛼(𝜇 + 𝛼). Diperoleh
Teorema 3 sebagai berikut.

Teorema 3

30
G. Puspita et al./ UNNES Journal of Mathematics 6 (1) (2017)

(a) 𝑆(𝑡) untuk 𝑝 = 0,9, 𝑝 = 0,93, 𝑝 =


0,97, dan 𝑝 = 1(a) (b)

(c) (d)
Keterangan :

Gambar 2 Dinamika populasi 𝑆(𝑡), 𝐼(𝑡), 𝑄(𝑡), 𝑅(𝑡) untuk 𝑝 = 0,9, 𝑝 = 0,93, 𝑝 = 0,97 dan 𝑝 = 1.

Selanjunya akan dianalisis rasio reproduksi dasar Tabel 4 Pengaruh nilai 𝑝 dengan 𝑝 < 88%
untuk tingkat vaksinasi lebih kecil dari 𝑝 = 0,878 terhadap Rasio Reproduksi Dasar (𝑅0 )
diberikan pada Tabel 4. dengan 𝛼 = 0,05

𝑝 Rasio Reproduksi Dasar (𝑅0 )


0,2 6,5395
0,4 4,9046
0,6 3,2697
0,83 1,3896

Gambar 3 menunjukkan proporsi individu yang


terinfeksi untuk tingkat vaksinasi yang bervariasi
yang lebih kecil dari tingkat vaksinasi

31
G. Puspita et al./ UNNES Journal of Mathematics 6 (1) (2017)

(a) (b)
(a) 𝑆(𝑡) untuk 𝑝 = 0,2, 𝑝 = 0,4, 𝑝 =
0,6, dan 𝑝 = 0,83 (d) 𝑅(𝑡) untuk 𝑝 = 0,2, 𝑝 = 0,4, 𝑝 =
0,6, dan 𝑝 = 0,8
(c) 𝑄(𝑡) untuk 𝑝 = 0,2, 𝑝 = 0,4, 𝑝 =
0,6, 𝑝dan
(b) 𝐼(𝑡) untuk =𝑝 = 0,8
0,2, 𝑝 = 0,4, 𝑝 =
0,6, dan 𝑝 = 0,8

(c) (d)
Keterangan :

Gambar 3 Dinamika populasi 𝑆(𝑡), 𝐼(𝑡), 𝑄(𝑡), 𝑅(𝑡) untuk 𝑝 = 0,2, 𝑝 = 0,4, 𝑝 = 0,6 dan 𝑝 = 0,83.

Dari nilai parameter di atas didapat nilai 𝛼 Tabel 5 Pengaruh nilai 𝛼 dengan 𝛼 > 4,9%
minimum 𝛼 = 0,049. Untuk pengaruh karantina terhadap Rasio Reproduksi Dasar (𝑅0 )
akan dianalisis rasio reproduksi dasar untuk dengan 𝑝 = 0,88
tingkat 𝛼 > 0,049 diberikan pada Tabel 5
𝛼 Rasio Reproduksi Dasar (𝑅0 )
0,09 0,5607
0,2 0,2544
0,5 0,1021
1 0,0511

Gambar 4 menunjukkan proporsi individu yang


terinfeksi untuk tingkat 𝛼 yang bervariasi yang
lebih besar dari tingkat 𝛼 minimum.

32
G. Puspita et al./ UNNES Journal of Mathematics 6 (1) (2017)

(a) (b)

(c) (d)
Keterangan :

Gambar 4 Dinamika populasi 𝑆(𝑡), 𝐼(𝑡), 𝑄(𝑡), 𝑅(𝑡) untuk 𝛼 = 0,09, 𝛼 = 0,2, 𝛼 = 0,5 dan 𝛼 = 1.

Selanjutnya untuk pengaruh karantina akan Tabel 6 Pengaruh nilai 𝛼 dengan 𝛼 < 4,9%
dianalisis rasio reproduksi dasar untuk tingkat terhadap Rasio Reproduksi Dasar (𝑅0 )
𝛼 < 0,049 diberikan pada Tabel 6 dengan 𝑝 = 0,88

𝛼 Rasio Reproduksi Dasar (𝑅0 )


0,01 4,5026
0,02 2,3966
0,03 1,6328
0,04 1,2382

Gambar 5 menunjukkan proporsi individu yang


terinfeksi untuk tingkat 𝛼 yang bervariasi yang
lebih kecil dari tingkat 𝛼 minimum.

33
G. Puspita et al./ UNNES Journal of Mathematics 6 (1) (2017)

(a) (b)

(c) (d)
Keterangan:

Gambar 5 Dinamika populasi 𝑆(𝑡), 𝐼(𝑡), 𝑄(𝑡), 𝑅(𝑡) untuk 𝛼 = 0,01, 𝛼 = 0,02, 𝛼 = 0,03 dan 𝛼 = 0,04

SIMPULAN angsur akan menghilang dari populasi. Semakin


besar tingkat vaksinasi dan individu yang
Dari penelitian diperoleh model dikarantina maka akan semakin cepat penyakit
matematika pada penyebaran penyakit difteri menghilang dari populasi atau individu akan
dengan pengaruh karantina dan vaksinasi. cepat sembuh dari penyakit.
Analisis kedua model menghasilkan Teorema 1,
Teorema 2, Teorema 3 mengenai 𝑅0 , titik DAFTAR PUSTAKA
kesetimbangan endemik dan nonendemik dan
analisis kestabilan titik kesetimbangan endemik Anggoro, A.D., Kharis, M., dan Supriyono.
dan nonendemik. 2013. Pemodelan SIRPS untuk Penyakit
Jika semakin tinggi tingkat vaksinasi dan Influenza dengan Vaksinasi pada Populasi
Konstan. Unnes Journal of Mathematics,
semakin besar nilai 𝛼 maka rasio reproduksi
2(1): 55-63
dasar 𝑅0 akan semakin menurun. Namun, untuk
𝑝 < 0,884 dan 𝛼 < 0,049 vaksinasi yang
Aulia, N., Kharis, M., dan Supriyono. 2016.
dilakukan belum berhasil membuat penyakit
Pemodelan Matematika Epidemi
menghilang dari populasi karena nilai 𝑅0 > 1 .
Influenza dengan Memperhatikan
agar penyebaran penyakit dapat dicegah dengan
Peluang Keberhasilan Vaksinasi dan
sukses, maka 𝑝 > 0,884 dan 𝛼 > 0,049 karena
nilai 𝑅0 < 1 sehingga penyakit secara berangsur-

34
G. Puspita et al./ UNNES Journal of Mathematics 6 (1) (2017)

Kekebalan Tetap. Unnes Journal of WHO. 2013. Diphteria Diseases.


Mathematics, 5(2): 190-200 http://www.who.int/classification/icd/e
n/ [diakses 07-02-2016]
Gerberry, D. J. 2009. An SEIQR model for
childhood diseases. Journal Mathematical Wulandari, U. N. 2013. Analisis Model Epidemik
Biology. 59: 535-561 MSEIR pada Penyebaran Penyakit Difteri.
Skripsi FMIPA Universitas Jember.
Hethcote, H.W. 2000. The Mathematic of Infectious
Diseases. SIAM Review, 42. No.4 5599-
653.

Jumpen, W. 2009. A SEIQR Model For


Pandemic Its Parameter Identification.
International Journal of Pure and Applied
Mathematics. Volume 52 No. 2: 247-265.

Kermack, W. O. dan McKendrick, A. G. 1927.


A contribution to the mathematical theory of
epidemics, Proceedings of the Royal
Society of London, Part A 115(772): 700-
721

Kholisoh, S., Waluya, S.B., dan Kharis, M.


2012. Model Epidemi SEIR pada
Penyebaran Penyakit Campak dengan
Pengaruh Vaksinasi. Unnes Journal of
Mathematics, 1(2): 110-117

Lekone, P.E., dan B. F. Finkenstädt. 2006.


Statistical Inference in a Stochastic Epidemic
SEIR Model with Control Intervention: Ebola
as a Case as Study. Biometrics, 62 : 1170-
1177

Li, Tiantian. 2013. Global Stability Analysis of a


Delayed SEIQR Epidemic Model with
Quarantine and Latent. Applied
Mathematics Scientific Research. 4:109-117.

Nashrullah, A., Supriyono, dan Kharis, M. 2013.


Pemodelan SIRS untuk Penyakit
Influenza dengan Vaksinasi pada Populasi
Manusia dengan Laju Recruitment And
Death. Unnes Journal of Mathematics, 2(1):
46-54

Waluya, S.B. 2006. Persamaan Diferensial.


Yogyakarta: Graha Ilmu.

WHO. 2011. Measles.


http://www.who.int/mediacentre/factsh
eets/fs286/en/ [diakses 06-02-2016]

35

You might also like