You are on page 1of 10

PAPER PRAKTIKUM LINGKUNGAN PERTANIAN DAN BIOSISTEM

(Identifikasi Elemen Lingkungan Terkendali dan Tak Terkendali)

Oleh:
Kelompok/Shift : 3 (Tiga)/SMMP dan Pascapanen
Hari, Tanggal : Rabu, 21 Maret 2018
Nama & NPM :1. Rizqita Thifal S. (240110150027)
2. Faulia Desi Lebry (240110150067)
3. Roffi Muhammad (240110150077)
4. Adrianus Horas T. (240110150100)
5. Rezha Yazti S. (240110150112)
Asisten Praktikum : 1. Fauziah Aliyah
2. Istiqomah Haq
3. M. Akbar Anugrah
4. Novan Hermawan
5. Risti Kartikasari
6. Sulpa Yudha Prawira
7. Yuza Rahmadhan

LABORATORIUM KONSERVASI TANAH DAN AIR


DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI INSUTRI PERTANIAN
UNVERSITAS PADJADJARAN
2018
1. Lingkungan Terkendali dan Tak Terkendali
1.1 Lingkungan Terkendali
Lingkungan terkendali adalah lingkungan yang dapat dimanipulasi
baik konstruksinya, parameternya, atau pun elemen-elemnnya agar tercipta
kondisi yang dikehendaki sehingga menjadi suatu kesatuan ruang dengan
sistem terkontrol atau terkendali yang dapat disesuaikan dengan
kebutuhan. Salah satu contoh dari lingkungan terkendali adalah Green
House.
Green house atau yang lebih dikenal dengan rumah kaca merupakan
sebuah bangunan kontruksi yang berkerangka atau dibentuk
menggelembung dan diselubungi bahan bening atau tembus cahaya yang
dapat meneruskan cahaya secara optimum untuk produksi dan melindungi
tanaman dari kondisi iklim yang merugikan bagi pertumbuhan tanaman
dan memanipulasi kondisi lingkungan agar tercipta kondisi lingkungan
yang dikehendaki dalam pemeliharaan tanaman (Mulyono,2013).
Dalam sistem kerja green house secara umum, budidaya tanaman di
dalam green house memiliki keunggulan berupa lingkungan mikro yang
lebih terkontrol dan keseragaman hasil produksi pada tiap tanaman.
Berbeda dengan fungsi green house di daerah iklim subtropis yang
digunakan untuk mengendalikan lingkungan mikro, keberadaan green
house di daerah tropis lebih cenderung untuk perlindungan tanaman dari
serangan hama dan menahan air hujan yang jatuh secara langsung ke
tanaman sehingga dapat merusak tanaman. Oleh karena itu, rancangan
green house di daerah tropis lebih sederhana dibanding di daerah
subtropics (Mulyono,2013).
Suhu di dalam green house menjadi lebih tinggi dibanding dengan
suhu di luar green house dikarenakan perubahan radiasi surya yang masuk
(bergelombang pendek) yang memanaskan permukaan dalam green house
dan selanjutnya permukaan dalam green house memancarkan kembali
dalam bentuk gelombang panjang. Oleh atap green house gelombang
panjang ini tidak diteruskan melainkan dipantulkan kembali ke dalam
green house sehingga radiasi gelombang panjang ini makin lama semakin
bertambah dan semakin meningkatkan energi dalam green house yang
diekspresikan dengan meningkatnya suhu dalam green house
(Mulyono,2013).
Rancangan green house berpengaruh besar terhadap lingkungan mikro
di dalamnya. Salah satu parameter lingkungan mikro tanaman adalah suhu.
Suhu yang tinggi dapat mempercepat evapotranspirasi tanaman yang akan
mempercepat kehilangan air dan energi. Salah satu cara untuk
mengendalikan lingkungan mikro tanaman di dalam green house
khususnya suhu adalah dengan ventilasi alamiah. Keuntungan pemakaian
ventilasi alamiah adalah biaya yang relatif murah dan tidak diperlukan
perawatan. Kerugian yang perlu diperhatikan pada penggunaan cara ini
adalah ketergantungan lingkungan mikro pada alam yang sulit
dikendalikan. Penempatan dan luas bukaan ventilasi sangat menentukan
pergerakan udara di dalam green house yang akan membantu penurunan
suhu. Letak ventilasi dan bentuk green house akan mempengaruhi
pergerakan udara di dalamnya. Pergerakan udara tersebut dimanfaatkan
untuk memindahkan udara panas dari dalam green house. Semakin banyak
udara panas yang dikeluarkan akan membantu menurunkan suhu udara
(Mulyono,2013).

Adapun elemen-elemen yang lingkungan terkendali adalah:


1. Intensitas cahaya matahari
Pada lingkungan terkendali, setiap tubuhan memiliki kepekaan dan
kebutuhan masing-masing untuk berfotosintesis tergantung jenis
tanamannya. Intensitas cahaya dan lamanya penyinaran dapat diatur dan
dikontrol agar fotosintesis dapat berlangsung dengan sempurna.
2. Kebutuhan Air
Pada lingkungan terkendali, kebutuhan air seperti intensitas air, debit
air, jumlah air untuk pengairan atau irigasi dan jumlah persentasi air dalam
fertigasi dapat diatur atau dimanipulasi sesuai kebutuhan tanaman.\

3. Unsur Hara dan Jenis Tanah


Pada lingkungan terkendali, kelangsungan hidup tanaman sangat
berpengaruh dengan jenis tanah dan ketersediaan unsur hara di dalamnya
agar tetap dapat bertahan hidup. Jenis tanah dan unsur hara di lingkungan
terkendali dapat ditentukan sebelumnya dan disesuaikan dengan jenis
tanaman yang akan di tanam.
4. Media Tanam
Pada lingkungan terkendali, dapat dilakukan manipulasi pemilihan dan
penggunaan media tanam untuk melihat jenis media tanam mana yang paling
efektif dan efisien untuk suatu jenis tanaman.
5. Suhu
Pada lingkungan terkendali, setiap jenis tumbuhan memiliki kepekaan
terhadap batas suhu optimum untuk dapat berkembang dengan baik.
6. Kelembaban dan RH
Pada lingkungan terkendali, kelembaban dan RH harus dikontrol dan
diperhatikan demi kelangsungan pertumbuhan tanaman.
7. Sanitasi
Pada lingkungan terkendali, sanitasi diharapkan dapat terkontrol dengan
baik untuk membudayakan hidup dengan bersih dan bermaksud untuk
mencegah manusia bersentuhan secara langsung dengan bahan-bahan kotor
dan berbahaya yang mana perilaku ini menjadi usaha yang diharapkan bisa
menjaga serta tidak mengganggu elemen lainnya.

1.2 Lingkungan Tak Terkendali


Sistem lingkungan pertanian tak terkendali adalah lingkungan yang tidak
dapat dimanipulasi kondisinya karena berada dalam jangkauan yang luas dan
sangat tergantung dengan alam. Lingkungan tak terkendali memiliki elemen
lingkungan di antaranya:
1. Vegetasi/ tumbuhan:
Pada lingkungan tak terkendali, vegetasi merupakan berbagai macam
jenis tumbuhan atau tanaman yang menempati suatu ekosistem.
2. Jenis tanah dan Kandungan Unsur Hara
3. Pada lahan tak terkendali, jenis tanah dan unsur hara di lingkungan idak
bisa dimanipulasi dan tidak dapat dikontrol karena pasti akan berbeda-
beda di setiap tempatnya. Hal ini dikarenakan ketinggian lahan atau pun
kemiringan lahan.
4. Cahaya Matahari
Pada lingkungan tak terkendali, intensitas cahaya matahari dan lamanya
penyinaran, serta panjang-endeknya waktu siang yang terjadi sangat
dipengaruhi oleh iklim, cuaca, dan awan.
5. Curah hujan
Pada lingkungan tak terkendali, curah hujan tidak dapat diprediksi
karena merupakan ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat
yang datar, tidak menguap, tidak meresap, dan tidak mengalir. Curah
hujan 1 (satu) milimeter artinya dalam luasan satu meter persegi pada
tempat yang datar.
6. Kebutuhan air
Pada lingkungan tak terkendali, kebutuhan air sangat bergantung
kepada air hujan yang kemudian dialirkan melalui irigasi.
7. pH, Suhu, kelembaban dan RH
Pada lingkungan tak terkendali pH, suhu, kelembaban, dan RH sangat
bergantung pada iklim dan cuaca suatu daerah.
8. Bencana Alam
Pada lingkungan tak terkendali, terjadinya bencana alam tidak bisa
diprediksi ataupun dikontrol. Contohnya adalah banjir, erosi, dan
sebagainya.

2. Syarat Tumbuh Tanaman dan Kesesuaian Lahan Padi, Jagung,


Kedelai, dan Kangkung
2.1 Syarat Tumbuh dan Kesesuaian Lahan Tanaman Padi
Tanaman padi secara umum membutuhkan suhu minimum 11°-25°C
untuk perkecambahan, 22°-23 C untuk pembungaan, 20°-25°C untuk
pembentukan biji, dan suhu yang lebih panas dibutuhkan untuk semua
pertumbuhan karena merupakan suhu yang sesuai bagi tanaman padi
khususnya di daerah tropika. Suhu udara dan intensitas cahaya di
lingkungan sekitar tanaman berkorelasi positif dalam proses fotosintesis,
yang merupakan proses pemasakan oleh tanaman untuk pertumbuhan
tanaman dan produksi buah atau biji. Tanaman padi dapat tumbuh dengan
baik di daerah yang berhawa panas dan banyak mengandung uap air
dengan curah hujan rata-rata 200 mm bulan-1 atau lebih, dengan distribusi
selama 4 bulan, curah hujan yang dikehendaki sekitar 1500-2000 mm
tahun-1 dengan ketinggian tempat berkisar antara 0-1500 m dpl dan tanah
yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah tanah sawah dengan
kandungan fraksi pasir, debu dan lempung dengan perbandingan tertentu
dan diperlukan air dalam jumlah yang cukup yang ketebalan lapisan
atasnya sekitar 18-22 cm dengan pH 4-7.
Interaksi antara tanaman dengan lingkungannya merupakan salah satu
syarat bagi peningkatan produksi padi. Iklim dan cuaca merupakan
lingkungan fisik esensial bagi produktivitas tanaman yang sulit
dimodifikasi sehingga secara langsung dapat mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan tanaman tersebut. Di Indonesia faktor curah hujan dan
kelembaban udara merupakan parameter iklim yang sangat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman pangan khususnya. Hal ini
disebabkan faktor iklim tersebut memiliki peranan paling besar dalam
menentukan kondisi musim di wilayah Indonesia (Hayatuliman, 2017).
Wilayah penelitian memiliki kelas kesesuaian lahan yang dominan
untuk ngan tingkat kesesuaian dari S2 (cukup sesuai) sampai S3 (sesuai
marjinal). Evaluasi lahan kualitatif fisik dengan mempertimbangkan
karakteristik lahan menunjukkan beberapa pembatas utama yaitu tektur,
drainase, kadar C-organik yang rendah serta kandugan KTK, N total dan P
yang rendah dan sebagian pH tanah yang rendah. Analisis dengan
mempertimbangkan keseluruhan karakteristik lahan menekankan perlunya
pemberian perlakuan bersifat spesifik lokasi sesuai dengan faktor
pembatasnya. Perlakuan pemberian bahan organik, pemberian pupuk P dan
pupuk K serta kapur pada satuan lahan yang spesifik untuk peningkatan
produksi. 35 Hasil analisis kesesuaian lahan ekonomi menujukkan
tanaman padi masih menguntungkan untuk padi sawah, hal ini ditujukkan
oleh nilai-nilai Gross Margin mapun B/C ratio >1. Keuntungan akan lebih
tinggi jika lahan dapat ditingkatkan sesuai dengan lahan potensialnya, dari
S3 menjadi S2 begitupun dari S2 menjadi S1 Hasil pemetaan kesesuaian
lahan fisik ekonomi dapat dijadikan sebagai masukan model sistem
produksi dan model perencanaan tataguna lahan. Berdasarkan analisis
ketersediaan lahan, 1 922 ha atau 1.8% dari luas wilayah penelitian
berpotensi (sesuai) untuk perluasan pertanian padi sawah. Lahan yang
tersedia berasal dari tegalan dan semak belukar, hasil luasan lahan yang
tersedia tersebut dapat digunakan untuk pencetakan sawah baru
(Hayatuliman, 2017).

2.2 Syarat Tumbuh dan Kesesuaian Lahan Tanaman Kedelai dan


Jagung
Tanaman kedelai sebagian besar tumbuh di daerah yang beriklim tropis
dan subtropis. Sebagai barometer iklim yang cocok bagi kedelai adalah
bila cocok bagi tanaman jagung. Bahkan daya tahan kedelai lebih baik
daripada jagung. Iklim kering lebih disukai tanaman kedelai dibandingkan
iklim lembab. Tanaman kedelai dapat tumbuh baik di daerah yang
memiliki curah hujan sekitar 100-400 mm/bulan. Sedangkan untuk
mendapatkan hasil optimal, tanaman kedelai membutuhkan curah hujan
antara 100-200 mm/bulan. Suhu yang dikehendaki tanaman kedelai antara
21-34 ℃, akan tetapi suhu optimum bagi pertumbuhan tanaman kedelai
23-27 ℃. Pada proses perkecambahan benih kedelai memerlukan suhu
yang cocok sekitar 30 ℃. Saat panen kedelai yang jatuh pada musim
kemarau akan lebih baik dari pada musim hujan, karena berpengaruh
terhadap waktu pemasakan biji dan pengeringan hasil.
Pada dasarnya kedelai menghendaki kondisi tanah yang tidak terlalu
basah, tetapi air tetap tersedia. Jagung merupakan tanaman indikator yang
baik bagi kedelai. Tanah yang baik ditanami jagung, baik pula ditanami
kedelai. Kedelai tidak menuntut struktur tanah yang khusus sebagai suatu
persyaratan tumbuh. Bahkan pada kondisi lahan yang kurang subur dan
agak asam pun kedelai dapat tumbuh dengan baik, asal tidak tergenang air
yang akan menyebabkan busuknya akar. Kedelai dapat tumbuh baik pada
berbagai jenis tanah, asal drainase dan aerasi tanah cukup baik. Tanah-
tanah yang cocok yaitu: alluvial, regosol, grumosol, latosol dan andosol.
Pada tanah-tanah podsolik merah kuning dan tanah yang mengandung
banyak pasir kwarsa, pertumbuhan kedelai kurang baik, kecuali bila diberi
tambahan pupuk organik atau kompos dalam jumlah cukup.
Tanah yang baru pertama kali ditanami kedelai, sebelumnya perlu
diberi bakteri Rhizobium, kecuali tanah yang sudah pernah ditanami Vigna
sinensis (kacang panjang). Kedelai yang ditanam pada tanah berkapur atau
bekas ditanami padi akan lebih baik hasilnya, sebab tekstur tanahnya
masih baik dan tidak perlu diberi pemupukan awal. Kedelai juga
membutuhkan tanah yang kaya akan humus atau bahan organik. Bahan
organik yang cukup dalam tanah akan memperbaiki daya olah dan juga
merupakan sumber makanan bagi jasad renik, yang akhirnya akan
membebaskan unsur hara untuk pertumbuhan tanaman. Tanah berpasir
dapat ditanami kedelai, asal air dan hara tanaman untuk pertumbuhannya
cukup. Tanah yang liatSedangkan varietasi kedelai berbiji cocok ditanam
di lahan dengan ketinggian 300-500 m dpl. Kedelai biasanya akan tumbuh
baik pada ketinggian tidak lebih dari 500 m dpl. (Pratama, 2017).

2.3 Syarat Tumbuh dan Kesesuaian Lahan Tanaman Kangkung


Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik sepanjang tahun. Kangkung
darat dapat tumbuh pada daerah yang beriklim panas dan beriklim dingin.
Jumlah curah hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman ini berkisar
antara 500-5000 mm/tahun. Pada musim hujan tanaman kangkung
pertumbuhannya sangat cepat dan subur, asalkan di sekelilingnya tidak
tumbuh rumput liar. Dengan demikian, kangkung pada umumnya kuat
menghadapi rumput liar, sehingga kangkung dapat tumbuh di padang
rumput, kebun/ladang yang agak rimbun. Tanaman kangkung
membutuhkan lahan yang terbuka atau mendapat sinar matahari yang
cukup. Di tempat yang terlindung (ternaungi) tanaman kangkung akan
tumbuh memanjang (tinggi) tetapi kurus-kurus. Kangkung sangat kuat
menghadapi panas terik dan kemarau yang panjang. Apabila ditanam di
tempat yang agak terlindung, maka kualitas daun bagus dan lemas
sehingga disukai konsumen. Suhu udara dipengaruhi oleh ketinggian
tempat, setiap naik 100 m tinggi tempat, maka temperatur udara turun 1
derajat C. Apabila kangkung ditanam di tempat yang terlalu panas, maka
batang dan daunnya menjadi agak keras, sehingga tidak disukai konsumen.
Kangkung darat menghendaki tanah yang subur, gembur banyak
mengandung bahan organik dan tidak dipengaruhi keasaman tanah.
Tanaman kangkung darat tidak menghendaki tanah yang tergenang, karena
akar akan mudah membusuk. Sedangkan kangkung air membutuhkan
tanah yang selalu tergenang air. Tanaman kangkung membutuhkan tanah
datar bagi pertumbuhannya, sebab tanah yang memiliki kelerengan tinggi
tidak dapat mempertahankan kandungan air secara baik. Kangkung dapat
tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah sampai dataran
tinggi (pegunungan) ± 2000 meter dpl. Baik kangkung darat maupun
kangkung air, kedua varietas tersebut dapat tumbuh di mana saja, baik di
dataran rendah maupun di datarantinggi. Hasilnya akan tetap sama asal
jangan dicampur aduk (Purnama, 2013).
DAFTAR PUSTAKA

Mulyono, Arif. 2013. Greenhouse. Fakultas Pertanian, IPB: Bogor.


Hayatuliman, Maulana.2017. Analisis Kesesuaian Lahan Padi Sawah di
Kabupaten Subang Bagian Tengah. Terdapat pada
http://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/83517/1/A17mha.
pdf. Diakses Pada Tanggal 27 Maret 2018.
Pratama, Budi. 2017. Budidaya Jagung.
https://www.griyatani.or.id/2017/07/11/budidaya-jagung-2-3/. Diakses
pada tanggal 27 Maret 2018
Purnama, Eka. 2015. Pengetahuan Umum Sumber Tanaman Kangkung.
https://sumber.com/edukasi/pengetahuan-umum/sumber/tanaman-
kangkung.html. Diakses Pada Tanggal 27 Maret 2018

You might also like