Professional Documents
Culture Documents
11867-Article Text-31081-2-10-20171020
11867-Article Text-31081-2-10-20171020
How to Cite
Puspita G., Kharis M., & Supriyono. (2017). Pemodelan Matematika pada
Penyebaran Penyakit Difteri dengan Pengaruh Karantina dan Vaksinasi. Unnes
Journal of Mathematics, 6(1), 25-35.
26
G. Puspita et al./ UNNES Journal of Mathematics 6 (1) (2017)
27
G. Puspita et al./ UNNES Journal of Mathematics 6 (1) (2017)
𝑑𝑠 𝛽𝑠 ∗ 𝑖 ∗ − 𝜇𝑖 ∗ − 𝛼𝑖 ∗ = 0,
= (1 − 𝑝)𝜇 − 𝜇𝑠 − 𝛽𝑠𝑖,
𝑑𝑡
𝛼𝑖 ∗ − 𝜇𝑞 ∗ − 𝛾𝑞 ∗ = 0,
𝑑𝑖
= 𝛽𝑠𝑖 − 𝜇𝑖 − 𝛼𝑖,
𝑑𝑡 𝑝𝜇 + 𝛾𝑞 ∗ − 𝜇𝑟 ∗ = 0.
𝑑𝑞
= 𝛼𝑖 − 𝜇𝑞 − 𝛾𝑞, Untuk kasus 𝑖 ∗ ≠ 0:
𝑑𝑡
𝜇+𝛼
𝑑𝑟 Dari persamaan (3) jelas 𝑠 ∗ = (8)
𝛽
= 𝑝𝜇 + 𝛾𝑞 − 𝜇𝑟.
𝑑𝑡
Persamaan pertama dari Sistem (7) dapat
𝑠 + 𝑖 + 𝑞 + 𝑟 = 1. (1−𝑝)𝜇−𝜇𝑠 ∗
menjadi 𝑖 ∗ = diperoleh (9)
𝛽𝑠 ∗
Selanjutnya dilakukan analisis terhadap
𝜇+𝛼
model matematika pada Sistem (2) untuk (1 − 𝑝)𝜇 − 𝜇 ( )
𝛽
menentukan titik ekuilibriumnya. Untuk 𝑖∗ =
𝜇+𝛼
menentukan titik ekuilibriumnya, masing- 𝛽 (
𝛽
)
masing persamaan pada Sistem (2) dibuat
menjadi nol. 𝜇[
𝛽(1 − 𝑝)
− 1]
𝜇+𝛼
Dari persamaan kedua Sistem (2) diperoleh =
𝛽
𝛽𝑠𝑖 − 𝜇𝑖 − 𝛼𝑖 = 0
⇔ (𝛽𝑠 − 𝜇 − 𝛼)𝑖 = 0 Persamaan ketiga dari Sistem (7) dapat menjadi
𝜇+𝛼 𝛼𝑖 ∗
⇔𝑖 =0 ∨𝑠 = 𝛽 (3) 𝑞 ∗ = 𝜇+𝛾 diperoleh (10)
Dari persamaan pertama Sistem (2)
Untuk kasus 𝑖 = 0 : 𝛽(1 − 𝑝)
𝜇 [ 𝜇 + 𝛼 − 1]
(1 − 𝑝)𝜇 − 𝜇𝑠 − 𝛽𝑠𝑖 = 0 𝛼( )
⇔ (1 − 𝑝)𝜇 − 𝜇𝑠 − 𝛽𝑠. 0 = 0 𝛽
⇔ (1 − 𝑝)𝜇 − 𝜇𝑠 = 0 𝑞∗ =
⇔ ((1 − 𝑝) − 𝑠)𝜇 = 0 𝜇+𝛾
⇔ (1 − 𝑝) − 𝑠 = 0 𝛽(1 − 𝑝)
⇔ 𝑠 = 1−𝑝 (4) 𝛼𝜇 [ 𝜇 + 𝛼 − 1]
=
𝛽(𝜇 + 𝛾)
Dari persamaan ketiga Sistem (2) diperoleh
𝛼𝑖 − 𝜇𝑞 − 𝛾𝑞 = 0 Persamaan keempat dari Sistem (7) dapat
⟺ 𝛼𝑖 − (𝜇 + 𝛾)𝑞 = 0 𝑝𝜇+𝛾𝑞∗
⟺𝑞=0 (5) menjadi 𝑟 ∗ = diperoleh
𝜇
Dengan demikian diperoleh titik keseimbangan Jadi diperoleh titik keseimbangan endemik 𝐸1 =
bebas penyakit yaitu (𝑠 ∗ , 𝑖 ∗ , 𝑞 ∗ , 𝑟 ∗ ) dengan
𝐸0 = (𝑠, 𝑖, 𝑞, 𝑟) = (1 − 𝑝, 0 , 0 , 𝑝) 𝛽(1 − 𝑝)
𝜇 + 𝛼 𝜇 [ 𝜇 + 𝛼 − 1]
𝑠∗ = , 𝑖∗ = ,
Selanjutnya untuk menentukan titik 𝛽 𝛽
keseimbangan endemik, diasumsikan 𝑖 ≠ 0 .
𝛽(1 − 𝑝)
Misalkan 𝐸1 = (𝑠 ∗ , 𝑖 ∗ , 𝑞 ∗ , 𝑟 ∗ ) merupakan titik 𝛼𝜇 [ 𝜇 + 𝛼 − 1]
keseimbangan endemik, sehingga Sistem (2) 𝑞∗ = ,
𝛽(𝜇 + 𝛾)
menjadi Sistem (7)
(1 − 𝑝)𝜇 − 𝜇𝑠 ∗ − 𝛽𝑠 ∗ 𝑖 ∗ , = 0,
28
G. Puspita et al./ UNNES Journal of Mathematics 6 (1) (2017)
−𝜇 − 𝛽𝑖 −𝛽𝑠 0 0
𝛽(1 − 𝑝)
𝑝 + (𝛾𝛼 ( 𝜇 + 𝛼 − 1)) 𝐽 ∗ (𝐸)
=(
𝛽𝑖 −𝜇 − 𝛼 + 𝛽𝑠 0 0
)
0 𝛼 −𝜇 − 𝛾 0
𝑟∗ = , 𝛾 −𝜇
𝛽(𝜇 + 𝛾) 0 0
Dipunyai 𝑅0 =
𝛽(1−𝑝)
. Jadi nilai eigennya
𝜇+𝛼
𝜆4 = 𝛽(1 − 𝑝) − (𝜇 + 𝛼)
Dari sistem (7), berdasarkan nilai 𝑅0 tersebut
diperoleh = (𝜇 + 𝛼)(𝑅0 − 1)
(1) Jika 𝑅0 ≤ 1 , maka sistem (7) hanya Jelas λ4 = 0 apabila R 0 = 1 yang berakibat titik
mempunyai 1 titik kesetimbangan yaitu titik E0 tidak hiperbolik. Berdasarkan definisi titik
kesetimbangan bebas penyakit 𝐸0 = (1 − hiperbolik, berakibat dinamika sistem linier dari
𝑝, 0,0, 𝑝) sistem (2) tidak dapat menggambarkan dinamika
sistem (2) tersebut. Berdasarkan uraian di atas
(2) Jika 𝑅0 > 1 , maka sistem (7) hanya
diperoleh Teorema 5.
mempuyai 2 titik kesetimbangan yaitu titik
kesetimbangan bebas penyakit 𝐸0 = (1 − Teorema 5
𝑝, 0,0, 𝑝) dan titik kesetimbangan endemik
𝛽(1−𝑝)
𝐸1 = (𝑠 ∗ , 𝑖 ∗ , 𝑞 ∗ , 𝑟 ∗ ) Diberikan 𝑅0 = dan titik ekuilibrium 𝐸0 =
𝜇+𝛼
𝜇+𝛼 𝜇
(𝑅 − 1),
(𝑠, 𝑖, 𝑞, 𝑟) = (1 − 𝑝, 0 , 0 , 𝑝).
,
𝛽 𝛽 0
= 𝛼𝜇
(𝑅 − 1),
𝑝 + 𝛾𝛼
(𝑅 − 1)
1) Jika 𝑅0 < 1 maka titik kesetimbangan
(𝛽(𝜇 + 𝛾) 0 𝛽(𝜇 + 𝛾) 0 ) 𝐸0 stabil asimtotik lokal,
29
G. Puspita et al./ UNNES Journal of Mathematics 6 (1) (2017)
Diperoleh 𝜆3 < 0 dan 𝜆4 < 0 apabila Gambar 2 menunjukkan proporsi individu yang
terinfeksi untuk tingkat vaksinasi yang bervariasi
2
(𝜇𝑅0 − 2(𝜇 + 𝛼)) > 4𝛼(𝜇 + 𝛼) yang lebih besar dari tingkat vaksinasi minimum.
Teorema 3
30
G. Puspita et al./ UNNES Journal of Mathematics 6 (1) (2017)
(c) (d)
Keterangan :
Gambar 2 Dinamika populasi 𝑆(𝑡), 𝐼(𝑡), 𝑄(𝑡), 𝑅(𝑡) untuk 𝑝 = 0,9, 𝑝 = 0,93, 𝑝 = 0,97 dan 𝑝 = 1.
Selanjunya akan dianalisis rasio reproduksi dasar Tabel 4 Pengaruh nilai 𝑝 dengan 𝑝 < 88%
untuk tingkat vaksinasi lebih kecil dari 𝑝 = 0,878 terhadap Rasio Reproduksi Dasar (𝑅0 )
diberikan pada Tabel 4. dengan 𝛼 = 0,05
31
G. Puspita et al./ UNNES Journal of Mathematics 6 (1) (2017)
(a) (b)
(a) 𝑆(𝑡) untuk 𝑝 = 0,2, 𝑝 = 0,4, 𝑝 =
0,6, dan 𝑝 = 0,83 (d) 𝑅(𝑡) untuk 𝑝 = 0,2, 𝑝 = 0,4, 𝑝 =
0,6, dan 𝑝 = 0,8
(c) 𝑄(𝑡) untuk 𝑝 = 0,2, 𝑝 = 0,4, 𝑝 =
0,6, 𝑝dan
(b) 𝐼(𝑡) untuk =𝑝 = 0,8
0,2, 𝑝 = 0,4, 𝑝 =
0,6, dan 𝑝 = 0,8
(c) (d)
Keterangan :
Gambar 3 Dinamika populasi 𝑆(𝑡), 𝐼(𝑡), 𝑄(𝑡), 𝑅(𝑡) untuk 𝑝 = 0,2, 𝑝 = 0,4, 𝑝 = 0,6 dan 𝑝 = 0,83.
Dari nilai parameter di atas didapat nilai 𝛼 Tabel 5 Pengaruh nilai 𝛼 dengan 𝛼 > 4,9%
minimum 𝛼 = 0,049. Untuk pengaruh karantina terhadap Rasio Reproduksi Dasar (𝑅0 )
akan dianalisis rasio reproduksi dasar untuk dengan 𝑝 = 0,88
tingkat 𝛼 > 0,049 diberikan pada Tabel 5
𝛼 Rasio Reproduksi Dasar (𝑅0 )
0,09 0,5607
0,2 0,2544
0,5 0,1021
1 0,0511
32
G. Puspita et al./ UNNES Journal of Mathematics 6 (1) (2017)
(a) (b)
(c) (d)
Keterangan :
Gambar 4 Dinamika populasi 𝑆(𝑡), 𝐼(𝑡), 𝑄(𝑡), 𝑅(𝑡) untuk 𝛼 = 0,09, 𝛼 = 0,2, 𝛼 = 0,5 dan 𝛼 = 1.
Selanjutnya untuk pengaruh karantina akan Tabel 6 Pengaruh nilai 𝛼 dengan 𝛼 < 4,9%
dianalisis rasio reproduksi dasar untuk tingkat terhadap Rasio Reproduksi Dasar (𝑅0 )
𝛼 < 0,049 diberikan pada Tabel 6 dengan 𝑝 = 0,88
33
G. Puspita et al./ UNNES Journal of Mathematics 6 (1) (2017)
(a) (b)
(c) (d)
Keterangan:
Gambar 5 Dinamika populasi 𝑆(𝑡), 𝐼(𝑡), 𝑄(𝑡), 𝑅(𝑡) untuk 𝛼 = 0,01, 𝛼 = 0,02, 𝛼 = 0,03 dan 𝛼 = 0,04
34
G. Puspita et al./ UNNES Journal of Mathematics 6 (1) (2017)
35