You are on page 1of 5

Sejarah Usahatani Di Indonesia

2.2.1 Sejarah Perkembangan Usahatani di Indonesia Secara Umum

 Ladang Berpindah-pindah (Shifting Cultivation)

Pertanian di Indonesia Diawali dengan sistem ladang berpindah-pindah (shifting


cultivation), yang masyarakat menanam tanaman apa saja, hanya untuk memenuhi
kebutuhan pangan.

Para petani mulai membuka suatu ladang dengan membersihkan belukar bawah di
suatu bagian tertentu dari hutan, kemudian menebang pohon-pohon besar. Batang-
batang, cabang-cabang, dahan-dahan serta daun-daun dibakar, dan dengan demikian
terbukalah suatu ladang yang kemudian ditanami dengan bermacam tanaman tanpa
pengolahan tanah yang berarti, yaitu tanpa dicangkul, diberi air atau pupuk secara
khusus. Abu yang berasal dan pembakaran pohon cukup untuk memberi kesuburan
pada tanaman. Air pun hanya yang berasal dari hujan saja, tanpa suatu sistem irigasi
yang mengaturnya.

Metode penanaman biji tanaman juga sangatlah sederhana, yaitu hanya dengan
menggunakan tongkat tugal berupa tongkat yang berujung runcing yang diberati
dengan batu, dekat pada ujungnya yang runcing itu. Dengan tongkat itulah para
petani pria menusuk lubang ke dalam tanah, di mana biji-biji tanaman dimasukkan,
pekerjaan yang dilakukan oleh wanita. Pekerjaan selanjutnya ialah membersihkan
ladang dari tanaman liar, dan menjaganya terhadap serangan babi hutan, tikus dan
hama lainnya.

 Sistem Bersawah

Kemudian sistem bersawah di temukan, orang mulai bermukim ditempat yang tetap,
tanaman padi yang berasal dari daerah padang rumput dan kemudian juga
diusahakan di daerah-daerah hutan dengan cara berladang yang berpindah diatas
tanah kering. Dengan timbulnya persawahan, orang mulai tinggal tetap disuatu
lokasi yang dikenal dengan nama “kampong” walaupun usaha tani persawahan
sudah dimulai, namun usaha tani secara “berladang yang berpindah-pindah” belum
ditinggalkan.
 Tanam Paksa

Di Jawa, sejak VOC menguasai di Batavia kebijakan pertanian bukan untuk tujuan
memajukan pertanian di Indonesia, melainkan hanya untuk memperoleh keuntungan
sebesar-besarnya bagi VOC.

Tahun 1830, Van Den Bosch sebagai gubernur Jendral Hindia Belanda mendapatkan
tugas rahasia untuk meningkatkan ekspor dan muncullah yang disebut tanam paksa.
Sebenarnya Undang-undang Pokok Agraria mengenai pembagian tanah telah
muncul sejak 1870, namun kenyataanya tanam paksa baru berakhir tahun 1921,

 Setelah Indonesia Merdeka

Setelah Indonesia merdeka, maka kebijakan pemerintah terhadap pertanian tidak


banyak mengalami perubahan. Pemerintah tetap mencurahkan perhatian khusus pada
produksi padi dengan berbagai peraturan seperti wajib jual padi kepada pemerintah.
Namun masih banyak tanah yang dikuasai oleh penguasa dan pemilik modal besar,
sehingga petani penggarap atau petani bagi hasil tidak dengan mudah menentukan
tanaman yang akan ditanam dan budidaya terhadap tanamannya pun tak
berkembang.

 Awal Tahun 1970-an

Pada permulaan tahun 1970-an pemerintah Indonesia meluncurkan suatu program


pembangunan pertanian yang dikenal secara luas dengan program Revolusi Hijau
yang dimasyarakat petani dikenal dengan program BIMAS. Tujuan utama dari
program tersebut adalah meningkatkan produktivitas sektor pertanian. Inmas
(Intensifikasi Massal), Insus (Intensifikasi Khusus) & Supra Insus  Swasembada
Pangan

 Periode 1990-an

Metodologi penelitian sistem usaha pertanian terus disempurnakan mencakup: (1)


keterlibatan petani dan penyuluh dalam penelitian; (2) percepatan transfer inovasi
teknologi kepada pengguna melalui temu lapang dan berbagai media diseminasi serta
promosi yang ditetapkan; (3) studi secara intensif berkaitan dengan adopsi dan
dampak dari penerapan inovasi teknologi; (4) penelitian pengembangan inovasi
teknologi matang yang dilaksanakan pada skala luas (penelitian sistem
usahatani/SUT dan sistem usaha pertanian (SUP) dengan perspektif sistem usahatani
yang dilaksanakan oleh BPTP).

 Pada Tahun 1998

Pada tahun 1998 usahatani di Indonesia mengalami keterpurukan karena adanya


krisis multi-dimensi. Pada waktu itu telah terjadi perubahan yang mendadak bahkan
kacau balau dalam pertanian kita. Kredit pertanian dicabut, suku bunga kredit
membumbung tinggi sehingga tidak ada kredit yang tersedia ke pertanian.

Keterpurukan pertanian Indonesia akibat krisis moneter membuat pemerintah dalam


hal ini departemen pertanian sebagai stake holder pembangunan pertanian
mengambil suatu keputusan untuk melindungi sektor agribisnis yaitu “pembangunan
sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan dan
terdesentralisasi.”

 Saat ini  diarahkan ke pembangunan pertanian berkelanjutan (sustainable


agriculture)  pertanian organik

2.2.1 Sejarah Perkembangan Usahatani di Beberapa Propinsi di Indonesia

 Nangroe Aceh Darussalam

Sektor pertanian di wilayah Aceh Darussalam mulai berkembang sejak tahun 1607-
1636 melalui kegiatan perdgngan hasil bumi sektor pertanian seperti cengkeh, kopra,
dan pala kepada pedagang asing.

Tahun 1960 selama masa penjajahan Belanda, sektor pertanian menjadi mata
pencaharian utama masyarakat Aceh.

Meskipun sektor pertanian mulai menyusut peranannya sejak tahun 1980-an, namun
masih sangat penting kedudukannya bagi rakyat Aceh karena kesanggupannya
menyediakan lapangan kerja bagi sebagian penduduk dan merupakan pendapatan
utama bagi mereka.

Meskipun sektor pertanian mulai menyusut peranannya sejak tahun 1980-an, namun
masih sangat penting kedudukannya bagi rakyat Aceh karena kesanggupannya
menyediakan lapangan kerja bagi sebagian penduduk dan merupakan pendapatan
utama bagi mereka.
Pada masa mendatang, Propinsi Aceh masih tetap mempertahankan surplus produksi
pangannya karena terbuka peluang perluasan areal baru namun pengelolaan usaha
taninya secara umum belum berjalan berjalan optimal

 Bengkulu

Sektor pertanian di daerah Bengkulu telah hadir sebelum abad ke-15, dan
produksinya hanya terbatas untuk memenuhi kebutuhan setempat. Sementara pada
jaman penjajahan Belanda, kegiatan pertanian rakyat lebih ditekankn dengan
diadkannya sistem tanam paksa kopi.

Dalam perkembangannya penggunan lahan produkstif pada masa pelita I sampai III,
ternyata belum optimal yang hanya mencapai 6,6 5 % dati total luas daerah.
Pertanian tersebut dikembangkan dengan tradisional berupa pertanian ladang,
sawah, kebun campuran dan pekarangan.

Sampai saat ini banyak kendala yang masih dihadapi sektor pertanian Bengkulu
diantara:

a. terbatasnya lahan yang mendapat pengairan teknis sempurna dan masih


banyaknya lahan yang mempunyai sifat derajat keasaman tinggi.

b. intensifikasi umum lebih besar daripada intensifikasi khusus sehingga


produktifitas per satuan luas masih rendah.

c. lambatnya pelaksanaan percetakan sawah baru dan lokasi pencetakan sawah yang
sudah dilaksanakan terpencar-pencar.

d. lahan usaha tani umumnya bergelombang

e. Tingkat pengetahuan petani rata-rata masih rendah terutama dalam pengelolaan


usaha tani antara lain karena kurangnya informasi pasar dan pengetahuan petani
dalam pemasaran hasil pertanian

 Lampung

Perkembangan sektor pertanian di wilayah Lampung diawali didaerh Tulang


Bawang sebagi penghasil komoditas lada hitam. Sejak Jaman Kerajan Sriwijaya,
Kota Menggala dan alur Sungai Tulang Bawang tumbuh menjadi pusat perdagangan
beragam komoditas, khususnya lada hitam.
Seiring dengan merosotnya pamor lada hitam, sektor pertaniannya digantikan oleh
komoditas karet. Perkebunan karet selain dimiliki perkebunan swasta, mayoritasnya
adalah milik rakyat. Hasil olahan karet tersebut didistribusikan ke daerah
Palembang.

Sementara ubi kayu merupakan komoditas utama tanaman pangan. Sebagai salah
satu sentra produksi ubi kayu di Lampung. Namun harga yang semakin turun dan
eksport yang berkurang karena sedikitnya permintaan membuat tanaman singkong
tidak lagi diminati. Pamor ubi kayu pun kini tenggelam beriringan dengan turunnya
minat Negara pengimpor.

Perkebunan besar tebu dan pabrik gula, perkebunan sawit dan singkong, serta
industri pengolahan hasilnya juga dimiliki lebih banyak oleh daerah ini
dibandingkan daerah lain di Lampung.

Puluhan ribu petani yang ikut serta dalam pola kemitraan benar-benar menyandarkan
hidupnya pada perkebunan besar dan pabrik pengolahan hasil-hasil perkebunan.

Tohir, A Kaslan. 1982. Seuntai Pengetahuan Tentang Usahatani In donesia. Jakarta : Bina
Aksara

You might also like