You are on page 1of 5

Plagiarisme merupakan salah satu tindakan yang tidak baik untuk

dilakukan. Ketika plagisrisme tetap dilakukan seseorang maka akan menjadi


kebiasaan dan akhirnya menjadi karakter orang tersebut. Plagiarisme merupakan
salah tasu kejahatan akademik dan melanggar kode etik Pendidikan yang banyak
dilakukan oleh akademisi di Indonesia. Plagirisme menurut Swansea University
(2008) didefinisikan sebagai aksi menyalin atau meminjam hasil kerja karya atau
ide tanpa memberikan pengakuan kepada penulis asli. Adapun ciri-ciri yang
termasuk plagiarism menurut Dr. C. Barnbaum (Valdosta State University) yaitu
copy & paste, mengganti dengan bahasa sendiri, mengkuti gaya penalaran kutipan,
penulisan metafora dan mengikuti ide penulis. Kemia ciri ini tentunya dengan tidak
mencatumkan sumber oenuls sebenrnya. Tindakan plagiat ini dilakukan mulai dari
menjplak tugas kuliah. Skripsi hngga aksi plagiarism karya ilmiah yang dilakukan
termasuk oelh seorang mahasiswa. Budaya plagarisme di lingkungan mahasiswa
bukan hal baru yang mejnadi perbincangan. Mahasiswa yang dianggap oleh public
sebagai intelektual muda ternyata melakukan “pencurian” karya intelektual orang
lain. Contoh kasus plagiarism yang terjadi di tanah air yaitu pada 2 mahasiswa
Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) yang
kethuan plagiat pada skripsinya oada November 2012 lalu. Bahkan kasus ini terjad
pada mahasiswa S3 Institut Teknologi Bandung pada 2010 lalu bernama
Mochammad Zuliansyah yang melakukan plagiat pada disertasinya.

Kasus plagiarism yang dilakukan mahasiswa sebenaarnya bukan hanya


terjadi di Indonesia saja, bahkan di Australia sendiri menurut laporan The West
Australian har Jumat (19/4/2013), angka yang didapat dar empat universitas di
Australia Barat menunjukkan bahwa dalam dua tahun terakhir, 4000 mahasiswa
mendapatkan peringatan ataupun tindakan indisipliner karena plagiarism dalam
tulisan mereka. Bahkan kasus ini terjadi di Amerika Serkat yaitu Universitas
Harvard dimana pada Agutusut 2012 lalu skandal plagiarism massal mahasiswa
terungkap yang melibatkan 125 orang mahasiswa Universitas Harvard. Ini tentunta
menjadi polemic di negara-negara tersebut termasuk Indoensia. Namun erbedaan
plagiarism di kedua negara itu dengan Indonesia yaitu negara maju itu sudah
mengecek dengan teliti dan detail setiap tugas mahasiswa dan dibantu oleh
lembaga-lembaga anti-palgiarisme. Selai itu oula plagiarism dianggap criminal di
negara-negara tersebut dan diberikan sanksi yang tergas terhadap pelakunya hingga
dapat dilakukan penahanan berupa penjara. Sedangkan kasus di Indoensia, kasus
plagiat baru diketahui pada penulisan tugas akhir seperti skripsi hingga disertasi,
padahal pada tugas akademik sehari-hari tindakan plagiat banyak terjadi namun
tidak diketahui.

Tindakan copy paste tugas sehari-hari hingga skirpsi tanpa mencantumkan


sumber memang menjadi kebiasaan mahasiswa pada umumnya terutama di
Inonesia. Penyelesaian penulisan secara instan, pragmatis dan diikuti dengan
kebiasaan malas kerap terjadi di klangan civitas akademika untuk memperoleh hasil
tulisan yang baik tnpa perlu bekerja keras. Apalagi itu diperparah dengan tidak
telitinya dosen pembimbing dalam memerksa tudas dan tidak adanya sanksi yang
tegas secara implementasinya yang menyimpang salah satunya dengan adanya
plagiarism ini.

Dalam mencegah banyaknya kasus plagiarism, sbenarnya pemerintah dusah


melakukan berbagai upaya. Salah satunya dengan diterbitkannya Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional No 17 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Penanggulangan
Plagiat di Perguruan Tinggi. Sanksi plagiat ini berupa teguran hingga
pemberhentian dari jabatan dan pembatalan ijzah. Kemudia ada pula penggunaan
software ant plagiarism seperti Turnitin ataupun Viper untuk mengecek tingkar
plagiarism tulisan seseorang. Namun, ini belumlah efektif tanpa silap kejujuran dan
integritas dari para penulis yaitu melalui nilai filosofis yang terdapat pada Pancasila
untuk mencegah plagiarism sejak dini di kalangan mahasiswa. Alasan digunakan
Pancasila yaitu berdasarkan ketetapan MPR No. II/MPR/1979. Dimana Pancasila
dikatakan sebagai jiwa seluruh rakyat, pandangan hidup bangsa dan dasar negara
Indonesia.

Sila pertama berbunyi ketuhanan yang Maha Esa. Ini berarti bangsa
Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketaqwaannya terhadap Tuhan Yang
Maha Esa (Butir 1 sila pertama). Tindakan plagiarism termasuk kategori kejahatan
secara akademik. Kejahatan menurut Drs Moh Kemal Dermawan merupakan ulah
manusia yang dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhannya atau memuaskan
nafsunya sehignga sering lali serta sama sekali tidak peduli dengan kepentngan
orang lain. Tindakan kejahatanini tentunya berakibat dos ajika dilakukan. Kejatan
ini tidak sesuai dengan nilai-nilai kebaikan dan moral yang diajarkna agama.
Mahasswa tentunya akan menghindarkan dan tidak melakukan plagiarism jika ini
perbuatan dosa dan tidak sesuai dengan nilai-nilai ketuhanan. Apalagi bangsa
Indonesia mayoritas masih memegang teguh ajaran agamanya, ini dapat membantu
mencegah agar tidak dilakukan perbuatan yang merugikan ini.

Sila kedua berbunyi kemanusaan yang adil dan berdadab. Ini berarti
megakui dan memperlakukan manusai sesuai denga harkat dan martabatnya sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa(butir 1 sila kedua). Maksudnya sesuai harkat dan
martabat yaitu mengembnagkan sikap mennghormati dan tidak semena-mena
terhadap orang lin. Plagiarsme merupakan pengakuan gagasan (property
intelektual) orang lain sebagai pemikiran sendiri. Tindakan ini menandakan bahwa
seseorang tidak menghormati dan menghargai karya dan hasil pemikiran orang lain.
Melakukan tindakan plagiat berarti pula melanggar hak milik orang lain (property
right). Pelnggaran hak milik orang lain akan berakibat sanksi berupa denda bahkan
dapat lebih buruk dari itu. Sila kedua ini ketika dipegang teguh dan dilaksanakan,
maka tindakan plagiat dapat dicegah dikarenakan adanya perlakuan sesuai harkat
dan martabat terhadap sesame ermasuk dalam hal menghargai karya orang lin.

Sila ketiga berbunyi persatuan ndonesia. Ini berarti mengembnagkan rasa


kebanggan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia (butir 4 sila ketiga). Tindakan
plagiarism oleh mahasiswa apalagi terhadap karya anak bangsa sendiri merupakan
tindakan yang tidak menghargai rasa kebangsaan. Ini tidak sesuai dengan semangat
kebersamaan untuk memajukan bangsa melalui karya kepenluisan yang dapat
dimulai dari generasi muda. Peniruan karya sesame ini kemudia jika ketahuan dan
terpublikasikan, maka dapat melunturkan semangat persatuan dan kesatuan.
Berdasarkan hal tersebut, dperlukan menempatkan persatuan, kesatuan, serta
kepentingan bangsa dan negara sebagai kepentingan Bersama di atas kepentingan
pribadi dan golongan. Kepentingan Bersama hendaknya didahulukan daripada
ingin menghaslkan tulisan baik untuk mendapatkan penghargaan terhadap diri
sendiri, namu proses pembuatan karyanya penuh kecurangan.

Sila keempat berbunyi kerakyatan yang dipimpn pleh hikmah kebijaksanaan


dalam permusyawaratan/perwakilan (prinsip demokrasi). Ini berarti sebagai warga
negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai kedudukan,
hak dan kewajiban yang sama (butir 1 sila keempat). Jika dikaitkan dengan tindakan
plagiarism, maka pelaku aksi tersebut tidaklah menghargai penulis sebenarnya yang
seharusnya mendapatkan ha katas karya mereka. Kedudukan, hak dan kewajiban
sebagai warga negara dalam kepenulisan akan terabaikan jika seseorang mahasiswa
menggunakan tulisan orang lain tanpa mencatumkan referensi untuk memperoleh
pengharagaan serta pencapaian bagi dirinya sendiri. Diperlukan ketegasan
hukuman dan sanksi berupa dikeluarkan dari perguruan tinggi, pencopotan gelar,
jabatan hingga penjara bagi seseorang yang terbukti melakukan plagiarism tersebut
buknalah wujud demokrasi yang menekankan adanya penghargaan yang sama
terhadap setiap manusia.

Sila kelima berbunyi keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia. Ini
berarti menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan
kesehteraan bersa,a (butir sepuluh sla kelima). Ini berkaitan dengan menghormati
dan mengembangkan skap adil terhadap sesame. Tindakan plagiarism dianggap
tidak menghargai karya orang lain, dikarenakan mengutip gagasan tanpa
mencantumkan nama penulis dan sumbernya. Ini tentunya tidak adl dan tidak sesuai
dengan sila kelima bagi orang yang dikutip tulisannya namun tidak dicantumkan
sumbernya. Selain itu pula, karya hasil plagiat ini tidak untuk kemajuan dan
kesejahteraan Bersama, namun hanya untuk kepentingan pihak yang melakukan
plagiat semata.

Kelima sila Pancasila diatas dapat menajdu solusi alternative bagi


pembangunan karakte bangsa yang tangguh dan menuju kebangkitan nasoanal
dengan tidak melakukan kecurangan. Pada nilai flososfis Pansasla terdapat falsafah
hidup bangsa yang perlu diimplementasikan untuk membangkitkan semangat juang
bangsa. Semangat juang itu bukan saja untuk menyelesaikan permsalahan bangsa,
tetapi juga untuk meningkatkan kualitas SDM Indoensia. Menurut Poespowardojo
dan Hardjatno (2010) kualitas tu akan lahir dari manusia yang berkarakter religius,
berintegritas, percaya diri, memegang prinsip keadilan dan berjiwa nasionalisme.
Karakter-karakter berbasis kelima sila Pancasila inilah yang akan menciptakan
mahasiswa sebagai penerus generasi bangsa yang tidak melakukan plagiarism dan
mencapai kemajuan bangsa bersama.

You might also like